“Detik waktu terus berjalan, berhias gelap dan terang, suka dan duka tangis dan tawa, tergores bagai lukisan.”(Opick). Menarik sekali syair lagu yang dilantunkan Opick ini. Dengan penuh kejujuran Opick mencurahkan perasaan hatinya ke dalam lantunan nasyid. Ya. Perasaan yang tidak hanya seorang Opick saja yang dapat merasakannya. Kendatipun tidak semua manusia dapat mersakannya pula. Dan hanya orang-orang yang memiliki kebeningan mata hatilah yang dapat mencurahkan keuuran kejujuran di hadapan Sang Kasih,Allah Rabbul Jalalil.
Terkadang, ketika nafsu membisikkan kemaksiatan serantak anggota tubuh yang lain ingin mengambil peran untuk melaksanakannya, kecuali hati. Terlebih lagi akal. Ia tidak akan diam sebelum satu persatu bisikan tersebut berhasil di tatanya. Hingga semua berperan. Dan kemasiatan pun tak mampu dibendung.
Kemaksiatan. Sesekali memang jadi perangkap. Sehingga membuat amal terbelunggu. Tak mampu berbuat kesholehan. Terkadang membuat jiwa merana dan terkadang menyesatkan.
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (potensi) kejahatandan ketakwaan”. (QS. Asy-Syams : 8).
Semuanya yang dimiliki manusia ternyata sudah di diseain oleh Allah. Dilengkapinya manusia dengan potensi. Potensi yang dengannya Allah akan murka bila di wujudkan dalam kehidupan, yaitu kemaksiatan. Ada juga potensi yang tidak hanya membuat Allah tersenyum, tetapi juga akan memasukkan pelakunya kedalam Surga Nya yang terindah, yaitu Firdaus, yang hanya di khususkan kepada orang-orang yang bertakwa.
Dua potensi yang sangat menentukan. Menentukan manusia sebagai penghuni neraka, atau menentukan manusia sebagai penghuni surga. Jika neraka tidak ingin di jadikan tempat kembali, berusahalah mengarahkan potensi kemaksiatan berbalik menjadi ketakwaan. Dan jika memang kerinduan kepada surga sudah sangat mendalam, maka berusahalah untuk selalu merawat kesholehan. Karena hanya dengan kesholehan manusia bisa menjadi perindu surga. Dan pastinya surga akan selalu merindukan orang-orang yang selalu gemar berbuat kesholehan. Sehingga tumbuhlah bunga-bunga kerinduan. Orang yang bertakwa merindukan surga, dan surga pun akan merindukan orang-orang yang bertakwa.
Kesholehan yang di miliki orang-orang yang beriman ibarat bunga. Keindahannya akan menjadi penyejuk mata yang memandang. Keharumannya akan bisa memikat siapapun yang berada di sekitarnya. Warna-warnanya akan jadi pesona disekelilingnnya. Memilikinya akan menjadi kebanggaan setiap insan.
Karena kesholehan diibaratkan bunga, maka layaknya setangkai bunga, ia harus selalu dirawat dan dipelihara. Disirami untuk kesuburannya, disiangi hama untuk keamanannya. Sehingga bunga akan tetap indah dan kesholehan akan dapat mengantarkan seorang pada kehidupan yang penuh dengan kemuliaan.
Ada banyak cara untuk dapat merawat kesholehan. Dan kesungguhan dalam merawatnya akan memerdekakan mukmin dari penghianatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Jangan sekalipun menyepelekan dosa-dosa kecil …
“Sedikit-demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Benar sekali pepatah ini. Begitupun dengan dosa. Jika merasa dosa yang diperbuat itu kecil, maka apabila dilakukan dengan terus menerus ia akan besar pula. Jadi perlu difahami, bahwa tidak ada dosa kecil jika ia terus menerus dilakukan.
Menyepelekan dosa kecil adalah suatu kesombongan, dan sungguh sangat salah. Bukankah segala yang besar selalu bermula dari yang kecil ? Atau dengan kata lain, dosa kecil adalah awal dari keleluasaan melakukan dosa-dosa berikutnya.
Ingatlah dengan nasehat Rasulullah SAW. Kepada Ali bin Abi Thalib, “ Wahai Ali, jangan kamu iringi pandangan dengan pandangan, karena yang pertama adalah (nikmat) untukmu, dan yang kedua adalah (dosa) atasmu.” (HR. Tirmidzi).
Menyesal dan bertobatlah …
Jika dosa-dosa dianggap kecil sudah terlanjur diperbuat dan berkumpul menjadi banyak, maka pada saat itu dosa menjadi besar. Siapapun yang terperanjat dalam lingkaran dosa, sebuah kerinduan adalah terlepas dari kungkungan dosa itu sendiri. Yaitu bermula dengan hadirnya sebuah penyesalan.
Sebab dosa adalah ranjau, rantai, kehinaan dan ketersiksaan. Tidak ada seorangpun yang akan mendapat kebahagiaan dari berbuat dosa. Akan tetapi tidak sedikit orang merasa seolah-olah mendapatkan kebahagiaan dari dosa. Padahal itu semua semu belaka.
Menyesal dan bertaubat adalah cara merawat kesholehan. Karena usaha kesholehan tidak akan pernah terlepas dari rongrongan dosa.
Muhasabahlah kesholehan …
Karena kesholehan selalu dalam rongrongan dosa, maka amat penting sekali dilakukan muhasabah. Sudah benarkan rukuk dan sujud, saat sholat dikerjakan. Sudah luruskah niat, saat shaum sunnah dirutinkan. Sudah sempurnakah dakwah saat semua mulai menjauh dari Islam. Sudah betulkah ayat-ayat al-Qur’an yang kita baca.
Atau, luruskah lisan ini saat berbicara, sehingga tak seorangpun terluka karenanya. Mampukah tangan dan kaki ini untuk berhati-hati, sehingga tak ada gerak yang tersia-siakan.
Begitu banyak kesholehan yang mesti dihisab. Karena tidak sedikit orang yang bangga dengan kesholehannya, sehingga bersemilah ria, ujub dan takabur. Dan akhirnya mau tidak mau neraka akan jadi tempat kembalinya.
Rawat kesholehan dengan amalan sunnah …
Kemuliaan Membaca al-Qur’an. Dari ‘Umar ibn Khattab ra. Bahwasanya Nabi SAW. bersabda : “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan al-Kitab (al-Qur’an) ini, dan akan merendahkan derajat kaum yang lain dengannya”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Kemuliaan Shalat Tahajjud. “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahjjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS.al-Isra’ : 79)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “Puasa yang paling utama setelah puasa pada bulan Ramadhan adalah puasa Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat pada waktu malam (tahajjud)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amar bin al-‘Ash ra. berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “Wahai ‘Abdullah, janganlah kamu seperti Fulan di mana ia bangun pada waktu malam tetapi tidak mau mengerjakan shalat sunnah pada waktu malam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Shalat Dhuha. Dari Abu Dzar ra. dari Nabi SAW. beliau bersabda : “Setiap pagi, masing-,asing ruas anggota badanmu itu wajib mengeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik
adalah sedekah, dan melarang dari perbuatan mungkar adalah sedekah. Semuanya itu bisa dicukupi dengan dua rakaat dhuha yang ia kerjakan”. (HR.Muslim).
Keutamaan Shalat Berjama’ah. Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “Tidak ada shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik melebihi dari sholat Shubuh dan Isya (berjama’ah). Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua shalat itu, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Akrablah selalu kepada Allah …
“Ingatlah kamu sekalian kepada Ku, maka Aku pun akan mengingatmu.” (QS. al-Baqoroh : 152)
Allah. Dia lah tempat segala kebutuhan tersimpan. Dia tempat semua pengharapan tertumpu. Dia lah tempat segala suka, duka, tangis dan tawa bermuara. Dia lah pemilik cinta, kasih, dan saying bagi siapapun yang menginginkan cinta Nya yang hakiki.
Hanya dengan sebuah keakrabanlah manusia bisa merasakan kehadiran Allah. Dan yakinlah, Allah pun akan akrab dengan hamba Nya yang selalu merindukan Nya. Sehingga segalanya akan tertuju pada Allah.
Keakraban ini tidak akan pernah hadir kalau usaha zikir tidak dijadikan hobi. Betapa nikmat keakraban seperti yang dikatakan Allah, “Ingatlah (akrab) kamu kepada Ku, maka Aku pun akan ingat (akrab) kepadamu”.
Perawatan kesholehan tidak boleh meninggalkan keakraban dengan Allah. Karena dengan keakraban tersebut semua kesholehan akan terpantau. Artinya, semakin mendalam keakraban pada Allah, maka akan semakin sempunalah kesholehan. Begitupun sebaliknya.
Bayangkan. Seandainya sholat tidak memiliki keakraban pada Allah, sudah barang tentu yang terjadi adalah sebuah tanda tanya mengapa sholat tidak memberikan pengaruh terhadap prilaku hidup. Puasa yang tak memiliki keakraban, maka tidak sedikitpun mampu menghadirkan rasa empati pada sesama. Zakat yang tiada keakraban didalamnya pun tiada kekuasaan mengikis kekikiran. Bacaan al-Qur’an pun tidak melahirkan kata-kata mulia dalam pergaulan.
Subhanallah. Betapa pentingnya merawat kesholehan dengan cara mengakrabkan diri kepada Allah. Sesungguhnya tiada sedikitpun jarak antara Allah dengan hamba Nya, tetapi hamba Nya lah yang terlalu sering menjauh dari Nya.
Semoga bermanfaat.
*Jadikan facebook untuk kebaikan dunia dan akheratmu*
Sempurnakanlah kesholehan dengan selalu merawatnya. Rawatlah kesholehan selalu, karena kesholehan dapat membawa kepada kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
Kamis, 15 Oktober 2009
heramkempek
→ MERAWAT KESHOLEHAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar