Sabtu, 30 Juli 2011

JANGAN EMOSI

Bismillahirahmanirahim

" Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam berkelahi, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai emosinya tatkala marah " (Muttafaqun Alaih)

saudaraku yang diridhoi Allah SWT, ada banyak hal yang kadang sangat-sangat sepele tetapi karena disikapi dengan sangat reaktif dan emosional, tiba-tiba hal yang sepele itu menjadi sebuah masalah yang besar dan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian yang bijak.

Suatu hari seorang bapak makan disebuah restoran bersama dengan keluarganya. Ketika sedang asik menyantap makanan, bapak tersebut melihat disampingnya ada seorang anak kecil yang tanpa sengaja menjatuhkan gelas dari mejanya. Airnya tumpah membasahi taplak meja dan baju si anak. Spontan ayah anak itu marah, “Mengapa kamu tidak hati-hati?” bentak si ayah. Si anak menangis. Si ayah makin memarahinya saja. Bapak yang lain menyaksikan kejadian itu hanya geleng-geleng saja.

Menurutnya suasana makan keluarga tersebut seketika berubah menjadi kacau. Tentu saja keadaan tersebut tidak akan terjadi jika sang ayah mampu bersikap lebih bijak, sabar, dan tidak emosional.

Jika kita renungkan, dalam hidup ini ada banyak masalah yang muncul karena kita terlalu membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sederhana saja.

Keadaan akan menjadi lain, keluarga tersebut akan makan dengan tenang dan bersuka-cita, jika si ayah berkata sambil tersenyum, “Lain kali hati-hati ya, nak.” Masalah pun selesai ! Si anak dan keluarga yang lain pun senang. Namun, yang sering terjadi adalah kita lebih mengutamakan amarah, menyalahkan orang lain, keadaan, dan dunia sekitar jika sedang ditimpa persoalan. Akibatnya kita kehilangan dua hal yang sangat penting dalam hidup ini, yaitu :

Pertama : Rasa Syukur

Jika terlalu sibuk menggerutu dan mengeluh, kita akan kehabisan waktu untuk bersyukur atas segala rahmat yang Allah berikan.

Hari ini sebelum kita protes tentang menu dan rasa makanan dihadapan kita, pikirkanlah seseorang yang tidak memiliki sesuatu untuk dimakan.

Sebelum kita mengeluh karena tidak memiliki banyak materi, pikirkanlah seseorang yang mengemis dijalanan hanya untuk mendapatkan sedikit belas kasihan dari orang lain.

Sebelum kita mengeluh karena wajah kita tidak secantik atau setampan yang kita inginkan, pikirkanlah seseorang yang memiliki wajah lebih buruk.

Sebelum kita mengeluh tentang kekurangan pasangan kita, pikirkanlah banyaknya orang yang bergumul meminta pasangan hidup.

Sebelum kita mengeluh tentang sulitnya hidup ini, pikirkanlah seseorang yang terbaring koma di rumah sakit, bahkan untuk memikirkan masa depanpun ia sudah tidak mampu lagi.

Sebelum kita mengeluh mengenai jarak yang harus kita tempuh ketika mengemudi, pikirkanlah seseorang yang juga menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki.

Ketika kita merasa lelah dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkanlah seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan karena tidak memiliki kemampuan dan kesempatan seperti kita.

* Kedua : Rasa Ikhlas

Kehidupan ini harus diterima dengan penuh Kebahagiaan tanpa suatu keharusan memiliki segalanya dengan berlebihan. Jalan kebahagiaan adalah merasa senang pada diri kita, apa yang kita kerjakan dan apa yang kita miliki merupakan rahasia kekuatan,
kepuasan, dan kehidupan pribadi yang berenergi tinggi.

Kebahagiaan menghubungkan kita dengan keindahan dan kekuatan semesta alam, dengan kekuatan tertinggi kita, dengan Sang Illahi. Kebahagiaan berarti merasakan dan mengungkapkan kebahagiaan hidup, bergembira karena keindahan dan kekayaan sebagai makhluk.

Kebahagiaan merupakan daya pembebas ampuh yang melepaskan kreativitas, bakat, kemampuan, dan kecakapan kita.

Kebahagiaan mengilhami harapan. Kebahagiaan memberi makan hati dan jiwa.

Kebahagiaan membawa semangat ke dalam hidup kita.

Kebahagiaan menular dan merupakan pemberian terbesar yang dapat kita berikan kepada diri sendiri dan orang lain.

Jalan kebahagiaan telah ada. Jalur itu senantiasa sudah ada menantikan kita…..

Kebahagiaan membuat tekanan darah kita yang tinggi menjadi normal, pernafasan menjadi lebih dalam dan teratur
sehingga membawa lebih banyak oksigen kesel-sel tubuh kita.

Kebahagiaan meningkatkan vitalitas dan semangat sehingga kita akan merasa sehat. Kebahagiaan selalu memancar membasahi jiwa-jiwa yang kering dan tandus.

Kebahagiaan merupakan peristiwa dari dalam keluar. Kebahagiaan berasal dari dalam bathin kita untuk memberkahi dunia kita dan sekitar kita.

Riak-riak gelombang Kebahagiaan itu melebar sambil membuat dunia menjadi lebih baik bagi kita semua.

" HANYA ORANG YANG SABAR YANG MAMPU SENANTIASA BERBHAGIA "

smoga bermanfaat.

AWAL PERCAKAPAN ORANG BERAGAMA ADALAH SALAM

Kita mengenal ucapan2 Assalamu 'Alaikum (dalam Islam), Syalom alaikhem (dalam Kristen), Om santi (Hindu) Sancai, Rahayu, Salam sejahtera dll.

Semua Agama dan kepercayaan memohon hadirnya "DAMAI". Kunci dari itu semua adalah seperti yg terwahyukan ribuan tahun lalu kepada Bani Israil dalam bahasa Ibrani "SYEMAYIM".

Syemayim terbentuk dari dua kata yg berlawanan:

Esy: Api
Mayim: Air

Di harapkan Air tidaklah akan memusnahkan Api, dan Api tidak melenyapkan Air.
Keduanya berada dalam posisi masing2. Kalimat SEMAYYIM mengisyaratkan dari dua shifat yg di damaikan, tidak terlebur satu sama lain dan tidak saling meniadakan.

Jadi kunci bagi penghadiran Syalom (Selamat) adalah "Menciptakan Ruang" bagi yg lain, tidak saling memaksa, membumuh atau menghilangkan eksistensi pihak yg lain.

Dakwah yg di bangun di atas caci maki, hujatan, penghinaan hanya akan membuahkan Sakit hati dan dendam yg berkelanjutan.

Tidaklah pantas bagi golongan yg
meyakini ketersediaanya Hujjah berdakwah dg Menghina rival Ideologinya.
Tunjukkan Jatidiri Ahlussunnah wal jama'ah dg Ahlaq al-Karimah, dan biarkan setan yg menilai.

MEMAHAMI AS-SUNNAH

Secara etimologis As-Sunnah adalah as-sirah (perikehidupan, perilaku), didiul makruh (lawannya makruh), at-tabi’ah (tabi’at, watak), asy-syari’ah (syari’ah, peraturan, hukum), al-hadits (hadits, sunnah). As-Sunnah dalam artian as-sirah (perikehidupan, jalan yang ditempuh) mencakup dua arti, yakni perikehidupan yang buruk.

As-Sunnah secara terminologis mengalami beberapa variasi yang disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda-beda, ulama’ muhadistin mengartikan sebagai berikut:
ﻛﻞ ﻣﺎﺍﺛﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ
ﺹ . ﻡ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻭ
ﺗﻘﺮﻳﺮ ﺍﻭﺻﻔﺔ ﺧﻠﻘﻴﺔ
ﺍﻭ ﺧﻠﻘﻴﺔ ﺍﻭ ﺳﻴﺮﺓ
ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻗﺒﻞ
ﺍﻟﺒﻌﺜﺔ ﻛﺘﺤﻨﺜﻪ ﻓﻲ ﻏﺎﺭ
ﺣﺮﺍﺀ ﺍﻡ ﺑﻌﺪﻫﺎ
“Segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat lahir dan batinnya, ataupun perjalanan hidupnya sejak sebelum diangkat menjadi rasul seperti bertahannuts di gua hira maupun sesudah diangkat menjadi rasul”.

Ulama Ushul fiqih mendifinisikan sebagai berikut:
ﻛﻞ ﻣﺎﺻﺪﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ
ﺹ . ﻡ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ
ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻭﻓﻌﻞ
ﺍﻭﺗﻘﺮﻳﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﺼﻠﺢ ﺍﻥ
ﻳﻜﻮﻥ ﺩﻟﻴﻼ ﻟﺤﻜﻢ
ﺷﺮﻋﻲ
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad selain Alqur’anul karim, baik perkataan, perbuatan atau taqrir yang dijadikan sebagai dasar menetapkan hukum syara".

Nampaknya ulama’ ushul dalam memandang sunnah lebih ditekankan pada kelayakan untuk dijadikan sebuah dalil dalam penetapan hukum syara’. Oleh karena itu segala sesuatu yang bersumber dari Nabi yang berkaitan dengan hukum disebut Sunnah.

Sedangkan ulama fiqih mendefinisikan sebagai berilut:
ﻛﻞ ﻣﺎ ﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ
ﺹ . ﻡ ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ
ﺍﻟﻔﺮﺽ ﻭﻻ
ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ . ﻓﻬﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ
ﺍﻟﻤﺘﺒﻌﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﻦ
ﻏﻴﺮ ﺍﻗﺘﺮﺍﺽ ﻭﻻ
ﻭﺟﻮﺏ
“Segala sesuatu yang ditetapkan oleh Nabi , tetapi tidak termasuk dalam kategori fardhu atau wajib. Ketetapan itu berupa jalan hidup yang menjadi ikutan dalam urusan agama yang bukan fardhu dan wajib.

Dari pandangan diatas nampaknya pandangan ahli muhaditis lebih representative, karena mencakup semua aktivitas nabi sebelum diangkat menjadi Rasul, dari hal ini gugatan salafi mengenai argumentasi penganut tasawwuf bahwa nabi bertahannuts di gua hira sebagai salah amalan sunnah itu batal karena tidak ada syareatnya adalah tidak tepat dengan sendirinya hal itu membatasi sunnah itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al suyuthi, Jalaluddin, As Syeikh, Miftahul Jannah fil Ihtijaji bis-sunnah, maktabah Atsaqofah, Addiniyyah, Mesir, tt
2. Khallaf, Abdul Wahab, ilmu Ushul fiqih, Dar-el Ilm, Mesir, 1978/1398.

AIR MATA RASULALLAH SAW

Dikisahkan suatu hari tiba-tiba dari luar pintu rumah Rasulallah SAW terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
'Bolehkah saya masuk?' tanyanya.

Tapi Fatimah putri Nabi SAW tidak mengizinkannya masuk, 'Maafkanlah, ayahku sedang demam', kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, 'Siapakah itu wahai anakku?'

'Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,' tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
'Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,' kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.? Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

'Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan ALLAH?' tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

'Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu' Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,' kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
'Engkau tidak senang mendengar khabar ini?', tanya Jibril lagi.

'Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?'

'Jangan khawatir, wahai Rasulallah, aku pernah mendengar ALLAH berfirman kepadaku:
'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,' kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
'Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.' Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

'Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?' Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

'Siapakah yang sanggup, melihat kekasih ALLAH direnggut ajal,' kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.' Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya.
'Uushiikum bis-shalati, wa maa malakat aimanukum'
"'peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.'

Diluar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
'Ummatii, ummatii, ummatiii?' - 'Umatku, umatku, umatku'

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu, dan mahluk yang paling mulia itu.

Kini, mampukah kita mencintai
sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaih..

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita begitu besar.
Beruntung mereka yang dicintainya menghargai dan memuliakan cintanya Rasulallah SAW dengan patuh dan hormat padanya.

NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

Jumat, 29 Juli 2011

TAWADLU

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Futuh Al Ghaib mengatakan bahwa Tawadlu' adalah perasaan rendah hati seseorang.

Ketika engkau melihat orang lain, engkau mungkin bergumam, `Barang kali dia lebih baik dan lebih tinggi posisinya daripada aku di sisi Allah.'

Ketika engkau melihat yang lebih muda, engkau berujar, 'Dia belum bermaksiat kepada Allah, sementara aku telah bergelimang dosa. Dia lebih baik daripada aku.'

Bila bertemu dengan orang yang lebih tua, engkau berkata, Inilah hamba Allah yang lebih dahulu hidup di dunia ini sehingga lebih banyak ibadahnya dariku.'

Bila bertemu dengan orang berilmu, engkau berucap, ‘Orang ini mendapat anugerah yang tidak kudapat. Dia memperoleh apa yang tidak kuperoleh. Dia berilmu, sementara aku bodoh. Dia pun mengamalkan ilmunya.'

Jika bertemu dengan orang bodoh, engkau berkomentar, Dia bermaksiat kepada Allah karena tidak tahu, maka ampunan baginya. Sedangkan aku bermaksiat padahal aku tahu bahwa itu maksiat. Aku tidak tahu bagaimana hidupku berakhir dan tidak tahu pula bagaimana hidupnya berakhir.'

Jika seorang hamba telah seperti itu, dan semua itu keluar dari hatinya yang bening dan bersih (tidak dibuat-buat), maka dia akan selamat dari siksa Allah karena sifat tawadlu'nya. ^_^

Syarh dari pentahkik.
Anakku, Allah memerintahkanmu untuk tawadhuk. Lihatlah dalilnya bertebaran. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang–orang mukmin yang mengikutimu; (QS. Asysu’ara : 215)

Barangsiapa yang bersikap tawadlu’ karena mencari ridho Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat.

Barangsiapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya. Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi (HR. Al-Baihaqi)

Dari Iyadl bin Himar ra. Berkata Rasulullah saw.:
“Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadlu’ (merendahkan diri) sehingga tidak ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain. (HR. Muslim).

Syaikh ‘Abdullah Faiz ad-Daghestani berkata, “Mengapakah Nabi Muhammad saw., menjadi seseorang yang paling terpuji dan terhormat di Hadirat Ilahi? Karena beliau-lah yang paling rendah hati di antara seluruh ciptaan (makhluq) Allah.; Beliau selalu duduk seakan bagai seorang hamba di hadapan tuan pemiliknya, dan selalu pula makan sebagai seorang hamba atau pekerja yang makan di hadapan tuan pemiliknya. Beliau tak pernah duduk di atas meja.
Karena itulah, tak seorang pun mencapai kedudukan seperti beliau di Hadirat Ilahiah, tak seorang pun dihormati dan dipuji di Hadirat Ilahiah sebanyak Penutup para Nabi, Muhammad saw. Karena itulah, Allah SWT memberikan salam bagi beliau, dengan mengatakan:
“As-Salaamu ‘Alayka Ayyuha an-Nabiyyu (“Keselamatan bagimu, wahai Nabi!);.
Allah SWT tidak mengatakan, “Keselamatan bagimu, wahai Muhammad;. Tidak!! Melainkan,
“Keselamatan bagimu, Wahai Nabi!;
Dan kita kini mengulangi salam dari Allah SWT Bagi Nabi saw., tersebut minimal sembilan kali dalam shalat-shalat harian kita, saat kita melakukan tasyahhud.

Salam Ilahiah ini tidaklah dikaruniakan bagi siapa pun yang lain. Ini adalah puncak tertinggi suatu pujian dari Tuhan segenap alam bagi Nabi-Nya. Beliau telah mencapai suatu puncak tertinggi di mana tak seorang pun dapat mencapainya, semata karena kerendah hatiannya.

Karena itu pula, beliau mewakili Keagungan Allah dalam seluruh ciptaan-Nya. Ego Sang Nabi telah habis dan berserah diri kepada Allah SWT.,

Mengapa ego kita selalu saja mendominasi gerak langkah kita? Bisa jadi, karena kita membiarkan setan mengajari diri kita dengan tipu muslihatnya. Kita diajari oleh setan, bagaimana menjadi orang yang terhormat atau menjadi orang yang pertama. Dan kita juga diajari oleh setan bagaimana memiliki ego seperti egonya Fir’aun, Namrudz, Qarun dan lain sebagainya.

Karena itulah, setiap orang kini ingin mewakili egonya mereka, bukan untuk mewakili sang penutup para Nabi yaitu Nabi Muhammad saw.

Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau kita menjadi wakil sang penutup para Nabi, bukan sebagai wakil-wakilnya setan yang menyesatkan, yang kesananya akan menjerumuskan kita kedalam azabnya Allah SWT dalam neraka-Nya. Maka, untuk menjadi orang yang mewakili sang penutup para Nabi, kita harus memiliki akhlak seperti beliau, yang salah satunya adalah tawadlu’ (rendah hati). Karena sifat ini telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada beliau supaya orang-orang tidak bersikap sombong kepada yang lain.

Alhamdulillaahirobbil'aalamiin.

Kamis, 28 Juli 2011

SELAMAT DATANG YA RAMADHAN

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Akhi/ ukhti fillah Rahimakumullah....

Tidak terasa sesaat lagi kita akan memasuki bulan yang membawa berkah rahmat dan maghfirah.

Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Karena itu, saya selaku admin mahesa-jenar blogspot mengucapkan selamat menyambut bulan Ramadhan dan mohon dibukakan pintu maaf yang seluas2nya apabila selama kita menjalin hubungan silaturrahmi ada salah dan khilaf, Marilah bersama kita raih keberkahan dan maghfiroh, karena Ramadhan diibaratkan lahan yang sangat subur, sehingga ketika kita menanaminya akan mendapatkan hasil yang berlipat ganda, dan akan lebih bermakna ibadah kita ketika segala salah telah terampuni, segala khilaf telah termaafkan, Mohon Maaf bila khilaf.....

Mohon Nasehat bila tersesat......

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh...

LUANGKANLAH WAKTU

Luangkanlah waktu untuk berpikir
karena berpikir adalah sumber kekuatan


Luangkanlah waktu untuk membaca
karena membaca adalah landasan sikap bijaksana


Luangkanlah waktu untuk bermain
karena bermain merupakan rahasia awet muda


Luangkanlah waktu untuk diam
karena diam adalah kesempatan menuju Yang Maha Esa


Luangkanlah waktu untuk peduli
karena peduli adalah kesempatan untuk membantu sesama


Luangkanlah waktu untuk mencintai dan dicintai
karena cinta adalah anugrah yang besar dari Tuhan


Luangkanlah waktu untuk tertawa
karena tertawa adalah musik jiwa


Luangkanlah waktu untuk bersikap santun
karena sikap santun adalah jalan menuju kebahagiaan


Luangkanlah waktu untuk mengkhayal
karena khayalan melahirkan masa depan


Luangkanlah waktu untuk berdo’a
karena do’a adalah kekuatan terbesar di muka bumi.

Rabu, 27 Juli 2011

LELAKI AHLI SURGA

Anas bin Malik bercerita, saat sedang duduk bersama sahabat, Rasulullah berkata, “Sebentar lagi, salah satu ahli surga akan muncul dihadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya.

Hari berikutnya, Rasulullah mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembali terulang.

Mendengar ucapan Rasulullah, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?”
lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.”

Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”.

Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.”

Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya, itulah yang
menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.”

Hadits ini diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad dan Nasa'i juga dalam Ihya Ulumuddin Al-Ghazali, diriwayatkan juga oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Al Iraqi sesuai syarat penshahihan Bukhari dan Muslim.

Asal Ibadah itu Haram???

Asal Ibadah haram. Itu benar adanya. Dan Qaidah tersebut ada di kitab Iilaamul-muwaqqi'in karangan Ibnul-qoyyim Aljawzy. Salah satu ulama besar yang menjadi panutan kaum salafi wahabi. Tapi permasalahannya adalah kita juga mesti baca kelanjutan penjelasannya, Ibadah seperti apa yg di maksud dalam Qa'idah tersebut. Ialah ibadah maghdlah (murni), seperti shalat, zakat, puasa, ibadah haji dll.
Itu jelas bagi kita semua, telah di sepakati haram untuk menambah apalagi mengurangi.

Masalahnya bentuk ibadah (mendekatkan diri) itu kan tidak melulu maghdlah. Kita mengenal ada ibadah maghdhloh dan ada ibadah ghoiru maghdhloh.
Mereka biasanya mengaburkan permasalahan dengan asumsi mereka bahwa jika bid'ah hasanah itu ada maka dikhawatirkan orang-orang akan menambah rokaat sholat shubuh.
Suatu kekhawatiran yang sebenarnya sangat baik niatannya, tapi cenderung membabi buta dalam aplikasinya.
Sejak kapan para pecinta bid'ah hasanah yang senantiasa bersenandung sholawat dalam acara maulidan dan berdzikir dalam tahlilan menambah sholat shubuhnya menjadi lebih dari dua rokaat???
Apakah orang yang menganggap sesat tahlilan dan maulidan telah memposisikan ibadah-ibadah yang terdapat didalamnya sebagai ibadah maghdloh yang setara kedudukannya dengan sholat fardhu, zakat dan puasa???

jika jawabannya "ya", maka silahkan saja tahlilan dan maulidan itu sesat bagi mereka, tapi tidak bagi orang-orang yang mengetahui bahwa ibadah-ibadah yang ada didalamnya adalah ibadah ghoiru maghdloh.

Jangan memaksakan kehendak lantaran ketidak tahuan dunkz!!! :-)

Penjelasan inilah yang senantiasa
disembunyikan oleh kaum wahabi (atau dengan berhusnudzon mungkin mereka tidak tahu karena biasanya mereka hanya mengandalkan data jadi di dunia maya tanpa melihat tekstual kitab aslinya), lihatlah bagaimana mereka berani memotong penjelasan ulama untuk diarahkan kearah penafsirannya untuk mengelabui publik di dunia maya, sangat jarang (bahkan saya belum pernah mendapati) mereka mendetailkan penjelasan akan kaidah ini jika sedang beradu hujjah.

Terutama ketika menyerang amalan2 baik kelompok muslim lainnya diluar golongan mereka yang notabene meyakini keberadaan bid'ah hasanah, semisal tahlilan dan maulidan.

Seharusnya jika mereka ingin fair mensosialisasikan budaya "ilmu sebelum beramal" maka mereka harus jujur terhadap penjelasan mendetail terhadap kaidah ini sebelum mereka membid'ahkan suatu amalan yang mereka belum fahami dalilnya.
Sehingga sebenarnya mudah saja mematahkan hujjah kaum salafi wahabi jika mempermasalahkan amalan baik yang kita lakukan hanya semata-mata karena tidak dicontohkan Baginda Rasulullah saw, mereka akan pusing tujuh keliling lapangan golf jika kita bertanya balik kepada mereka apa dalil pelarangannya. Karena selain kaidah "asal ibadah adalah haram", dalam kaidah fiqh lainnya kita mengenal kaidah
ﺍﻟﺘﺮﻙ ﻻ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ
alias "segala sesuatu yang tidak dilakukan sama sekali tidak menunjukkan keharaman". Justru mengapa kaidah ini mereka tidak sosialisasikan???,

entahlah daku bingung memikirkannya.
Padahal jika kita ingin berfastabiqul khoiroot (berlomba-lomba dalam kebaikan) seharusnya kita tidak sempit berfikir dengan membid'ahkan/menyesatkan suatu amalan hanya karena tidak dicontohkan nabi/shahabat. Walhal, Baginda dan para shahabat tidak pernah mencontohkan suatu pesantren/madrasah ataupun pengajian mingguan. Lantas apakah kita yang biasanya mengaji seminggu sekali disaat libur bekerja telah berbuat kesesatan hanya karena nabi dan shahabat tidak pernah mengkhususkan kajian ta'limnya dihari-hari khusus semisal hari minggu????

wallahu a'lam bis showaab...

Selasa, 26 Juli 2011

KISAH IMAM AL GHOZALI DENGAN PARA PERAMPOK

Seorang cendikiawan muslim modern yang sangat berpengaruh dalam dunia Islam yaitu Fazlur Rahman pernah menulis kisah tentang kenapa Alghozali membuang semua ilmunya dan hanya tenggelam dalam ilmu tasawwuf. Berikut ceritanya:

“Kembalikan buku-buku itu karena tidak berguna bagi kalian”, demukian pinta al-ghozali kepada para perampok. ”Apakah itu berguna bagimu?”, Tanya kepala perampok. “Buku itu semua berisi
pengetahuan yang aku pelajari”, sergah al-ghozali. Dengan sengit kepala perampok teriak, “Aha, jadi pengetahuanmu ada dalam buku ini? Dan sekarang kamu tidak berpengetahuan lagi karena kehilangan buku-buku ini, aih orang malang!”, sambil mengembalikan buku-buku tersebut.

Peristiwa ini memberikan gambaran yang mencekam sehingga al-Ghozali mendapat krisis spiritual. Kejadian ini pulalah yang akan dihidupkan oleh para sufi dengan model adiluhung dalam epistimologi mengenai metode memperoleh pengetahuan secara intuitif.

Dalam kisah yang berbeda, bahwa buku tersebut tidak dikembalikan oleh si perampok, tujuh atau sembilan tahun kemudian pada saat al-Ghozali menemui gurunya di Makkah, seseorang datang kepadanya bahwa andai saja buku-buku itu tidak diambil perampok, niscaya al-Ghozali menjadi hamba buku serta tidak dapat mengungkap buku sejati yang ada dalam hatinya.

Minggu, 24 Juli 2011

Cara Memahami Islam

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa dalam memahami Islam tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Karena ilmu di dalam Islam sangatlah luas.

“Akibatnya jika Islam dipelajari dengan cara cepat saji seperti mie instan maka hasilnya adalah pemahaman Islam yang sangat dangkal,” ujarnya.

Akibat dari dangkalnya pengetahuan Islam adalah munculnya radikalisme dalam Islam. “Sedikit-sedikit teriak Allahu Akbar, Negara Islam. Ini surga, ini neraka. Kalau tidak Negara Islam, maka akan celaka. Pemahaman seperti ini didapat karena belajar Islam terlalu singkat,” papar Kang Said.

Di pesantren saja, paling tidak dibutuhkan waktu empat tahun untuk belajar Islam.
“Yang di pesantren saja belum tentu matang, apalagi yang kilat, cuma dua minggu pas liburan sekolah,” katanya.

Untuk menutupi kekurangan pengetahuan mereka tentang Islam, mereka berpakaian dan berpenampilan ala Arab. “Itu (pakaian Arab, red) adalah budaya. Sehingga yang budaya jadi agama, dan agamanya malah hilang. Sedangkan hal yang prinsip dalam agama tidak mereka pahami. Padahal jika kita mau membaca al Quran, di sana disebutkan, laa ikraaha fiddin, tidak boleh ada kekerasan dalam agama,” jelas Kang Said.

Makna ayat ini pun bisa dibalik, artinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. “Jadi, kalau ada kelompok yang melakukan kekerasan, itu bukan agama, sama sekali bukan sedang mengamalkan agama,” tegasmya.

Menurut Kang Said, Islam memiliki konsep tasamuh atau toleran, namun hal ini masih jarang dipraktekkan. Al Quran mengajarkan, jika Muslim memiliki tetangga non Muslim dan tidak mengganggu, maka seorang Muslim harus berbuat bakti terhadapnya. "Jadi bukan hanya berbuat baik, tapi berbuat bakti. Misalnya saya punya tetangga Katolik, masuk angin lalu saya kerokin," papar Kang Said.

Seperti yang tersebut dalam "Piagam Madinah" yakni, wa laa udwaana illa ala al dzoolimin, tidak ada permusuhan kecuali kepada mereka yang zalim. "Jadi tidak boleh bermusuhan karena perbedaan agama, politik, dan lain sebagainya. Yang menjadi musuh kita adalah mereka yang zalim. Seperti penjahat narkoba, koruptor, dan sejenisnya," pungkas Kang Said.
(bil)

Semoga kita dapat lebih toleran lagi ^_^.

HOPE AND HELP

"Seorang ayah meminta anak kecilnya menyingkirkan pohon kecil yang tumbang.

Sang anak mengeluh bahwa dia tak mungkin kuat.

Ayah memaksa anak mencoba, gagal, dan mengeluh.

Ayah memaksa lagi. Anak mencoba lagi, lalu menyerah.

"Anakku, sudahkah kau gunakan semua kekuatanmu?"

"Sudah!". Jawab sang anak.

"Belum. Kamu belum minta tolong ayah, Maka Jadilah pribadi yang mudah dibantu sesama dan berdoalah agar engkau mudah dibantu Tuhan."

(inspired from Mario Teguh)

Sahabat,,,sebuah Keinginan adalah tenaga bagi upaya untuk keluar dari kekurangan.

Maka upayakan untuk membentuk sebuah harapan indah bagi orang-orang tercinta kita,,,

Tetap semangat, penuh doa dan optimis, pantang menyerah,, dan semoga Tuhan mengabulkan impian kita,,

percayalah,,

Teruntuk sahabat blogger yang sedang berjuang.. ^_^

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template