Sabtu, 20 Agustus 2011

Tegakkan Pondasi Agama dengan Cinta Kepada Allah dan Rasulullah

Jikalau kita telah tegakkan perkara yang hak ini, dan hakekat keagungan dan kecintaan kepada Allah di dalam lubuk hati kita. Demi Allah, tidak akan ada sesuatu apapun di muka bumi ini, di timur maupun di barat, yang membuat kita takut dan risau. Ketahuilah. Tidak ada yang lebih merisaukan oleh orang-orang sholeh di muka bumi ini kecuali lumuran dosa yang menebal dan menumpuk, yang menimbulkan kegelapan terhadap kebanyakan hati. Itu adalah bencana yang sesungguhnya.

Tatkala keagungan dan kecintaan kepada-Nya mulai menipis dari hati kita, maka menimpalah kepada kita apa yang menimpa. Tidaklah berdiri Agama Islam kecuali dengan mengagungkan dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tanyakan kepada Abubakar asShiddik, Umal Al Faruq, Ali Al Murtadho dan sepuluh sahabat yang mendapat jaminan surga.dan tanyakan juga kepada ahli badar semuanya tanpa kecuali, Ahli Uhud, Ahli Baiat ArRidwan, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak lain yang menggerakkan dan membangkitkan hati mereka hanyalah keagungan dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Atas pondasi inilah tegaknya agama dan seluruh apa yang terdapat didalamnya. Setiap jihad dan setiap kemenangan Islam, atas dasar inilah semuanya tegak dan berdiri.

Ini adalah pondasi yang hilang tersia-siakan. Dan bukan hanya hilang tersia-siakan, bahkan banyak dari akal kaum muslimin yang meremehkannya. Tidak ada kesungguhan fikiran untuknya, tidak ada kemauan untuk menggapainya. Apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkan hakikat keagungan dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya? Koreksi dirimu!!!! Kecintaan hanyalah tercurahkan kepada recehan uang?!! kecintaan hanya tercurahkan kepada pujian dari manusia?!!! Koreksilah dirimu!!! dan tinggalkanlah semua kecintaan terhadap yang lain, kecuali kepada Tuhan.

Rindukanlah kedekatan-Nya. Rindukanlah Ampunan-Nya. Katakan padaku wahai engkau yang mengaku cinta kepada-Nya!!! Berapa kali kau sibuk mengingat-Nya hingga membuatmu lupa akan selain-Nya? Katakan padaku. Kapan kau merasakan kecintaan yang terukir didalam lubuk hatimu hingga membuatmu jauh dari tidur? Kapankah ini bisa terwujud? Adapun orang-orang yang sebelum kamu yang penuh kecintaan di hati mereka, seperti itulah .. Tidur-pun terbang menjauh dari mata mereka dikarenakan kecintaan yang berada di hati mereka, maka jangan pernah membenarkan pengakuan dirimu, yang mengatakan Aku cinta, Aku cinta.

Bukankah cinta memiliki suatu tanda dan ciri?

Tidak akan menggapainya orang yang tidur di kegelapan malam

Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman, Dusta, seorang yang mengaku cinta kepada-Ku, sedangkan pada tengah malam ia tidur pulas dan melupakan-Ku. Bukankah sang pencinta selalu ingin berduaan dengan kekasihnya?

Meninggalkan solat subuh secara terus menerus tanpa keperdulian, inikah ini tanda cinta? Ataukah ini tanda keimanan? Ataukah ini ciri orang yang mengagungkan Allah? Atau dengan apa kita menamainya? Keadaan ini terus menerus melanda mereka, katakan kepada mereka bahwa seruan telah di serukan walau-pun engkau lalai atau pura-pura tuli, maka tiada alasan bagimu, telah tegak Hujjah.

Demi Allah yang telah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa kebenaran. Tiada putus suara, tidak berbicara lisan yang Haq kecuali sebagai pengganti, penyambung lidah nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Seruan beliau menggema, mengingatkan orang yang lalai, mensucikan orang yang mengharap kesucian, membersihkan orang yang mengharap kebersihan dan mengangkat derajat orang yang telah siap untuk diangkat derajatnya.

Wahai tuhan kami!!! Sesungguhnya kami telah mendengar seruan iman, (yaitu) : berimanlah kalian kepada tuhan kalian, maka kami beriman.

Dan yang mendengarkan panggilan tersebut bukan hanya para sahabat, melainkan kita juga mendengarnya. Ya Allah!!! Sampaikanlah kami hakekat iman. Nabi Muhammad seruannya menggema,da’wahnya tersebar, ucapannya terdengar, benderanya berkibar di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad bersabda, Dengan keperkasaanya orang yang perkasa atau dengan kehinaanya orang yang hina.

Ini janji Allah. Sesungguhnya Allah tiada ingkar janji. Ya Allah!!! Perbaikilah negeri-negeri kaum muslimin, singkirkan bencana dari kaum muslimin, jadikanlah kami golongan orang-orang pembawa hidayah dan yang mendapatkan hidayah, dan berilah kmi dari pemberianm-Mu yang agung, dengan berkat Rahmat-Mu Wahai Dzat Yang Maha Pemurah.

Wahai Dzat Yang Menyatukan tulang yang hancur , perbaikilah kehancuran kami. Wahai Sebaik-baiknya penolong!!! Tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan kami. Dan hanya Engkaulah sebaik-baik penolong. Hanya kepada-Mu kami mengharap pertolongan, maka tolonglah kami dan jadikanlah kami golongan orang-orang yang membela agama-Mu, sehingga Engkau yang membela kami. Dan jadikan kami Ya Allah golongan orang –orang yang mengagungkan-Mu sehingga Engkau mengagungkan kami. Dan jadikanlah kami Ya Allah golongan orang-orang yang menjunjung tinggi syariat-Mu, sehingga Engkau menjunjung kami. Dan jadikanlah kami golongan orang-orang yang membawa hidayah yang Engkau naungi dengan pertolongan-Mu. Dan perbaikilah kami sebagaimana Engkau memperbaiki hamba-hamba-Mu yang Sholih, Wahai Tuhan alam semesta.

Sumber cuplikan kalam Al Habib Umar bin Hafidz

Semoga bermanfaat,amin :):)

Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani: Rahasiakan Kondisi Ruhani-mu

Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani:
Rahasiakan Kondisi Ruhani-mu

Hari Ahad Pagi tanggal 20 Sya'ban tahun 545 H,
di Pesantrennya.


Nabi saw, bersabda: "Ilmu itu membisik, jika disertai amal, ilmu akan
meresponnya, tetapi jika tidak ia akan meninggalkannya."

Dalam hadits ini menunjukkan bahwa barokah ilmu bisa sirna, tinggal
argumen-argumennya belaka, sehingga anda menjadi ilmuwan, Ulama dan
cendekiawan yang yang terfitnah oleh ilmu anda sendiri, yang tersisa hanya
pohon pengetahuan, sedangkan buahnya sirna dari anda.

Mohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla agar Dia memberikan rizeki kondisi
ruhani dan maqom di hadapanNya. Bila Allah azza wa-Jalla memberikan rizeki
maqom dan haal padamu, mohonlah agar Allah swt merahasiakan semua itu, dan
hendaknya anda tidak suka bila rahasia itu ditampakkan.

Bila anda suka ditampakkan kondisi ruhani anda yang ada di hadapanNya,
itulah yang menyebabkan kehancuran.
Hati-hati dan waspada terhadap rasa kagum pada prestasi ruhani dan amal baik
ada. Karena orang yang kagum pada amal dan ruhaninya, ia telah terpedaya,
terkena amarah dari Allah Azza wa-Jalla.
Hati-hati, anda jangan banyak bicara dengan sesama, dan merasa senang ketika
ucapan anda diterima. Itu justru membuat diri anda terkena bahaya dan tidak
ada gunanya.

Janganlah anda bicara dengan suatu kalimat sampai kalimat itu benar-benar
mendapatkan restu dari Allah azza wa-Jalla.
Bagaimana anda mengundang banyak orang ke rumah anda, sedangkan anda tidak
menyiapkan hidangan bagi mereka? Persoalan ini butuh pondasi, kemudian
bangunan.
Cangkuli hatimu hingga tumbuh subur air hikmah lalu bangunlah dengan ikhlas,
mujahadat, dan amal sholeh hingga istanamu menjulang. Baru anda ajak orang
lain.

Ya Allah, hidupkan jasad amal kami dengan roh keikhlasan dariMu.
Namun bagaimana bersembunyi dari makhluk bisa memberi manfaat padamu,
sedangkan makhluk terus menerus ada di hatimu? Sungguh tak ada kehormatan
dan tak ada artinya khalwatmu. Bila anda khalwat sedangkan makhluk bercokol
di hatimu, sesungguhnya anda dalam kesendirian tanpa hadir di hadapan Allah
Azza wa-Jalla.
Bahagia mesra itu bersama Allah azza wa-Jalla, namun nafsu, syetan dan hawa
kesenangan terus menyertaimu. Bila hatimu merasa senang bahagia bersama
Allah Azza wa-Jalla, pasti anda sepi dari makhluk, walaupun anda bersama
anak isteri dan keluarga.
Bila kebahagiaan indah benar-benar teguh mandiri di hatimu bersama Allah
Azza wa-Jalla maka dinding wujudmu pun roboh, mata-hatimu akan melihat, lalu
yang anda lihat adalah anugerah dan tindakanNya. Lalu anda hanya ridho
kepadaNya, bukan ridho pada lainNya. Maka disitulah syarat Ridho, berselaras
dan ubudiyah benar-benar didapatkan.
Anda jangan dusta. Anda mengaku ridho. Tapi hati anda bisa dirubah oleh
sayuran, oleh suapan makananan, kata, dan gengsi.
Anda jangan dusta, betapa nyaringnya dustamu, sedangkan amal dan kejujuranmu
sirna, bahkan tak seorang pun makhluk yang membenarkan anda. Allah swt,
mewahyukan kepada hati mereka dengan Kalimat-kalimat yang istemewa, dimana
mereka mengenal kebajikan dan mereka berserasi dengan Kalimat itu.
Mereka yang hatinya tercerahkan senantiasa mengikuti jejak Rasul dalam
ucapan dan tindakannya. Bila Rasul saw, mendapatkan wahyu secara dzohir,
namun mereka mendapatkannya melalui hati mereka (Ilham) karena mereka adalah
para pewaris Nabi, pengikut-pengikutnya dalam seluruh apa yang diperintahkan
Allah swt pada mereka.

Bila anda ingin mengikuti jejak secara benar, maka perbanyaklah mengingat
mati, karena mengingat mati itu akan berarti bagi dirimu, nafsumu, dan
menjauhkan syetanmu, menepiskan duniawimu. Siapa yang tidak meraih nasehat
dari maut, ia tidak akan meraih jalan nasehat. Nabi saw, bersabda:
"Cukuplah maut itu sebagai penasehat…"

Bagianmu akan tiba, apakah anda sedang zuhud sekalipun dan anda justru
meraih kemuliaan. Tetapi jika bagianmu kau ambil dengan ambisi nafsu, anda
meraihnya tetapi tidak meraih kemuliaan.
Orang munafik itu malu kepada Allah Azza wa-Jalla ketika bersama makhluk,
dan ia merasa sinis ketika tidak berada di tengah publik itu.

Ingat! Jika imanmu dan akidahmu benar, Dia senantiasa memandangmu, Maha
dekat dan Maha Mewaspadaimu, maka sungguh anda akan sangat malu. Aku bicara
benar padamu, dan aku tidak kawatir pada kalian, juga tidak berharap dari
kalian.
Bagiku, kalian tak lebih dari serpihan debu atau sebiji sawi di muka bumi,
karena aku hanya melihat yang memberi bahaya dan manfaat itu tetap dari
Allah azza wa-Jalla, bukan dari kalian. Budak dan tuan bagiku sama.

Beranikan untuk mengingkari dirimu dan yang lain melalui jalan syara', bukan
jalan nafsumu, kesenangan atau nalurimu. Bila syariat diam, maka
berselaraslah dengan diamnya. Bila syariat bicara, maka serasilah dengan
ungkapannya.
Anak-anak sekalian… Jangan mengingkari orang lain dengan hawa nafsumu,
tetapi lawanlah dengan imanmu. Iman itulah yang kontra terghadap
kemungkaran, sedangkan yaqin, itulah yang menghapus kemungkaran itu. Allah
Azza wa-Jalla Yang Menolong dan membelamu. Allah azza wa-Jalla berfirman:

"Bila Allah menolong kalian, tak ada yang mengalahkan kalian"
(Ali Imron 160).

"Bila kalian memohon pertolongan Allah, Dialah yang menolong kamu dan
mengokohkan pijakanmu." (Muhammad : 7)

Bila anda mengingkari kemungkaran sebagai wujud kecemburuan bagi Allah Azza
wa-Jalla, Dia akan menolongmu untuk menghapus kemungkaran itu, menolong
kalian mengalahkan ahli mungkar dan menghinakannya.

Tetapi jika anda nahi mungkar dengan emosi nafsumu, hawa nafsu dan syetanmu,
watak hinamu, maka Allah Azza wa-Jalla tidak akan menolongmu mengalahkan
ahli mungkar.
Imanlah yang kontra pada kemungkaran. Setiap tindakan nahi mungkar yang
tidak didasari iman, maka bukanlah sebagai nahi mungkar. Seharusnya
motivasinya hanyalah Lillahi Ta'ala. Bukan kepentingan diri dan nafsumu,
atau kepentingan makhluk. Benar-benar untuk kepentingan Allah azza wa-Jalla,
bukan untuk kepntingan diri anda.

inggalkan stressmu dan ikhlaslah dalam amal-amalmu.
Maut mengintaimu, sudah seharusnya anda berkontemplasi.
Karena itu tinggalkan ambisimu yang telah membuatmu terhina. Apa yang
menjadi milikmu bakal tiba, dan apa yang menjadi milik orang lain tidak
bakal anda raih. Karena itu sibukkan dirimu bersama Allah azza wa-Jalla.
Jangan berambisi mencari apa yang menjadi milikmu dan yang bukan milikmu.
Allah swt telah berfirman:

"Janganlah engkau pandangkan kedua matamu pada apa yang Kami hiaskan pada
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga-bunga kehidupan duniawi , di
dalamnya sebagai cobaan dari kami untuk mereka…." (Thaaha: 131)

Sumber:
Cahaya Sufi Magz Edisi: 64
Untuk pemesanan/berlangganan Hub redaksi CS: 021 856 1695

Jumat, 19 Agustus 2011

MEMBISNISKAN TUHAN

Selengkapnya dan yang lainnya lihat disini dan bisa juga lewat mahesa.idwap.net

atas asma’ Tuhan. suara menggema menyelami keramaian.

nyerat-nyerat melawan arus.
meramaikan suasana.

Tuhan ada di mana-mana, dengan mulut yang terauma, mulut penuh kepentingan, rasa keangkuhan. dengan hati Alla ‘alam. di pasar, di stasiun, di terminal di jalan-jalan, di kedai-kedai, di pentas keangkuhan, di pentas politik.

transaksional pun jadi, atas nama Tuhan.
Tuhan dikomuditi.
Tuhan di jajakan. menyelam memunculkan ikan-ikan. mendiamkan kebusukan.
bertandang kebohongan.

melantunkan keagungan di balik kepentingan. tak nikmat rasanya tanpa saos Tuhan, sambal kekuasaan, kekayaan, kenikmatan. kenyang ketidak puasa. Tuhan lenyap, tenggelam, di balik keranjang, kursi, dan lembaran-lembaran perkantoran.

GELAR UNTUK ALI BIN ABI THOLIB

Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya diibaratkan sebagai kota ilmu, sementara Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu. Mendengar pernyataan yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan "gerbang ilmu" dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Berkumpullah sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, "Mari sekarang kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja. Bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?" "Setuju!" jawab mereka serentak. "Tetapi sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja", saran yang lain. "Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali nanti selalu berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas."
"Baik juga saranmu itu. Mari kita laksanakan!" sahut yang lainnya. Hari yang telah ditentukan telah tiba.

1.Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya, "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" "Tentu saja lebih utama ilmu," jawab Ali tegas. "Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir'aun, Namrud dan lain-lainnya," Ali menerangkan. Setelah mendengan jawaban Ali yang demikian, orang itu kemudian mohon diri. Tak lama kemudian datang

2.orang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. "Manakahyang lebih utama, ilmu atau harta?" "Lebih utama ilmu dibanding harta," jawab Ali. "Mengapa?" "Karena ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya." Orang kedua itu pun pergi setelah mendengar jawaban Ali seperti itu.

3. Orang ketiga pun datang menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya.
"Bagaimana pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?" Ali kemudian menjawab bahwa, "Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?" "Mengapa bisa demikian tuan?" tanya orang itu penasaran. "Sebab orang yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya." Setelah orang itu pergi, tak lama kemudian

4.orang keempat pun datang dan menanyakan permasalahan yang sama. Setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh orang itu, Ali pun kemudian menjawab, "Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu." "Apa yang menyebabkan demikian?" tanya orang itu mendesak. "Karena bila engkau pergunakan harta," jawab Ali, "jelas-jelas harta akan semakin berkurang. Namun bila ilmu yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah banyak."

5.Orang kelima kemudian datang setelah kepergian orang keempat dari hadapan Ali. Ketika menjawab pertanyaan orang ini, Ali pun menerangkan, "Jika pemilik harta ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani."

6.Orang keenam lalu menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali mengemukakan alasan yang berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, "Harta akan selalu dijaga dari kejahatan, sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, lagi pula ilmu akan menjagamu."

7.Dengan pertanyaan yang sama orang ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali, "Pemilik ilmu akan diberi syafa'at oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala di hari kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak."
Kemudian kesepuluh orang itu berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang diberikan Ali. Mereka tak menduga setelah mendengar setiap jawaban, ternyata alasan yang diberikan Ali selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu akan bisa mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang paling pandai di antara mereka.

8.Orang kedelapan menghadap Ali lantas bertanya, "Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali?" "Tentunya lebih utama dan lebih penting ilmu," jawab Ali."Kenapa begitu?" tanyanya lagi."Dalam waktu yang lama," kata Ali menerangkan, "harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi."

9. Orang kesembilan datang dengan pertanyaan tersebut. "Seseorang yang banyak harta", jawab Ali pada orang ini, "akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang kaya ilmu dianggap intelektual."Sampailah giliran orang terakhir.

10.Ia pun bertanya pada Ali hal yang sama. Ali menjawab, "Harta akan membuatmu tidak tenang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan menyinari hatimu hingga hatimu akan menjadi terang dan tentram karenanya."

Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata, "Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup."
Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan ali memang pantas mendapat julukan "gerbang ilmu". Sedang mengenai diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak perlu diragukan lagi.

Kamis, 18 Agustus 2011

Memberikan Nafkah Pada Keluarga

Artikel ini selengkapnya ada di mahesa-jenar dan bisa juga mahesa.idwap.net

bismillahirrohman nirrohim,,

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk perjuangan fisabilillah, sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk seseorang hamba sahaya - lalu dapat segera merdeka, sebuah dinar yang engkau sedekahkan kepada seseorang miskin dan sebuah dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, maka yang terbesar pahalanya ialah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu itu." (Riwayat Muslim). Dengan memahami hadits ini kita paham, bahwa paling utamanya amal adalah memberi pertolongan pada keluarga kita dahulu sebelum memberi pertolongan pada yang lain, jadi lihatlah apakah diantara keluarga kita ada yg butuh bantuan kita???

kalau memang ada bantulah mereka, karena itu merupakan amal yg terbaik, jika dibandingkan dengan amal untuk membantu untuk sabilillah atau untuk fakir miskin.

MENGUCAPKAN INSYA ALLAH

Dalam komunikasi sehari-hari, sudah lumrah kita mendengar “insya Allah”.
Allah SWT sangat menekankan menyebut kata ini bagi siapa pun yang berjanji melakukan sesuatu, baik untuk orang lain atau dirinya sendiri.

Nabi Muhammad SAW pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT terkait kata ini. Suatu hari, Nabi SAW pernah menjanjikan kepada sahabatnya, jawaban atas pertanyaan tentang kisah Ashab al-Kahf yang diajukan kepadanya. Beliau baru bisa memberikan janji, sebab pada saat itu belum mengetahui kisah tersebut. Kepada sahabatnya itu, dengan tanpa menyertakan kata “insya Allah”, beliau mengatakan, “Besok pagi aku akan menjawab pertanyaan itu,” seperti yakin, sebelum matahari esok pagi bersinar, Allah SWT akan telah menurunkan wahyu kepadanya, menceritakan kisah tersebut.

Namun, tepat pada saat di mana Nabi SAW akan memenuhi janjinya, wahyu yang dinantikan ternyata tak kunjung turun, juga pada hari berikutnya, bahkan ketika hari telah berlalu satu pekan dari hari yang dijanjikan. Kondisi ini membuat Nabi SAW rindu bercampur gusar. Dan akhirnya, wahyu itu baru Allah SWT turunkan pada hari kelima belas atau dua pekan dari hari di mana Nabi SAW berjanji.

Atas apa yang dilakukan Nabi SAW itu, Allah SWT kemudian menurunkan ayat sebagai teguran kepadanya, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu (rencana): “Sesungguhnya aku akan mengerjakannya besok pagi.”, kecuali (dengan menyertakan kata) “Insya Allah” (Al-Kahf: 23-24).

Secara bahasa, idiom berbahasa Arab “Insya Allah” berarti “jika Allah menghendaki”. Kata itu Allah SWT ajarkan kepada manusia sebagai etika dalam berjanji, berencana atau ber’azam melakukan sesuatu untuk orang lain atau bagi kepentingan diri sendiri. Dalam kata itu tersyirat makna tauhid, bahwa hanya Allah SWT semata yang memiliki kuasa dan pengetahuan mutlak apa dan bagaimana yang akan dan tidak terjadi pada esok hari.

Sedangkan bagi manusia, rencana, pengetahuan, teknis, dan bahkan kekuasaan untuk mewujudkan semua itu hanyalah kemungkinan yang relatif. Bagi manusia, jangankan satu bulan, satu minggu, satu hari, bahkan pada rentang waktu satu jam kedepan, kemungkinan-kemungkinan dapat terjadi, baik yang sesuai dengan rencana atau bahkan yang tidak sama sekali. Dan itu hanya terjadi jika Allah menghendaki, insya Allah.

Dengan mengucapkan kata itu pada setiap apa yang direncanakan, kita seperti mengingatkan diri sendiri bahwa kita hanya berusaha dan berencana sebaik mungkin, sambil menancapkan kesadaran akan kemutlakan kuasa Allah SWT.

Wallahu a’lam.

Selamat menjalankan ibadah puasa :-)

Rabu, 17 Agustus 2011

Terbitnya Cahaya-cahaya

"Tempat terbitnya cahaya-cahaya adalah qalbu-qalbu dan rahasia qalbu"

Kenapa demikian? Karena sumbernya adalah pemahaman atau pengetahuan.
Pemahaman itu ada pada qalbu, sedangkan munculnya pengetahuan adalah dari
rahasia qalbu atau rahasia batin (asrar).

Dalam kitabnya, Syeikh Abul abbas al-Hadhramy menegaskan, "Pemahaman nuur
itu menurut limpahan anugerah yang memancar di qalbu dan menurut kadar
cahaya dalam batinnya qalbu." Beliau juga mengatakan, "Cahaya itu beragam
dan berbeda-beda: Ada cahaya watak diri, ada cahaya akal, ada cahaya ruh,
ada cahaya qalbu dan ada cahaya titik hitam dalam qalbu (suwaidaa'ul qalb),
ada pula cahaya rahasia batin (sirr), dan cahaya dalam rahasia batin (sirr)
itulah yang paling agung dan paling sempurna.

Setiap cahaya dari semua cahaya itu ada yang disebut dengan cahaya
penakwilan (cahaya kecerdasan), ada cahaya pelimpahan anugerah (cahaya
tanziil), ada cahaya transformatif (cahaya menuju yang lebih terang) dan
cahaya perpindahan (cahaya tanqil).
Setiap tahap (maqam ruhani) ada penjelasan yang tak terjangkau oleh batin
kita apalagi membuat batasan garis, "Dan tidak ada yang tahu pasukan-pasukan
Tuhanmu kecuali Dia".

Beliau melanjutkan:
"Ada cahaya yang dititipkan dalam qalbu, cahaya itu melimpah datang dari
khazanah ghaib tersembunyi."
Syeikh Zarruq dalam syarah Al-Hikam ini mengatakan, "Cahaya yang dititipkan
dalam qalbu itu adalah yang tercetak dalam batin qalbu yang melimpah dari
cahaya Musyahadah di Hari Perjanjian Azali :
"Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, "Benar (Engkaulah Tuhanku)".
(Al-A'raaf: 7)

Cahaya itulah yang diibaratkan sebagai cahaya mata kita ketika mata
memandang. Namun datangnya cahaya itu setelah adanya cahaya Ilham yang
memancar dari khazanah rahasia tersembunyi (khazainul ghuyub)….".
Beliau melanjutkan:

"Ada cahaya yang tersingkap padamu melalui ciptaan-ciptaannya, dan ada
cahaya yang tersingkap padamu melalui Sifat-sifatNya."
Dua model cahaya yang tersingkap, dan keduanya bersifat batin semua. Bila
muncul cahaya yang tersingkap dari perspektif ciptaan-ciptaanNya, maka anda
akan melihat cahaya itu dengan suatu efek bahwa ciptaan-ciptaan itu hanyalah
sesuatu yang serba kurang dan sirna di dunia ini. Tak ada yang abadi, kekal
dan sempurna.

Dari sanalah seseorang menjadi penuh harap dan rasa takut, lalu mencari
selamat dan pahala karena anda tahu sebenarnya dunia itu seperti apa. Pada
saat yang sama anda tahu akhirat dan kekekalannya dan apa yang disediakan
Allah Ta'ala pada orang yang patuh dan taat padaNya dan apa yang diancamkan
pada orang yang maksiat padaNya.

Sebagian para Sufi menegaskan, "Apabila iman ada di luar qalbu, yakni pada
al-Fuad, maka orang beriman mencintai Allah dengan cinta yang
setengah-tengah saja, bila iman sudah merasuk ke dalam qalbu yaitu masuk
pada titik hitamnya, ia akan mencintai Allah dengan cinta yang sangat kuat."
Namun hati-hati, cahaya itu bisa menjadi hijab, sebagaimana ciptaan ini bisa
jadi hijab. Lalu Ibnu Athaillah as-Sakandary menegaskan:
"Kadang qalbu tercengang (berhenti) oleh pesona cahaya, sebagaimana nafsu
terhijab oleh alam kasat mata."

Kadang memang demikian, karena itu harus hati-hati, jangan sampai cahaya
Allah Swt, justru menjadi tirai antara anda dengan Allah Swt, karena
indahnya pesona ruhani, membuat anda alpa dan kehilangan pada Sang Pemberi
Cahaya.

Model orang yang terpesona oleh cahaya dan terhenti ini ada tiga faktor:
Sangat senang dan suka cita dengan cahaya, asyik maksyuk dengan fenomena
cahaya.
Menenggelamkan diri pada indahnya cahaya batin dan tidak menjenguk apa yang
ada dibalik atau sesudahnya (Allah Sang Maha Pencahaya)
Memandang cahaya itu sebagai tahap final dari perjalanan ruhaninya.

Karena itu Ibnul Jalla', ra, menegaskan, "Siapa yang hasratnya terhenti pada
selain Allah Swt, ia kehilangan Allah Swt. Karena Allah Swt Maha Besar, dan
jauh untuk disertai yang lainNya.
Karena itu, disebutkan oleh Syeikh Ahmad ar-Rifa'y, bahwa kaum 'arifin bisa
terkena istidroj bila terhenti pada kema'rifatannya, bukan pada Sang Ma'ruf
(Allah Yang dimakrifati).
Dengan begitu:
Ketika anda berdzikir, jangan terhenti pada indah dan nikmatnya dzikir, lalu
lupa pada Yang anda Ingat (Allah Swt),
Ketika anda beristiqomah jangan terpaku pada karomahnya, alpa pada Dia yang
mencintai Istiqomah anda.
Ketika anda berdoa, gembira pada wujud ijabahNYa, lupa pada agung takdir
munajat anda kepadaNya.

Beliau Ibnu Athaillah as-Sakandary menyebutkan hikmah dibalik ditutupnya
rahasia-rahasia para wali dari umumnya manusia, dan tidak muncul di tengah
publik.
"Allah Swt menutupi cahaya-cahaya rahasia batin dengan alam lahiriyah, dalam
rangka memuliakannya agar tidak tergelar di dalam wujud nyata (tampak).
Sekaligus terhindarkan dari bahasa popularitas."
Betapa mulianya cahaya-cahaya para 'arifun dan para auliya' itu, hingga
Allah harus merahasiakannya, dibalik tampilan biasa, manusiawi dan alamiah
belaka. Ibarat bintang di langit semakin tinggi semakin tidak tampak dan
tidak bisa dipandang.
Bahkan orang-orang kafir pun terkecoh, ketika memandang para Nabi as. Ketika
mereka mengatakan, "Ini tak lebih dari manusia seperti kalian, yang makan
seperti makanan kalian dan minum seperti minuman kalian. " (Al-Mu'minun 33),
"Mereka mengatakan, Rasul macam apa ini yang makan makanan dan jalan di
pasar-pasar?" (Al-Furqon: 7)

Karena itu mengenal wali, menurut Syeikh Abul Abbas Al-Mursy, lebih sulit
disbanding mengenal Allah Swt. Karena Allah Ta'ala sangat jelas dengan
keparipurnaan dan keindahanNya, sedangkan para wali, bagaimana anda tahu,
mereka makan seperti anda, dan minum seperti minuman anda."
Lalu Ibnu Athaillah menegaskan, "Bila Allah hendak mengenalkan anda pada
seorang wali dari wali-waliNya, maka wujud manusiawinya disingkap pada anda,
lalu dipersaksikan wujud keistemewaannya."

Puasa Syariat, Thoriqoh dan Hakikat

Syeikh Abdul Qodir Al-Jilany (Dalam Kitab Sirrul Asror
Puasa Syariat adalah menahan diri dari makan dan minum, dan dari berhubungan suami isteri di siang hari.

Sedangkan Puasa Thoriqoh itu, mengekang seluruh tubuhnya dari hal-hal yang diharamkan, dilarang dan dicela, seperti ujub, takabur, bakhil dan sebagainya secara lahir maupun batin. Karena semua itu bisa membatalkan puasa thoriqoh.

Puasa syariat itu ada batas waktunya. Sedeangkan Puasa thoriqoh senantiasa abadi tak terbatas seumur hidupnya. Itulah yang disabdakan oleh Rasulullah saw:
"Betapa banyak orang berpuasa tetapi puasanya tidak lebih melainkan hanya rasa lapar…" (Hr. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Karena itu disebutkan, betapa banyak orang berpuasa tetapi ia justru berbuka, dan betapa banyak orang yang berbuka (tidak puasa) namun ia berpuasa. Yakni menahan anggota badannya dari dosa-dosa, menahan diri dari menyakiti manusia secara fisik, seperti firman Allah Ta'ala dalam hadits Qudsy:

"Puasa itu untuk Ku dan Aku sendiri yang membalas pahala puasa."
(Hr. Bukhori)

"Bagi orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka, dan kegembiraan ketika memandang Keindahan Ku."

Bagi Ulama syariat dimaksud dengan berbuka adalah makan ketika matahari maghrib, dan melihat bulan di malam Idul Fitri. Sedangkan ahli thoriqoh menegaskan bahwa berbuka itu akan diraih ketika masuk syurga dengan memakan kenikmatan syurga, dan kegembiraan ketika memandang Allah swt. Yaitu ketika bertemu dengan Allah Ta'ala di hari qiyamat nanti, dengan pandangan rahasia batin secara nyata.

Sedangkan Puasa Hakikat adalah puasa menahan hati paling dalam dari segala hal selain Allah Ta'ala, menahan rahasia batin (sirr) dari mencintai memandang selain Allah Ta'ala seperti disampaikan dalam hadits Qudsy:
"Manusia itu rahasiaKu dan Aku rahasianya."

Rahasia itu bermula dari Nurnya Allah swt, hingga ia tidak berpaling selain Allah Ta'ala. Selain Allah Ta'ala, tidak ada yang dicintai atau disukai dan tak ada yang dicari baik di dunia maupun di akhirat.

Bila terjadi rasa cinta kepada selain Allah gugurlah puasa hakikatnya. Ia harus segera mengqodho puasanya, yaitu dengan cara kembali kepada Allah swt dan bertemu denganNya. Sebab balasan Puasa Hakikat adalah bertemu Allah Ta'ala di akhirat.

ALEXA TOP RANK, TOP RETTING

Pasti sudah pada tidak asing dengan yang namanya ALEXA RANK, itulah mesin penghitung rangking situs, wap, web, atau blog yang dimiliki oleh kita semua :-) .

Alhamdulillah blog mahesa-jenar ini rangkingnya tiap waktu kian naik :-D yang dua bulan lalu bercokol di angka yang sangat vantastis yaitu diatas 20juta ;-( tapi alhamdulillah, berkah ramadhan dan juga berkah dari silaturahim ( BLOGWALKING ) dengan kalian semua, setelah tadi mengecek ke alexa.com ternyata rangking blog mahesa-jenar sekarang melonjak sangat drastis ke angka 5.274.641 :-) semoga selalu naik sampai level 100 top rank :D . Walaupun saya tidak menulis tentang SEO atau ALEXA sebelumnya.

Jadi saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada para pengunjung setia disini. Bagi yang belum follow, silahkan untuk pencet follow di versi web.

Selasa, 16 Agustus 2011

Keutamaan Majelis Khatmul Qur`an

Banyak umat Islam yang belum mengetahui keutamaan majelis khatmul qur'an dan kedudukannya di dalam Islam, sehingga mereka kurang memperhatikan dan bahkan mengabaikannya. Sebagaimana telah kita ketahui bersama Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta, serta menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapapun yang mempercayai dan mengamalkannya. Sebagai Kitab Suci terakhir yang diturunkan Allah, Al-Qur'an mencakup semua pokok syariat yang terdapat didalam kitab-kitab Suci sebelumnya. Ia pun menjadi bacaan terbaik dikala senang, maupun susah, bahagia ataupun duka.
Rasulullah saw bersabda :
Keutamaan ucapan Allah dibandingkan ucapan (seluruh) ciptaan-Nya adalah seperti keutamaan Allah dibandingkan makhluk-Nya. (HR.Darimi)

Pahala Membaca Al-Qur'an

Setiap mukmin percaya dan yakin bahwa seseorang yang membaca Al-Qur'an meskipun tidak memahami arti dan maknanya telah melakukan sebuah ibadah yang mendatangkan banyak pahala serta mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasulullah saw bersabda :
"Barang siapa membaca satu huruf yang terdapat dalam kitabullah (Al-Quran), maka dia memperoleh satu hasanah (kebaikan) dan setiap kebaikan pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif merupakan satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi)
Dan dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah SWT berkata :
"Barang siapa sibuk membaca Al-Qur'an sehingga tidak sempat meminta dan berdzikir kepada-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari pahala orang-orang yang memohon (kepada-Ku)." (HR Tirmidzi)

Keutamaan Mendengarkan Al-Qur'an
Al-Qur'an bukan saja bermanfaat bagi pembacanya, tetapi juga bagi pendengarnya. Didalam sebuah ayat secara tegas Allah menyatakan bahwa mendengarkan Al-Qur'an dengan baik merupakan salah satu sarana untuk memperoleh rahmat-Nya. Allah mewahyukan:
"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat." (Al-A'raf, 7:204)
Disamping itu dalam berbagai sabdanya, Nabi besar Muhammad saw juga telah menyampaikan keutamaan orang yang mau mendengarkan Al-Qur'an. Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa mendengarkan satu ayat dari kitabullah (Al-Qur'an), maka dituliskan baginya satu kebajikan yang pahalanya dilipatgandakan. Dan barang siapa membaca satu ayat, maka ayat tersebut akan menjadi cahaya baginya kelak dihari kiamat." (HR Ahmad)

Dalil Membaca dan Mengkhatamkan Al-Qur'an Secara Berkelompok
Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu dzikir yang sangat dianjurkan .Sehingga tidaklah aneh jika kita melihat sekelompok orang duduk bersama membaca dan mengkaji Al-Qur'an , baik di masjid, mushalla, rumah maupun tempat lainnya. Dalam sebuah Hadist Rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah berkumpul sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, melainkan para malaikat mengerumuni mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan (sakinah) menghampiri mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat yang berada di sisi-Nya." (HR Tirmidzi)
Suatu hari, Nabi Muhammad saw mengunjungi para sahabat Beliau yang lagi duduk-duduk secara berkelompok dalam sebuah halaqah. Melihat hal tersebut Rasulullah saw bertanya kepada mereka, "Apa yang membuat kalian duduk disini?"
"Kami duduk disini untuk berdzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas Hidayah dan karunia yang Ia berikan kepada kami untuk memeluk Islam," jawab mereka.
Rasulullah saw kembali bertanya kepada mereka dengan bersumpah, "Demi Allah, apakah hanya itu yang membuat kalian duduk disini?"
"Demi Allah, hanya itulah yang membuat kami duduk disini," jawab mereka.
Rasulullah saw lantas bersabda:
"Sesungguhnya sumpahku tadi bukan karena berprasangka buruk kepada kalian. Akan tetapi, Jibril tadi datang menemuiku dan menyampaikan bahwa Allah 'Azza wa jalla sedang membangga-banggakan kalian kepada para malaikat." (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i)
Dalam Hadist yang lain, secara khusus Nabi saw menyebutkan keutamaan mereka yang membaca Al-Qur'an secara berkelompok. Rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah berkumpul sekelompok orang disebuah rumah Allah (masjid) untuk membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya, bersama –sama (bertadarus), melainkan ketenangan (sakinah) menghampiri mereka, rahmat meliputi mereka, para Malaikat mengerumuni mereka dan Allah menyebut - nyebut mereka dihadapan para Malaikat yang berada disisi-Nya." (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Mengomentari Hadist diatas, Imam Nawawi ra menyatakan bahwa orang - orang yang berkumpul di Madrasah dan Pesantren serta tempat sejenisnya akan mendapatkan pula ketenangan, rahmat dan kerumunan Malaikat tersebut. Adapun salah satu hikmah mengapa dalam Hadist tersebut Nabi Muhammad saw hanya menyebutkan Masjid adalah karena Masjid merupakan tempat yang paling mulia untuk membaca Al-Qur'an, dan biasanya disanalah diselenggarakan tadarus Al-Qur'an.

Dalil Doa Khatmul Qur'an
Diatas telah disebutkan bahwa para Malaikat, ketenangan dan rahmat akan meliputi orang-orang yang membaca Al-Qur'an. Tentunya suasana kerohanian yang kental tersebut sangat tepat jika dimanfaatkan untuk berdoa kepada Allah, terlebih lagi jika berada ditempat-tempat mulia, seperti Masjid, Mushalla, di depan Kakbah, dan lain sebagainya. Nabi Muhammad saw sebagai panutan kita telah mencontohkan hal tersebut.
Abu Hurairah ra, menyatakan bahwa ketika mengkhatamkan Al-Qur'an, Rasulullsh saw berdoa sambil berdiri. Mengenai kemustajaban doa khatmul qur'an, Rasulullsh saw bersabda:
"Barang siapa selesai menunaikan sebuah shalat wajib, maka dia memiliki doa yang dikabulkan, dan barang siapa selesai mengkhatamkan Al-Qur'an, maka dia memiliki doa yang dikabulkan." (HR Thabrani)
Disamping itu dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi ra, Rasulullsh saw bersabda:
"Barang siapa membaca Al-Qur'an kemudian dia memuji Allah yang Maha Memelihara dan bershalawat kepada Nabi saw serta beristighfar (memohon ampun) kepada Tuhannya, maka dia telah mencari kebaikan sebagai kedudukannya." (HR. Baihaqi)
Oleh karena itulah da'o khatmul Qur'an yang disusun oleh Imam Ali Zainal Abidin bin Husein (cicit Nabi Muhammad saw) kita akan melihat Beliau mengawali doanya dengan pujian kepada Alloh dan sholawat
kepada baginda Nabi Muhammad saw. Sebegai berikut :
Yaa kariim, Alloohumma solli wasallim 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa muhammadin.
Duhai yang maha Pemurah , Ya Alloh, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad dan juga keluarga Sayyidina Muhammad.
Imam Darimi ra menyebutkan bahwa Humaid Al-A'raj ra berkata, "Barangsiapa membaca Al-Qur'an setelah itu ia berdoa, maka 4000 malaikat mengamini doanya.
Imam Darimi ra dalam Musnadnya menyatakan bahwa sa'ad bin Abi Waqqash ra. berkata, "Jika khatmul Qur'an bertepatan dengan permulaan malam, maka para Malaikat berdoa untuk orang yang mengkhatamkan al-Qur'an tersebut hingga pagi hari. Dan jika khatmul qur'an bertepatan dengan akhir malam maka para Malaikat berdoa untuknya hingga sore hari.
Kesimpulannya adalah Majelis Khotmil Qur'an bukanlah sesuatu yang baru. Dari zaman Nabi, sahabat, dan hingga kini umat islam masih menghidupkan majelis tersebut.

IBLIS INGIN TOBAT

Jika manusia mengalami ketidaktetapan iman: saat suatu ketika ia merasa begitu dekat dengan Tuhan dan pada saat yang lain secara tak sadar ia mengabaikan-Nya, maka iblis pernah lelah dengan pembangkangannya kepada Tuhan. Ia merasa perlu menyudahi permusuhan dengan-Nya. Ia ingin bertobat.

Niat tersebut iblis utarakan kepada Musa, berharap Musa mau membantu. Iblis tahu, hanya Musa yang bisa bercakap-cakap secara langsung dengan Tuhan, seperti yang pernah Musa lakukan saat ia meminta Tuhan menampakkan diri, tapi Tuhan menolak (bukan karena Ia tak mau atau tak mampu, melainkan) karena diri-Nya terlalu perkasa untuk dilihat mata manusia.

“Musa, tolong sampaikan kepada Tuhan niatku ini,” kata iblis, meminta.
“Kautahu aku hanya makhluk-Nya yang berlumur dosa dan aku tahu kau makhluk pilihan-Nya.”

Musa menyanggupi. Ia segera mendaki sebuah gunung untuk menemui Tuhan. Hasilnya, Tuhan bersedia menerima tobat iblis dengan satu syarat.
“Dia harus bersujud kepada kuburan Adam,” kata Tuhan.

Musa kemudian kembali kepada iblis dengan membawa pesan tersebut.
“Bersujud kepada kuburan Adam?!” jawab iblis dengan marah. Ia mungkin bisa berdamai dengan Tuhan, namun agaknya sulit akur dengan Adam. Kita tahu, saat masih di surga, iblis menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam, hanya karena makhluk dari golongan manusia itu terbuat dari tanah yang bagi iblis tak lebih baik daripada api, unsur penciptaan dirinya.

Pembangkangan yang menyebabkan iblis terusir dari surga dengan cap makhluk terkutuk.
“Dulu, saat Adam hidup saja aku tak pernah sudi bersujud kepadanya! Apalagi sekarang saat ia telah mati! Apalagi kepada kuburannya!” jawab iblis.

Kisah israiliyyat (kisah yang bersumber dari Bani Israil) di atas disadur dari Ihya Ulum al-Din fi al-Qarn al-Wahid wa al-‘Isyrin karya Dr. Sa’ad al-Hakim, sebuah buku yang meringkas karya besar Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din.

Apa yang sesungguhnya Tuhan minta dari iblis Ini?:
iblis menaklukkan musuh-musuh dalam dirinya sendiri—bangga diri, tinggi hati, dan dengki. Namun, iblis gagal. Justru musuh-musuh itu yang menguasai dirinya.
Iblis terbelenggu kebencian yang menahannya bersimpuh di hadirat Tuhan.

Saya kira, itu juga tentang kita, manusia. Menghadap Tuhan bukan untuk mencari ketenangan, justru seseorang harus dalam suasana batin dan pikiran yang tenang sebelum menghadap Tuhan.
Lalu, kita (jika Anda berkenan saya wakili) bisa membaca gejala:
- jika zikir kita tak berfungsi seperti yang difirmankan: "Ingatlah, hanya dengan berzikir kepada Tuhan hati akan merasa damai" (al-Ra‘d: 28);
- jika shalat kita tak berpengaruh seperti yang dijanjikan: "Kerjakanlah shalat. Sebab, ia dapat mencegah diri dari kekejian dan kemungkaran" (al-‘Ankabut: 45);
- jika puasa kita sebatas ritual menahan lapar dan minum tanpa bernilai apa-apa …

barangkali karena sesungguhnya semata tubuh yang berzikir, yang mengerjakan shalat, yang berpuasa, sementara batin dan pikiran terpenjara oleh pembangkangan.
Hanya sebuah prasyarat:
rajin menghadap Tuhan tak menjanjikan ketenangan dan pengaruh sebelum seseorang menjamin diri sendiri bebas dari segala belenggu yang menggelisahkan, tidak terikat oleh kewajiban diri yang tak dilunasi dan hak orang lain yang belum dibayarkan.

Selamat berpuasa!

Sumber : jumanrofarif.wordpress.com

Wara’ Kunci Kesuksesan dan Keselamatan

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi RA adalah salah satu auliya (kekasih) Allah SWT yang kata-kata dan petuahnya selalu diterima setiap insan. Perbuatan dan perangainya selalu menjadi teladan bagi mereka. Majelis beliau senantiasa dipadati oleh orang-orang yang hendak mendulang ilmu dan sir dari beliau. Tidak terkecuali orang yang berilmu pun turut hadir di majelis itu, karena mereka melihat derasnya hikmah dan rahasia-rahasia yang bermutu tinggi yang disampaikan oleh beliau.

Kata-kata mutiara beliau senantiasa membasahi hati yang gersang bak air hujan yang membasahi tanah yang tandus sehingga menyuburkannya. Memang benar bahwa ilmu (hikmah) yang disampaikan seorang Arif billah, akan memberikan ketenangan dan kesejujkan hati ibarat air hujan memberikan kesuburan pada pepohonan.

Marilah kita simak dengan cermat dan laksanakan sebagian nasehat yang beliau sampaikan pada malam Senin 24 Muharram 1324 H di salah satu majelis beliau yang mulia. Insya-allah kita tergolong kaum yang mencintai beliau dan para salaf sholeh, sehingga kita kelak dikumpulkan bersama mereka. Amin.

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi berkata,
“Wahai saudara-saudaraku, hati-hati telah menjadi kaku dan beku, tidak ada lagi bekas dan pengaruh dari al Quran maupun nasehat para ulama yang selalu didengarnya. Sedang kita tidak tahu apa gerangan penyebab kekerasan hati itu. Ketahuilah bahwa penyebab terbesar dan yang paling dominan adalah karena makanan yang kotor (syubhat atau haram) yang masuk ke perut kita, saat ini banyak orang tidak perduli dan bahkan tidak takut untuk jatuh pada keharaman. Mereka meremehkan masalah ini.

Bagaimana mungkin nasehat dan petuah yang sampai akan memberikan atsar (pengaruh) dan membekas di hati, sedang makanan yang dikonsumsi adalah haram? Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari keharaman di mana pun dan kapan pun kita berada, serta menghalangi dan membentengi kita dari orang yang suka keharaman.

Ketahuilah, keluarga kita (para salaf sholeh), thariqah (jalan) mereka adalah mencari yang halal dan bersikap wara’ (berhati hati/menjaga diri). Hati-hatilah saudaraku dari makanan haram. Kekasih kalian Nabi Muhammad SAW telah bersabda (yang artinya), “Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”.

Hadits di atas sudah cukup populer dan sering disampaikan sebagaimana terdapat dalam kitab Kasyful Khafa’ karya Al Imam Al ‘Ajaluniy ra. Imam Sahl bin Abdillah At Usturi, salah seorang ulama salaf berkata,

“Siapa memakan yang haram, maka tubuhnya akan bermaksiat, dia mau atau tidak, Dan siapa yang memakan yang halal maka tubuhnya akan berbuat taat, dia mau atau tidak”.

Pada masa kita ini, nyaris tidak ditemukan lagi orang yang wara’ kecuali sangat sedikit kebanyakan mereka telah terjerumus dalam keharaman. Ketahuilah bahwa hati ini akan menjadi gelap karena makanan haram, baik dia menyadari dan mengetahuinya atau tidak. Baiklah jika memang dia tidak mengetahui bahwa yang dimakannya adalah haram, ini mungkin agak ringan (tetapi tetap akan menyebabkan kegelapan hatinya).

Tapi yang dengan sengaja melakukannya maka celakalah dia, binasalah dia. Sebab siapa memasukkan satu suapan haram pada tubuhnya maka sholatnya tidak diterima oleh Allah selama suapan itu masih berada dalam tubuhnya. Siapa yang sholat dengan baju yang disana terdapat satu benang (kain) yang haram maka sholatnya tidak diterima oleh Allah selama baju itu melekat ditubuhnya. Lalu apa faedah yang akan didapat dari amalnya jika ternyata itu semua tidak diterima? Bagaimana mungkin cahaya akan masuk ke dalam hati yang gelap gulita?

Ketahuilah bahwa kata-kata semacam ini adalah kurang ajar dan menentang (berani) kepada Allah SWT. Padahal bumi Allah sangatlah luas, jika dia mau berusaha pasti akan mendapatkan yang halal sekalipun dengan usaha yang keras.

Yang lebih mengherankan lagi bahwa ada sebagian manusia yang berakal, memiliki pikiran, tetapi sengaja memakan yang haram padahal dia tahu bahwa dengan perbuatannya itu dia akan diadzab oleh Allah. Sebab jika dia melakukan itu dia akan terseret ke dalam neraka, maka tinggalkanlah makanan haram, pasti akan datang kepada kalian makanan yang halal.

Nabi Muhammad saw bersabda (yang artinya),
“Yang halal itu jelas dan haram juga jelas, dan antara keduanya adalah perkara yang syubhat (remang-remang), banyak manusia tidak mengetahui kejelasannya. Maka siapa yang manjaga diri dari barang syubhat ini, maka dia telah menjaga harga diri dan agamanya. Dan siapa yang terjerumus pada syubhat maka dia akan terjerumus pada yang haram, ibarat seorang pengembala yang menggembalakan kambingnya di dekat daerah larangan maka dia nyaris akan memasuki daerah larangan itu.”(HR Bukhori dan Muslim dll)

Saat ini, hampir tidak ada mudzakarah (pengajian) tentang wara’, sebab jika ada yang menyebutkamya maka dia akan diam karena khawatir akan diingkari oleh orang lain, sebab keharaman sudah membaur di antara masyarakat. Inilah hari di mana kebenaran banyak disepelekan. Nasehat sudah tidak masuk ke dalam hati dan rasa takut kepada Allah sudah tidak bersemayam lagi dalam kalbu. Dan sebabnya adalah makanan haram yang mengeraskan dan menggelapkan hati.

Saat ini banyak orang yang datang kepada kita dan menipu kita dengan menyuruh agar uang-uang kita ditabung di bank (agar menghasilkan bunga yang banyak), anak-anak kecil yang mendapat harta warisan yang banyak, mereka diperdaya agar uangnya disimpan sehingga ketika anak itu sudah baligh maka dia akan mendapati hartanya telah tercampur dengan keharaman.

Maka dari itu jagalah diri kita dan keluarga kita terutama dari hal yang semacam ini, jangan sampai tubuh mereka terisi makanan syubhat apalagi haram, sekuat apapun usaha kita untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, namun jika makanan yang kita berikan tidak benar, maka akan sia-sia usaha tersebut. Dan kita larang mereka sekuat tenaga dari kemungkaran, maka itu pun akan sia-sia. Karena makanan baram telah mendarah daging dengan mereka.

Dalam atsar disebutkan,

“Jika kalian banyak sholat sehingga menjadi seperti tiang-tiang, bannyak berpuasa sehingga kurus kering seperti tali busur, semua ibadah itu tidak akan diterima kecuali jika dilandasi dengan kewara’an yang tinggi“.

Al Habib Abdullah bin Alawiy Al Haddad RA dalam untaian nasehatnya menyatakan,
“Ketahuilah semoga Allah merahmati kalian bahwa makanan halal akan menyinari hati dan melembutkannya dan menyebabkan adanya rasa takut kepada Allah dan _khusyu’ kepadaNya, memberikan semangat dan motivasi pada anggota tubuh untuk taat dan beribadah serta menumbuhkan sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan pada akhirat. Dan inilah sebab diterimanya amal amal sholeh kita dan dikabulkannya doa-doa kita.”_

Sebagaimana sabda Rasulullah saw kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Perbaguslah (jaga kehalalan) makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan”.

“Adapun makanan haram dan syubhat maka kebalikan dari yang sudah disebutkan tadi, dia akan menyebabkan kekerasan hati dan menggelapkannya, mengikat (mengekang) tubuh dari ketaatan dan menjadikannya rakus terhadap dunia. Inilah sebab ditolaknya amal-amal ibadah dan doanya.”

Sebagaimana dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah saw menceritakan seorang musafir yang bajunya compang-camping, rambutnya berdebu (tidak terurus), dan dia menengadahkan kedua tangannya ke langit (dengan suara lirih dan penuh harapan–red) dia berkata,

“Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku …”

Namun makanannya haram, minumannya haram, bajunya haram dan dimasukkan pada mulutnya makanan haram, maka bagaimana mungkin akan diterima doanya?

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Walhasil.Maka berusahalah mencari pekerjaan dan makanan yang halal dan jauhilah keharaman. Dan ketahuilah bahwa kewara’an ini tidak hanya pada makanan saja tapi mencakup semua aspek pekerjaan kita. Berbuat apapun harus dilandasi dengan kehati-hatian dan kewaspadaan, jika masih ragu maka tingglkanlah, khawatir akan terjerumus pada keharaman dan akibatnya pasti fatal.Semoga bermanfaat,amin :):)

NB : Al Habib Al Imam Ali bin Muhammad Al Habsyi adalah penyusun Kitab Maulid “Simtud Durar” ( Maulid Habsyie)

Seorang Mukmin Adalah Cermin Bagi Mukmin lainnya

16 Maret
BengkeL jiWa #1
  • Seorang Mukmin Adalah Cermin Bagi Mukmin lainnya
    SAUDARAKU, ketahuilah, sesungguhnya kekasih kita Rasûlullâh saw telah diberi jawâmi’ul kalim[1]. Setiap kata yang diucapkan oleh Rasûlullâh saw sarat dengan makna dan memiliki banyak pemahaman. Setiap orang memahami ucapan beliau saw sesuai dengan pemahaman dan cahaya yang diberikan Allâh kepadanya. Rasûlullâh saw bersabda:

    “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya.” (HR Abû Dâwûd)

    Hadis di atas memiliki beberapa makna, di antaranya adalah:

    Pertama, jika seorang Mukmin melihat berbagai akhlak mulia pada diri saudaranya, maka dia akan meneladaninya. Dan jika dia melihat berbagai sifat tercela dalam diri saudaranya, dan dia mengetahui bahwa dirinya memiliki keburukan yang sama, maka dia segera berusaha membersihkan dan menyingkirkan sifat-sifat tercela itu dari dirinya.

    Kedua, ketika seorang Mukmin melihat sebuah sifat tercela pada diri saudaranya, maka dia segera memerintahkan dan meminta saudaranya itu untuk menghilangkannya. Dia menjadi cermin bagi saudaranya. Berkat nasihatnya saudaranya dapat melihat aibnya sendiri, seperti cermin yang menampakkan keburukan wajah seseorang.

    Ketiga, seorang Mukmin akan memandang kaum Mukminin sesuai dengan keadaan hatinya. Jika hatinya baik, suci, jujur dan bersih dari berbagai sifat tercela, maka dalam pandangannya semua Mukmin adalah baik. Dia berprasangka baik kepada seluruh Mukmin dan sama sekali tidak akan berpikiran buruk kepada mereka. Kau akan melihat dia mudah tertipu oleh setiap orang yang berusaha menipunya dan membenarkan semua ucapan yang disampaikan kepadanya. Sebab, dalam pandangannya semua orang berakhlak mulia seperti dirinya. Ini adalah sebuah sifat mulia dan utama yang diberikan Allâh kepada banyak Mukmin.

    Tetapi, yang lebih baik dan sempurna adalah seseorang yang mampu melihat sesuatu sebagaimana adanya, baik atau pun buruk, saleh ataupun fasik.

    Seorang yang berhati busuk dan bersifat buruk, wal ‘iyâ dzubillâh, maka keburukannya ini akan menjelma pada diri setiap orang yang dilihatnya. Setiap kali melihat seseorang dia akan berprasangka buruk kepadanya. Sebab, yang dia lihat adalah gambaran keburukan dirinya sendiri. Menurutnya semua orang seperti dirinya. Rasûlullâh saw bersabda:

    “Jika seseorang berkata, ‘Manusia telah binasa,’ maka dialah yang paling binasa.”

    (HR Muslim, Abû Dâwûd, Ahmad dan Mâlik)

    Seorang penyair berkata:

    Jika perilaku seseorang buruk
    Maka prasangkanya pun buruk

    Dia wujudkan kebiasaannya dengan penuh keraguan
    Dan memusuhi para pecintanya

    karena ucapan musuhnya
    akhirnya dia berada dalam keraguan
    Seperti malam yang gelap gulita

    Pernah seorang lelaki mengunjungi seorang saleh yang dikenal sebagai waliyullâh (orang yang dicintai Allâh) dan berkata kepadanya, “Wahai Tuan, aku bermimpi melihatmu dalam wujud seekor babi.” Sang wali rhm pun menjawab, “Babi itu adalah gambaran dirimu, bukan diriku. Ketika engkau menghadapiku, maka gambaran dirimu menjelma pada diriku. Ketika melihat babi itu engkau mengiranya sebagai diriku. Sesungguhnya itu adalah gambaran dirimu yang menjelma pada diriku. Andaikata engkau baik, maka engkau akan melihatku dalam wujud yang baik.”

    Karena itu kami katakan bahwa setiap orang yang bermimpi melihat Rasûlullâh saw dalam wujud yang baik, maka itu adalah tanda bahwa dirinya baik. Tetapi, jika tidak demikian, maka itu adalah tanda bahwa dirinya memiliki kekurangan. Kami tidak mengatakan bahwa keterangan ini berlaku untuk semua orang. Keterangan ini hanya berlaku untuk orang yang penuh kekurangan ketika bermimpi atau bertemu dengan orang yang sempurna, setingkat dengannya atau orang yang tidak ia ketahui kedudukannya.

    Pada umumnya apa yang dilihat oleh seseorang pada diri kaum Mukminin adalah gambaran keadaannya sendiri. Jika dia baik, maka dia akan melihat kebaikan dan jika dia buruk, maka dia akan melihat keburukan. Sedangkan apa yang dilihat oleh orang-orang yang memiliki kesempurnaan, seperti para Nabi as dan pewarisnya, dalam mimpi atau di luar mimpi, adalah keadaan yang sebenarnya dari orang yang mereka lihat. Sebab, gambaran diri orang-orang yang memiliki kesempurnaan tidak akan menjelma pada diri orang lain. Karena, orang lain memiliki hijab yang terlalu tebal. Tetapi, gambaran orang lain dapat menjelma pada diri mereka karena kejernihan hati mereka. Mereka dapat melihat orang lain sesuai keadaannya yang sebenarnya.

    Rasûlullâh saw bersabda:

    “Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allâh.” (HR Tirmidzî)

    Keadaan seperti ini hanya khusus bagi ahlillâh. Hati-hati jangan tertipu, sebab itulah sumber keburukan.

    Keempat, hati seorang Mukmin yang sempurna imannya akan menjadi tempat tajallî Allâh SWT Al-Mu`min. Sebab, Al-Mu`min adalah salah satu nama Allâh. Hati seorang Mukmin adalah tempat makrifat. Allâh SWT berkata dalam sebuah hadis qudsi:

    “Bumi dan langit-Ku tidak akan mampu menampung-Ku, dan hati hamba-Ku yang berimanlah yang mampu menampung-Ku.” (Al-Hadis)

    “Hati adalah rumah Allâh.” (Al-Hadis)

    Arti kedua hadis ini adalah hati merupakan tempat bermakrifat kepada Allâh. Wallâhu Subhânahu wa Ta’âlâ a’lam.Semoga bermanfaat,amin :):)

    ——————————————————————————–

    [1] Jawâmi’ul kalim: kalimat yang singkat tetapi sarat dengan makna

Senin, 15 Agustus 2011

KEUTAMAAN DZIKIR

Allah Yang Maha Besar selalu mengingatkan kita di dalam kitab-Nya
Al-Quran Al-Karim supaya berzikirillah seperti berikut:

"Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang, dan pada
sebahagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya dan bertasbihlah
kepadaNya pada bahagian yang panjang di malam hari." Surah 76: Al
Insan, Ayat 25 & 26

"Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." Surah 7:
Al A'raf, Ayat 205

"Orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata) "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka." Surah 3: Al Imran Ayat 191

"Sesungguhnya Aku lah Allah, tidak ada Tuhan selainKu, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku." Surah 20 Thaha Ayat 14

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." Surah
33: Al Ahzab Ayat 21

Dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu
Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: Allah s.w.t berfirman: Aku
adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya
ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya,
nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia
mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam
suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu
dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak
sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan
mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam
keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya
seperti berlari-lari anak.

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda:
Sesungguhnya Allah s.w.t Yang Maha Memberkati lagi Maha Tinggi
memiliki para Malaikat yang mempunyai kelebihan yang diberikan oleh
Allah s.w.t. Para Malaikat selalu mengelilingi bumi. Para Malaikat
sentiasa memerhati majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada
satu majlis yang dipenuhi dengan zikir, mereka turut mengikuti majlis
tersebut di mana mereka akan melingkunginya dengan sayap-sayap mereka
sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang menghadiri majlis
zikir tersebut dan langit. Apabila orang ramai yang hadir dalam
majlis tersebut beredar, para malikat naik ke langit.

Allah s.w.t bertanya para malaikat meskipun Allah mengetahui pergerakan mereka:
"Dari mana kamu datang?"

Malaikat menjawab:
"Kami datang dari tempat hamba-hambaMu di dunia. Mereka bertasbih,
bertakbir, bertahlil, bertahmid serta berdoa memohon dari-Mu."

Allah s.w.t berfirman:
"Apakah yang mereka pohonkan.?"

Para Malaikat menjawab:
"Mereka memohon Syurga dari-Mu."

Allah berfirman:
"Apakah mereka pernah melihat Syurga-Ku?"

Para Malaikat menjawab:
"Belum, wahai Tuhan."

Allah berfirman:
"Bagaimanakah agarnya akan terjadi seandainya mereka dapat melihat Syurga-Ku?"

Malaikat berkata lagi:
"Mereka juga memohon daripada-Mu perlindungan."

Allah berfirman:
"Mereka mohon perlindungan-Ku dari apa?"

Malaikat menjawab:
"Dari Neraka-Mu, wahai tuhan."

Allah berfirman:
"Apakah mereka pernah melihat Neraka-Ku?"

Malaikat menjawab:
"Belum."

Allah berfirman:
"Bagaimanakah agarnya akan terjadi seandainya mereka dapat melihat Neraka-Ku."

Malaikat terus berkata:
"Mereka juga memohon keampunan-Mu."

Allah berfirman:
"Aku sudah mengampuni mereka. Aku telah kurniakan kepada mereka apa
yang mereka mohon dan Aku telah berikan ganjaran pahala kepada mereka
sebagaimana yang mereka mohonkan."

Malaikat berkata lagi:
"Wahai tuhan kami, di antara mereka terdapat seorang hamba-Mu. Dia
penuh dengan dosa, sebenarnya dia tidak berniat untuk menghadiri
majlis tersebut, tetapi setelah dia melaluinya dia terasa ingin
menyertainya lalu duduk bersama-sama orang ramai yang berada di
majlis itu."

Allah berfirman:
"Aku juga telah mengampuninya. Mereka adalah kaum yang tidak
dicelakakan dengan majlis yang mereka adakan."

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Dzikir adalah salah satum upaya interaksi Makhluq pada Sang
Khaliq.Tanda ketidak mampuan Makhluq ( kebergantungan Makhluq pada
Sang Khaliq ) Berbahagialah bagi yang telah melaksanakannya dan
bersegeralah bagi yang mendambakan interaksi khusus dengan Sang
Khaliq.tidak ada kenikmatan yang terkira didunia ini maupun isi surga
kecuali interaksi Makhluq pada Sang Khaliq.Semoga bermanfaat,amin
<span class="emote_text">:)</span><img alt=":)" class="emote_img"
src="http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif"
style="background-position: 0px 0px;" />

Minggu, 14 Agustus 2011

khasanah tak terhingga

Umar bin Abdil Aziz adalah seorang khalifah dari Dinasti Umayah yang dikenal adil. Begitu adilnya sehingga dia disejajarkan dengan Sayidina Umar bin Khattab r.a. Karena namanya sama, maka dia pun disebut dengan panggilan Umar II atau Umar Ats-Tsani. Selama memerintah, seluruh waktunya dia abdikan untuk kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan duniawi maupun ukhrawi.

Selain adil, dia juga sangat wara’. Dia begitu hati-hati dengan harta negara atau harta kaum muslimin, sehingga tak mau menyentuhnya barang sedikit pun.

Dia pun ahli ibadah. Siang hari dipakai melayani rakyat, malam hari untuk beribadah kepada Allah. Setiap malam dia selalu bangun dari tidurnya di kala semua orang terlelap dalam, lalu dia cari masjid yang ditinggalkan orang. Di situ dia melaksanakan salat tahajud sebanyak yang dia mampu.

Bila datang waktu sahur (penghujung malam, menjelang subuh), dia meletakkan dahi dan pipinya di atas tanah. Dia terus menangis sampai terbit fajar. Itulah kebiasaannya setiap malam.

Suatu kali dia melakukan hal demikian seperti biasa. Ketika dia mengangkat kepala, dan rampung dari salat serta memelasnya, dia mendapati secarik kertas berwarna hijau. Ada cahaya yang memancar dari langit pada kertas itu. Di situ tertulis, “Ini adalah pembebasan dari neraka untuk Umar bin Abdil Aziz dari Dzat Mahadiraja yang Mahaperkasa.”

Salat malam atau tahajud memang sarat rahasia. “Salat dua rakaat di malam hari adalah khazanah atau simpanan kekayaan di akhirat kelak,” tulis Zainuddin Ali Al-Malibari dalam kitabnya Hidayatul Atqiya’. Betapa tidak. Nabi SAW bersabda, “Manusia bakal dikumpulkan di satu tanah berdataran tinggi. Lalu terdengar seruan, ‘Di manakah orang-orang yang lambungnya menjauh dari pembaringan lalu melakukan salat (malam), sedang mereka tergolong orang yang sedikit.’ Kemudian masuklah mereka ke sorga tanpa dihisab.”

Khazanah atau simpanan kekayaan itu sangat kita butuhkan nantinya. Bakal menyelamatkan kita di hari tiada sanak, tiada anak. Alhasil, tiada siapapun yang mau menolong kita di hari itu, kecuali khazanah tersebut. Makanya, kata Syekh Zainuddin, “Perbanyaklah khazanah-khazanah lantaran kau pasti bakal membutuhkannya.”

Salat tahajud akan menyelamatkan kita dan memasukkan kita, dengan izin Allah, ke dalam sorga. Begitulah ditegaskan oleh Rasulullah SAW. “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan (orang miskin), sambunglah tali famili, dan lakukan salat malam sementara orang-orang tidur, niscaya kamu masuk sorga dengan selamat.”

Imam Al-Junaid adalah sufi yang mengisi malam-malamnya dengan salat tahajud. Setelah wafatnya, ada orang yang bermimpi melihat dia. “Apa yang diperbuat Allah kepada Guru?” tanya orang itu dalam mimpi.

Al-Junaid menjawab, “Sirna segala isyarat, hilang semua kata, punah seluruh ilmu, memuai segala perlambang. Tidak ada yang bermanfaat pada kami kecuali rakaat-rakaat kecil yang kami laksanakan di waktu sahur.”

Maksudnya, semua isyarat yang pernah diberikan Imam Al-Junaid kepada murid-murid, seluruhnya punah, binasa, dan tiada berpahala. Semua kata yang pernah dia ucapkan di kala mengajar hilang tak berbekas, tanpa menyisakan pahala. Perlambang-perlambang yang pernah dia sampaikan kepada murid-murid pemulanya, semua meranggas, dan Al-Junaid tak meraih pahala darinya. Pahala hanya dia peroleh dari salat-salat sunnah yang dia kerjakan di malam hari. Maksudnya, semua hal ini tidak dia dapatkan balasannya karena pada galibnya amal-amal demikian bercampur riya’ dan penyakit-penyakit hati lainnya, kecuali salat-salat sunnah di malam hari.

Imam Al-Junaid mengatakan hal itu, tidak lain, adalah untuk mendorong orang supaya bertahajud, di samping untuk menunjukkan keutamaan salat tahajud. Pasalnya, beliau adalah orang yang amalnya jauh dari kecampuran riya’ dan semacamnya. Betapa tidak, beliau adalah pemimpin para sufi.

Alhasil, salat tahajud sangat istimewa. Ibadah ini relatif lebih mudah untuk dilaksanakan dengan hati ikhlas karena Allah semata. Sebab, inilah amal yang tidak dilihat oleh orang lain. Jadi, kalau orang melakukan salat tahajud, dia mau pamer (riya’) kepada siapa? Tidak ada, karena semua orang sedang tertidur lelap.

Begitu istimewa sehingga inilah satu-satunya salat di luar salat lima waktu yang perintahnya ada dalam Al-Quran secara eksplisit – meski perintah itu ditujukan kepada Nabi SAW.

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad SAW.), beribadahlah kamu sepanjang malam kecuali sedikit saja (dari malam).” (Al-Muzzammil: 1-2)

Bagi Nabi SAW, salat malam hukumnya fardhu, sedang untuk umatnya adalah sunnah, yakni sunnah yang kuat. Begitu kuat kesunnahannya, sampai-sampai Nabi bersabda, “Seutama-utama salat setelah salat lima waktu ialah salat malam.”

Bukan hanya Nabi Muhammad SAW, para nabi sebelum beliau pun membiasakan salat malam ini. Bersabda beliau, “Hendaklah kalian melakukan salat malam karena itu merupakan tradisi orang-orang saleh sebelum kalian.”

Imam Abu Yazid Al-Busthami punya cerita. Di masa kecilnya, beliau belajar di pesantren. Suatu kali, beliau membaca Al-Quran di rumah. Ketika sampai pada surah Al-Muzzammil, dia bertanya kepada ayahandanya, “Ayah, siapakah orang ini yang diperintah Allah supaya salat malam?”

Sang ayah menjawab, “Anakku, beliau adalah junjungan kita Nabi Muhammad SAW.”

Al-Junaid kecil bertanya lagi, “Lalu mengapa Ayah tidak mengerjakan apa yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW?”

“Anakku, itu adalah kehormatan dari Allah untuk beliau.”

Al-Junaid meneruskan ngaji Qur’annya. Ketika dia sampai pada bacaan: “Wa thaa’ifatun minal ladziina ma’ak” (dan melakukan salat malam pula, sekelompok orang yang bersamamu ) di surah Al-Muzzammil, dia bertanya, “Ayah, siapakah mereka?”

“Mereka adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW.”

“Ayah, mengapa Ayah tidak berbuat seperti mereka?”

“Anakku, Allah menguatkan mereka untuk beribadah malam.”

“Ayah, tidak ada kebajikan bagi orang yang tidak mau mencontoh Nabi Muhammad dan para sahabat beliau.”

Sejak itu ayah Al-Junaid terpanggil untuk selalu salat malam. Suatu kali si anak berkata kepada bapaknya, “Ayah, tolong ajari aku salat malam.”

Tapi bapaknya melarang. “Anakku, kamu masih kecil.”

Si anak berkata, “Ayah, kelak kalau Allah mengumpulkan seluruh makhluk di hari kiamat, dan menyuruh para penghuni sorga supaya masuk ke dalamnya, aku akan melapor, ‘Tuhan, aku sudah hendak salat malam, lalu ayah saya mencegah saya’.”

Bapaknya mati kutu. “Anakku, berdirilah, mari salat malam.”

Para ulama dan para sufi juga sangat gemar melaksanakan salat malam ini. Sampai-sampai ada seorang sufi yang berkata, “Tak ada yang membuatku sedih kecuali mendengar azan subuh.”

Rabi’ah Al-Adawiyah, bila malam buta tiba, selalu menyempatkan diri untuk melakukan salat dan munajat. Dia beribadah malam dan bermunajat di malam hari dengan begitu “mesranya”. Seolah dia hanya berdua saja dengan-Nya, “ketika raja-raja telah menutup pintu gerbangnya.”

Salat malam memang bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk bertaqarrub atau mendekatkan diri pada Allah. Senyapnya suasana di malam buta bisa membantu kita untuk merasakan “kehadiran-Nya” dan untuk lebih khusyu’ dalam salat kita. Sabda Rasulullah SAW, “Salat malam juga taqarrub bagi kalian, media bagi kalian untuk mendekat dan berdialog dengan Tuhan kalian. Salat malam pun penebus bagi kesalahan-kesalahan, pencegah dosa-dosa, dan penghalau penyakit di badan.”

Oh ya, salat malam memang bisa menyembuhkan penyakit. Dr. Moh. Soleh, ahli kedokteran dari Unair Surabaya, telah membuktikan hal itu melalui penelitian ilmiyah untuk disertasinya yang berjudul “Terapi Salat Tahajud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit.” Dalam disertasi yang sekarang telah dibukukan itu dia menjelaskan salat tahajud itu positif dapat menyembuhkan dan menangkal berbagai penyakit, terutama penyakit jantung. Sebab, salat tahajud yang dilakukan dengan ikhlas dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit.Semoga bermanfaat,amin :):)

Sumber : http: www.forsansalaf.com

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template