Jumat, 05 Maret 2010

SENYUM

Rahasia senyuman, sebagai selingan akan kajian dakwah dengan hal-hal yang sifatnya ringan namun jika kita jeli bahwa tubuh merupakan termometer yang tidak dapat berbohong. Sebagaimana liur mengalir meluncur begitu saja tanpa dikomando oleh otak.
Expresi tubuh semacam inilah yang sebenarnya sudah banyak digali kaidah-kaidahnya sebagai alat introgasi ataupun dalam dunia psikologi. Adapun yang perlu diperhatikan adalah yang menerima atau yang memberikan.

1. Senyum penghormatan
Penghormatan yang tulus dari senyum seseorang akan terlihat jelas pada seluruh gerakan tubuhnya dalam kondisi apapun. Sebagai orang yang santun dan berwibawa. Bersifat lepas dan sepontan.

2. Senyum GR
Senyum GR dengan tersipu-sipu malu mengexpresikan kesenangan namun adakalanya seseorang lebih suka menyembunyikannya dan bercampur dengan kemanjaan. Biasanya berhubungan dengan percintaan.

3. Senyum persahabatan
Senyum ini biasanya bercampur dengan tawa atau percakapan yang lebih segar (fresh) ekspresi dari rasa kedekatan, keakraban, kerinduan.

4. Senyum keterasingan
Biasa pada awal perkenalan dan muncul membawa pesan dari kesan yang tertangkap dan dengan expresi yang berbeda-beda.

5. Senyum Riya
Biasanya senyuman ini tertahan lama agar tertangkap kamera dan biasanya dapat difungsikan dengan melatih diri (tidak spontan), selebritis atau orang-orang yang senang diagungkan dalam wilayah ini.

6. Senyum gundah
Senyum ini ditujukan kepada seseorang namun tidak dengan segenap jiwanya, artinya jiwanya dalam kegundahan ataupun pikiranya sedang tidak terfokus. Mewakili rasa bersalah ataupun hal-hal lainnya.

7. Senyum Dengki
Senyum yang terpaksa lebih tepat dikatakan sebagai mencibir dalam berbagai ekspresi biasanya mebawa sifat masing-masing.

Silahkan temukan rahasia senyum lainnya.

Dalam kajian ini bukan saya mengajarkan seseorang untuk lebih mengamati orang lain karena pada dasarnya masing-masing orang mempunyai kecenderungan dan modal berbeda, namun dapat dirasakan jika jiwa kita tenang (damai). Dengan tidak mengharap orang lain berbuat suatu kebaikan kepada kita, niscaya dapat memahami dan tidak akan berpengaruh pada diri seseorang dalam menangkap nilai kejujuran yang tidak bisa begitu saja disiasati.
Ini adalah salah satu point untuk dijadikan pelajaran bahwa tubuh tidak bisa berbohong cermin daripada aklak.

BAHAYANYA SIKAP TAKABBUR (SOMBONG)

Allah swt. berfirman:
"Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (Q.S. Al-Mu’min: 35).
"Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong."(Q.S. Al-Mu'min: 76).

Nabi saw bersabda, "Bahwa Allah swt. telah berfirman (dalam Hadis Qudsi):
'Keagungan adalah sarung-Ku dan Kebesaran adalah selendang-Ku. Siapa yang meniru Ku dalam dua sifat itu, maka dia akan Ku binasakan’.”
Sabdanya pula:
“Tidak akan masuk surga orang yang hatinya terdapat rasa takabbur walau hanya sebesar biji sawi.”

“Sesungguhnya orang-orang yang sewenang-wenang dan takabur, kelak pada hari Kiamat akan dikumpulkan dalam bentuk semut kecil yang diinjak-injak manusia karena hinanya mereka di sisi Allah swt.”
Rasul saw bersabda kepada Bilal, “Sebenarnya di neraka Jahannam ada jurang yang disebut Habhab, sudah menjadi hak Allah swt. jika para diktator dimasukkan di jurang itu. Engkau harus takut wahai Bilal, jika engkau tergolong penghuni jurang itu.”

Dalam doanya Nabi saw. memohon, “Ya Allah, aku mohon perlindungan-Mu dari tiupan takabur.”
Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mau memandang kepada orang yang memanjangkan pakaiannya sebagai wujud kesombongan. “
Nabi saw juga bersabda, “Barangsiapa yang meninggikan dirinya dan sombong dalam berjalan, maka dia akan menemui Allah, sedang Dia murka kepadanya. “
Sabdanya, “Barangsiapa yang suka memaafkan, maka Allah akan selalu menambah kemuliaan kepadanya, dan barangsiapa bertawadhu ; maka Allah akan meninggikannya.”
Beliau juga bersabda, “Betapa bahagianya, orang yang tawadhu; padahal dia tidak miskin.”
Sabdanya pula, ‘ Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa as, ‘Sesungguhnya Aku hanya menerima salat hamba-Ku yang tawadhu’ kepada keagungan-Ku, tidak menyombongkan diri kepada makhluk-Ku, selalu mengaitkan hatinya dengan rasa takut kepada-Ku, menghabiskan siangnya dengan dzikir kepada-Ku dan mengekang nafsunya demi Aku’. “

Nabi saw. bersabda, ‘Apabila seorang hamba tawadhu ; Allah akan mengangkatnya sampai ke langit yang ketujuh.”
Sabdanya, “Tawadhu’ itu tidak akan menambah derajat hamba, kecuali Allah meninggikan derajat itu. Maka, bertawadhu’lah kamu sekalian, niscaya Allah akan mencintai kalian.”
Sabdanya pula, “Sungguh, yang membuatku takjub, seseorang membawa bekal di tangannya, kemudian diberikan kepada keluarganya sebagai upaya jerih payahnya, untuk menahan diri dari takabur.”

Hakikat Takabur
Hakikat takabur adalah merasa diri lebih sempurna dari yang lainnya.
Sifat takabur akan menimbulkan kehinaan dan bisa mengganggu akidah. Karenanya, Nabi saw. bersabda, ‘Aku berlindung dari hembusan takabur.” Karena itu pula, para sahabat pernah minta ijin kepada Umar r.a. agar memberi nasihat ummat setelah subuh. Umar r.a. menjawab, “Aku lebih takut ada hembusan yang melambungkan sampai ke bintang Tsuraya.”
Sebab, hembusan tersebut berpengaruh pada aktivitas lahiriah, seperti duduk di tempat yang tinggi, jalan di depan, melihat dengan pandangan sinis dan marah jika ada orang tidak mengucapkan salam, atau kepada orang yang tidak menghormatinya, lebih banyak menentang kalau dinasihati, menentang kebenaran bila diberi pandangan, dan memandang orang awam seperti memandang khimar.
Takabur tergolong dosa besar. Bahkan orang yang hatinya ada sebesar dzarah ketakaburan, tidak akan masuk surga. Sebab di dalam takabur ada tiga macam kotoran:

Pertama, takabur itu bertentangan dengan sifat-sifat khusus Allah swt, di mana sifat tersebut (takabur) adalah pakaian Allah swt, sebagaimana firman Allah swt. Keagungan tidak layak, kecuali hanya bagi-Nya. Lalu dari sisi mana, keagungan layak bagi hamba yang hina, yang tidak memiliki dirinya, apalagi menguasai yang lainnya?

Kedua, takabur seringkali membuat orang menolak kebenaran dan cenderung meremehkan orang lain. Nabi saw menjelaskan soal takabur dengan sabdanya, “Takabur, muncul dari masa bodoh terhadap kebenaran, menganggap rendah manusia, dan merasa lebih benar. Takabur menutup pintu kebahagiaan, begitu juga merendahkan makhluk.”

Sebagian sufi berkata, “SesungguhnyaAllah swt. menyembunyikan tiga perkara dalam tiga hal:
1) Menyembunyikan ridha-Nya dalam ketaatan kepada-Nya. Maka, janganlah merendahkan sedikit pun terhadap taat, siapa tahu ridha Allah ada di dalamnya.
2) Menyembunyikan murka-Nya dalam maksiat kepada-Nya, maka janganlah meremehkan sekecil apa pun maksiat itu, barangkali di dalamnya tersembunyi murka-Nya.
3) Menyembunyikan kewalian dalam diri hamba-hamba-Nya, maka janganlah merendahkan seseorang, siapa tahu orang itu wali Allah swt.
Ketiga, takabur dapat menghalanginya dari perilaku mulia dan terpuji. Sebab, orang yang takabur tidak akan pernah merasa mencintai orang lain sebagaimana la mencintai dirinya sendiri.
Ia juga tidak bisa merendah, tidak bisa meninggalkan antagonisnya, dengki dan amarahnya. Ia tidak bisa menahan diri, lembut dalam bicara, dan tidak mampu meninggalkan riya’. Secara global setiap perilaku tercela, senantiasa dilalui oleh orang takabur, dan tidak ada perilaku terpuji, kecuali harus meninggalkan sifat takabur tersebut.

semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yg tawadhu' dan menjauhkan kita semua dari sikap takabbur ini...Aamiin Allaahumma Aamiin

Ingin Bermaksiat

Dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah mendatangi Ibrahim
bin Adam dan berkata, ”Wahai Abu Ishaq, aku terus-menerus
mencelakai diriku, dan aku berpaling dari segala sesuatu yang mengajakku untuk memperbaiki hidupku.”

Ibrahim berkata: ”Jika engkau memenuhi lima syarat, perbuatan dosa tidak akan pernah membahayakanmu dan engkau dapat
memenuhi hawa nafsumu sebanyak yang kau inginkan.”

”Beritahukan kepadaku syarat-syarat itu,” kata laki-laki itu.
”Yang pertama, jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, maka janganlah makan dari rizki (yang diberikan)-Nya.” kata Ibrahim.

”Lalu apa yang dapat kumakan, karena semua yang ada di di bumi adalah rizki dari- Nya?” kata laki-laki itu.

”Dengar,” Ibrahim berkata, ”Apakah masuk akal ketika engkau makan dari rizki-Nya sementara engkau bermaksiat kepada-Nya?”

”Tidak.” Kata laki-laki itu. ”Apa syarat yang kedua?”

”Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, maka janganlah hidup di atas tanah-Nya.” Kata Ibrahim.

”Ini bahkan lebih buruk dari yang pertama. Semua yang membentang di Barat dan di Timur adalah milik-Nya. Lalu dimana aku
akan tinggal?”

”Dengar, ” Ibrahim berkata, ”Jika engkau terus-menerus durhaka kepada-Nya dan makan dari rizki-Nya dan tinggal di tanah-
Nya, setidaknya carilah tempat dimana Dia tidak dapat melihatmu, dan bermaksiatlah kepada-Nya disana.”

”Wahai Ibrahim!” laki-laki itu berseru, ”Bagaimana aku dapat melakukannya, sedangkan Dia Maha Mengetahui bahkan rahasia terdalam yang ada dalam dada manusia? Apa syarat keempat?” Dia
bertanya dengan nada putus asa.

”Bila malaikat maut datang untuk mengambil nyawamu, maka katakan kepadanya: ”beri aku tangguh, agar aku dapat melakukan taubat
nasuha dan melakukan amal kebaikan.”

”Bila waktunya tiba, malaikat tak akan mengabulkan permohonanku.” kata laki laki itu.

”Dengar,” Ibrahim berkata, ”Jika engkau tidak dapat menunda kematian untuk bertaubat, lalu bagaimana engkau berharap akan selamat?”

”Katakan kepadaku syarat yang kelima,” kata laki-laki itu. ”Bila malaikat penjaga neraka datang untuk membawamu pergi pada hari Kiamat , jangan pergi bersamanya.”

”Merek a t ida k akan melepaskanku, ” seru lak i laki itu.
”Lalu bagaimana engkau berharap akan selamat?” tanya Ibrahim.

”Hentikan, hentikan! Itu cukup bagiku, ” kata laki-laki itu. ”Aku memohon ampun kepada Allah dan aku sungguh bertaubat kepada- Nya.”

Sejak hari itu, laki-laki itu kemudian menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.

Dunia Hakikat

Arti kata 'hakikat' bila merujuk pada KBBI memiliki pengertian intisari atau dasar. Hakikat bahasa dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendasar dari bahasa. selengkapnya >http://serlykeguruan.blogspot.com/2009/10/hakikat-bahasa.html

[29.43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
[29.44] Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mu'min" (>orang beriman).

Hakikat menurut saya kata sifat dari kata dasar/baku "Al-Hak" (kebenaran). Pendekatan Hakikat dapat mencapai inti dari apa yang dimaksud melalui perumpamaan yang mana menjadi penghubung antara kalimat terluar mengarah kepada inti/isi. Dari sini pula muncul pribahasa yang mana jika kita jeli sebaik-baik pribahasa adalah yang ada dalam Al-Qur'an karena mengarah kepada pembuktian/fakta yang sesungguhnya. Disini pula saya katakan sebagai kebenaran yang lurus dan tidak sedikitpun bengkok. Dari kulit hingga buah sampai bijinya ketemu seperti halnya antara etika - estetika - logika, hakikat ini menempati dunia estetika dalam bahasa, sedangkan logikanya adalah bukti melalui penelitian.
Dalam dunia estetika bahasa dapat membuahkan multi tafsir yaitu dengan mengambil perbandingan lainnya akan tetapi sangat bermanfaat untuk menggiring seseorang pada wilayah pemahaman tertentu mengarah kepada inti yang akan dijelaskan. Disini pula suatu keindahan yang sebenarnya antara mudah dan tidak mudah untuk distrukturkan dengan detail mana cabang mana batang, mana ranting, mana daun, mana akar dstnya.
Jika seseorang hatinya masih mendua, arah dan tujuan hidupnya belum terfokus kepada Alloh akan sangat susah untuk memahami.

Satu hal yang saya tangkap dari berbagai sajian dan komentar yang muncul kemudian adalah tidak memahami kedudukah hakikat dimana saya sedikitnya meniggalkan kaidah-kaidah penulisan yang ada dengan harapan seseorang tidak terpaku kepada bentuk sajian namun lebih mencerna isinya. Dan berbagai cara saya terapkan mana yang efektif, namun kenyataanya susah jika dihadapkan kepada selera masing-masing.

Dilain pihak jika ia sudah menepaki jalan ini akan menjadi pelengkap/penyambung walaupun tanpa dipaparkan latar belakang yang jelas. Latar belakang yang saya maksud adalah suasana/lingkup persoalan yang akan membawa seseorang untuk mencapai maksud. Dalam artian ketika seseorang mau berangkat kesekolah ia sudah tahu bahwa hari ini pelajaran pertama adalah Matematika dan matematika terakhir diajarkan adalah mengenai penjumlahan. Dengan begitu ia akan siap dengan sajian apapun yang arah dan tujuannya sama.

Disini yang saya katakan bahwa bukan jawaban yang kita butuhkan dalam memahami agama namun ajakan yang mengarahkan seseorang untuk menemukan jawaban hingga ia mendapatkan suatu rumusan yang jelas. Dimana rumus itu dapat menjumlahkan apa saja tanpa ia bergantung pada jawaban-jawaban yang menjadikannya ketergantungan dengan jawaban.

[23.105] Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?
[23.106] Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.
[23.107] Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalim."
[23.108] Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.
[23.109] Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.
[23.110] Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu menertawakan mereka.
[23.111] Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang."
[23.112] Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
[23.113] Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
[23.114] Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
[23.115] Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
[23.116] Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) Arasy yang mulia.
[23.117] Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
[23.118] Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik."

Tembok Pemisah

Manusia sebagai mahluk Alloh di tengah alam semesta yang sangat luas tidak lepas dari interaksi akan sesama sebagai mahluk sosial ataupun dengan alam. Namun sedikit saja yang dapat berinteraksi dengan dirinya sendiri. Apa yang dikehendaki oleh Alloh atas diri kita dengan adanya kehidupan dunia? Adakah suatu maksud yang harus dimengerti atau menerima begitu saja sebagai kehendakNYA tanpa mengartikannya lebih jauh agar lebih mensyukuri?

Mana kehendak dirinya mana kehendak Alloh? Agar tidak terjebak oleh keadaan yang akan membelenggu dirinya untuk memahami kebenaran.
Dalam berinteraksi pertama kali yang kita terjemahkan tentunya hal-hal diluar diri kita dengan panca indera yang kita miliki dengan kaidah-kaidah yang Dia tetapkan melalui syariat yang ditetapkan RosulNYa.

Demikian bayak hal-hal yang kita temui mana yang layak kita kumpulkan mana yang tidak adalah bukan tanggungan kita, sehingga kita hanya mempelajari dan terus mempelajari. Jika kita tahu mana makanan hati tentunya dapat membedakan mana yang pantas menjadi konsumsi dan mana yang akan meracuni sayangnya susah untuk mengartikan semua itu apalagi hatinya masih keruh. Dan kesemuanya butuh tahapan untuk memahami dan senantiasa harap dan cemas. Sampai pada kondisi yang langgeng dimana karekter/aklak baik terbentuk.
Ada orang yang beriman hanya melihat dari segi kedamaian saja, namun sesungguhnya hanya perasaan nyaman.
Sebuah analogi : ketika seseorang yang biasa makan diwarteg (seperti saya) tentu akan risih jika makan di restauran mewah walaupun ditraktir. Begitu juga sebaliknya buat orang kaya yang terbiasa makan direstoran mewah akan merasa lebih nyaman dengan dunianya.

Manakah nyaman manakah damai sesungguhnya?
=============================
Nyaman bukanlah kedamaian, karena sifatnya sangat relatif. Begitu juga orang dalam beragama hanya merasakan damai dari segi kenyamanan dari lingkungannya. Yang Kristen tetap nyaman dengan kristennya, yang Muslimpun demikian jika kita tidak pandai-pandai mengoreksi diri tentulah peningkatan keimanan dari sekedar merasakan menjadi pembenaran sampai pada pembuktian susah dibedakan.
Perasaan nyaman karena terkondisi oleh hal-hal diluar dirinya bukan karena apa yang ada dari dalam dirinya, yang mana dari segi rasa perbedaannya sangat tipis. Namun dari perjalanan waktu dan laju pertumbuhannya sangatlah berbeda jika kita memperhitungkannya dengan jeli. Sebagaimana halnya antara kebahagiaan dengan kegembiraan tentulah berbeda. Mana yang situasional mana yang kondisional mana yang langgeng?

Hendaknya kita bisa membedakan, dengan lebih banyak memperhatikan amalan diri sendiri terlebih dahulu. Adapun diluar diri kita adalah penguji, yang mana sifat manusia yang lemah dan penuh keluh kesah bersentuhan dengan hal-hal lain diluar dirinya turut membentuk karakter. Dengan kondisi yang ada sekarang suasana diluar tidak kondusif yang bisa menjadi barometer karena ikatan itu telah pudar karena keegoan masing-masing yang lebih mengutamakan kenyamanan dan mengabaikan kedamaian.

Orang yang terkondisi biasanya cenderung dengan pengagungan hati dan menolak mentah akan penggunaan akal untuk memahami atau menerima kenyataan karena penilain baik hanya di pandang dari pemahamannya saja.

Hati dan akal masing-masing punya kelemahan, namun jika kita mengikuti betul kehendak Alloh dengan mengikatkan diri dengan syariat yang telah ditetapkan RosulNya, niscaya kesemuanya dapat berkorelasi dengan sempurna, mana yang harus dikorbankan untuk memberi jalan yang lainnya mencapai kesempurnaan sebagai usaha kita untuk memperbaiki diri. Tidak perlu lagi kita berbantah-bantahan dengan syariat yang wajib dan yang sunah kita tahu, sekarang pengertiannya untuk menghidupkan itu semua yang perlu kita pahami dengan banyak melihat keadaan sebagai bentuk penyadaran.

Rentetan pemahaman
=============
Rentetan pemahaman dapat dipahami secara garis besar dari segi input (masuk) dari panca indera dicerna otak kemudian bermuara (dilaporkan) ke hati, sedangkan output(keluar)nya dari hati kemudian diolah otak dan otak memerintah kepada yang lainnya. Proses input dan output tidak semuanya dikendalikan oleh otak, hal ini bisa dimengerti hanya untuk menerjemahkan proses seseorang menangkap pengetahuan saja.

Wilayah kita sebenarnya sangat sempit untuk menejemahkan kesemuanya apalagi berharap untuk di beberkan secara mendetail. Walaupun mendetail tanpa pelaksanaan akhirnya hanya menguasai kulit saja, atau menerima isi tanpa mengupasnya sendiri adalah sesutu yang mustahil tanpa dijalankan. Namun jika kita pahami betul wilayah yang sempit itu (pemahaman) adalah dinding yang bisa menjadi tameng (pelindung dari pemahaman yang merusak) namun bisa juga menjadi penghalang jika terlalu tebal (cuek).

Gunanya akal untuk memahami bukan untuk menyiasati kebenaran ayat-ayatNya. Jika sibuk bersiasat dengan pengetahuan yang tak seberapa yang ada antara akal dengan hati bisa menjadi musuh atau sebaliknya menjadi kawan sejati dalam kemungkaran bukan dalam kebaikan.

Adapun yang menjadi dinding penghalang lainnya adalah dirinya sendiri apapun itu dari kecintaan, ketakutan, dan sifat-sifat lainnya yang menempati dimensi kejiwaan karena tidak dipasrahkan untuk mengikuti kehendakNYA atau lebih condong mengikuti egonya.
Hilangkan ketergantungan kepada selainNYA sehinga kita pantas bercampur dalam satu wadah yang bersih pula. Kebersihan jiwa (kesucian) bukanlah pekerjaan kita, pekerjaan kita adalah mengamalkan dan kesucian jiwa adalah perolehannya.

[91.7] dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
[91.8] maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
[91.9] sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
[91.10] dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Sebagai catatan yang sering menjadi bahan pergunjingan yang mana dalam berdiskusi tidak menyentuh substansinya malah semakin jauh adalah belum mengerti suatu kedudukan kalimat dengan arah pembicaraan dan di lain pihak adalah kedudukannya dalam memahami yang kadang menempatkan diri sebagai lawan karena terlalu cepat mengambil kesimpulan apalagi tidak didasari untuk sama-sama mencari pengertiannya.
Faktor-faktor penghalanglah yang harus kita bersihkan dengan menghilangkan segala dugaan yang tidak mendasar hingga kita terkondisi untuk senantiasa membekali diri dengan pengetahuan.

Alam semesta dan manusia sebagai isinya tidak mungkin terlepas dari ketetapan Alloh dan tak mungkin terbebas dari ketetapan (takdir) yang buruk yang telah ditetapkan melalui CiptaanNYA (sunatulloh) melainkan dengan mengikuti kehendakNya (Jalan yang lurus Al-Islam Rahmat seluruh Alam).

Ku cinta kamu dengan sederhana...

Aku mencintai kamu apa adanya,

seperti cintanya sang bulan pada malam penuh kegelapan..dan purnamanya menerangi alam sampai pagi menjelang..

Aku mencintai kamu tanpa kata-kata,

seperti matahari yang membagi adil sinarnya pada semesta raya.. cahayanya menyusup sampai ke ruang kalbu yang penuh dengan kerinduan..

Aku mencintai kamu tanpa janji,

tidak seperti cinta pertama, dimana dia menjerat, melontarkan diri ke mimpi di balik awan, lalu menghempaskannya kembali kebumi dan meninggalkan luka..

Aku mencintai kamu tanpa puisi,

yang kata katanya mampu meninabobokan dan mewarnai malam, lalu terbangun dalam kenyataan yang menyakitkan hati..

Aku mencintai kamu tanpa lagu,

yang lirik cintanya mampu menghayutkan perasaan, dimana senandungnya mampu menciptakan khayalan khayalan yg memabukan..

Aku mencintai kamu secara sederhana,

seperti cintanya majnun pada layla, seperti setianya khadijah pada Muhammad, seperti rindunya punguk pada bulan..




Dan bila waktu terindah itu tiba..sebagai hadiah TUHAN kepada aku dan kamu..kumahkotai kamu dengan mahar..

Alhamdulillah... SEGALA pujian bagi ENGKAU sang PENCIPTA alam semesta raya yang menciptakan kami berdua..

MENCIPTAKAN KEHIDUPAN kita sendiri....

kehidupan....

Tuhan semesta alam menciptakan semesta raya..kita adalah bagian dari semesta ini...

semesta raya diciptakan oleh TUhan dengan 2 sifatnya yaitu pengasih dan penyayang....

betapa indahnya bila setiap jiwa jiwa drai semesta raya ini dalam dirinya dipenuhi oleh kedua sifat TUHAN tersebut...

memandang segala sesuatunya dengan cinta kasih.. jauh dari prasangka negatif....selalu memberi respon positif terhadap apa saja yg ada di dalam kehidupan...

Tuhan menciptakan kita dengan sempurna.. ada sebuah rahasia TUHAN bahwa di dalam tubuh kita terdapat aliran listrik yg akhirnya membentuk elektromagnet.. ini di pacu oleh hati yg sebenarnya hati itu adalah jantung kita..

karena kita mempunyai medan elektromagnet sendiri ..kita bisa menciptakan "kehidupan" itu sendiri dr perasaan dan pikiran kita..

misalnya... bila kita terbiasa dengan berpikir dan berperasaan negatiF.. mengeluh, merasa sial.. maka kita akan menarik seluruh energi negatif semesta hingga akhirnya dalam keseharian kita akan merasakan sial, terpuruk seperti yang kita ciptakan dalam hati kita..

tetapi bila kita telah mengkonsep sebuah perasaan senang, bahagia, selalu beruntung.. maka dalam keseharian kita akan mengalami sebuah kehidupan positif yg telah kita ciptakan..

itulah kehidupan yang di ciptakan TUHAN....kita diberi 2 hak sifat TUHAN yaitu pengasih dan penyayang..jadi tinggal kita kembali yg mengolahnya...mau akan jadi seperti apa kehidupan kita sendiri???




kutanam selalu positive thinking dan positive feeling kepada apa dan siapa saja... Hindari RESPON NEGATIF..Dan selalu ada RESPON POSITIF.. HIDUP INI INDAH..!

LAGU CINTA

Nyanyian itu membuatku sakau
pagi ia dendangkan
malam ia terpengkur dengkur
detik,menit,jam ia haturkan
mendengarkan ritme-ritme indah
dan setengah sempurna

lagu-lagu terus beralun
berisi ritme cinta
dengan gelombang rasa
tapi tak ada keindahan
karena lagu itu
hanya kedok tuk membungkam
aku tak tahu,
lagu itu muncul dari kalbu
atau dari nafsu

aku ingin sekali mendengarkannya
dengan hati penuh cinta
tapi hati selalu tertata
ketika potongan lagu berisi dusta
lagu-lagu itu,beritme jaz,rok,dangdut,tapi hanya bising
tanpa makna

aku pun,dengarkan lagu-lagu cinta
dari kicau burung yang indah
kemerincik air yang membuat ekstase tasbih
gesekan dedaunan membuat dendang yang adu hai
subhanallah lagu-lagu indah alami
lebih membuat kesejukan
karena mereka berlagu tasbih dan dzikir tanpa kikir

Bernaung di bawah panji Jama'ah

Konsep Aqidah yg di anut adalah sebuah tolak ukur akan lurusnya keAgamaan seseorang, karena Aqidah adalah dasar dan pondasi Agama itu sendiri, Maka Aqidah adalah awwal ilmu yg wajib di ketahui sebelum ilmu2 yg lain. Imam Abu Hanifa menyebut Ilmu Tauhid/ Aqidah ini dg Alfiqhu Al Akbar (fikih besar). Setelah dasar Ilmu ini terpegang erat, barulah mempelajari Ilmu lain. Yg demikian ini adalah metode yg di tempuh oleh Para Salaf kita dalam mendalami Agama. Dan Tradisi semacam ini sudah semenjak Para Sahabat Rosul saw. Sebagaimana yg telah di ceritakan ‘Abdullah bin ‘Umar dn Jundub ra: “Kami -selagi remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari
iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka bertambahlah keimanan kami”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafidz al-Bushiri).
عليكم بالسواد لأعظم
Wajib atas kalian berada dalam Golongan Mayoritas. Hadist ini sangat masyhur di kalangan Ummat Islam, lalu apa yg di maksud Asswadul a’dlom adalah sebagaimana yg terdapat di berbagai Kitab adalah : ماكان عليه أكثر المسلمين وجماهير العلماء ِِِ Apa yg telah menjadi pilihan kebanyakan Muslimin, dan yg telah menjadi kesepakatan Para Tokohnya.
Kesepakatan Para Tokoh itu menjadi tolak ukur akan kebenaran sesuatu, Jika Para Ahli Ilmu telah menetapkan kebenarannya, tentu hal itu lebih bisa di percaya, karena tentu , penetapan atas sesuatu itu melalui tahapan dan metode yg bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya. Dan tidak mungkin secara teori kecermatan 1 orang saja mampu menyaingi ketelitian 10 orang.
Dan terbukti Para Tokoh kita Adalah Penganut dan Pendukung konsep Aqidah 50 shifat. Di itu merata di bidang ketokohannya masing2.
Para tokoh di bidang Aqidah antara lain:
Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, pengarang kitab Al-Luma’ dan Maqolat Islamiyyin
Imam Al-Baqillani (405H)
Abu Ishaq Al-Isfarayini (418 H)
Imam Ishaq As-Syirazi (476 H)
Imam Al-Juwaini
Imam Al-Haramain Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini (478 H), pengarang kitab An-Nizomiyah
Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali r.a. pengarang kitab Al-Iqtisod fi Al-I’tiqod (505 H)
Imam Ibn ‘Asakir (576 H), pengarang kitab tabiyiin Kazb Al-Muftari
Imam As-Syahristani (548 H)
Imam Fakhruddin Ar-Razi pengarang kitab Asas At-Taqdis (606 H)
Imam Al-Allamah Al-Amadi (631 H)
Imam Al-Iji (756 H)
Imam Sa’ad At-Taftazani (793 H) pengarang kitab syarh Al-Maqosid
Imam As-Syarif Al-Jurjani (816 H)
Imam Abu Mansur At-Tamimi
Imam Nas Al-Maqdisi
Imam Al-Farawi
Imam Abu Al-Walid Al-Baji
Imam Al-Bahili
Imam Sultonul Ulama’ Izz ibn Abdis Salam
Imam HibbatulLah Al-Makki
Imam Al-Baijuri
Di bidang Tafsir : Imam Al-Mufassir Al-Allamah Al-Qurtubi r.a.
Imam Al-Mufassir Ibn Kathir (rujuk buku tobaqot As-Syafi’iyyah Al- Kubra 10/200 karangan Imam As-Subki, Ad-Durar Al-Kamin 1/85 karangan Ibn Hajar dan sebagainya)
Imam Al-Mufassir Ibn ‘Athiyyah Al-Andalusi r.a., pengarang kitab tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz
Imam Al-Mufassir Abu Hayyan Al-Andalusi r.a., pengarang kitab Al-Bahr Al-Muhith.
Imam Al-Mufassir Fakhruddin Ar-Razi r.a., pengarang kitab tafsir mafatih Al-Ghaib
Imam Al-Mufassir Al-Hafiz Al-Buhgowi, pengarang kitab tafsir Al-Bughowi dan kitab Syarh As-Sunnah.
Imam Al-Mufassir Abu Al-Laith As-Samarqandi r.a., pengarang kitab tafsir Bahr Al-Ulum, kitab bustanul Arifin dan tanbih Al-Ghafilin.
Imam Al-Mufassir Abu Al-Hasan Ali An-Naisaburi pengarang kitab asbab An-Nuzul.
Imam Al-Mufassir Abu At-Thana’ Syihabuddin Al-Alusi Al-Husaini Al-Hasani r.a.
Imam Al-Mufassir At-Thamin Al-Halabi r.a., pengarang kitab tafsir Ad-Durr Al-Mashun.
Imam Al-Mufassir Al-Hafiz Jalaluddin As-Suyuti r.a., pengarang kitab tafsir Ad-Durr Al-Manthur.
Al-Imam Al-Khotib As-Syirbini r.a., pengarang kitab tafsir As-Siraj Al-Munir.
Imam Al-Allamah At-Thohir bin Asyur, pengarang kitab At-Tahrir wa At-Tanwir
Imam Az-Zarkasyi
Imam Mutawalli As-Sya’rawi r.a.

Imam Al-Hafidz Abu Al-Hasan Ad-Darqutni r.a.
Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Ashbahani r.a., pengarang kitab hilyatul Auliya’
Imam Al-Hafidz Al-Hakim An-Naisaburi, pengarang kitab Mustadrak
Imam Al-Hafidz Ibn Hibban, pengarang kitab At-Thiqat
Imam Al-Hafidz Abu Sa’id Ibn As-Sam’ani r.a., pengarang kitab Al-Inshof
Imam Al-Hafidz Abu Bakr Al-Baihaqi r.a., pengarang kitab-kitab hadith dan kitab Al-Asma’ wa As-Sifat.
Imam Al-Khatib Al-Baghdadi
Imam Al-Hafidz Muhyiddin Yahya bin Syarf An-Nawawi r.a., pengarang kitab syarh sahih muslim dan banyak lagi.
Syaikhul Islam Imam Al-Hafidz Abu Amr bin As-Solah
Imam Al-Hafidz Ibn Daqiq Al-‘Aid
Imam Al-Hafidz Ibn Abi Jamrah Al-Andalusi, musnid Ahlul Maghrib
Imam Al-Hafidz Al-Karmani, pengarang syarah sahih Al-Bukhari
Imam Al-Hafidz Al-Mundziri, pengarang At-Targhib wa At-Taqrib
Imam Al-Hafidz Al-Abi, pensyarah sahih Muslim
Imam Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqolani, pengarang fahtul Bari dan sebagainya.
Imam Al-Hafiz As-Sakhowi r.a.
Imam Al-Qostollani r.a. pengarang Irsyad As-Sariy
Imam Al-Hafidz Al-Munawi r.a..
Imam Al-Hafidz Ad-Dimyathi r.a.
Syaikh Al-Hafidz Waliyullah Al-Dahlawi r.a.
Syaikh Abu Al-Mahasin Al-Qouquji
Syaikh Al-Hafidz Ahmad As-Siddiq Al-Ghumari r.a..
Syaikh Al-Musnid Muhammad Al-Hafiz At-Tijani.
Syaikh Musnid Ad-Dunya,
Syaikh Muhammad Yasiin Al-Fadani.
Syaikh Al-Musnid Abbas Al-Maliki
Para Tokoh di bidang Sejarah:
Imam Qadhi ‘Iyad, pengarang kitab As-Syifa fi syama’il wa ahwal Al-Mustofa
Imam As-Suhaili r.a., pengarang kitab Ar-Raudh Al-Unf
Syaikh Ibn Khaldun
Imam Ibn Athir r.a.
Imam As-Solihi Ad-Dimasqi, pengarang kitab Subulul Huda wa Ar-Rosyad
Sheikh Yusuf An-Nabhani r.a..
Menurut Imam Tajuddin As-Subki, mayoritas ulama’ mazdhab As-Syafi’i, Malikiyah, Hanafiyah dan Sebagian ulama’ Hanabilah bermazhab Al-Asy’ari. Demikian diriwayatkan oleh Imam ‘Izzuddin bin Abdil-Salam yang juga diakui oleh Imam Abu Amr ibn Hajib dan Jamaluddin Al-Husairi. (At-Tobaqot 3/365)
Antara lain:
Imam Tajuddin As-Subki, pengarang kitab Al-Saif Al-Saqil
Imam Syaikhul Islam Zakaria Al-Ansori r.a..
Imam Al-Rofi’ie Al-Syafi’
Imam Ibn ‘Abidin
Imam Ibn Hajib.
Imam Al-Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad r.a.
Imam ‘Alauddin Al-Bukhari
Imam Al-Baidhowi r.a.
Imam Az-Zabidi r.a.
Imam Al-Qorofi r.a.
Mufti Makkah Sheikh Ahmad Zaini Dahlan As-Syafi’
Para Tokoh Ilmu Qiroat:
Imam Al-Qari’ Ibn Jazairi ra
Imam As-Syatibi r.a.
Para Pahlawan Revolusi:
Sultan Solahuddin Al-Ayubi
Sultan Muhammad Al-Fatih

Tafsir Ringkas Surah Al Zalzalah

Alhamdulillah Washolaatu wassalaaamu 'alaa rasuulillah.,

Rekan sekalian pada serial tafsir kali ini kita akan membahas sebuah surat yang pendek namun memiliki pesan yang sangat penting bagi kaum muslimin. Pesan yang apabila dapat kita apresiasi dengan baik akan mendorong diri kita pada kebaikan dan menjaga kita dari dosa dan kemaksiatan.

alzalzalah1

1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), 2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, 3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", 4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, 5. Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. 6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Tirmidzi bahwa seorang lelaki tua mendatangi Rasulullah shalallahua’alaihi wasallam dan meminta diajarkan bacaan Al Qur’an yang pendek sehingga tidak menyulitkan beliau yang sudah lemah, maka Rasulullah mengajarkan surat Al Zalzalah ini. Kemudian lelaki itu bersumpah bahwa ia tidak akan menambah surat lain (cukup dengan mempelajari dan mengamalkan surat ini). Maka Rasulullah mengatakan setelah pria itu pergi, ‘Beruntung orang tersebut, beruntung orang tersebut’.

Dua tahap kejadian akhirat

Pada surat ini dikisahkan dua tahap kejadian hari kitama yaitu masa penghancuran dan masa kebangkitan. Pada tahap penghancuran inilih bumi digoncangkan dengan goncangan yang begitu dahsyat. Menggambarkan kedahsyatan hari ini, Allah mengabarkan bahwa pada hari itu manusia layaknya kupu-kupu yang beterbangan karena goncangan yang hebat, bahkan gunung-gunung yang kita lihat begitu kokoh pun pada hari itu akan seperti bulu yang dihambur-hamburkan*.

Setelah semuanya hancur, maka dibangkitkanlah semua manusia dari kematiannya dengan keadaan yang bermacam-macam. Sebagian muka pada hari itu berseri-seri karena bergembira atas balasan yang akan segera mereka dapatkan, namun sebagian lagi dengan muka yang gelap karena takut akan siksa yang diakibatkan oleh perbuatannya didunia. Bahkan demi menyelamatkan dirinya dari siksa yang ditakutinya ia rela menebus dirinya dengan anak-anak, isteri juga saudara-saudaranya**..na’uudzubillahi min dzaalik.

Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban

Pada hari itu siapapun yang mengamalkan kebaikan sekecil apapun akan melihat amal tersebut, sebaliknya sekecil apapun amal keburukan yang pernah dilakukannya ia akan melihatnya.

Inilah inti dari keimanan kepada hari akhirat, keyakinan bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini maka kita akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagian ulama mengistilahkannya konsep Ad-Diin yaitu meyakini bahwa semuanya akan dibalas secara adil. Setelah menceritakan perbuatan curang manusia dalam bentuk mengurangi timbangan bagi orang lain sementara untuk dirinya ia meminta yang lebih, di surat Al Muthoffifiin ayat ke-4 Allah ta’ala mengatakan

muthoffifiin_4

Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.

Ayat ini mengandung pelajaran bahwa keimanan terhadap kebangkitan akan mencegah seseorang dari perbuatan curang atau dosa dan maksiyat lainnya.

Namun kita manusia…

sebagai manusia, tentu ada saatnya kita terjatuh dalam kesalahan. Abu Bakr Ash Siddiq yang begitu besar rasa takutnya kepada Allah ta’ala menangis ketika turunnya surat Al Zalzalah ini. Sebagaimana diceritakan dalam tafsir Al Qurthubi dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, maka rasulullah berkata kepada Abu Bakr..

لولا أنكم تخطئون وتذنبون ويغفر الله لكم , لخلق أمة يخطئون ويذنبون ويغفر لهم , إنه هو الغفور الرحيم

Seandainya kalian tidak berbuat salah dan dosa, sehingga Allah mengampuni kalian maka Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat salah dan dosa sehingga Allah akan mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun dan maha Penyayang

Semoga dengan mempelajari surat yang pendek ini kita dapat menjadi orang yang beruntung. Karena dengannya kita bersemangat untuk melakukan kebaikan sekecil apapun, meski tanpa disaksikan siapapun, karena kita yakin pasti kita akan mendapat balasan kebaikan dari amal tersebut. Sebaliknya kita merasa takut untuk melakukan kemaksiatan sekecil apapun, walau tak seorang pun mengetahuinya, karena kita yakin bahwa kita akan mempertanggungjawabkan hal tersebut. Dan bila kita terjatuh dalam perbuatan dosa dan maksiat, semoga Allah memberi kita hidayah untuk bangkit, beristighfar, meminta ampun kepada-Nya serta menguatkan tekad untuk tidak mengulangnya.

Semoga Allah member taufik dan hidayah Nya agar kita terlindung dari perbuatan dosa dan maksiat, dan mendapat ridho-Nya untuk istiqamah mengamalkan dan menambah amal-amal sholih kita. (Tsdipura)

Alhamdulillah Washolaatu wassalaaamu 'alaa rasuulillah.

BILA SELALU MENGINGAT MATI

Sehalus-halus kehinaan di sisi ALLOH adalah tercerabutnya kedekatan kita dari sisi-Nya. Hal ini biasanya ditandai dengan kualitas ibadah yang jauh dari meningkat, atau bahkan malah menurun. Tidak bertambah bagus ibadahnya, tidak bertambah pula ilmu yang dapat membuatnya takut kepada ALLOH, bahkan justru maksiat pun sudah mulai dilakukan, dan anehnya yang bersangkutan tidak merasa rugi. Inilah tanda-tanda akan tercerabutnya nikmat berdekatan bersama ALLOH Azza wa Jalla.

Pantaslah bila tokoh sufi yg masyhur Imam Ibnu Athoillah pernah berujar, "Rontoknya iman ini akan terjadi pelan-pelan, terkikis-kikis sedikit demi sedikit sampai akhirnya tanpa terasa habis tandas tidak tersisa". Demikianlah yang terjadi bagi orang yang tidak berusaha memelihara iman di dalam kalbunya. Karenanya jangan pernah permainkan nikmat iman di hati ini.

Ada sebuah kejadian yang semoga dengan diungkapkannya di grup Islam dg sunnah dan bid'ah hasanah ini ada hikmah yang bisa diambil. Kisahnya dari seorang teman yang waktu itu nampak begitu rajin beribadah, saat shalat tak lepas dari linang air mata, shalat tahajud pun tak pernah putus, bahkan anak dan istrinya diajak pula untuk berjamaah ke mesjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Karenanya diantara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan pula doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, ALLOH Azza wa Jalla, Zat yang Mahakaya dan Maha Mengabulkan setiap doa hamba-Nya pun berkenan melunasi hutang rekan tersebut.

Sayangnya begitu hutang terlunasi doanya mulai jarang, hilang pula motivasinya untuk beribadah. Biasanya kehilangan shalat tahajud menangis tersedu-sedu, "Mengapa Engkau tidak membangunkan aku, ya ALLOH?!", ujarnya seakan menyesali diri. Tapi lama-kelamaan tahajud tertinggal justru menjadi senang karena jadual tidur menjadi cukup. Bahkan sebelum azan biasanya sudah menuju mesjid, tapi akhir-akhir ini datang ke mesjid justru ketika azan. Hari berikutnya ketika azan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika azan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk shalat di rumah saja.

Begitupun untuk shalat sunat, biasanya ketika masuk mesjid shalat sunat tahiyatul mesjid terlebih dulu dan salat fardhu pun selalu dibarengi shalat rawatib. Tapi sekarang saat datang lebih awal pun malah pura-pura berdiri menunggu iqamat, selalu ada saja alasannya. Sesudah iqamat biasanya memburu shaf paling awal, kini yang diburu justru shaf paling tengah, hari berikutnya ia memilih shaf sebelah pojok, bahkan lama-lama mencari shaf di dekat pintu, dengan alasan supaya tidak terlambat dua kali. "Kalau datang terlambat, maka ketika pulang aku tidak boleh terlambat lagi, pokoknya harus duluan!" Pikirnya.

Saat akan shalat sunat rawatib, ia malah menundanya dengan alasan nanti akan di rumah saja, padahal ketika sampai di rumah pun tidak dikerjakan. Entah disadari atau tidak oleh dirinya, ternyata pelan-pelan banyak ibadah yang ditinggalkan. Bahkan pergi ke majlis ta'lim yang biasanya rutin dilakukan, majlis ilmu di mana saja dikejar, sayangnya akhir-akhir ini kebiasaan itu malah hilang.

Ketika zikir pun biasanya selalu dihayati, sekarang justru antara apa yang diucapkan di mulut dengan suasana hati, sama sekali bak gayung tak bersambut. Mulut mengucap, tapi hati malah keliling dunia, masyaallah. Sudah dilakukan tanpa kesadaran, seringkali pula selalu ada alasan untuk tidak melakukannya. Saat-saat berdoa pun menjadi kering, tidak lagi memancarkan keuatan ruhiah, tidak ada sentuhan, inilah tanda-tanda hati mulai mengeras.

Kalau kebiasaan ibadah sudah mulai tercerabut satu persatu, maka inilah tanda-tanda sudah tercerabutnya taufiq dari-Nya. Akibat selanjutnya pun mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya menjadi kasar, mata jelalatan tidak terkendali, dan emosinya pun mudah membara. Apalagi ketika ibadah shalat yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar mulai lambat dilakukan, kadang-kadang pula mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meningallah ia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada ALLOH. Inilah yang disebut suul khatimah (jelek di akhir), naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau akhirnya seperti ini.

Cerita ini nampaknya bersesuaian pula dengan sebuah kisah klasik dari Imam Al Ghazali.

Suatu ketika ada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi muazin di sebuah menara tinggi di samping mesjid. Kebetulan di samping mesjid itu adapula sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh keluarga non-muslim, diantara anak-anak keluarga itu ada seorang anak perempuan berparas cantik yang sedang berangkat ramaja.

Tiap naik menara untuk azan, secara tidak disengaja tatapan mata sang muazin selalu tertumbuk pada si anak gadis ini, begitu pula ketika turun dari menara. Seperti pepatah mengatakan "dari mata rurun ke hati", begitulah saking seringnya memandang, hati sang muazin pun mulai terpaut akan paras cantik anak gadis ini. Bahkan saat azan yang diucapkan di mulut Allahuakbar-Allahuakbar, tapi hatinya malah khusyu memikirkan anak gadis itu.

Karena sudah tidak tahan lagi, maka sang muazin ini pun nekad mendatangi rumah si anak gadis tersebut dengan tujuan untuk melamarnya. Hanya sayang, orang tua si anak gadis menolak dengan mentah-mentah, apalagi jika anaknya harus pindah keyakinan karena mengikuti agama calon suaminya, sang muazin yang beragama Islam itu. "Selama engkau masih memeluk Islam sebagai agamamu, tidak akan pernah aku ijinkan anakku menjadi istrimu" ujar si Bapak, seolah-olah memberi syarat agar sang muazin ini mau masuk agama keluarganya terlebih dulu.

Berpikir keraslah sang muazin ini, hanya sayang, saking ngebetnya pada gadis ini, pikirannya seakan sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Hingga akhirnya di hatinya terbersit suatu niat, "Ya ALLOH saya ini telah bertahun-tahun azan untuk mengingatkan dan mengajak manusia menyembah-Mu. Aku yakin Engkau telah menyaksikan itu dan telah pula memberikan balasan pahala yang setimpal. Tetapi saat ini aku mohon beberapa saat saja ya ALLOH, aku akan berpura-pura masuk agama keluarga si anak gadis ini, setelah menikahinya aku berjanji akan kembali masuk Islam". Baru saja dalam hatinya terbersit niat seperti itu, dia terpeleset jatuh dari tangga menara mesjid yang cukup tinggi itu. Akhirnya sang muazin pun meninggal dalam keadaan murtad dan suul khatimah.

Kalau kita simak dengan seksama uraian-uraian kisah di atas, nampaklah bahwa salah satu hikmah yang dapat kita ambil darinya adalah jikalau kita sedang berbuat kurang bermanfaat bahkan zhalim, maka salah satu teknik mengeremnya adalah dengan 'mengingat mati'. Bagaimana kalau kita tiba-tiba meninggal, padahal kita sedang berbuat maksiat, zhalim, atau aniaya? Tidak takutkah kita mati suul khatimah? Naudzhubillah. Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar kita dalam memelihara iman di relung kalbu ini. Artinya kalau ingin meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, maka selalulah ingat mati.

Dalam hal ini Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah keluar menuju mesjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum yangsedang mengobrol dan tertawa. Maka beliau bersabda, "Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis."

Dan ternyata ingat mati itu efektif membuat kita seakan punya rem yang kokoh dari berbuat dosa dan aniaya. Akibatnya dimana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat. Begitupun ketika misalnya, mendengarkan musik ataupun nyanyian, yang didengarkan pasti hanya yang bermanfaat saja, seperti nasyid-nasyid Islami atau bahkan bacaan Al Quran yang mengingatkan kita kepada ALLOH Azza wa Jalla. Sehingga kalaupun malaikat Izrail datang menjemput saat itu, alhamdulillah kita sedang dalam kondisi ingat kepada ALLOH. Inilah khusnul khatimah.

Bahkan kalau kita lihat para arifin dan salafus shalih senantiasa mengingat kematian, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Dan seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya. Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah r.a. bahwa ketika kematian menjemputnya, ia berkata, "Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya ALLOH, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu."

Akhirnya, semoga kita digolongkan ALLOH SWT menjadi orang yang beroleh karunia khusnul khatimah. Aamiiin

ADZAN SELAIN KEPENTINGAN SHOLAT

Adzan Berangkat Haji


Rupanya tidak begitu lazim adzan disuarakan di kala ada seorang yang mau berangkat haji. Akhir-akhir ini yang dilakukan oleh calon jamaah haji ialah pamit sana sini, ke semua sesepuh, para ulama, kiai, dan tokoh masyarakat, kira-kira satu minggu sebelum hari keberangkatan.

Bahkan ada yang menyelenggarakan pengajian akbar dengan mendatangkan muballigh/kiai di luar daerah. Maksudnya tidak lain adalah berpamitan dan minta maaf kepada saudara seiman sehubungan akan keberangkatannya pergi ibadah haji. Akan tetapi biasanya orang NU membuat acara demikian: pengantar protokolir, sambutan, doa calon jamaah haji, penutup dan adzan untuk keberangkatan.

Adzan yang dikumandangkan orang NU ni bberdasarkan pada, pertama, penjelasan dalam kitab I’anatut Thalibin, Juz 1 hlm 23 berikut ini:

قوله خلف المسافر—أي ويسنّ الأذان والإقامة أيضا خلف المسافر لورود حديث صحيخ فيه قال أبو يعلى في مسنده وابن أبي شيبه: أقول وينبغي أنّ محل ذالك مالم يكن سفر معصية

"Kalimat 'menjelang bepergian bagi musafir' maksudnya dalah disunnahkan adzan dan iqomah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat."

Dalil kedua diperoleh dari kitab yang sama:

فائدة: لم يؤذن بلال لأحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة لعمر حين دخل الشام فبكى الناس بكاء شديدا – قيل إنه أذان لأبي يكر إلي أن مات ... الخ

"Sahabat Bilal tidak pernah mengumandangkan adzan untuk seseorang setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali sekali. Yaitu ketika Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Syam. Saat itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya. Tapi ada khabar lain: Bilal mengumandangkan adzan pada waktu wafatnya Abu Bakar."

Dalil ketiga, dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36:

من طريق أبي بكر والرذبري عن ابن داسة قال: حدثنا ابن محزوم قال حدثني الإمام على ابن أبي طالب كرم الله وجهه وسيدتنا عائشة رضي الله عنهم—كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استودع منه حاج أو مسافر أذن وأقام – وقال ابن سني متواترا معنوي ورواه أبو داود والقرافي والبيهقي

"Riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan mengomati. Hadits ini menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Qarafi, dan al-Baihaqi."

Demikian pula kata Imam al-Hafidz yang dikutip oleh Sayyid Abdullah Bafaqih, Madang. Menurutnya, hadits ini juga terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36.


KH Munawir Abdul Fattah
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta

TAK ADA KEABADIAN

Tak ada keabadian
kenapa harus ada sedihan
gunung itu akan hancur
lautan akan sepi dari ombak
hilang lenyap akan di isap bumi


bintang akan tenggelam kelam menyusup di langit
langit pun akan runtuh
bertabrakan dengan bumi

tak ada keabadiaan
kenapa harus ada kesedihan
bumi kan hancur menyusuri pelanet-pelanet dengan terompet israel

tak ada keabadian
mengapa harus egois menumpuk harta
material-material akan tergusur dari pelataran

tak ada keabadian
mengapa harus membusungkan dada
mengira dirinya Tuhan, berjalan dengan seribu kaki dengan ratusan tangan
menginjak bumi dengan alas keangkuhan

tak ada keabadian
mengapa pangkat menjadi anggukan
ia akan ditelan oleh masa, menunggu liang yang siap dirasa

tak ada keabadian
mengapa ketawa harus selalu jadi impian
kalau toh akan datang kesedian dengan seribu belitan ketidak pastian

weleh-weleh

kita bergelombang di samudera dengan sampan
terhempas dengan senyuman menuju dermaga Sorga-Nya

biarkan semuanya, mengayuh dengan kesediahan dan kegembiraan
itu adalah bagian dari sebuah proses pencapaian
bertengger di atas sajadah kecintaan
dengan tangan menengadah meminta ampunan
semuanya akan hancur

alam semesta akan luluh lantak apda masanya
akan kembali menemui sang pencipta
kita akan menunggu sebuah kepastian
dengan kitab yang kita karang di dunia

PERCUMBUAN HATI.....`

Pelita hatiku...

Ketika aku dan kamu bertemu. kurasakan ada sesuatu yang membuatku selalu ingin bertemu dengan kamu.Aku pun tak tau apa yang terjadi dengan aku. Dimana aku tak bisa untuk menterjemahkan atas pertemuan ini.

Pelan pelan kamu pun mulai masuk lebih jauh dalam hatiku. dengan lembut dan mengisi setiap sel dalam darah, jantung hatiku. Kamu peluk manja jiwaku. Kamu kecup ruhku.Dan kusadari bahwa jiwamu telah masuk untuk meracuniku. Kamu pun mulai larut menggeliat seperti panasnya anggur yang memabukan yang akan membuat jiwa ini selalu mencari kehadiranmu.

Semua terjadi begitu saja. Aku dan kamu terlihat seperti dua sejoli yang di mabuk cinta. Kegilaan kita seperti tak ada batas lagi di dunia ini. Aku mulai terbuai dengan nyanyianmu yang merdu. Aku terhibur dengan tarianmu yang membiusku. Kamu bergelayut manja pada dalamnya hatiku. Suasana ini membuatku jatuh cinta padamu. Kamu seperti ruh yang selalu mengikutiku. Kemanapun aku melangkah kamu selalu disampingku. kamu meliputi seluruh rasa yang pernah kosong. Dimana aku ada selalu ada kamu yang menemaniku.

Memang Ini bukan salahmu sayang. Tapi aku yang sengaja mengijinkan kamu untuk singgah dalam taman hatiku dan bermain main pada sebuah hati yang selalu merindu. Dan kubuatkan sebuah istana terindah dalam jiwaku untuk dirimu.

Kekasihku yang aku sayang, jadikan istana hatiku tempatmu berteduh, berlindung dan tinggal di dalamnya. Jadilah kamu sebagai kekasih abadiku. Nikmati setiap ruang ruangnya yang penuh dengan lukisan keindahan, makanan dan minuman yang menyehatkan kalbumu, penuh dengan tarian tarian penghibur jiwa yang sepi.

Di dalam sebuah istana hati, kubangun sebuah ruang yang isinya adalah keindahan surga dimana tempat kita untuk bercinta dan menikmati sebuah pelukan, ciuman dan percumbuan sebuah jiwa yang sama. menikmati matamu yang terlihat sebuah kegirangan tarian anak anak di bawah bulan purnama. kecup bibirmu yang penuh kehangatan. merasakan nafasmu yang seakan seperti pengemis tua yang kehausan, membutuhkan seteguk air kehidupan. memanjakanmu kekasih hatiku dalam ranjang malam yang penuh cahaya dimana bulan dan bintang menyanyikan lagu lagu cinta yang memuja aku dan kamu.

Aku ingin curahkan perasaanku ini kepada kamu pelita hatiku. Agar kamu selalu tahu bahwa ada jiwa yang selalu merindu dan gersang untuk kau sirami dengan air surga cintamu. Karena rasa ini, aku adalah kamu dan kamu adalah aku.

Dengan indahnya terciptalah aku dan kamu dalam satu jiwa, yang mempunyai gairah yang sama. Aku dan kamu adalah sebuah cinta yang hakiki yang mungkin tak akan terdefinisikan.
Ketika aku dan kamu menyatu. jantungku dan jantungmu mempunyai getaran yang sama. Karena seperti inilah aku diciptakan untuk kamu yang mengisi dalam sisi sisi kehidupanmu, memenuhi segala ruang kosong dalam hatimu.

Bercintalah dengan aku.. nikmati PERCUMBUAN HATI ini pelita hatiku....



Dimanakah kamu sang pelita hatiku ?? aku dalam sebuah kerinduan kepada kamu..






SALAM CINTA

Istighfar (Memohon Ampunan) Keutamaan, Waktu dan Lafazh-Lafazhnya

Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasul-Nya yang terpercaya, keluarga, para shahabat serta orang yang mengikuti beliau hingga hari Kiamat, wa ba’du:
Berikut ini kami ketengahkan beberapa bahasan secara ringkas mengenai “Istighfar: keutamaan, waktu dan lafazhnya”. Kami memohon kepada Allâh agar menjadikan tulisan ini bermanfa’at.

I. Keutamaannya

Ia merupakan bentuk keta’atan kepada Allâh ‘Azza Wa Jalla
Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa, sebab turunnya hujan, mendapatkan harta dan anak serta masuknya manusia ke dalam surga. Nabi Nuh berkata ketika mendakwahi kaumnya, sebagimana firman Allah (artinya): “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.,s. Nûh:10-12)
Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar, Allah Ta’ala berfirman (artinya), Dan (Hud berkata):"Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa".(Q.,s.Hûd:52)
Ia merupakan sebab mendapatkan kesenangan yang baik, serta menjadi sebab masing-masing orang yang memiliki keutamaan berhak mendapatkan keutamaannya. Allah Ta’ala berfirman (artinya), "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (Q.,s.Hûd:3).
Allah tidak akan mengazab orang yang selalu beristighfar. Dia telah berfirman (artinya), “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (Q.,s.al-Anfâl:33)
Ia dibutuhkan oleh hamba-hamba Allâh karena mereka selalu berbuat kesalahan sepanjang malam dan siang hari. Jadi, bila mereka beristighfar, Allâh pasti mengampuni mereka.
Rahmat akan turun dengan sebab istighfar. Allah Ta’ala berfirman, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat."(Q.,s.an-Naml:46)
Istighfar merupakan kaffarat (penebus dosa) yang dilakukan dalam suatu majlis.
Melakukannya berarti meneladani Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam sebab beliau beristighfar di dalam satu majlis sebanyak 70 kali. Dalam riwayat yang lain disebutkan, sebanyak 100 kali.

II. Beberapa Ungkapan Mengenai Istighfar

Diriwayatkan dari Luqman 'alaihissalâm bahwa dia berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku! Biasakanlah lisanmu mengucapkan:
الَّلهُمَّ اغْفِرْ لِي
“Ya Allâh! ampunilah aku”, sebab Allâh menyediakan waktu-waktu dimana Dia Ta’âla tidak menolak doa orang yang berdoa kepada-Nya.”
‘Aisyah radhiallaahu 'anha berkata, “Beruntunglah orang yang mendapatkan di dalam shahîfah (lembaran amalnya) istighfar yang banyak.”
Qatâdah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada kalian penyakit dan obat; penyakit itu adalah dosa-dosa sedangkan obatnya adalah istighfar.”
Abu al-Minhâl berkata, “Tidak ada tetangga (teman dekat) yang lebih dicintai oleh seorang hamba kelak di kuburnya selain istighfar.”
al-Hasan berkata, “Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di hadapan hidangan-hidangan, di jalan-jalan, pasar-pasar serta majlis-majlis sebab kalian tidak tahu kapan ampunan-Nya akan turun.”
Seorang Arab Badui (orang yang biasa hidup di pedalaman gurun pasir) bertutur, “Barangsiapa yang mendiami bumi kami ini, maka hendaklah dia memperbanyak istighfar sebab bersama istighfar itulah terdapat awan tebal yang membawa curahan hujan.” (maksudnya istighfar itu merupakan sebab turunnya hujan-penj.,)

III. Waktu-waktu Beristighfar

Istighfar disyari’atkan di dalam setiap waktu, tetapi ia menjadi wajib ketika melakukan dosa-dosa dan menjadi sunnah/sangat dianjurkan seusai melakukan perbuatan-perbuatan baik, seperti beristighfar 3 kali setelah shalat, setelah haji dan lain-lain.

Juga, dianjurkan pada waktu sahur sebab Allâh memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu-waktu sahur tersebut.

IV. Lafazh-lafazh Istighfar

Lafazh paling utamanya adalah yang dikenal dengan Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yaitu mengucapkan:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ أَعُوْذُُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allâh! Engkaulah Rabbku, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain-Mu, Engkaulah Yang menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, aku berada diatas ikatan dan janji-Mu selama aku mampu, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku buat, aku mengakui kepada-Mu atas nikmat-Mu kepadaku, dan aku juga mengakui kepada-Mu dosa-dosaku; maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau”
Lafazh: أَسْتَغْفِر ُاللهَ
Lafazh: رَبِّ اغْفِرْ لِي
Lafazh: اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي ؛ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allâh! sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku, maka ampunilah aku; karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau”
Lafazh: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ اْلغَفُوْرُ، أو التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

“Tuhanku! Ampunilah aku dan berilah taubat kepadaku, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun, (atau )Maha Penerima taubat lagi Maha Pengasih”
Ucapan: اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيْرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Ya Allâh! sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku dengan kezhaliman yang banyak dan tidak ada Yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”
Ucapan:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ َالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

"Aku memohon ampun kepada Allâh Yang tidak ada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Dia Yang Maha Hidup Lagi Maha berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya”

وَصَلَّى للهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ

(Diambil dari artikel berjudul “al-Istighfâr: Fadlâ`iluh, Awqâtuh, Shiyaghuh” karya Muhammad bin Ibrahim al-Hamd oleh Abu Shofiyyah)

http://www.kalemat.org/sections.php?so=va&aid=229

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template