Sabtu, 10 Oktober 2009

Puisi tak ubahnya makhluq hidup yang kekal

Puisi tak ubahnya makhluq hidup yang kekal. Dia memiliki roh dan taqdir sendiri, kalau penyair suatu waktu meninggalkan dunia. Maka puisinya akan hidup terus sampai sejarah mengubur, dan nasib penyair menjadi tragis ketika tak sempat tahu bagaimana nasib puisinya, karena puisi belum tentu menjadi bagian dari darah dagingnya. Para penyair boleh mati, akan tetapi puisi melampaui usia penyair itu sendiri.
Muhammad Sobary, seorang kolumnis pernah meneriakkan dalam kolomnya “Sastra, Ideologi, dan Dunia Nilai”, puisi membikin lembut cita rasa hidup kita. Puisi menawarkan pilihan dan membuka peluang memperbesar watak humanis kita, dan menghargai manusia dengan harga kemanusiaannya. Saya kira puisi membantu manusia menjadi manusia.
Tapi mengapa puisi dijauhkan dari hidup kita, seolah puisi penyakit menular dalam sekali sentuh “kusta”? siapa yang menjauhkan kita dari puisi? Mengapa Menteri Pendidikan membiarkan pendidikan buruk ini berlangsung di depan kita, dan tak ada yang berteriak mengenai perlunya pendidikan kesusastraan yang memadai agar anak-anak mengerti puisi.
Mengapa penerbit-penerbit tak mau menyumbang bangsanya dengan menerbitkan puisi gratis, atau menjualnya dengan harga murah supaya warga Negara menjadi lebih pintar, lebih sensitive, lebih manusiawi?. Mengapa para banker kikirnya luar biasa terhadap warga negara baik-baik, tapi luar biasa pemurah hatinya kepada pembobol bank dan para penipu yang biasa mereka bangkrut.
Puisi bukan hanya untuk memuaskan nafsu, menikmati kata, bernostalgia dengan paragraf-paragraf, menentramkan hati dan pikiran, namun lebih dari itu puisi dipergunakan sebagai alat revolusi, kemerdekaan dan perubahan. Puisi sebagai ekspresi kemerdekaan, tidak hanya cuma buat hal-hal yang menentramkan, sebab ia juga bisa muncul menggelisahkan. Gunawa Muhamamd pernah berkata, Saya tidak bisa cuma memilih hidup kreatif, tapi sementara itu tidak bersedia untuk, seperti Adam, dilemparkan dari sorga yang menentramkan ke dunia penciptaan yang resah”.
Puisi akan selalu menyisakan seribu pemaknaan dan penafsiran, ia tidak akan pernah utuh ditafsirkan karena pesona yang selalu melekat dalam kata-katanya. larik-lariknya tak tersekat oleh kebakuan bahasa, dia bebas menerbangkan sayap-sayap maknanya .[ ].

Jangan Angkat Gelas Terlalu Lama..

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut kalian kira-kira segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

“Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey.

“Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut.”

“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.” Stephen Covey.

* Anda setuju ?

oOo

“Dan janganlah kamu merasa hina dan janganlah kamu bersedih padahal kalianlah yang paling tinggi jika kalian beriman”. (Ali Imran : 139)

Puisi dengan seribu cahaya

Puisi yang ditulis dengan hati nurani, akan memancarkan seribu cahaya, memiliki arti keagungan dan dapat menyejukkan, ia akan selalu berbingkai kebenaran dalam larik-lariknya. Hati nurani adalah berita kebenaran yang kadang tidak terungkap dalam realitas, puisi, ladang mengungkapkannya, ia mampu menyiratkan makna, membersitkan makna, sehingga pembaca mampu mengambil hikmah dari kata-katanya. Islah Gusmian, mengatakan “ adakah yang lebih bening dari mata hati, kala ia menegur kita tanpa suara. Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menegur kita tanpa kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari mata-hati, ketika ia menghentak kita dari ragam kesalahan dan alpa.
Sementara itu kita sering mendengar selentingan kesan dari mulut kemulut bahwa sesungguhnya puisi adalah gema jiwa manusia yang universal sepanjang zaman dan kehidupan. Puisi senantiasa bergema di mana-mana, di sudut-sudut perkotaan, di serambi-serambi rumah bahkan di dusun-dusun terpencil pun gaung puisi sering kita dengar setiap saat. ia ditulis tidaklah dengan imajinasi dan khayal biasa, ia membutuhkan perenungan mendalam, mengerahkan seluruh kekuatan hati, pemusatan pikiran, dan mengulahnya dengan kata-kata yang dapat mewakilkan seluruh perasaan dalam dirinya dengan ungkapan yang juga tidak biasa.

Meraba Cinta

Halimi Zuhdy


bila cinta beraba dinding-dinding keangkuhan, hancur
roboh tak terhalang. di sebuah pucuk keangkaramurkaan
raiblah kegelisahan. dahan-dahan tak mampu lagi
membawa dahan, karena geliat buah
terus mengembang.

geliat akar, arus sungai, senyum macan,
derai ombak,sayup angin, buncah bara,
tetes air mata, nyanyian burung, terus meraba
bumi. Meneteskan, membuai, melahir cinta.

bila cinta meraba hilanglah akal dan pikiran.
menuju hakekat kebenaran, yang tak
ada angin dan awan hujan terus mengerang.

bila cinta meraba, kemunafikan redup
bagai pijar ditelan petang.
meraba cinta, kuasa cinta, dan pada
Maha Cinta


Malang, 2005

Hermeneutika Ghazalian: Mengaji Kitab Qãnūn al-Ta’wîl

Reportase Ceramah Ramadan Ulil Abshar-Abdalla di Paramadina

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (1058 -1111) menulis sejumlah karya yang ditujukan tidak hanya untuk memberi respon terhadap perdebatan pemikiran, melainkan juga jawaban langsung terhadap persoalan sosial yang ia hadapi. Dengan keterlibatan semacam itu, al-Ghazali tampak menyadari pluralitas sosial yang tidak mungkin direduksi dalam sikap dan perilaku absolutis.

Pengajian kedua mengenai pemikiran Hujjat al-Islãm al-Ghazali yang diasuh oleh Ulil Abshar-Abdalla (cendekiawan NU) di Yayasan Wakaf Paramadina membahas kitab Qãnūn al-Ta’wîl. Kitab ini, menurut Ulil, memuat sejumlah argumentasi yang bisa dijadikan pedoman dasar dalam setiap bentuk upaya pembacaan Kitab Suci. Qãnūn al-Ta’wîl adalah buku yang berisi gagasan-gagasan orisinal al-Ghazali mengenai cara membaca dan menafsirkan Kitab Suci atau kita bisa menyebutnya sebagai hermeneutika Ghazalian.

Ulil Abshar-Abdalla memulai pemaparannya dengan menyodorkan cara baca al-Ghazali terhadap situasi sosial di mana ia hidup. Dalam kitab al-Mustasyfã, al-Ghazali mengurai fakta pluralitas sosial yang disikapi secara beragam. Ada dua kelompok besar yang memberi sikap berbeda terhadap pluralitas pemikiran: mushawwibah dan mukhaththi’ah. Kelompok pertama (mushawwibah) adalah mereka yang menyatakan bahwa jika terjadi pluralitas pendapat, maka semuanya benar. Kalaupun hanya ada satu yang benar, namun yang benar itu kita tidak tahu. Kelompok pertama ini mewakili kelompok toleran yang cenderung diamini oleh al-Ghazali sendiri. Kelompok kedua (mukhaththi’ah) justru datang dengan argumen bahwa jika ada pluralitas pemikiran, maka semuanya salah, kecuali satu. Kelompok ini mewakili kelompok absolutis.

Menurut Ulil, perdebatan-perdebatan di masa al-Ghazali memiliki ciri khas yang berbeda dengan masa sekarang. Di masa itu, perdebatannya adalah di seputar metafisika. Hal ini adalah kelanjutan semata dari debat-debat teologis antara Islam dan Kristen sejak awal kemunculan Islam. “Orang Islam mengajukan kritik terhadap keyakinan Kristen yang dinilai tidak murni monoteis (tauhîd) karena mengandaikan ada tri-tunggal ketuhanan,” kata Ulil. “Tapi,” lanjut Ulil “kelompok Kristen balik mengajukan gugatan dengan mengatakan bahwa justru Islamlah yang tidak murni monoteis karena mengandaikan sifat Tuhan yang begitu banyak, sedikitnya ada dua puluh sifat Tuhan.” Serangan dari kelompok Kristen inilah yang memaksa para filsuf dan teolog Islam masuk ke dalam perdebatan metafisika.

Isu utama yang berkembang saat itu adalah mengenai bagaimana menjembatani antara akal dan wahyu. Ulil mengurai lima kelompok yang dikemukakan al-Ghazali dalam Qãnūn al-Ta’wîl. Pertama, kelompok yang menempatkan wahyu di atas akal (tajrîd al-nadzãr ilã al-manqūl). Kelompok ini adalah kelompok tekstualis yang sebenarnya sangat aman dalam beragama, sebab mereka bisa langsung menerapkan seluruh ajaran agama sesuai dengan teksnya. Tetapi, menurut al-Ghazali, kelompok ini tidak ideal.

Kedua, kelompok yang menempatkan akal di atas wahyu (tajrîd al-nadzãr ilã al-ma’qūl). Kelompok ini, menurut Ulil, berisi para filsuf dan pemikir spekulatif. Para filsuf yang dimaksud oleh al-Ghazali terutama adalah al-Farabi dan Ibn Sina. Ibn Sina, misalnya, menyatakan bahwa sangat tidak mungkin diterima konsep mengenai kebangkitan jasad, yang ada adalah kebangkitan ruhani. Adapun gambaran tentang surga dan neraka yang tampak sangat terkait dengan dunia materi itu hanya cara al-Qur’an untuk berbicara kepada kelompok sosial kebanyakan. Pandangan para filsuf ini ditentang keras oleh al-Ghazali. Al-Ghazali menyatakan bahwa implikasi pemikiran orang seperti al-Farabi dan Ibn Sina adalah meragukan kebenaran dan kejujuran Nabi. Jika perkataan Nabi bisa ditafsirkan tidak sesuai dengan apa adanya, maka Nabi potensial tidak berkata jujur.

Kritikan keras al-Ghazali terhadap kelompok filsuf ini tampak kurang konsisten dengan konsep lima wujud kebenaran yang ia kemukakan dalam Faishãl al-Tafriqah. Seratus tahun kemudian, Ibn Rusyd, menurut Ulil, menggugat al-Ghazali persis karena al-Ghazali menggunakan cara pandang orang awam untuk mengkritik para filsuf. Al-Ghazali abai terhadap kebenaran para filsuf dan melakukan penghakiman dengan standar kebenaran awam.

Ketiga, kelompok yang berada di tengah tetapi cenderung dekat kepada kelompok yang mengagungkan akal. Menurut Ulil, kalangan rasional Mu’tazilah bisa masuk dalam kelompok ini.

Keempat, kelompok yang berada di tengah tetapi cenderung dekat dengan kelompok yang mengagungkan wahyu. Sunni secara umum bisa dimasukkan ke dalam kelompok ini.

Kelima, kelompok yang berada di tengah-tengah. Al-Ghazali menganggap kelompok kelima ini adalah kelompok yang paling ideal dan berusaha ia capai. Kelompok inilah yang disebut sebagai kelompok terbaik. Al-Qur’an menyatakan "kuntum khaira ummah ukhrijat li al-nãs" (kalian adalah ummat terbaik yang hadir di tengah-tengah manusia). Kelompok tengah ini juga disetujui oleh al-Qur’an: "wa kadzãlika ja’alnãkum ummatan wasatan" (dan demikianlah kami menciptakan kalian sebagai ummat moderat).

Namun begitu, menurut al-Ghazali, justru kelompok kelima inilah yang paling susah. Al-Ghazali sendiri mengklaim berada pada kelompok ini. Namun, menurut Ulil, al-Ghazali justru lebih tepat ditempatkan pada kelompok keempat bersama kelompok al-Asy’ari dan Sunni secara umum. NU di Indonesia, bagi Ulil, juga cenderung berada di kelompok keempat, yakni tengah kanan.

Posisi tengah yang dipilih oleh al-Ghazali bisa ditemukan dalam fakta gugatan dia terhadap para filsuf. Namun pada saat yang sama dia juga mengkritik para fatalis dan tekstualis. Meski wahyu dinggap sebagai sumber kebenaran, namun bukan berarti akal diabaikan. Al-Ghazali justru menganggap bahwa akal adalah pihak yang merekomendasikan agama. Akal memiliki posisi penting, karena hanya akallah yang bisa memberi justifikasi kebenaran agama dan wahyu. Al-Ghazali menyatakan "wa man kadzdzaba al-aqla fa qad kadzdzaba al-syar’a" (siapa yang mendustakan akal maka sebenarnya ia mendustakan agama).

http://gusulil.wordpress.com/

Safari Ramadan Gus Ulil: Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif

Launcing Buku bersama Ulil Abshar-Abdalla, Daniel Dakidae, Yudi Latif, dan Syaiful Arif

Date: Wednesday, September 2, 2009
Time: 6:00pm - 9:00pm
Location: Kantor The Wahid Institute
Street: Jl. Taman Amir Hamzah No. 8
City/Town: Jakarta, Indonesia
Phone: 081586199143

Hadiri peluncuran dan diskusi buku "Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif: Sebuah Biografi Intelektual" karya Syaiful Arif.

Buku ini yang dimaksudkan sebagai biografi intelektual ini tidak hanya berbicara Gus Dur sebagai sosok, melainkan juga memaparkan Gus Dur sebagai sebuah gerakan pemikiran transformatif. Sejak mula Gus Dur tidak menempatkan diri sebagai elite intelektual yang bertahta di langit dan mengamati dunia dari kejauhan. Ia biasa disebut sebagai intelektual yang berani berlumur lumpur duniawi. Ia tidak hanya bertarung dalam dunia gagasan, melainkan membawa masuk gagasan-gagasannya ke sudut-sudut paling terpencil masyarakat.

Syaiful Arif adalah anak muda yang secara sangat dekat menyelami pemikiran Gus Dur. Dalam beberapa tahun ini, Syaiful Arif menjadi santri Pesantren Ciganjur, sebuah pesantren yang diasuh langsung oleh Gus Dur.

Tetap Puasa meski Sedang Menyusui

KOMPAS.com — Sebenarnya kegiatan berpuasa tak harus mengurangi porsi makan ibu menyusui dengan komposisi 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 10-20 persen lemak. Yang berubah hanya jadwalnya. Karena itu, ibu menyusui yang ingin berpuasa Ramadhan tidak boleh meninggalkan sahur. Makan sahur dapat memberikan energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas seharian. Konsumsi sahur dengan porsi yang cukup dan gizi seimbang sangat membantu ibu menyusui menghasilkan ASI berkualitas untuk si kecil.

Seperti dikatakan dr IGAN Partiwi, SpA, MARS, memang benar ibu menyusui bisa saja menjalankan ibadah puasa. Namun, Tiwi yang merupakan konsultan laktasi dari RSIB Bunda, Jakarta, ini menyarankan, mungkin sebaiknya Anda berpuasa tatkala bayi sudah berusia 6 bulan. Ibu yang tengah memberikan ASI secara eksklusif bisa tidak berpuasa karena harus menyusui tiap dua jam sekali, dan si bayi belum memperoleh makanan pendamping ASI.

Jika Anda berpuasa, memang akan terjadi perubahan produksi ASI. Namun, bukan perubahan kuantitas keseluruhan, melainkan perubahan dari segi waktunya. Volume ASI agak berkurang selama Anda berpuasa dan baru melimpah lagi pada malam hari setelah Anda mendapat asupan makanan. "Hal ini terjadi karena pengaruh hormon, khususnya oksitosin," papar Tiwi.

Produksi hormon oksitosin membuat aktivitas menyusui meninggalkan dahaga pada ibu yang harus segera diimbangi dengan minum air yang banyak. Dengan begitu, produksi ASI berikutnya tetap lancar. Ia lantas menganjurkan agar para ibu tidak lupa memerah ASI di malam hari. Apalagi hormon prolaktin, salah satu hormon yang sangat berpengaruh terhadap produksi ASI, di malam hari terbukti jumlahnya lebih tinggi dibandingkan pada siang hari. Tingginya hormon prolaktin di malam hari menambah jumlah produksi ASI pada waktu tersebut.

Sedangkan memerah ASI di siang hari tetap penting karena produksinya berpegang pada prinsip demand and supply. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak ASI yang akan diproduksi.

Nah, bila Anda ingin tetap agar masa menyusui sekaligus puasa tetap lancar, coba terapkan tips di bawah ini.
1. Santaplah makanan bergizi dalam porsi cukup saat waktu berbuka, sesudah tarawih, dan sahur.
2. Sebaiknya Anda banyak mengonsumsi daging. Daging adalah makanan yang mengandung kalori dan protein sangat tinggi yang bisa disimpan tubuh dalam waktu cukup lama sehingga Anda tidak mudah lemas selama puasa.
3. Mulai berbuka hingga waktu sahur habis, usahakan minum air putih sebanyak-banyaknya, ditambah dengan segelas susu hangat.
4. Sebelum tidur, untuk menambah produksi ASI, cobalah makan makanan ringan dengan minuman hangat.
5. Niatkan puasa semata-mata demi ibadah. Dengan begitu insya Allah Anda dapat menjalankan puasa secara sehat dan senantiasa bugar. Si kecil juga akan mendapatkan ASI yang baik, tidak hanya berpengaruh bagi fisiknya, tetapi juga bagi psikis dan rohaninya.

Kompas.com

Safari Ramadan Gus Ulil: NU dan Negara

Bersama Ulil Abshar-Abdalla dan Slamet Effendi Yusuf
Date: Wednesday, September 2, 2009
Time: 3:30pm - 6:00pm
Location: Kantor PP Lakpesdam NU
Street: JL. H. Ramli Rt.02/03 No. 20 A. Tebet Meteng Dalam
Phone: 0218298855

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang lahir dari rahim masyarkat sipil. Dalam perjalanannya sepanjang 8 dasarwasa tahun lebih, NU jelas memiliki hubungan dan peran dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kehidupan bermasyarakat, NU merupakan organisasi sosial keagamaan sipil yang telah banyak mencatat peran-peran strategis bagi penguatan dan pembangunan masyarakat sipil.

Dalam konteks hubungannya dengan negara, pola relasi NU tercatat sebagai kelompok masyarakat sipil yang berada dalam dominasi negara. Negara merupakan aktor yang powerfull dan NU adalah kelompok masyarkat sipil yang powerless di hadapan negara. Hal demikian disebabkan negara memposisikan dirinya sebagai aktor tanpa tanding yang selalu menempatkan diri dalam pola penguasa-menguasai. Dan siapapun yang berhadapan dengan negara harus tunduk dengan model negara yang berarus politik kekuasaan. Padahal jika membaca sejarah, NU telah sejak awal berperan mendirikan negara dan bangsa. NU merupakan organisasi yang turut andil dalam perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara. Jika memperhatikan konteks historis demikian, negara seharusnya melunasi “utang budi” pada masyarakat (termasuk NU) yang gigih merebut kemerdekaan.

NU sebagai kelompok masyarakat sipil yang mengorganisir diri merupakan kumpulan individu yang tidak seragam. Di dalamnya terdapat kelompok agamawan, akademisi, kelompok sektoral, politisi, birokrat dll. Tersebarnya kader NU ke dalam ranah agama, sosial, dan politik sesungguhnya menjadi modal besar bagi kebesaran organisasi (jam’iyyah). Namun pada satu sisi, negara selalu “menggoda” kader NU, sehingga NU terpaksa harus terlibat dalam hiruk-pikuk kekuasaan negara. Perhelatan politik yang begitu kencang dalam lima tahun terakhir telah banyak menggoda arus jam’iyyah NU.

Jika pun potret di atas didiskusikan dengan meletakan dasar pedoman organisasi NU yang termaktub dalam Khittah 1926 yang lalu dijabarkan dalam “Sembilan Pedoman Berpolitik NU” hasil Mukktamar ke-28 Tahun 1989 di Krapyak, Yogyakarta, maka akan terjadi multi tafsir (tergantung kepentingannya apa). Misalnya, berpolitik bagi NU berarti kertelibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, berpolitik dengan akhlak dan demi kemaslahatan umum, berpolitik boleh berbeda, tapi dalam suasana persaudaraan, dan semacamnya. Walhasil, pedoman yang layaknya bersifat kencang itu malah kendor karena ayaman ketegasannya tak ada, isinya hanya seruan moral semata yang didasarkan pada “kembali pada niat dan diri sendiri”

Potret di atas mengantarkan NU pada situasi yang penting untuk terus dibincangkan dan dicarikan jalan solutifnya. Jika terus beraga dalam jalur Khittah 1926 yang tegas tidak merebut kekuasaan negara, lalu peran apa yang bisa dilakukan NU? Ketika sebagian warga NU terus menyeret dan memperebutkan kekuasaan adakah NU menentukan pilihan? Ketika arus kontestasi politik baik dalam internal NU maupun dalam skala nasional begitu deras bagaimana NU harus merespon? Keterlibatan NU dan kekuasaan pun adalah fakta, seperti apa sebenarnya peran yang harus dimainkan NU?

Pertanyaan-pertanyaan di atas diharapkan mampu menghadirkan diskusi dinamis dan solutif bagi problem-problem yang selama ini mengelilingi jamiyah Nahdlatul Ulama.
(Narasi dari www.lakpesdam.or.id)

Sejarah Ringkas Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang (bagian keempat)

KEBERHASILAN AL-HABIB ALI DALAM BERDAKWAH
Al-habib Ali bin Abdurrahman Al-habsyi merupakan satu diantara banyak tokoh ulama di Indonesia yang pengaruhnya sangat luas. Beliau dikenal memiliki kelebihan dalam dakwahnya yang menyentuh hati.
Beliau juga dipandang sebagai tokoh yang dapat mempersatukan dan membangun persaudaraan para Habaib dan Kyai di Jakarta. Bahkan beliau dapat membuat orang-orang yang tadinya benci, memusuhi, dan tidak suka padanya, berbalik menjadi suka dan sangat mencintainya. Ini semua karena akhlak dan budi pekerti beliau.

Keberhasilan ini disebabkan kebijaksanaan, kesabaran, dan ketekunan Al-Habib Ali dalam menyajikan Islam. Beliau menyajikan Islam sebagai agama yang mudah, sehingga dapat diterima sepenuh hati oleh penduduk setempat. Yang kemudian dengan sukarela mereka meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya.
Dengan keluhuran akhlak dan kehidupan yang bersahaja serta ketaatan beragama seperti ytang beliau warisi dari para leluhurnya, sehingga beliau berhasil memikat hati penduduk pribumi. Dan dalam waktu yang singkat, Islam telah berhasil menyebar keseluruh pelosok Indonesia.

Pengaruh Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi dikalangan muslimin pribumi dapat dilihat dari apa yang telah dikatakan Al-habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Al-haddad Bogor, kepada Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas Bungur, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab “Tujul A’rasy” jilid dua, halaman 180 : “Dakwak Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi telah memenuhi telinga-telinga kaum muslimin, sebagaimana kitab-kitab Al-Habib Utsman bin yahya telah memenuhi rumah-rumah mereka”

Menurut Mr. Hamid Al-Qadri, seorang tokoh politik dan pejuang kemerdekaan. Selain ulama, Al-habib Ali Kwitang juga merupakan pejuang kemerdekaan. Beliau ikut mendorong berdirinya partai politik yang berazaskan Islam pertama kali di Indonesia yang dikenal dengan Parta Syarikat Islam, pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim.
Saking semangatnya dalam perjuangan dalam membangkitkan perlawanan rakyat terhadap penjajah, di zaman pendudukan Jepang, Al-Habib Ali pernah dijebloskan ke penjara bersama Haji Agus Salim. Dengan hukuman penjara, bukan menghentikan perlawanannya terhadap penjajah, malah beliau terus menentang dan melawan. Dan namanya kian mengharum.
Harumnya nama Al-Habib Ali menjadi buah bibir di masyarakat dikala itu. Kemasyhuran Al-habib Ali tersebut sehingga dibuatkan gubahan dan untaian syair oleh beberapa pujangga, diantaranya adalah : Al-habib Mihammad bin Ahmad Al-Muchdhor, Al-habib Ahmad bin Abdullah Assegaf, Asy-Syekh fadhil Irfan, Al-habib Soleh bin Mukhsin Al-Hamid (Tanggul), Al-Habib Segaf bin Abubakar Assegaf. Juga Asy-Syekh Yusuf bin Ismail nabhan pun memasukkan nama Al-Habib Ali Kwitang dalam kitabnya yang berjudul “Jami’ Karamah Auliya”

Sejarah Ringkas Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang (bagian ketiga)

KE TANAH SUCI

Ketika Habib Ali berusia 20 tahun, beliau mengadakan pengajian sambil berdagang kecil-kecilan di Pasar Tanah Abang. Pada usia iyu pula Habib Ali menikah dengan Hababah Aisyah Aisyah Assegaf dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Beberapa waktu kemudian beliau berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji serta ziarah ke makam datuknya Rasulullah SAW di Madinah.

Selama di tanah suci beliau pergunakan waktunya untuk menuntut ilmu dan meminta ijazah pada para ulama dan auliya yang berada di Makkah, diantaranya : Asy-Syeikh Muhammad Said babshil, As-Sayid Umar bin Muhammad Syatha’, Asy-Syeikh Umar bin Abubakar Bajunaid, Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad Shaleh Zawawi, Asy-Syeikh Umar hamdan Al-Maghribi. Ketika di Madinah beliau belajar kepada Al-Habib Ali bin Ali Alhabsyi, Al-Habib Abdullah Jamalulail, dan Asy-Syeikh Sulaiman bin Muhammad Al-Azab (putera dari penggubah Maulid ‘Azab), dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang berada di Hijaz saat itu. Disana beliau mendapatkan ijazah untuk mensyiarkan maulid Al-Azab langsung dari putera shahibul maulid, Asy-Syeikh Umar bin Muhammad Al-‘Azabi.
Selama hayatnya Al-habib Ali menunaikan haji sebanyak tiga kali.
Pertama kalinya pada tahun 1311 H / 1894 M, saat Makkah berada dibawah kuasa Syarif Aun.
Kedua pada tahun 1343 H / 1925 M, dimasa Syarif Husain.
Dan yang ketiga pada tahun 1354 H / 1936 M, dimasa kekuasaan Ibnu Sa’ud.

MAJLIS TA’LIM KWITANG

Setibanya di tanah air beliau mulai berdakwah dan mengajar.
Masyarakat Jakarta sangat antusias mengikuti dakwah beliau. Semakin hari yang mengikuti Majlis Ta’lim beliau, semakin banyak.
Karena dorongan dari para murid dan semakin banyaknya masyarakat yang belajar kepada beliau, maka beliaupun mendirikan sebuah majlis ta’lim di Kwitang, Jakarta Pusat. Belakangan ini majlis tersebut berkembang menjadi Islamic Center Indonesia.

Majlis Al-habib Ali Alhabsyi di Kwitang merupakan majlis ta’lim pertama di Jakarta. Sebelumnya tidak ada seorangpun yang berani membuka majlis ta’lim, karena kegiatan dakwah saat itu sangat dibatasi dan diawasi secara ketat oleh kolonial Belanda. Barulah setelah wafatnya Al-habib Ali Alhabsyi, mulai bermunculan beberapa majlis ta’lim di jakarta pada khususnya, dan si seluruh penjuru tanah air pada umumnya.
Al-habib Ali Alhabsyi sebagai perintis majlis ta’lim di tanah Betawi, yang beliau adakan di Kwitang, jakarta Pusat, yang juga merupakan cikal bakal berdirinya majlis ta’lim di seluruh tanah air.

Dari majlis tersebut tidak pernah terdengar caci maki terhadap seseorang atau golongan. Didalamnya tidak diajarkan melaknat atau mengkafirkan seseorang atau golongan lain. Majlis tersebut penuh dengan ilmu, nasihat, akhlak, dan perilaku yang baik serta dipenuhi dengan rahmat. Dakwah semacam inilah yang telah diwariskan oleh Rasulullah lima belas abad silam, yang datang sebagai rahmat dan pembawa perdamaian bagi alam dfan seluruh ummat manusia.
Para ulama Betawi yang ada saat ini pasti pernah belajar di Majlis Ta’lim Kwitang, atau belajar kepada orang yang pernah belajar di Majlis Ta’lim Kwitang.
Majlis ini berdiri lebih dari satu abad, ini dikarenakan beliau mengajar dengan ikhlas.
Ajaran Islam yang disuguhkan di majlis tersebut adalah “Ahlussunnah Wal Jama’ah”, nilai-nilai akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kebersihan hati dan jiwa melalui ajaran tasawwuf.
Beliau tidak mengajarkan kebencian, iri, hasud, dengli, ataupun fitnah. Sebaliknya Al-habib Ali selalu mengembangkan tradisi “salafunasshalih” dan Ahlil Bait yang menjunjung tinggi “ukhuwah islamiyah”, nilai-nilai kemanusiaan dan menghormati setiap manusia tanpa membedakan statusnya.

Majalah “Panji Poestaka” nomor tujuh puluh tiga, tanggal 11 September 1928, tahun ke enam, memberitakan sebuah tulisan dalam rubrik serba-serbi dengan tajuk Toean Sajid Ali bin Abdoerrahman Al-habsyi, Kwitang, Weltevreden.
Dalam tulisan itu diantaranya dikatakan :

“Kalau di Betawi ada orang bertanya, Apakah Toean di hari Minggu depan maoe hadir ? Maka itoe artinya : hadir di mesjid Kwitang sebeloem sembahyang lohor, boeat mendengarkan taswir Toean Sayid Ali.
Pendoedoek Betawi jang bagian ahli agama, sangat memerloekan datan ke mesjid itoe, bahkan orang djaoeh-djaoeh, seperti dari daerah Bogor, Bekasi, dan lain-lain tidak sedikit jang datang, hingga beratoesan djoemlahnya.
Bagaimana chidmat pendoedoek Betawi dan sekitarnya kepada beliau. Dapat kami gambarkan dengan singkat demikian, kata orang-orang Betawi, sedjak jang moelia Toean Sayid Oesman wafat, maka Toean Sayid Ali lah bapa boeat moeslimin Betawi. Belialah pakoenya tanah Betawi”.

Tulisan tersebut selain menggambarkan betapa agamisnya masyarakat Betawi sejak dulu dan juga menunjukkan betapa besar dan pentingnya bagi masyarakat Betawi peranan habaib pada umunya, dan Al-habib Utsman bin yahya serta Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-habsyi pada khususnya.

Sejarah Ringkas Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang (bagian kedua)

Penghormatan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi terhadap para gurunya
Al Habib Ali sangat menghormati dan menjunjung tinggi para ulama, auliya, serta para guru-guru beliau.
Sebelum mendapat izin dari gurunya, Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, beliau belum berani mengenakan imamah. Setelah mendapatkan ijazah dan izin dari gurunya, barulah beliau mengenakannya setiap saat.
Al-Habib Ali selalu menyelipkan surat-surat dari gurunya disela-sela imamah yang dikenakannya.
Ketika beliau wafat, sesuai dengan wasiatnya, imamah dan surat-surat tersebut juga dimasukkan ke dalam makamnya. Juga abwa (kain selempang untuk duduk, yang biasa dikenakan oleh penduduk Hadramaut), sorban,, dan seuntai tasbih dari Al-Imam Al-habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, yang juga ikut dimasukkan ke dalam kuburnya.

Isyarah dari para Auliya
Ketika terjadi peperangan di Libya, Tripoli barat, Al-habib Utsman bin Yahya memerintahkan Al-habib Ali untuk naik mimbar dan berpidato di Masjid Jami’ di hadapan ribuan jama’ah yang hadir di masjid tersebut, dalam rangka mendo’a kan kaum muslimin yang saat itu sedang dibantai di Tripoli. Padahal sebelumnya Al-Habib Ali belum pernah tampil sama sekali diatas mimbar, mengingat usia beliau yang sangat muda. Sejak itu lidahnya sangat fasih dalam memberikan nasihat dan kemudian menjadi seorang da’I yang pengaruhnya menyebar ke seluruh pelosok Nusantara.

Pernah suatu saat beliau pergi ke Pekalongan, Jawa Tengah guna berkunjung ke rumah Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas.
Saat itu hari Jum’at. Dan setelah selesai shalat Jum’at, Al-Habib Ahmad menggandeng tangan Al-Habib Ali dan menaikkannya ke atas mimbar, padahal usia Al-habib Ali saat itu masih sangat muda.
Al-Habib Ali berkata kepada Al-habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas : “Wahai habib, aku tidak dapat berbicara bila antum berada diantara mereka”.
Lalu Al-Habib Ahmad mengatakan : “Wahai anakku Ali, berbicaralah engkau menurut lidah orang lain”.

BIRRUL WALIDAIN
Khidmat dan rasa bakti terhadap ibunya sangatlah luar biasa. Tidak pernah sekalipun beliau membantah perintah ibunya.
Pernah pada suatu saat ketika beliau sedang melakukan perjalanan dakwak ke Singapura. Kemudian sang ibu mengirim telegram, yang isinya memerintahkannya untuk segera pulang ke Jakarta. Tanpa menunda-nunda, Al-Habib Ali segera pulang ke Jakarta untuk memenuhi panggilan ibunya tersebut.
Maka tidaklah mengherankan jika ilmu yang beliau miliki sangatlah berkah dan bermanfaat. Dakwah beliau dimana-mana mendapat sambutan yang luar biasa.

Sejarah Ringkas Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang

Sejarah Ringkas Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang
(bagian pertama)

Kakek buyut beliau adalah Al-Habib Muhammad bin Husein Alhabsyi. Beliau datang dari Hadramaut dan bermukim di Pontianak, Kalimantan Barat, hingga menikah disana.
Sedangkan kakek beliau adalah Al-Habib Abdullah bin Muhammad Alhabsyi. Beliau lahir di Pontianak.

Bersama para sultan dari keluarga Al-Qadri di Pontianak, beliau mendirikan Kesultanan Hasyimiyyah di Kalimantan Barat.
Beliau berdakwah dan berdagang di Pulau Jawa, hingga akhirnya menikah di kota Semarang, Jawa Tengah.Dalam pelayaran menuju Pontianak, beliau wafat di dasar laut, karena kapalnya karam.

Ayah beliau adalah Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi. Beliau lahir di kota Semarang, Jawa Tengah. Kemudian pindah ke Jakarta dan menikah dengan Hajjah Salmah, seorang gadis Betawi yang berasal dari Jatinegara.

Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi adalah sepupu pelukis terkenal, Raden Saleh Bustaman bin Yahya.
Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi wafat di Jakarta pada tahun 1296 H. bertepatan tahun 1881 M.
Beliau dimakamkan di Cikini, tepatnya dibelakang Taman Ismail Marzuki, Jakarta, yang pada saat itu milik Raden Saleh. Sedangkan Ibunda beliau, Hajjah Salmah wafat pada 2 rajab 1351 H. dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Abang.

Silsilah Habib Ali Kwitang :
AL HABIB ALI bin ABDURRAHMAN bin ABDULLAH bin MUHAMMAD bin HUSEIN bin ABDURRAHMAN bin HUSEIN bin ABDURRAHMAN bin HADI bin AHMAD ALHABSYI bin ALI bin AHMAD bin MUHAMMAD ASSADULLAH bin HASAN AT-TURABI bin ALI bin MUHAMMAD AL-FAQIH AL-MUQADDAM bin ALI bin MUHAMMAD SHAHIB MIRBATH bin ALI KHALA QASAM bin ALWI bin MUHAMMAD bin ALWI bin UBAIDILLAH bin AHMAD AL-MUHAJIR bin ISA bin MUHAMMAD AN-NAQIB bin ALI AL-URAIDHI bin JA'FAR ASH-SHODIQ bin MUHAMMAD AL-BAQIR bin ALI ZAINAL ABIDIN bin HUSEIN bin ALI BIN ABI THALIB suami FATIMAH AZ-ZAHRA binti RASULULLAH SAW.

Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang mempunyai anak :
Abdurrahman - Rogayah - Khadijah - Mahani - Zahra - Sa'diah – Muhammad

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang lahir di Jakarta pada hari Ahad 20 Jummadil Awwal 1286 H. bertepatan dengan 20 April 1870 M. Dan beliau wafat pada hari Ahad 20 Rajab 1388 H. bertepatan dengan 13 Oktober 1968 M.

Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi, ayah Habib Ali tidak lama mendampingi putera yang beliau cintai itu.Beliau wafat ketika Habib Ali berusia sepuluh tahun.
Sebelum wafat, beliau berpesan kepada istrinya agar anaknya tersebut dikirim ke Hadramaut untuk menuntut ilmu disana.

Untuk memenuhi pesan suaminya tersebut, Hajjh Salmah menjual satu-satunya perhiasan berupa gelang untuk biaya perjalanan anaknya tersebut ke Hadramaut.

Dua tahun setelah ayahnya wafat, Habib Ali berangkat ke Hadramaut, dengan bekal hanya ongkos ticket kapal laut.Di Hadramaut, beliau tidak menyia-nyiakan waktunya untuk menuntut ilmu.
Beliau sangat menyadari bahwa sang ibu tidak mampu untuk mengirimkan uang kepadanya. Dan beliau bekerja sebagai pangembala kambing untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Sesuai wasiat dari ayahnya,setibanya di Hadramaut tempat yang pertama kali dituju adalah "Rubat" Al-Habib Abdurrahman bin Alwie Al-Aydrus.

Selain belajar di dalam "Rubat" tersebut, Al-Habib Ali juga berguru kepada para ulama dan auliya yang berada di Hadramaut, diantaranya adalah : Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, Al-Imam Al-Habib Hasan Al-Attas, Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-Aydrus, Al-Habib Zein bin Alwie Ba'bud, Asy-Syekh Hasan bin Awadh Mukhaddam, Al-Imam Al-Habib Muhammad Al-Masyhur, Al-Habib Umar bin Idrus bin Alwie Al-Aydrus, Al-Habib Alwie bin Abdurrahman Al-Masyhur, dan masih banyak lagi ulama serta auliya yang menjadi guru beliau.

Pada tahun 1303 H bertepatan dengan tahun 1886 M, beliau pulang ke Tanah Air.

Sesampainya di Indonesia, beliau melanjutkan perburuan ilmu kepada para ulama dan auliya di Indonesia, diantaranya adalah : Al-Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya, K.H. Abdul Hamid, K.H. Mujtaba bin Ahmad, Al-Habib Muhammad bin Alwie Ash-Shulabiyah Al-Aydrus, Al-Habib Salim bin Abdurrahman Al-Jufri, Al-Habib Husein bin Muchsin Al-Attas, Al-Habib Abdullah bin Muchsin Alp-Attas, Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor, Al-Habib Ahmad bin Muchsin Al-Haddar, dan masih banyak lagi guru-guru beliau.

JAHILIYAH MODERN

Halimi ZUhdy


Arah angin merambat
kearah timur
lembaran ayat lenyap ditelan detik
dzikir,tasbih,tahmid jarang bersua

muadzin terlelap dalam
mimpi keindahan dunia

ulama’ umaro’ berpestaria
menyambut kemegahan dunia fana
Muhammad sang Nabi
jadi dongen dan cerita

Islam pun hanya diskursus belaka
Barat pun jadi kiblat
leberal, sekuler, sosialis, demokratis
jadi wacana kebanggaan

Karl Max, Netzhe, Hegel, Lenin
jadi idiologi kemapanan.

http://halimizuhdy.blogspot.com
http://sastrahalimi.blogspot.com

SEBUAH BINCANG dengan Sahabat M. Imaduddin

Jahiliyah Modern
Halimi Zuhdy

Arah angin merambat
kearah timur
lembaran ayat lenyap ditelan detik
dzikir,tasbih,tahmid jarang bersua

muadzin terlelap dalam
mimpi keindahan dunia

ulama’ umaro’ berpestaria
menyambut kemegahan dunia fana
Muhammad sang Nabi
jadi dongen dan cerita

Islam pun hanya diskursus belaka
Barat pun jadi kiblat
leberal, sekuler, sosialis, demokratis
jadi wacana kebanggaan

Karl Max, Netzhe, Hegel, Lenin
jadi idiologi kemapanan.

Tanggapan Atas Puisi JAHILIYAH MODERN

Tgp : Muhammad Imaduddin

dan semua akan fana
terlelap dan membisu dalam suku fatamorgana
ini bukan jejak yang di jamah
bukan juga suara bermelodi sutra
seharusnya di pasung oleh genggaman suram kelopak mata
itu saja.


Jwb: Halimi Zuhdy

Fana dalam sutera
fana dalam kebiadaban
dan fana dalam rajutan kasih sayang

kefanaan akan berakhir dalam keabadiaan
dan keabadiaan adalah kejutan-kejutan dari Maha Abadi

Tgp : Muhammad Imaduddin

abadi ini bukan sembarang
dimana setiap yang di rajut
meletakkan arti terdalam
di sembahyangnnya
hingga ter untai dalam butiran-butirannya

semua akan surut

Jwb: Halimi Zuhdy

abadi adalah keabadian
KHOLIDIINA FIHA
kefanaan adalah fatamorgana, yang suatu saat berpesta dalam keabadiaan, dalam dua piliha
JAHANNAM atau FIRDAUS

semua akan mersakan
keindahan
atau
kepedihan
kefanaan adalah keabadiaan
yang tak bisa terurai oleh kata
tapi dapat terasa oleh rasa

Tgp : Muhammad Imaduddin
lalu kapan kan terlapuk....

Jwb: Halimi Zuhdy
Semuanya adalah gelombang menuju dermaga

Tgp : Muhammad Imaduddin
demaga yang belum pernah lolos dari jeratnya.

Jwb: Halimi Zuhdy
Dermaga
tempat terakhir untuk bernostalgia
atau berpesta nista
dan tak akan lolos dari jeratnya

LELAH

Halimi Zuhdy


di antara rambut-rambut terurai
di antara rok mini setengah telanjang
di antara keangkuhan
di antara jilbab-jilbab lusuh
di antara jubah-jubah panjang menjuntai
di antara kehausan, kelelahan, keringatan

demo tak pernah bubar
lukisan tak pernah selesai
kata-kata yang tak terkatakan
dan gerak terbaca bila sadar
puasa yang terlupakan
sholat yang tertinggalkan
zakat terlenakan

lelah kumenghitung zaman!

http://halimizuhdy.blogspot.com

CARI MUKA

Halimi Zuhdy

Sayup-sayup tawa berwibawa
Menelanjangi telinga
Tubuh separuh warna pun berkelebat
Menyusuri hati yang lagi merindu

Anggukan jabatan pun ia rengkuh
Anggukan uang ia belai

Siang-malam tak ada lelah
Menyusuri wajah-wajah yang punya kuasa
Membelai ucap dengan seribu kata dan janji
Menganggukkan rasa demi pundak yang semakin tinggi

Para pencari muka di sini dan di sana
Berkelebat
Ikhlas pun berupah warna
Bahkan menjadi hitam kelam
Yang ada hanya tipu, tipu kata dan tubuh berlakon malaikat
Yang sebenarnya adalah syaitan yang terus di laknat

Pencari muka
Yang suatu saat muka yang kau cari menjadi laknat
Dan hilang ditikam kiamat

Pencari muka
Sadarlah.......
Bahka mukamu, suatu saat akan dipertanggung jawabkan
Dihadapa muka yang sebenarnya.

Pencari muka
Carilah muka yang tidak pernah lapuk
Dan itu tempat mencari muka yang sebenarnya
Ketika muka-muka hancur
Muka-Nya abadi dan memberikan kesejukan.
Dan dihadapan Muka-nya kecintaan dan rahmat selalu mengalir.

Dan ingatlah,
mencari muka selain mukanya
hanya menambah kesengsaraan dan petaka
Bahkan kehancuran

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ


30 Juli 2009

“Pasir dan Pahatan Batu”

Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka, kini tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang, hanya ada horison pasir yang terbentang.

Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang tak putus. Susunannya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung di setiap langkah yang mereka lalui. Sesekali debu-debu pasir menerpa tubuh, dan membuat mereka berjalan merunduk, agar terhindar dari badai kecil itu.

Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat ujung-ujung pakaian mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh mereka ke arah belakang. Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapat bertahan dari badai itu.

Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minum mereka terbuka, dan terbawa angin yang kuat tadi. “Ah..kita akan mati kehausan disini, “ ujar seorang pengembara. Lelah bertahan seusai badai, keduanya duduk tercenung, menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis sesuatu di atas pasir dengan ujung jarinya. “Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini.” Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap membereskan perlengkapannya.

Badai sudah benar-benar usai, dan keduanya pun melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan. “Kita selamat, seru seorang pengembara, “lihat, ada air disana.” Mereka setengah berlari ke arah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana.

Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya, dan mengambil sisanya untuk bekal perjalanan. Sambil beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. “Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.”

Merasa bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya. “Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas pasir saat kita kehilangan bekal minum? Tersenyum mendengar pertanyaan itu, sang sahabat mulai menjawab. “Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu dalam pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus.”

“Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemuliaan itu dalam batu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan.”

Keduanya kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan merekapun kembali meneruskan perjalanan mereka.

~ Author Unknown ~

Sahabatku, ada kalanya memang, kita menemui kesedihan dan kebahagiaan. Ada kalanya, keduanya hadir berselang-seling, saling berganti mewarnai panjangnya jalan hidup ini. Keduanya, saya yakin, memberikan kita semacam memori yang kerap membuat kita terkenang.

Namun, adakah kita mau bersikap seperti pengembara tadi? Maukah kita menjadi seorang yang pemaaf, yang mampu untuk menuliskan setiap kesedihan dalam pasir, agar angin keikhlasan mampu membawanya pergi? Maukah kita menjadi seorang yang tegar, yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?

Sahabatku, cobalah pula untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu dalam kekokohan hati kita, agar tak ada apapun yang mampu menghapusnya. Torehlah kenangan kebahagiaan itu, agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya.

Saya yakin, angin kebahagiaan dan keikhalasan, akan mampu menggantikan tulisan kesedihan kita di atas pasir kesusahan. Sementara, pahatan kebahagiaan kita, akan selalu terkenang dan membuat kita optimis dalam menjalani panjangnya hidup ini.

"Jendela Rumah Sakit"

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

~ Author Unknown ~


Sahabatku, saya percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata, adalah layaknya pemicu, yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia, dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata, akan selalu memacu dan memicu kita untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita, dalam berpikir, dan bertindak.

Saya juga percaya, dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Dan kita telah sama-sama melihatnya dalam cerita tadi. Kekuatan kata-kata, akan selalu hadir pada kita yang percaya.

Saya percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.

Dan akhirnya saya percaya, kita, saya dan juga Anda, mampu untuk melakukan itu semua. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, dengan sopan, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal. Sampaikanlah semua itu dengan bijak, dengan santun. Saya percaya kita bisa.

Jazakumullah telah membaca cerita ini…. Semoga bermanfaat.

"Garam dan Telaga"

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Jazakumullah telah membaca cerita ini... semoga bermanfaat.

LAZUARDI MUSAFIR

Halimi Zuhdy

Jejal – jejal kau cari
Dengan langkah seribu cintamu.
Di negeri gurun
Ibarat lebah kau senandungkan ayat-ayat cintamu
Tuk mendapatkan setetes madu rindumu
Dalam aroma kesturi kasih sayangmu
Kau kerenyitkan dahimu
tuk melanggengkan pancaran matamu
dalam menatap masa depanmu
kau langkahkan kakimu
tuk menuai hasratmu
dalam fatamorgana fikiranmu
Hai para musafir
Jika kau samudra
Hempaskan ombakmu
Tuk membawa sampan menuju dermaga cita-citamu
Jika kau benar samudra
Biaskan mutiara cantikmu
Agar dunia silau dengan gemerlap senyummu
Hai para musafir
Jiika kau benar angin
Desirkan kabar
Ke seluruh lorong kejahilan
Bahwa kau adalah kesolehan pembawa kebahagian
Jika kau benar api
Bakar hasratmu
Lahap dahan-dahan kemalasanmu
Kobarkan semangatmu
Menuju satu titik kebangkitan
Wahai para musafir
Petiklah bunga-bunga dikebun ma'rifah
Agar harumnya menyeruak memenuhi relung hatimu

Riyadh, 4 Maret 2008
(Dibacakan pada acara Pelatihan Kepemimpinan Pemudah Indonesia di Luar Negeri, Riyadh Saudi Arabiyah. dan dihadiri Duta Besar serta Mantan Menteri Pendidikan)

Kumpulkanlah Kembali Kapas-kapas Yang Tersebar

Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

"Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi".
"Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit

"Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Pembaca yang luar biasa

Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf.

Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.


Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. Tentu… Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.

Salam sukses luar biasa!

Oleh Bapak Andrie Wongso

“Ayah”

Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar ertanggung-jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.


"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi."

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya."

"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya."

"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya."

"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."

~ Author Unknown~

Sahabatku, masih ada perasaan bencikah di hatimu terhadap ayahmu, yang mungkin perilakunya yang tidak sesuai dengan keinginan kita?

Sudahkah engkau membandingkan segala kekurangan beliau, dengan segala jasa beliau kepada kita sejak kita masih dalam kandungan ibu?

Terkadang tanpa sadar, masih banyak diantara kita yang kurang bangga terhadap ayah kita, karena pekerjaan beliau.

Kita merasa malu ketika banyak orang mengetahui orang tua kita hanya orang desa, yang kuper. Ah… layakkah kita disebut anak yang sholeh?

Mari, di Bulan Ramadhan yang Mulia yang sudah dekat ini, adalah momentum terbaik untuk meminta maaf kepada beliau.

Peluklah beliau… dan katakan, "Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah… Maafkan diri ini yang selalu menambah bebanmu…”

...

Jazakumullah telah membaca cerita ini... semoga bermanfaat.

Kehamilan dan Ultrasonografi/Scan oleh Syekh Muhammad Nazim Al-Haqqani QS

Ketika seorang wanita hamil, ia tidak perlu memeriksakan dirinya ke dokter. Tidak seorang pun boleh menyentuh janin karena hal itu berarti melawan kodrat Ilahi. Ketika Allah SWT mulai menciptakan dan menyempurnakan janin, para malaikat bekerja merawatnya. Mereka tidak menginginkan dokter untuk ikut campur dalam urusan mereka. Mereka ingin janin itu diamanatkan kepada mereka, jadi tidak perlu pergi ke dokter!

Di masa lalu, proses kelahiran hanya dibantu oleh seorang bidan yang datang ketika ia dipanggil. Ia hanya mengucapkan “bismillahir rahmaanir rahiim, Ya Tuhanku, biarkan hamba-Mu datang.” Itu saja! Saya menentang semua bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter. Ultrasonografi atau USG adalah hal yang sangat membahayakan bagi janin. Ini tidak bisa diterima. Kalian tidak pernah mengetahui luka apa yang diderita oleh bayi akibat radiasi sinar dari peralatan USG. Bila sinar itu mengenai mata, ia akan menyebabkan kebutaan, bila mengenai telinga, bayi akan menjadi tuli dan bila mengenai mulut, ia akan tumbuh menjadi orang yang bodoh.

MERDEKA ATAWA PETAKA ‘64

Halimi Zuhdy

Erangan kepedihan itu
Selalu terngiang dalam gendang telinga
Muncrat darah,
Begitu membekas di kelopak mata

Teriakan histeris begitu keras
Yang muncul dari mulut sang pahlawan bangsa
Badan hancur, entah kemana
Tangan, kepala, kaki betebaran tuk membela bangsa
Tak ada kata yang terus berhembus kecuali MERDEKA
Subhanallah

Teriakan Merdeka
yang dulu kebanggaan
kini berubah permainan

Merdeka
Yang dulu hadiah keistimewaan
Kini sebuah goyangan

Merdeka yang dulu, darah pertaruhan
Merdeka kini jadi proyek uang saku para pejabat

Merdeka...merdeka....merdeka
Yang dulu, teriak histeris demi anak bangsa
Kini sebagai pengembira untuk para penguasa

Merdeka..merdeka
Mereka berteriak, demi sebuah kehormatan
Kini…… tak lagi ada suara
Yang ada adalah penghianatan

Kita tak lagi merdeka
Karena penjajah tetap bersua
Sorga Indonesia, digali menjadi parit
Lahan-lahan subur, ditumbangkan menjadi lahan neraka
Pohon-pohon tumbuh dari tangan kemerdekaan
Kini didera tangan penghianatan

Indonesia subur,
penghasil bubur,
Asing menjadi terhibur
Karena Bapak-bapak kini tak lagi menganggur
Meskipun kehormatan kini tak lagi beranggur
Tapi penuh dengan kasur
Agar penguasa senang, melihat yang syur-syur
Ya..itulah...mudah-mudahan kita tak suka akan kebu
Ya..Rabb
Demi Bangsa
Kutengadahkan hati dan tanganku kehadirat-Mu
Berilah setetes kemerdekaan yang sebenarnya
Untuk menuju kemerdekaan yang abadi
Abadi dalam peluk dan rindu-Mu

17 Agustus 2009

Sholat Tahajjud Setelah Sholat Tarawih & Witir.

Assalamualaikum wr. wb.

Penjelasan singkat dibawah ini mungkin akan memberikan titik terang kepada kita semua atas keragu-raguan kita akan melaksankan sholat tahajjud setelah kita melaksanakan sholat tarawih dan witir dimalam bulan rahamadhan.

Tahajjud juga disebut dengan qiyamullail, sebagaimana firman Allah swt :

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Artinya : ”Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (QS. Al Israa ” 79)

Juga firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ﴿١﴾
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٢﴾
نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (٣﴾

Artinya : ”Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS Al Muzammil : 1 -3)

Namun demikian ada juga yang mengatakan bahwa tahajjud dikerjakan pada pertengahan atau akhir malam dan dilakukan setelah orang itu bangun dari tidur. Sedangkan qiyamullail bisa dilakukan di awal, pertengahan atau akhir malam dan tidak mesti setelah bangun dari tidur.

Adapun shalat tarawih maka para ulama juga menyebutnya dengan qiyamullail di bulan ramadhan yang dilakukan setelah menunaikan shalat isya dengan memanjangkan berdirinya. Ia bisa juga disebut dengan tahajjud. Dinamakan tarawih dikarenakan terdapat istirahat setelah dua kali salam. Shalat tarawih ini merupakan sunnah muakkadah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang melakukan qiyamullail (tarawih) dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka dihapuskan dosa-dosanya yang lalu.”

Tentang witir sendiri hukumnya adalah sama baik pada bulan ramadhan maupun diluar bulan ramadhan, yaitu tidak ada dua witir dalam satu malam sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam yang lima kecuali Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidak ada dua witir dalam satu malam.” juga hadits yang diriwayatkan oleh jama’ah kecuali Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Jadikanlah akhir shalat kalian pada malam hari adalah witir.”

Maka bagi siapa yang telah melakukan shalat tarawih dan witir bersama imam lalu dirinya ingin melakukan kembali shalat malamnya maka hendaklah dia melakukan shalat qiyamullailnya saja (genap) tanpa melakukan witir lagi berdasarkan hadits-hadits diatas, demikian menurut para ulama Hanafi, Maliki, Hambali dan pendapat yang masyhur dari para ulama Syafi’i. Dalil lainnya yang dipakai mereka adalah apa yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ummu Salamah bahwa Nabi saw melakukan shalat dua rakaat setelah witir.” Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini juga diriwayatkan dari Abu Umamah, Aisyah dan sahabat lainnya dari Rasulullah saw.

Ada juga cara kedua yang merupakan pendapat para ulama Syafi’i—kitab ”al Mausu’ah al Fiqhiyah (2/9827)”—yaitu hendaklah orang itu mengawalinya dengan melakukan shalat sunnahnya satu rakaat untuk menggenapkan witir yang telah dilakukan sebelumnya kemudian melakukan shalatnya yang genap sekehendaknya kamudian ditutup dengan witir. Hal ini diriwayatkan dari Utsman, Ali, Usamah, Sa’ad, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas sebagaimana ditegaskan oleh Imam Nawawi dan Ibnu Qudamah. Dan dalil yang bisa jadi digunakan mereka adalah hadits,”Jadikanlah akhir shalat kalian pada malam hari adalah witir.”

Wallahu A’lam

summassalamualaikum wr. wb.

Iringi Pelaksanaan Ibadah dengan Zikir

Assalamualaikum wr.wb

Coba kita renungkan,

1. Sholat yg kita kerjakan dengan hati selalu/banyak mengingat Allah
atau LUPA/sedikit mengingat Allah, Toh sama-sama (misal) 10 menit.
2. Puasa yang kita kerjakan dengan hati selalu/banyak mengingat Allah
atau LUPA/sedikit mengingat Allah, Toh sama-sama (misal) +/- 14 jam.
3. Baca Al Quran yang kita baca dengan hati selalu/banyak mengingat
Allah atau LUPA/sedikit mengingat Allah, Toh sama-sama (misal) 30
menit.
4. Pekerjaan yang kita kerjakan (suami yg bekerja, istri yang mengasuh
anak dan dirumah, anak2 yang belajar dan kuliah) dengan hati
selalu/banyak mengingat Allah atau LUPA/sedikit mengingat kpd Allah,
Toh menghabiskan waktu yang sama.
5. Bahkan aktifitas seperti ke kamar mandi, tidur, ber"canda" dng istri,
bermain dengan anak, olah raga dll , dengan hati
selalu/banyak mengingat Allah atau LUPA/sedikit mengingat kpd Allah,
Toh menghabiskan waktu yang sama.


Dengan perenungan diatas, ayo kita sama-sama banyak mengingat Allah di hati kita, supaya antara lain :

1. Seluruh Aktifitas Kita mempunyai nilai ibadah,
2. Akan muncul benih-benih CINTA kepada yang sering kita ingat yaitu
ALLAH,
3. Akan diberi pemahaman akan KEKUASAAN ALLAH dan KELEMAHAN
Makhluk,
4. Akan muncul rasa BERSERAH DIRI kepada Allah,
5. Semakin kuat dihati akan meng ESA kan ALLAH sebagai Rabb yang
MAHA mengatur, memelihara, memberi, menghidupkan, mematikan
dan semakin sadar akan KETIADAAN diri dan makhluk. Yang ada hanya
ALLAH dengan NYATA kehendak-NYA, dari AWAL sampai Akhir, baik
yang ZHOHIR maupun BATIN.

Allahu'alam,
Wassalam

Semoga bermanfaat

Islam Liberal dan Musyrikin Mekah (bag 2 - Tamat)

Perguruan Tinggi Islam Menjadi Target Barat

Dalam mempropagandakan idiologi sekulernya, Barat menempuh segala cara dan menerobos segala lapangan. Tak saja pendidikan yang terkesan sekuler, seperti perguruan tinggi umum, paham sekuler juga disusupkan ke perguruan-perguruan tinggi Islam. Bahkan, sekarang sudah masuk ke ormas-ormas Islam yang besar. Tokoh-tokoh muda dari beberapa ormas Islam itu mereka besarkan dan populerkan namanya, hingga akhirnya kekuatan mereka tersebar di mana-mana.

Fenomena ini bukan terjadi secara kebetulan, tetapi sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang dan diprogram dengan baik. Cara-cara mereka sungguh rapi dan halus, tetapi menghasilkan sebuah produk yang cukup menakjubkan. Mereka mengawali dengan kerja sama di bidang pendidikan dan penelitian, dengan pemberian beasiswa untuk belajar di negara-negara Barat, sarang orientalis Yahudi dan Kristen fundamentalis. Barat sudah lama membaca mentalitas orang-orang Timur yang terkagum-kagum pada Barat. Belajar ke Barat melahirkan kebanggaan tersendiri dalam kejiwaan orang-orang Timur. Hal ini dimanfaatkan orientalis dengan berkedok ilmiah dan penelitian. Sehingga, dengan mudah mereka mendoktrin peneliti-peneliti muda yang belajar di universitas-universitas mereka dengan paham dan idiologi mereka. Mahasiswa yang tadinya masih memiliki keteguhan dan kebanggaan pada Islam digoyahkan keyakinannya, dibuat menjadi ragu, dan akhirnya menisbikan segala idiologi.

Prinsip-prinsip yang mereka tanamkan dengan berkedok penelitian dan ilmiah tadi, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Kebenaran tidak bernilai mutlak tetapi relatif. 2. Kebenaran tidak satu tetapi banyak, tergantung dari sudut mana ia dilihat. Sesuatu yang benar menurut orang bisa saja dipandang salah oleh orang lain. Demikian pula halnya agama, agama tertentu dipandang benar oleh pemeluknya, tetapi pemeluk agama lain memandang salah. 3. Setiap informasi tidak ada yang kebal kritik. Semuanya bisa dipertanyakan (baca: diragukan) kebenarannya. Bila kaidah ini diterima, wahyu yang merupakan informasi dari Allah pun perlu dipertanyakan kebenarannya. Ini sebuah sikap yang tidak berjarak dengan kekafiran. Celakanya, kaidah ini hanya mereka gunakan ke luar (melihat Islam, sumber-sumber dan ajarannya), tidak mereka gunakan ke dalam idiologi mereka sendiri. Padahal, jika mereka gunakan ke intern mereka, semua keyakinan, idiologi, dan agama mereka akan hancur berkeping-keping dan tidak mengandung asas rasionalnya. Pasalnya, sumber-sumber keyakinan mereka sama sekali tidak dapat lagi dipertanggungjawabkan validitasnya, apalagi rasionalitasnya. 4. Bila Anda ingin melihat sesuatu dengan jernih, Anda harus keluar dulu dari bagian yang dilihat. Jadi, bila Anda ingin mengetahui secara objektif apakah Islam itu benar atau tidak, maka Anda harus keluar dulu dari Islam. Atau, paling tidak Anda harus menghilangkan segala macam rasa keberpihakan kepada Islam. Kalau tidak demikian, maka analisis Anda tetap dinilai subjektif dan tidak jernih. Sikap ketidakberpihakan kepada agama Allah ini banyak lahir dari sarjana-sarjana produk Barat. Sebuah sikap yang tidak menggambarkan keimanan seorang muslim. 5. Bebas berpendapat. Siapa saja boleh mengatakan apa saja. Jadi, tidak ada sesuatu yang tabu, dan tidak ada koridor yang harus dijaga. Tidak ada batas yang tidak boleh dilanggar. Jika kaidah ini diterima, konsekuensinya adalah bahwa seseorang bebas mengingkari apa saja yang diajarkan Islam walaupun itu sudah merupakan sesuatu yang pasti (qath'i).

Mereka tidak banyak mengetahui tentang Al-Qur'an dan tidak mengerti hadits serta tidak memahami kitab-kitab klasik tetapi mau mengarungi samudera yang luas itu. Akhirnya, merekalah yang tenggelam dalam lautan hawa nafsu dan keangkuhan. Maka, terjadilah seperti apa yang kita lihat sekarang ini, suara-suara bebas yang sudah tidak lagi mengenal rambu-rambu itu menyerang Islam.

Beginilah cara-cara orientalis merusak pemikiran peneliti muslim yang belajar ke Barat, khususnya yang mengambil bidang kajian "Islamic Studies", "Studi Oriental", "Studi Timur Tengah", "Studi Kawasan", dan yang sejenisnya. Bagi mahasiswa, biasanya sudah langsung terperangkap dalam kaidah-kaidah itu. Ditolak susah, diterima agak berat. Tetapi, akhirnya lebih cenderung menerima, karena efeknya lebih ringan, ketimbang melawan arus pemikiran si profesor.

Ketika mereka kembali ke tanah air, pola berpikir seperti yang ditanamkan oleh gurunya itu mereka bawa kembali ke kampusnya dan mereka ajarkan, bahkan mereka kembangkan dengan inovasi-inovasi baru. Sehingga, tidak jarang ada "doktor-doktor" tamatan Barat yang pikirannya lebih liberal dari orientalis sendiri.

Alumnus Barat itu mengajarkan paham yang mereka terima kepada mahasiswanya di tanah air. Mereka menghasilkan para sarjana dan doktor di perguruan tinggi dalam negeri. Kemudian, mereka yang mendapat doktor di dalam negeri tadi kembali ke daerahnya menjadi dosen-dosen di program pascasarjana atau program S1 di perguruan tingginya. Mereka juga melakukan hal yang sama, menyebarkan hal serupa kepada mahasiswanya, memahami Islam dengan pola orientalis. Sehingga, dengan cara yang sistemik, paham sekuler dan pemahaman tentang Islam menurut pola orientalis itu menyebar dengan cepat dan tanpa terasa.

Mereka yang menjadi mahasiswa tadisetelah sarjana juga menyebarkan paham serupa ke masyarakat. Pasalnya, mereka akan menjadi rujukan di masyarakatnya, sebab mereka tamatan perguruan tinggi Islam dan mengajarkan bidang studi Islam. Lalu, seperti apa pemahaman Islam di Indonesia pada masa mendatang, bila agenda Barat itu berjalan mulus tanpa hambatan?

Barat Ketakutan pada Islam

Salah satu sikap mental yang diderita oleh Barat ialah ketakutan pada Islam dan umat Islam yang berpegang pada Islam. Sejak berakhirnya perang salib, pihak Barat senantiasa menyimpan rasa takut pada agama yang satu ini. Karena, dalam keyakinan mereka, Islam ini adalah agama yang menyimpan potensi dahsyat, mampu menggerakkan umatnya untuk melawan apa saja. Ini tidak pernah ada pada ajaran agama lain. Apalagi, kemajuan teknologi persenjataan modern tidak terlalu ampuh untuk menaklukkan umat Islam. Hal ini dipahami betul oleh kalangan Barat. Oleh karena itu, mereka benar-benar mewaspadai Islam, khususnya umat Islam yang tampak berpegang pada ajarannya.

Biarpun umat Islam mati-matian memberi pengertian bahwa Islam adalah agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, namun tetap saja pola pikir Barat itu tidak berubah. Karena, bagi Barat, bukan mereka yang dituntut untuk mengerti Islam, tetapi umat Islam yang harus mengerti Barat. Artinya, umat Islam itu harus menyesuaikan dirinya dengan budaya, pola pikir, dan tatanan hidup Barat. Itu yang mereka tuntut.

Sebelum ini berhasil, semua upaya dialog, diskusi, tukar pikiran, saling pengertian, itu semua hanya sebatas retorika belaka. Target mereka, tak lebih dan tak kurang, umat Islam harus mengikuti cara Barat. Kalau kita menggunakan pendekatan Al-Qur'an, maka itulah yang sudah disinyalir oleh Allah melalui firman-Nya (yang artinya), "Mereka tidak akan senang kepadamu, sebelum kamu mengikuti agama (millah) mereka." (Al-Baqarah: 120).

Jika ada satu dua dari orang-orang Barat yang bisa diajak bicara dan mau mengerti tentang Islam dan umatnya, itu tentu tidak mewakili filsafat hidup orang Barat secara umum.

Di dunia Islam, ketakutan pada Islam ini juga ada. Tentunya dari mereka yang sudah terlanjur cinta pada peradaban Barat. Atau, bisa jadi mereka yang sudah diasuh dan lama menyusu kepada Barat. Apa yang dinilai oleh Barat baik, dia juga katakan baik, dan sebaliknya. Sampai ke tingkat ini Barat telah berhasil mengikis kepribadian umat Islam, meruntuhkan identitasnya, dan menghancurkan rasa bangga pada jati diri dan agama mereka.

Dengan melihat kenyataan sekarang ini, nampaknya sudah banyak korban berjatuhan. Suara-suara sumbang pun semakin berseliweran. Umat pun semakin geram.

Sumber: Diadaptasi dari Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan, Daud Rasyid (Jakarta: Akbar, Media Eka Sarana, 2002), hlm. 1-11).(fkr_alislamu)

Islam Liberal dan Musyrikin Mekah (bag 1)

Sebelum kebangkitan Muhammad saw. sebagai utusan Allah SWT, masyarakat Mekah setidaknya menyimpan dua idiologi. Pertama, sisa agama Ibrahim yang masih mempertahankan tauhid (keesaan Allah SWT) atau lebih populer dengan sebutan "al-hanifiyah". Kedua, kaum musyrikin yang terkenal dengan idiologi paganismenya. Mereka mempertuhankan batu dan benda. Namun, ketika mereka menyembah patung-patung berhala itu tidak serta-merta dikatakan bahwa mereka tidak meyakini adanya Tuhan. Pasalnya, sebagian mereka mengakui bahwa patung-patung itu mereka sembah sebagai perantara (mediator) yang menghubungkan mereka dengan Allah. Begitulah keyakinan mereka seperti disebutkan Allah dalam Al-Qur'an surah Az-Zumar ayat 3, "Tidaklah kami menyembah mereka, melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah." Kepercayaan mereka tidak sebatas pada pengakuan adanya Tuhan saja. Kaum musyrikin Mekah juga percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta. Hal ini juga tergambar dari pemberitaan Allah dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 25, "Jika engkau tanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, 'Allah'." Kepercayaan mereka ini dalam bahasa aqidahnya ialah "tauhid rububiyyah". Artinya, keyakinan kepada Allah sebagai pencipta alam, yang menghidupkan, mematikan, dam memberi rezeki.

Tetapi, dalam kondisi seperti ini, mereka masih dicap sebagai kafir dan musyrik. Sebab, mereka tidak mengilahkan Allah SWT dalam ubudiah. Mereka tidak tunduk kepada aturan yang ditetapkan oleh Allah. Mereka tidak menjadikan Allah sebagai Al-Hakim dan Asy-Syar'i (pembuat hukum dan legislator). Mereka membuat cara, ajaran, dan nilai sendiri dalam mendekatkan dirinya kepada Allah dengan cara membuat tuhan-tuhan kecil sebagai perantara kepada Allah. Mereka lebih patuh kepada peraturan yang mereka buat sendiri untuk menggantikan hukum yang telah diturunkan Allah. Tauhid inilah yang membedakan antara seorang mukmin dengan orang musyrik. Tauhid ini disebut "tauhid uluhiyyah".

Bencana besar yang menimpa umat Islam dewasa ini adalah terperosok ke dalam kemusyrikan yang mungkin tidak disadari akibat keawaman. Anda jangan mengira bahwa musyrik itu hanya orang yang menyembah Tuhan dengan cara ritual agama di luar Islam. Atau, orang yang percaya kepada roh-roh halus dan meminta bantuan kepada kekuatan ghaib, seperti jin dan syaithan. Bukan itu saja yang disebut musyrik. Tetapi, tidak kalah dari apa yang disebutkan itu adalah musyrik dalam soal pemikiran. Seseorang yang meyakini kebenaran pemikiran orang kafir yang bertentangan dengan ajaran Islam juga sudah menjadi musyrik. Orang yang menerima ajaran Karl Marx, Lenin, Darwin, dan pemikir-pemikir Barat lainnya, sebenarnya sudah menjadi musyrik, apalagi membela dan memperjuangkannya. Karena, pemikiran mereka itu tidak berbeda dengan paham, aliran, atau dalam bahasa Al-Qur'an disebut millah.

Pada zaman modern ini banyak kaum intelek kita yang terkagum-kagum dengan pemikiran yang datang dari Barat, untuk menggantikan Islam. Jika ditelusuri, akan diketahui bahwa hal itu berawal dari sejak masuknya penjajah Barat ke negeri-negeri muslim. Imperialis Barat tidak sekadar merampas kekayaan alam negeri-negeri muslim, tetapi juga merampas aqidah, mencuci otak, menghapus identitas, dan menghilangkan rasa kebanggaan pada jati diri mereka. Untuk kalangan tertentu, program imperialis itu boleh dibilang berhasil. Pasalnya, mereka itu betul-betul membeo dan mengekor ke Barat. Bukan hanya dalam hal teknologi--yang masih bisa ditoleransi, tetapi sampai ke pemikiran, opini, paradigma, bahkan sampai budaya, seperti cara berpakaian, cara makan, dansa, musik, dan sejenisnya.

Pada awal kemerdekaan banyak sekali kaum terpelajar kita, terutama mereka yang pernah dididik di Barat, termakan oleh paham sekularisme. Agama (Islam) dituduh biang keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan. Pendidikan ala Barat membentuk pola pikir manusia menjadi sekuler. Menurut mereka, barat bisa membangun dan mencerdaskan (padahal bukannya membangun tetapi menjajah dan menghancurkan) adalah karena meninggalkan agama. Adapun umat Islam terjajah karena masih mempercayai kebenaran agama sebagai doktrin untuk mengatur kehidupan, atau terlalu fanatik pada agama.

Setelah bangsa-bangsa muslim itu merdeka, doktrin berikutnya adalah alasan mengapa negara-negara Barat itu bisa maju dalam teknologi, pembangunan, dan kehidupan masyarakatnya. Menurut mereka, hal itu disebabkan bangsa Barat memegang teguh sekularisme, memisahkan negara dari agama.

Paham ini berkembang sedemikian rupa, sejalan dengan agenda pemerintah di negeri-negeri muslim. Pasalnya, penguasa-penguasa itu memang anak asuh kaum imperialis Barat, dididik di Barat, bahkan hidup juga di Barat, bergaul dengan orang Barat, dan cara hidupnya juga kebarat-baratan. Kaum muslimin yang berpegang teguh mempertahankan identitas dirinya dikatakan terbelakang, tidak modern, dan tidak mengikuti perkembangan zaman.

Kekuasaan adalah sarana yang sangat efektif untuk menyebarkan sebuah paham, terlepas benar atau salah paham tersebut. Ketika penguasa menganut paham sekularisme (walaupun seolah-olah ditolak), maka dengan mudah paham ini menyebar ke masyarakat melalui penanaman kurikulum pendidikan, pengaruh media massa, bahkan birokrasi.

Dalam tataran pemikiran, ada sekelompok cendekiawan yang gigih menyebarkan paham-paham Barat itu melalui buku, media massa, diskusi, dan ceramah di kampus. Bahasa-bahasa yang mereka gunakan biasanya bahasa-bahasa yang memukau, dan menjajikan sesuatu yang baru nan indah. Mereka menghendaki umat Islam keluar dari keyakinan dan pemahamannya, sebagaimana Barat meninggalkan agamanya.

Umpamanya, sudah tidak mungkin lagi mempraktikkan ajaran Islam itu secara harfiah, sebagaimana pada masa Rasulullah saw., atau masa-masa sahabat dahulu. Bukankah kita sekarang sudah berada pada zaman globalisasi, yang dunia ini sudah menjadi kecil, ibarat kampung. Interaksi budaya yang sedemikian kental tak lagi bisa dihindari. Jika kita berkeras untuk mempraktikkan ajaran Islam, bukankan berarti kita akan tersisih dari pergaulan internasional?

Juga, mereka sering mempertanyakan model Islam bagaimana yang ingin diterapkan dalam dunia modern ini, apakah model Pakistan, Arab Saudi, Iran, atau Afghanistan? Pertanyaan mereka itu lebih bernada sinis ketimbang mencari tahu model penerapan yang ideal.

Pernyatan-pernyataan mereka yang menempatkan Islam seolah-olah sebagai tertuduh, tidak modern, kolot, dan tidak mengikuti perkembangan zaman sebenarnya tergesa-gesa. Karena, apa yang mereka katakan itu adalah berdasarkan kesimpulan apa yang terjadi saat ini. Mereka sama sekali tidak memandang jauh ke depan bagaimana pergerakan perubahan peradaban itu kemungkinan akan terjadi. Mereka tidak merenungkan kemungkinan bahwa Islam bisa bangkit dari apa yang terjadi saat ini.

Nabi Luth as (Bag. 2)

Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mrk adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sedar mendebgarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk hendak memasuki kota, mrk berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mrk diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya.

Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar lapuran puterinya menjadi binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mrk sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mrk bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.

Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mrk dan berseru agar mrk kembali ke rumah masing-masing dan jgn menggunggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan .Mrk diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah menciptkan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mrk dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mrk dilanda azab dan seksaan Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan ,mrk bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:” Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mrk yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri.

Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mrk dan tidak dapat melihat sesuatu. mrk mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.

Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.

Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan menragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya .Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.

Nabi Luth as (Bag. 1)

Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.

Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mrk. Pencurian dan perampasan harta milik menrupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh mrk. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mrk tidak meredhai amal perbuatan mrk yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.

Nabi Luth berseru kepada mrk agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mrk lakukan di antara sesama mrk dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mrk sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mrk beriman dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah berakar sgt di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.

Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mrk juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.

Mengenai Sholat Khusyu' (Bagian. 1)

Berikut ini saya salinkan tulisan seorang Ulama Arif Billah tentang sholat khusyu’ semoga bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam amal ibadah kita :

Pertama tama harus kita ketahui bahwa Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk khusyu’ dalam sholat. Dalam Al Quran maupun hadits tidak ada satu kalimat pun yang berbentuk fi’il ‘amr (kalimat perintah) tentang khusyu’. Kenapa ? Karena Allah Maha Tahu bahwa manusia memang mengalami kesulitan untuk bias khusyu’ sekalipun dia itu seorang ulama atau kyai. Memang belum ada pakar tentang khusyu’ dalam sejarah intelektual Islam yang benar benar representatif.
Bahasa Al Quran menyebut orang yang khusyu’ dengan sebutan khasyi’un sebagai dalam firman Allah :

“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya” ( Q.S Al Mu’minun (23):1-2)

Bentuk kata khasyi’un, adalah bentuk fa’il, bukan kata perintah tetapi semacam penghargaan luar biasa bahwa anda termasuk orang-orang khusyu’. Karena itu anda sebagai fa’il atau pelaku khusyu’.

Cukup menarik apa yang pernah diungkapan oleh Syaih Ibn Athaillah as-Sakandari, pengarang kitab al-Hikam yang juga Mursyid ke-3 dari Thoriqoh Syadziliyah, Beliau mengatakan :

“ Jika anda INGIN sholat khusyu’ lalu anda berusaha sekuat tenaga untuk khusyu’, anda malah TIDAK BISA KHUSYU’ “.

Ini bukti jika seseorang yang sedang hendak sholat dikusyu’-khusyu’-kan , apalagi dadanya ditekan-tekan untuk khusyu’ akhirnya malah tidak bisa khusyu. Kenapa ? Karena keinginan anda untuk khusyu’ itu merupakan bagian dari hawa nafsu. Hawa nafsu untuk ingin khusyu’, oleh sebab itu anda malah terhalang dari khusyu’ itu sendiri.

Lalu bagaimana cara anda khusyu’ ? Beliau (Syaikh Ibn Athaillah) melanjutkan :

“Caranya khusyu’ yaitu ketika anda menyadari bahwa sholat anda tidak khusyu’ itu adalah takdir dari Allah. Terimalah takdir Allah saat itu bahwa anda tidak atau belum ditakdirkan khusyu’. “ Ya Allah, aku terima bahwa saat ini aku belum bisa khusyu”. Kelak anda dihantar khusyu’ oleh Allah.

Jadi khusyu’ itu lebih sebagai al-ahwal itu sendiri.

Apakah al-ahwal itu ?

Jika disebut Laa haula wala quwwata illa billah (Tidak ada kekuatan secara batin dan kekuatan lahir kecuali bersama Allah). Karena dari kalimat HAULUN ini berkembang jamaknya menjadi AHWAL. Ini adalah kondisi ruhaniah, ketika kita khusyu’, masuklah didalam AHWAL AL-QOLB, karena merupakan gerak-gerik hati kita.khusyuk itu tentu bersemayam di dalam hati,bukan dalam tingkah laku. Jika anda berjalan dengan menekuk leher anda ,menunduk,itu bias dibilang bahwa anda orang yg khusyu’.
Dulu ada seorang pemuda yg seperti itu,lalu dibentak oleh Syayidina Umar : ”Hai fulan, khusyu’ itu bukan disitu (khusyu itu di dada anda).
Jadi,khusyu pada akhirnya membutuhkan elemen-elemen yang mendukung.

Dukungan khusyu’ itu antara lain AL-KHUDHU, yang artinya ketundukan hari kepada Allah. Orang yang khusyu juga mempunyai perasaan at-tawakkul (kepasrahan) yang artinya ketika kita sholat, dzikir menghadap Allah, mestinya hati kita juga harus pasrah menghadap kepada Allah. Jiwa anda bagaikan sejadah yang anda gelar, seolah-olah anda mengatakan

“ Ya Allah, inilah saya, apa adanya, kupasrahkan lahir batin saya kepada-MU…”

Lalu mulailah bertakbir untuk sholat ALLAHU AKBAR…

Bersambung……..

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template