Sabtu, 13 Agustus 2011

KECERDASAN SAHABAT IBNU ABBAS (AHLI TA'WIL)

Diriwayatkan bahwa Kaisar Romawi menulis surat kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang dibawa oleh seorang utusan. Isi surat tersebut:

"Beritahukan kepada saya tentang suatu yang tidak ada kiblatnya (pengimaman), tentang yang tidak punya ayah, tidak punya keluarga (ibu-bapak) dan orang yang dibawa-bawa oleh kuburannya. Juga tentang tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim, tentang sesuatu, setengahnya dan yang tidak terbilang.
Kirimlah kepadaku dalam botol suatu bibit (sumber dari segala sesuatu)".

Mu'awiyah r.a. kemudian mengirimkan surat dan botol tersebut kepada Abdullah Ibnu Abbas r.a., pakar dan tokoh ulama fikih agar menjawab surat itu.

Ibnu Abbas r.a. menjawab sebagai berikut:
"Yang tidak punya kiblat (pengimaman) adalah Ka'bah. Yang tidak punya Ayah adalah Isa as. Yang tidak punya keluarga (ayah-ibu) ialah Adam as. Yang dibwa-bawa oleh kuburannya ialah Yunus as yang ditelan oleh ikan hiu.

Adapun tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim ialah domba Nabi Ibrahim as., unta betina Nabi Saleh as., dan ular Nabi Musa as..

Adapun 'sesuatu' itu ialah orang berakal yang menggunakan akalnya. Setengah (separo) dari sesuatu ialah orang yg tidak berakal tetapi mengikuti pendapat orang-orang yang berakal.

Adapun yang tidakterbilang (apa-apa) ialah orang yang tidak berakal dan tidak mau mengikuti pikiran orang-orang yang berakal."

Kemudian, beliau mengisi botol sehingga penuh dengan air dan berkata, "Air adalah bibit (sumber) dari segala sesuatu."

Jawaban surat Mu'awiyah dikirimkan kepada Kaisar yang menanggapinya dengan penuh kekaguman.

Jumat, 12 Agustus 2011

JUMLAH ROKA'AT TARAWIH MENURUT EMPAT MADZHAB

oleh : KH Muhaimin Zen

Ada beberapa pendapat mengenai bilangan rakaat yang dilakukan kaum
muslimin pada bulan Ramadhan sebagai berikut:

1. Madzhab Hanafi

Sebagaimana dikatakan Imam Hanafi dalam kitab Fathul Qadirbahwa
Disunnahkan kaum muslimin berkumpul pada bulan Ramadhan sesudah Isya',
lalu mereka shalat bersama imamnya lima Tarawih (istirahat), setiap
istirahat dua salam, atau dua istirahat mereka duduk sepanjang
istirahat, kemudian mereka witir (ganjil).

Walhasil, bahwa bilangan rakaatnya 20 rakaat selain witir jumlahnya 5
istirahat dan setiap istirahat dua salam dan setiap salam dua rakaat =
2 x 2 x 5 = 20 rakaat.

2. Madzhab Maliki

Dalam kitab Al-Mudawwanah al Kubro, Imam Malik berkata, Amir Mukminin
mengutus utusan kepadaku dan dia ingin mengurangi Qiyam Ramadhan yang
dilakukan umat di Madinah. Lalu Ibnu Qasim (perawi madzhab Malik)
berkata "Tarawih itu 39 rakaat termasuk witir, 36 rakaat tarawih dan 3
rakaat witir" lalu Imam Malik berkata "Maka saya melarangnya
mengurangi dari itu sedikitpun". Aku berkata kepadanya, "inilah yang
kudapati orang-orang melakukannya", yaitu perkara lama yang masih
dilakukan umat.

Dari kitab Al-muwaththa', dari Muhammad bin Yusuf dari al-Saib bin
Yazid bahwa Imam Malik berkata, "Umar bin Khattab memerintahkan Ubay
bin Ka'ab dan Tamim al-Dari untuk shalat bersama umat 11 rakaat". Dia
berkata "bacaan surahnya panjang-panjang" sehingga kita terpaksa
berpegangan tongkat karena lama-nya berdiri dan kita baru selesai
menjelang fajar menyingsing. Melalui Yazid bin Ruman dia berkata,
"Orang-orang melakukan shalat pada masa Umar bin al-Khattab di bulan
Ramadhan 23 rakaat".

Imam Malik meriwayatkan juga melalui Yazid bin Khasifah dari al-Saib
bin Yazid ialah 20 rakaat. Ini dilaksanakan tanpa wiitr. Juga
diriwayatkan dari Imam Malik 46 rakaat 3 witir. Inilah yang masyhur
dari Imam Malik.

3. Madzhab as-Syafi'i

Imam Syafi'i menjelaskan dalam kitabnya Al-Umm, "bahwa shalat malam
bulan Ramadhan itu, secara sendirian itu lebih aku sukai, dan saya
melihat umat di madinah melaksanakan 39 rakaat, tetapi saya lebih suka
20 rakaat, karena itu diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab. Demikian
pula umat melakukannya di makkah dan mereka witir 3 rakaat.

Lalu beliau menjelaskan dalam Syarah al-Manhaj yang menjadi pegangan
pengikut Syafi'iyah di Al-Azhar al-Syarif, Kairo Mesir bahwa shalat
Tarawih dilakukan 20 rakaat dengan 10 salam dan witir 3 rakaat di
setiap malam Ramadhan.

4. Madzhab Hanbali

Imam Hanbali menjelaskan dalam Al-Mughni suatu masalah, ia berkata,
"shalat malam Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat Tarawih", sampai
mengatakan, "yang terpilih bagi Abu Abdillah (Ahmad Muhammad bin
Hanbal) mengenai Tarawih adalah 20 rakaat".

Menurut Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin
dikumpulkan (berjamaah) bersama Ubay bin Ka'ab, dia shalat bersama
mereka 20 rakaat. Dan al-Hasan bercerita bahwa Umar mengumpulkan kaum
muslimin melalui Ubay bin Ka'ab, lalu dia shalat bersama mereka 20
rakaat dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada
separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat
dirumahnya maka mereka mengatakan, "Ubay lari", diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan as-Saib bin Yazid.

Kesimpulan

Dari apa yang kami sebutkan itu kita tahu bahwa para ulama' dalam
empat madzhab sepakat bahwa bilangan Tarawih 20 rakaat. Kecuali Imam
Malik karena ia mengutamakan bilangan rakaatnya 36 rakaat atau 46
rakaat. Tetapi ini khusus untuk penduduk Madinah. Adapun selain
penduduk Madinah, maka ia setuju dengan mereka juga bilangan rakaatnya
20 rakaat.

Para ulama ini beralasan bahwa shahabat melakukan shalat pada masa
khalifah Umar bin al-Khattab ra di bulan Ramadhan 20 rakaat atas
perintah beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang
shahih dan lain-lainnya, dan disetujui oleh para shahabat serta
terdengar diantara mereka ada yang menolak. Karenanya hal itu menjadi
ijma', dan ijma' shahabat itu menjadi hujjah (alasan) yang pasti
sebagaimana ditetapkan dalam Ushul al-Fiqh.

PEMBELAJAR (pencari ilmu) SEJATI

Dan tidak ada batas dari proses belajar, seorang pembelajar sejati,
memahami benar, bahwa belajar itu tidak ada ujung seperti air yang
mengalir, karena memang ilmu itu tidak berbatas seperti laut yang
tidak akan pernah kering. Siapapun, kapan, dan dimana saja .

Tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang tidak melalui proses belajar.
Ingatkah kita, mengapa kita sampai bisa berbicara lancar? bahkan
dengan bahasa yang berbeda, misalnya Bahasa Minang bagi orang Minang,
jawa, inggris, arab, atau kita bisa berjalan normal? makan dengan
normal, tidur dengan normal?.
Pasti berabe jika kita tidak pernah diajari ngomong, pasti celaka jika
kita tidak diajari berjalan, makan dan bahkan tidur dengan normal?
Bisa kita bayangkan apa jadinya kita kalau kita berjalan seperti
kambing, atau kita makan seperti ayam, atau kita tidur seperti
kelelawar? Hmm ... pasti capek banget. Belajar tentang bahasa ini juga
disinggung Allah dalam Alqur'an:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukan kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman: "bukankah sudah Kukatakan padamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." (Al-baqarah: 31-33)

Jangankan manusia, binatang pun belajar bagaimana menggunakan bahasa
"sukunya" masing-masing.
Kucing akan berbicara dengan bahasa kucing, dan ayam akan berbicara
dengan bahasa ayam. Pernah denger ada binatang yang berbicara dengan
bahasa berbeda antar suku? Misalnya ayam berbahasa kucing dan
sebaliknya?

Dan binatang pun belajar bagaimana menjalani hidupnya, contoh kecil
yang ada di sekitar kita, pernah melihat kucing bermain bersama
induknya? Disaat kucing beranjak dewasa, dia akan diajari oleh
induknya bagaimana mempertahankan diri dari serangan musuh, mulai dari
cara mencakar, mengeong, berlari dan melompat dengan gesit.

Dan tidak ada batas dari proses belajar, seorang pembelajar sejati,
memahami benar, bahwa belajar itu tidak ada ujung seperti air yang
mengalir, karena memang ilmu itu tidak berbatas seperti laut yang
tidak akan pernah kering. Siapapun, kapan, dan dimana saja.
Sekolah dan institusi boleh saja membatasi dengan spesialisasi ilmu
dan birokrasi nilai, seperti yang ada di sekolah-sekolah formal. Akan
tetapi itu tidak akan "ngaruh" untuk seorang pembelajar.

Hal ini sudah banyak ana temui dilapangan, betapa banyak teman ana
dengan spesialisasi ilmu pada pendidikan formal, juga menguasai ilmu
lain, bahkan dia lebih menguasai ilmu yang bukan spesialisasi
bidangnya. Ada yang lebih dikenal
"ustadznya", dibanding sarjana pertanian, atau tekniknya, ada yang dia
lebih dikenal sebagai penulis dibandingkan keilmuannya di kimia.

Seorang pembelajar sejati berarti juga memahami, betapa waktu dan umur
tidak akan pernah membatasinya untuk belajar. Seperti halnya jawaban
Imam Hambali yang ditanya sampai kapan engkau akan menuntut ilmu? Dan
beliau menjawab "beserta tinta akan ke liang kubur".
Seperti juga dikatakan rasullullah, "Uthlubul 'ilmi minal mahdi ilal
lahdi", tuntututlah ilmu itu dari ayunan hingga ke liang lahat.

Seorang pembelajar sejati memahami bahwa sepanjang hidupnya adalah
laboratorium. Ketika bertemu dengan kegagalan dia yakin bahwa Allah
mengirimkannya agar kesuksesan yang nanti diraihnya terasa lebih
manis. Ketika kehilangan menjumpainya maka iapun yakin bahwa Allah
akan menggantikan dengan yang lebih baik. Ketika ia bekerja, maka
sesungguhnya ia sedang belajar. Ketika ia ditimpa musibah, atau diberi
kebahagiaan, maka pada hakekatnya ia sedang belajar.

Dan guru adalah seseorang atau sesuatu yang membantu mengajari kita
dengan tepat dan benar.

Mengapa tidak hanya seseorang? Tetapi juga sesuatu? Karena memang yang
mengajarkan kita tidak hanya orang, tetapi juga alam, lingkungan dan
kehidupan itu sendiri. Dan disini tidak ada batas lagi antara guru dan
murid, siapa guru dan siapa murid, tetapi menyangkut apa hikmah
sesuatu yang dipelajari itu.
Seperti kucing yang mengajarkan persaudaraan, atau ayam yang lebih
dahulu bangun di pagi hari. Dan itu memerlukan kejernihan hati untuk
dapat mengambil cahaya ilmu itu.

Mari hidupkan "tradisi pembelajaran". Masih banyak yang belum kita
ketahui, dari alam, lingkungan, kehidupan dan semua ayat-ayat Allah.

Potret Salaf Dalam Birrul Walidain

Suatu hari, Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu berkata kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.” (Diambil dari kitab al-Kabair, karya adz-Dzahabi)

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya, sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu.” Beliau menjawab, “Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku. Sehingga aku berarti mendurhakainya.” (Diambil dari kitab Uyunul Akhyar, karya Ibnu Qutaibah)

Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, maka beliau berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya mengatakan, “Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Ibunya menjawab, “Dan untukmu keselamatan wahai anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Dan semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.” Demikian pula yang dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak memasuki rumah.” (Diambil dari kitab Adab al-Mufrad, karya Imam Bukhari)

Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi.” (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)

Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Ada seorang yang pulang dari bepergian, dia sampai di rumahnya bertepatan dengan ibunya berdiri mengerjakan shalat. Orang tersebut enggan duduk padahal ibunya berdiri. Mengetahui hal tersebut sang ibu lantas memanjangkan shalatnya, agar makin besar pahala yang di dapatkan anaknya. (Diambil dari Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)

Haiwah binti Syuraih adalah seorang ulama besar, suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. “Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya. (Diambil dari al-Birr wasilah, karya Ibnu Jauzi)

Kahmas bin al-Hasan at-Tamimi melihat seekor kalajengking berada dalam rumahnya, beliau lantas ingin membunuh atau menangkapnya. Ternyata beliau kalah cepat, kalajengking tersebut sudah masuk ke dalam liangnya. Beliau lantas memasukkan tangannya ke dalam liang untuk menangkap kalajengking tersebut. Beliaupun tersengat kalajengking. Melihat tindakan seperti itu ada orang yang berkomentar, “Apa yang kau maksudkan dengan tindakan seperti itu.” Beliau mengatakan, “Aku khawatir kalau kalajengking tersebut keluar dari liangnya lalu menyengat ibuku.” (Diambil dari kitab Nuhzatul Fudhala’)

Muhammad bin Sirin mengatakan, di masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamarnya. (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma). Jamar tersebut lantas beliau suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah bin Zaid, banyak orang berkata kepadanya, “Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui bahwa harga satu pohon kurma itu seribu dirham.” Beliau menjawab, “Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa ku berikan pasti ku berikan.” (Diambil dari Shifatush Shafwah)

Hafshah binti Sirin mengatakan, “Ibu dari Muhammad bin Sirin sangat suka celupan warna untuk kain. Jika Muhammad bin Sirin memberikan kain untuk ibunya, maka beliau belikan kain yang paling halus. Jika hari raya tiba, Muhammad bin Sirin mencelupkan pewarna kain untuk ibunya. Aku tidak pernah melihat Muhamad bin Sirin bersuara keras di hadapan ibunya. Apabila beliau berkata-kata dengan ibunya, maka beliau seperti seorang yang berbisik-bisik. (Diambil dari Siyar A’lam an-Nubala’, karya adz-Dzahabi).

Ibnu Aun mengatakan, “Suatu ketika ada seorang menemui Muhammad bin Sirin pada saat beliau sedang berada di dekat ibunya. Setelah keluar rumah beliau bertanya kepada para sahabat Muhammad bin Sirin, “Ada apa dengan Muhammad, apakah dia mengadukan suatu hal? Para sahabat Muhammad bin Sirin mengatakan, “Tidak. Akan tetapi memang demikianlah keadaannya jika berada di dekat ibunya.” (Diambil dari Siyar A’lamin Nubala’, karya adz-Dzahabi)

Humaid mengatakan, tatkala Ibu dari Iyas bin Muawiyah meninggal dunia, Iyas menangis, ada yang bertanya kepada beliau, “Mengapa engkau menangis?” Beliau menjawab, “Aku memiliki dua buah pintu yang terbuka untuk menuju surga dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup.” (Dari kitab Bir wasilah, karya Ibnul Jauzi)

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Demikianlah Potret Ashlafuna yang patut kita contoh dan amalkan pada keseharian kita,tentunya kita ga akan bisa membalas seratus persen akan segala daya upaya jerih payah orang tua kita tapi Beliau-Beliau telah mencontohkan akhlaq yang patut kita lakukan pada orang tua kita yang masih hiudp,semoga bermanfaat,amin :):)

Kamis, 11 Agustus 2011

ngabuburit di blog dan wap juga web

dari pada ngabuburit tanpa manfaat, mending ngabuburit jalan2
bersilaturahim ketempat teman2 bloger dan wapers serta webbers ^_^
disamping dapet pahala silaturahim, juga bisa memperbanyak pengunjung
ke blog/web kita :) ayo galangkan budaya silaturahim agar ALEXA RANK
kita naik ^_^ selamat menunggu berbuka puasa :) bagi yang puasa :D

Agar Kerja Bernilai Ibadah

Kalam Habib Abdullah bin Husein bin Thahir

Selama di dunia, mau tak mau kita harus berusaha terlebih dahulu untuk memperoleh kebutuhan hidup. kita tidak boleh berpangku tangan saja sembari mengharap belas kasihan orang lain. Dalam islam, orang yang memberi lebih terhormat daripada orang yang menerima. Seorang mukmin yang tegar dan mampu mandiri lebih utama daripada seorang mukmin yang lemah dan selalu menggantungkan nasibnya kepada orang lain.

Anggapan bahwa islam adalah ajaran yang cenderung mengajak orang bermalas-malasan adalah anggapan yang salah. Justru islam melalui al-Qur’an dan hadis-hadis memotivasi umatnya agar menjadi manusia pekerja keras dan pantang menerima belas kasih orang lain. Sejarah menyebutkan bahwa para nabi dan rasul aktif bekerja. Ada yang menjadi petani, pengembala, tukang kayu dan beragam profesi lainnya. Tokoh-tokoh penyebar agama islam di Indonesia pun adalah ulama-ulama yang ulet berniaga di samping kegigihan mereka berdakwah.

Bekerja bisa bernilai ibadah dan bahkan pahalanya melebihi ibadah-ibadah sunnah apabila didasari dengan niat baik serta dilakukan sesuai syari’at. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pola kerja sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Dengan bekerja secara benar, niscaya kita mendapatkan keuntungan ganda, materi dunia dan pahala di akhirat. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Mari kita simak penuturan al-Imam Habib Abdullah bin Husein bin Thahir al-‘Alawi tentang cara bekerja yang baik dan berkah berikut ini, “Ketika kalian hendak memasuki dunia kerja, persiapkanlah niat-niat yang baik terlebih dahulu. Mencari rejeki yang halal adalah wajib bagi setiap insan muslim. Untuk itu, niatkanlah di dalam hati bahwa tujuan kalian bekerja adalah untuk mendapatkan rejeki halal yang dapat menunjang kehidupan agama kalian, menjaga martabat kalian serta keluarga kalian agar tidak meminta-minta kepada orang lain juga untuk menghindarkan diri kalian dari sikap ingin memiliki hak-hak orang lain.

Akan tetapi, di tengah-tengah kesibukan kerja, janganlah kalian melalaikan urusan akhirat. Luangkan waktu untuk mempelajari ilmu syari’at yang diwajibkan kepada kalian, laksanakan salat lima waktu dengan berjama’ah, jagalah keistiqamaan kalian dalam membaca wirid-wirid.

Allah Swt berfirman,

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

‘Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.’

Selanjutnya Allah Swt mengingatkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi."

Pelajarilah ilmu yang berkaitan dengan bidang kerja kalian, agar kalian dapat mengambil sikap yang benar dan tidak merugikan orang lain. Sehingga kalian selamat dari perbuatan dosa dan maksiat.

Hindarilah cara kerja yang tidak benar dan menyalahi aturan syari’at. Sebab harta yang dihasilkan dengan cara tersebut adalah haram. Harta haram hakikatnya menjijikkan dan akan lenyap dari tangan pemiliknya dengan cepat. Hal itu telah terbukti dan pasti akan dirasakan oleh mereka yang melakukannya.

Sesungguhnya ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang memakan barang haram atau memakai baju yang haram takkan diterima oleh Allah Swt.

Penyusun Zubad menggambarkan,

‘ Dan ketaatan dari seseorang yang memakan barang haram,
Adalah semisal bangunan yang didirikan diatas ombak lautan.

Dalam hadis disebutkan bahwa orang yang memakan barang haram, maka sekujur tubuhnya akan mengerjakan kemaksiatan, baik ia menghendakinya ataupun tidak. Sebuah kata bijak berbunyi, “Makanlah semua yang kalian inginkan, niscaya seperti jenis makanan kalian itulah bentuk amal perbuatan kalian.”

Kemudian manakala kalian dikarunia harta yang halal, pergunakanlah dengan tata cara dan niat yang baik. Makanlah secukupnya dan jangan sampai terlalu kenyang. Sebab perut yang dipenuhi dengan makanan sekalipun halal akan menjadi pemicu perbuatan-perbuatan nista. Bisa dibayangkan, bagaimana jika dipenuhi dengan makanan yang haram.

Rasulullah Saw mewartakan, “Tiada wadah yang penuh yang lebih jelek daripada perut. Sebenarnya cukup bagi manusia beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika memang menghendaki lebih, maka yang layak adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiganya lagi untuk minum, dan sepertiga yang terakhir untuk nafasnya.”

Disebutkan pula bahwa kebanyakan penyakit penyebabnya adalah kekenyangan perut.

Ketahuilah, sesungguhnya harta yang sedikit namun halal lebih baik dan lebih mendatangkan berkah daripada harta melimpah namun haram atau syubhat.

Apabila kalian telah mendapatkan rejeki yang sekiranya mencukupi kebutuhan kalian di waktu itu , maka qana’ah (merasa cukup)-lah dengannya lalu bersyukurlah kepada Allah serta jangan mengharapkan yang berlebihan untuk masa yang akan datang.

Janganlah kalian bersikap tamak dan selalu mengharap lebih, sehingga tubuh dan hatimu akan kecapaian karenanya. Asal tahu saja, sesungguhnya takkan sampai kepada kalian kecuali rejeki yang telah ditakdirkan untuk kalian.

Ketahuilah, sesungguhnya nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kalian yang bukan berupa harta benda jauh lebih besar daripada kenikmatan yang berupa harta benda.

Hati-hatilah, jangan pernah menipu, berkhianat ataupun berbohong dalam setiap pekerjaan kalian. Karena semua tindakan itu memancing amarah Allah Swt dan menghapus keberkahan dari jerih payah kalian. Dasarilah segala urusan pekerjaan kalian dengan sikap jujur dan nasihah. Keluarkan semua hak yang diwajibkan dalam harta kalian seperti zakat, pelunasan utang, serta nafkah-nafkah yang wajib dengan senang hati dan lapang dada.”

_*_*_*_*_*_*_*_*_

Dalam nasehat-nasehatnya di atas, Habib Abdullah bin Husein bin Thahir menekankan bahwa tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan rejeki dari Allah Swt yang bisa mencukupi kebutuhan keseharian kita dan bukan untuk mencari kekayaan. Adapun yang kita ketahui sekarang ini, orang-orang bekerja untuk menumpuk kekayaan. Sehingga tindakan saling tipu, saling khianat dan trik-trik kotor lainnya mewarnai dunia usaha kita.semoga bermanfaat,amin :):)

MENJAGA LISAN

Hikam:
Hai orang-orang yang
beriman bertaqwalah
kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan
yang benar. (Al-
Qur`an: Al-Ahzab ayat
70)
Rasulullah bersabda:
"Siapa yang beriman
Kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah
ia mengatakan yang
baik atau
diam." ( Hadist riwayat
Bukhari dan Muslim )
Kualitas seseorang
bisa terlihat dari
kemampuan menjaga
lidahnya. Sebaik-baik
perkataan adalah
perkataan yang
sanggup mengatakan
kebenaran dan ketika
Rasulullah ditanya
akhlaknya beliau
menjawab akhlak
beliau adalah Al-Quran.
Rasul termasuk orang
yang jarang berbicara
tetapi sekali berbicara
bisa dipastikan
kebenarannya.
Puasa dibulan
romadhan merupakan
bulan perbaikan diri
yaitu bukan hanya
puasa perut tapi juga
puasa lidah. Orang
yang berkualitas tinggi
dalam berbicara yaitu,
syarat dengan hikmah,
ide, gagasan solusi,
ilmu dan dzikir. Jadi
manfaatnya bisa
dirasakan oleh dirinya
dan orang yang di ajak
berbicara.
Orang yang biasa-
biasa saja dalam
berbicara, dia sibuk
menceritakan
peristiwa-peristiwa.
kita tidak dilarang
menceritakan
peristiwa-peristiwa
tapi harus ada
manfaatnya.
Orang yang rendahan
dalam berbicara selalu
mengeluh, mencela dan
menghina. Orang yang
dangkal dalam
berbicara, orang
tersebut sibuk
menyebutkan tentang
dirinya dan juga
jasanya. Air gelas
yang kosong maunya
di isi terus, orang
yang kosong dari
harga diri maunya di
hargai.
Menceritakan
keburukan orang lain
atau juga disebut
ghibah merupakan
dosa besar dan tidak
diampuni, sebelum di
halalkan atau di
maafkan oleh orang
yang dibicarakan. Dan
bila orang yang
dibicarakan sudah
meninggal maka kita
harus taubat dan tidak
mengulanginya lagi dan
do`akan kebaikan buat
orang tersebut dan
juga bicarakan tentang
kebaikannya.
Kita tidak bisa
memaksakan orang lain
sesuai dengan
keinginan kita, tapi kita
bisa memaksakan diri
kita untuk melakukan
yang terbaik dan
menyikapi sikap orang
lain. Kita jangan
menghina,
merendahkan dan
meremehkan orang
yang suka berbicara
tidak baik kepada kita.
Mudah-mudahan kita
semua memiliki
ketrampilan yang lebih
tinggi lagi untuk
menjaga lisan kita,
makin banyak bicara,
makin banyak peluang
untuk tegelincir lidah
kita dan akan menjadi
dosa, juga kehormatan
kita akan runtuh.

Rabu, 10 Agustus 2011

Kiat-kiat/Tips agar Istiqamah

Menengok sejarah
hitam Iblis, tatkala ia
diusir dari surga dalam
keadaan hina dina,
maka ia berkata
sebagaimana
diceritakan oleh Allah
dalam Al-Qur’an, (yang
artinya):
“Iblis berkata: ‘Karena
Engkau (wahai Allah)
telah menghukumku
tersesat, aku benar-
benar akan
(menghalang-halangi)
mereka (yaitu anak
cucu adam) dari jalan-
Mu yang lurus.
Kemudian aku akan
mendatangi mereka
dari depan dan
belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka
dan Engkau tidak akan
mendapatkan
kebanyakan mereka
sebagai orang-orang
yang bersyukur’
(Al-A’raf: 16-17)
Dari ayat yang mulia
ini, dapat kita ketahui
bahwa Iblis dan bala
tentaranya akan
senantiasa berusaha
dengan segenap
tenaganya untuk
menghalangi manusia
dari jalan Allah yang
lurus serta menghiasi
kemaksiatan hingga
tampak indah di mata
manusia. Karena tekat
dan usaha Iblis inilah,
sangat banyak
manusia yang
merasakan dirinya
susah dan berat untuk
istiqamah di jalan Allah.
Di sini akan
disampaikan beberapa
perkara yang dapat
membantu seseorang
untuk tetap istiqamah
di atas jalan Allah
serta selamat dari
belitan tipu daya iblis.
“Sesungguhnya tipu
daya syaitan adalah
lemah.”
(An-Nisa’:76)
Di antara perkara yang
dapat membantu
seseorang untuk
istiqamah adalah
1. Mengikhlaskan niat
saat melakukan
amalan-amalan
ketaatan
Inilah pintu utama,
yaitu pintu yang dapat
mengantarkan
seseorang untuk dapat
istiqamah dalam
hidupnya sehingga ia
dapat berjumpa
dengan Allah dalam
keadaan bahagia.
Allah berfirman (yang
artinya):
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia
mengerjakan amal
yang saleh dan
janganlah ia
mempersekutukan
Tuhannya dengan
seorangpun dalam
melakukan ibadah
kepada-Nya”. (Al-
Kahfi: 110)
Hendaklah seseorang
membersihkan hatinya
dari sifat ingin dipuji
atau tujuan-tijuan
duniawi saat
melakukan amalan-
amalan ketaatan
kepada-Nya. Mungkin
kita dapatkan orang
yang saat berkunjung
dan menginap di rumah
temannya, ia begitu
semangat dalam
membaca Al-Qur’an,
qiyamul lail dan
amalan-amalan
ketaatan lainnya
Namun ketika ia
kembali ke rumahnya,
entah mengapa bacaan
Al-Qur’an tidak
terdengar lagi dari
bibirnya, demikian pula
tidak terdengar lagi
percikan air wudhu di
sepertiga malam yang
terakhir di rumahnya.
Ia telah meninggalkan
amalannya…..Ia tidak
dapat istiqamah dalam
menjalankan amalan-
amalan
ketaatan….Kenapa hal
itu bisa terjadi?
Hendaklah orang
tersebut
mengintrospeksi
dirinya, yaitu apakah
saat ia membaca Al-
Qur’an dan melakukan
qiyamul lail betul-betul
murni untuk Allah
ataukah ada niatan-
niatan lain di balik
ibadahnya? Hanya
Allah kemudian
dirinyalah yang tahu
bisikan hatinya.
Dalam sebuah hadits
disebutkan
ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ
ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ
ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ
ﺇِﻟَّﺎ ﺫِﺭَﺍﻉٌ
ﻓَﻴَﺴْﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ
ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
ﻓَﻴَﺪْﺧُﻠُﻬَﺎ
“Sesungguhnya ada
salah seorang di
antara kalian yang ia
beramal dengan amalan
penduduk surga
sampai-sampai jarak
antara dirinya dengan
surga hanya tinggal
satu jengkal, akan
tetapi taqdir telah
mendahuluinya
sehingga iapun
beramal dengan amalan
penduduk neraka,
akhirnya iapun masuk
ke dalam neraka.” (HR.
Muslim no 4781)
Orang ini adalah orang
yang sangat merugi,
setiap harinya ia
beramal dengan amalan
ketaatan akan tetapi
menjelang ajalnya ia
tutup amalnya dengan
keburukan dan ia pun
menjadi penghuni
neraka. Wal
iyadzubillah.
Orang ini tidak
istiqamah dalam
menjalankan amalan-
amalan ketaatan
sampai akhir hayatnya.
Kenapa bisa demikian?
Apakah rahasianya?
Mungkin saja tatkala ia
beramal, niatnya bukan
untuk Allah akan tetapi
telah tercampuri
dengan tujuan-tujuan
lain walaupun manusia
melihatnya sebagai
sebuah amalan
ketaatan. Namun Allah
yang mengetahui isi
hati para hamba-Nya
tidak meridhai
amalannya tersebut
dan akhirnya Allah
tutup amalannya
dengan amalan
penduduk neraka.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ
ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﺒْﺪُﻭ
ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ
ﻟَﻤِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ
ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Sesungguhnya ada
orang yang beramal
dengan amalan
penduduk surga
sesuai yang tampak/
terlihat oleh manusia,
padahal ia adalah
termasuk penduduk
neraka.” (HR.Bukhori,
no 3885)
lihat selengkapnya di
http://
alashree.wordpress.com/2010/04/05/
istiqamah-ibnu/

JONI BLAK BLAKAN

Kalo dunia ini saja sudah disebut maya.. Berarto FB, Twitter, blog dan
lainnya adalah maya kuadrat dong.. ^_^

Dan di dunia FB atau sejenisnya ini ada Joni Blak Blakan (Salah satu
tokoh Iklan Jaringan Seluluer).. Karena ga bisa bagaimana menunjukan
apa yang di lakukan kepada Tuhan Maya nya, akhirnya jalan satu satunya
adalah pengungkapan laporan, aku sholat, aku puasa, aku tahajud, aku
dhuha dan seterusnya..

Dan Tuhan pun komen, Istiqomah selalu yaaa... ^_^ :D

Begitu juga dalam kehidupan sehari hari, dapat dijumpai banyak lagi
para "Jobi Blak Blakan" untuk menunjukan kalo dirinya melakukan
ibadah..

Unjuk kekuatan seolah olah memamerkan dirinya berpuasa dengan meminta
orang lain yang tidak berpuasa untuk menghormati, Bukan Ramadhan atau
mungkin malah dia sendiri yang sebenarnya butuh penghormatan..?

Kalo dipikir pikir sejak kapan Bulan Ramadhan minta dihormati..?

Semakin berlomba lomba untuk blak-blakan, setiap orang diberitau kalo
dirinya berpuasa..

untuk orang yang dianggap tidak puasa pun akhirnya serasa di siniskan
seolah olah mereka yang tidak berpuasa adalah ahli neraka (busyeeet..
yang seperti ini malah tanpa sadar sudah melampaui Tuhan sebagai hakim
tertinggi.. ^^ )

Bukankah setiap ibadah yang kita lakukan, apalagi berpuasa adalah
RAHASIA ALLAH..
dimana HANYA ALLAH saja yang tau..?
"Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, kecuali
puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberi
ganjaran atas puasanya itu". (HR. Bukhari)

Mungkin lebih baik, apa saja yang baik yang kita lakukan adalah
rahasia pribadi kita masing-masing.. Tak perlu juga kali yaa kita
menunjukkan seberapa iman-nya kita.. lha itu jelas urusan kita dengan
Tuhan.. itu privasi terdalam kita dengan Dia..

Bahkan kalo lebih ekstrim lagi, meskipun ada yang bilang dia berpuasa,
belum tentu juga khan dia berpuasa..?

andai ada yang menunjuk nunjukan dia sedang melakukan gerakan sholat,
belum tentu juga dia sebenarnya Sholat atau Islam..?

andai ada yang pandai baca Al-Quran (tulisan Arabnya), belum tentu
juga dia disebut muslim..

Karena bisa saja dong meniru niru saja, Burung Beo saja bisa meniru.. ^_^

Tak perlu juga biar dikatakan kita orang beriman terus kemudian
memakai pakaian yang dikatakan busana muslim.. memangnya bisa melihat
keimanan seseorang dari pakaiannya..?

Berarti selama ini kita sudah terbiasa dengan budaya Joni Blak
Blakan.. kalo ga terlihat oleh mata lahiriah kita, sesuatu itu tidak
dianggap bernilai..

Jangan sampai kita dibilang seperti : " Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.." Al-Baqarah
2:8" Karena bila diri kita seperti itu, sama saja kita : Mereka hendak
MENIPU Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya MENIPU
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar..." Al-Baqarah 2:9

Semoga kita bisa mengoreksi diri kita sendiri, menilai diri sendiri..
Apakah kita benar benar melakukan karena rasa kerinduan jiwa kepada
Sang Maha Kekasih itu atau karena kepentingan diri kita sendiri
sebagai pemanis pergaulan saja.. dan ini termasuk diri aku pribadi..
^_^

"Keintiman itu bukan terletak pada apa yang terlihat dari mata
lahiriah, melainkan keintiman itu tentang kesunyian di balik rahasia
jiwa yang terdalam, saat dua jiwa memainkan rasa.. "

Berguru dari Perampok

“Man taraka syai-in fii
haraamihi naala fii
halaalihi ... barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.”
Malam itu seorang
lelaki hendak
merampok. Karena
lapar dan belum
mendapat hasil
rampokan, ia singgah
di mesjid tempat
Rasulullah SAW
mengajarkan nilai-nilai
kehidupan.
Sesungguhnya ia
minder dengan
profesinya tersebut. Ia
duduk di pojok, jauh
dari para sahabat Nabi
yang tengah menyimak
nasihat-nasihat Nabi.
Ia menyendiri dengan
lapar yang menyelimuti.
Dalam salah satu
nasihatnya, Rasulullah
saw bersabda, “Man
taraka syai-in fii
haraamihi naala fii
halaalihi ... barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.”
Sayup-sayup ia
dengar satu nasihat
Nabi. “Man taraka
syai-in fii haraamihi
naala fii halaalihi ...
barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.” Karena
rasa lapar yang
sangat, nasihat ini
saja yang dapat ia
rekam dengan
akuratnya, yang
lainnya lewat.
Malam semakin larut,
rasa laparnya semakin
kuat menggerogoti
perut. Di tengah
sepinya malam ia
keluar, mencari
pengganjal perut:
mangsa. Nah, sebuah
rumah pintunya
terbuka. Rumah janda
muda ditinggal mati
suaminya. Kesempatan
emas di depan mata.
Hidangan tersaji
seiring rasa lapar
yang menggoda. Ia
masuki rumah dengan
mudah saat hendak
meraih makanan
tersebut, ia tergetar.
Pesan Nabi hadir “Man
taraka syai-in fii
haraamihi naala fii
halaalihi.” Meski rasa
lapar menggerogoti, ia
urungkan diri meraih
makanan yang telah
tersaji.
Ia berjalan hendak
keluar. Ia lihat lemari
berisi emas dan
perhiasan. Dengan
harta itu ia bisa
membeli makanan,
hingga berkecukupan,
tidak lagi kelaparan.
Saat hendak meraih
harta dan perhiasan
itu, pesan Nabi itu
terngiang lagi.
“barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.” Lagi-lagi
ia gagalkan diri untuk
mengambil perhiasan
yang bukan miliknya
itu. Masih lapar, ia
bergegas keluar.
Melewati kamar,
hatinya tergetar.
Melihat janda muda itu
tertidur, syahwatnya
berkobar. Ia datangi
kamar wanita itu.
Kembali ia gemetar.
Tersentak. Tersadar.
“Man taraka syai-in fii
haraamihi naala fii
halaalihi ... barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.”
Takut, lapar, gemetar.
Ia kembali ke masjid
Nabi, beristighfar.
Subuh datang. Ia tetap
di mesjid dalam
keadaan takut dan
gemetar, serta
menahan rasa lapar.
Pagi hari tiba. Seorang
wanita menghadap
Nabi. Ia menceritakan
bahwa tadi malam
seseorang menyatroni
rumahnya, hendak
merampok dan
memperkosanya. Tapi
orang itu pergi begitu
saja. Wanita itu
meminta kepada Nabi
untuk mencarikan
suami, laki-laki yang
saleh dan siap
melindungi.
Nabi pun mencari siapa
yang bersedia menjadi
pendamping janda ini.
Nabi ditunjukkan pada
seorang laki-laki yang
sedang sendiri.
Perampok yang
kelaparan tadi. Nabi
menawari. Laki-laki itu
menyanggupi.
Pernikahan terjadi.
Pesan Nabi kembali
hadir “Man taraka
syai-in fii haraamihi
naala fii halaalihi ...
barangsiapa
meninggalkan sesuatu
dalam kondisi
haramnya, niscaya ia
mendapatkannya dalam
kondisi halal.” Ia kini
halal makan makanan
yang semalam haram
baginya. Halal memiliki
harta dan perhiasan
wanita yang kini jadi
istrinya. Ia halal untuk
menggauli janda yang
semalam haram
baginya.
“Keberanian adalah
kesabaran. Berani
berubah berarti sabar
mengikuti proses
sampai tuntas”
Kini di zaman ini, hidup
semakin berat dan
sulit, harga melangit.
Kelompok orang
frustasi bicara,
“mencari yang haram
saja sulit, apalagi yang
halal”. Begitu? Namun
kita mesti berubah,
bukan mengalah pada
kondisi penuh getah.
Kalau perampok itu
rela berubah, mengapa
kita tidak segera
berubah!! BARANGKALI
KARENA KITA KURANG
YAKIN!
ASTAGHFIRULLAH!
sumber:buku "The Way
to Win"

Selasa, 09 Agustus 2011

HIKMAH DIWAJIBKANNYA PUASA

Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya :
Apakah hikmah dari diwajibkannya puasa ?

Jawaban
Apa bila kita membaca firman Allah Azza wa Jalla. Artinya : Wahai
orang-orang yang beriman ! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwaâ
[Al-Baqarah : 183]
Pasti kita mengetahui apa hikmah diwajibkan puasa, yakni takwa dan
menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, takwa adalah
meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna
mengerjakan perintah, meninggalkan larangan, Nabi Shallallah alaihi wa
sallam bersabda Artinya :"Barangsiapa yang tidak meninggalkan
kata-kata dusta dan mengerjakan kedustaan, maka Allah tidak butuh
kepada amalannya dalam meninggalkan makanan dan minumannya [1]

Berdasarkan dalil ini diperintahkan dengan kuat terhadap setiap yang
berpuasa untuk mengerjakan segala kewajiban, demikian juga menjauhi
hal-hal yang haram baik berupa perkataan maupun perbuatan, hendaknya
dia tidak menggunjing orang lain, tidak berdusta, tidak mengadu domba
antar mereka, tidak menjual barang jualan yang haram, menjauhi segala
bentuk keharaman, apabila seorang manusia mengerjakan semua itu dalam
satu bulan penuh maka itu akan memudahkannya kelak untuk berlaku baik
di bulan-bulan tersisa dalam setahun.

Tetapi alangkah sedihnya, sebagian besar orang yang berpuasa tidak
membedakan antara hari puasa dengan hari berbuka, mereka tetap
menjalani kebiasaan yang biasa dijalaninya yakni meninggalkan
kewajiban, mengerjakan pebuatan haram, tidak merasakan keagungan puasa
; perbuatan ini tidak membatalkan puasa, tetapi mengurangi pahalanya,
seringkali kesalahan itu merusak pahala puasa sehingga tersia-sialah
pahalanya.

[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu
Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah,
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka
Arafah]
_________
Foote Note
[1].Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum, Bab : Orang yang tidak
meninggalkan kata-kata dusta, mengerjakannya (1903)

DALIL TAWASUL

TAWASSUL



ﻭﺭﻭﻯ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﻮ

ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ " ﺩﻻﺋﻞ

ﺍﻟﻨﺒﻮﺓ " ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ

ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﻔﺮﺝ

ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺑﻦ

ﺃﺣﻤﺪ ، ﺛﻨﺎ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ

ﺭﺷﺪﻳﻦ ، ﺛﻨﺎ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ

ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﻔﻬﺮﻱ ، ﺛﻨﺎ

ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ

ﺍﻟﻤﺪﻧﻲ ، ﻋﻦ

ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ

ﺃﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ

ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ

ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ

ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﻟﻤﺎ

ﺃﺻﺎﺏ ﺁﺩﻡ ﺍﻟﺨﻄﻴﺌﺔ

ﺭﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﻘﺎﻝ :

ﻳﺎﺭﺏ ، ﺑﺤﻖ ﻣﺤﻤﺪ ﺇﻻ

ﻏﻔﺮﺕ ﻟﻲ ... ﻓﺄﻭﺣﻰ

ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻣﺎﻣﺤﻤﺪ؟ ﻓﻘﺎﻝ

ﻳﺎﺭﺏ ﺇﻧﻚ ﻟﻤﺎ ﺃﺗﻤﻤﺖ

ﺧﻠﻘﻲ ﺭﻓﻌﺖ ﺭﺃﺳﻲ

ﺇﻟﻰ ﻋﺮﺷﻚ ﻓﺈﺫﺍ ﻋﻠﻴﻪ

ﻣﻜﺘﻮﺏ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪ

ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ

ﻓﻌﻠﻤﺖ ﺃﻧﻪ ﺃﻛﺮﻡ

ﺧﻠﻘﻚ ﻋﻠﻴﻚ ﺇﺫ ﻗﺮﻧﺖ

ﺇﺳﻤﻪ ﻣﻊ ﺇﺳﻤﻚ ﻓﻘﺎﻝ

ﻧﻌﻢ ﻗﺪﻏﻔﺮﺕ ﻟﻚ ﻭﻫﻮ

ﺁﺧﺮﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻣﻦ

ﺫﺭﻳﺘﻚ ﻭﻟﻮﻻﻩ

ﻣﺎﺧﻠﻘﺘﻚ "



Abu Hafidz meriwayatkan dalam kitab DALAILUNNUBUWWAH.



Dari jalur Abi l-faroj. Menceritakan pada kami Sulaiman Bin Ahmad dari Ahmad Bin Rosyidin dari Sa'id al fahry dari Abdullah Isma'il al-madany dari Abdurrahman bin Zaid Bin Aslam dari bapaknya dari Umar bin Khothob.

Rosulullah bersabda "Ketika Nabi Adam melakukan ke khilafan beliau menengadahkan kepalanya ke arah atas seraya berdo'a, Ya Robbku dengan kemulyaan Muhammad aku mohon ampun padaMU..



Seketika ALLAH menurunkan wahyu padanya, "siapa Muhammad?" Nabi Adam AS menjawab "Ya Robbku, ketika Engkau telah menyempurnakan penciptaanku, Engkau menengadahkan kepalaku ke arah 'ArasyMU dan aku melihat tertulis dalam 'Arasy tsb ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ...

Maka aku yakin bahwa Muhammad adalah makhluk paling mulia di sisiMU karena Engkau menyandingkan AsmaMu di samping namanya..



ALLAH berfirman "AKU telah mengampunimu. Muhammad adalah salah satu keturunanmu kelak, Nabi akhir zaman dan Nabi pamungkas..

Seandainya tidak ada Muhammad AKU tak kan menciptakanmu..





Jika belum lahir (Masih dalam alam Arwah) saja sudah di buat TAWASSUL, bagaimana setelah Beliau wujud???

Kini Beliau SAW telah pulang kembali ke alam Arwah, apakah kedudukannya berubah?? *Kethop..... kethop*

Mikir!!!...............................................................Doooong

Waktu Adalah Pedang - Kalam Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas -

Nun di Huraidah. Di pedalaman lembah Hadramaut yang gersang namun penuh kesejukan itu, dua abad silam, seorang wali besar sedang khidmat menggoreskan penanya. Ia adalah al-Quthb Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib al-Attas, guru al-Imam Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Ia menulis surat untuk Sejawatnya, al-’Arif Billah Habib Aqil bin Idrus bin Aqil yang tinggal di kota Inat. Surat yang memendarkan cahaya. Bertabur nasehat-nasehat yang menyentakkan kesadaran. Terangkai dalam kalimat-kalimat liris nan sejuk di jiwa. Alhamdulillah. Forsan Salaf berhasil menelisik manuskrip bersejarah itu. Dan kini kami ketengahkan petilan-petilan surat itu dalam bentuk terjemahan.

“Hadapkanlah jiwa dan ragamu kepada Allah SWT, sepenuhnya. Kerahkan segenap upaya dan niat. Niscaya, Ia akan menggamitmu ‘tuk menjadi salah seorang wali-Nya. Lalu, Ia akan mengucurkan karunia demi karunia yang bakal mendamaikan kedua pelupuk mata dan kepundan hatimu.”

Demikianlah nasehat pertama yang terajut dalam surat itu. Suatu motivasi yang sangat menggugah. Untuk Habib Aqil khususnya, untuk kita umumnya. Habib Abu Bakar kemudian meneruskan, “Engkau pernah mewartakan, bahwa kini Engkau telah menertibkan mejelis telaah kitab dan belajar mengajar. Aduhai, sungguh kabar yang memercikkan bahagia. Andai aku berada di tengah-tengah kalian sana, tentu, aku kan beroleh limpahan keberuntungan.”

“Keutamaan ilmu, wahai sayid, tak ada yang bisa menandinginya. Allah SWT menfirmankan,

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Dalam firman lain, Allah SWT memuji manusia yang berilmu,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

" Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

Sekaitan hal itu, Rasulullah SAW memaklumatkan, “Barangsiapa dikehendaki Allah untuk menjadi orang baik, maka, ia akan diberi pemahaman dalam ilmu agama.”

“Peliharalah waktu. Waktu laksana sebilah pedang. Jika Engkau tidak menebaskannya, ia yang akan menebasmu. Sejatinya, segala cita dapat digapai dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.”

“Camkan sungguh-sungguh. Manfaatkanlah waktu. Sebab dengan itu, limpahan berkah bisa kau raih. Dan berkat keberkahan waktu, Engkau bisa menyaksikan ihwal-ihwal luar bisa yang begitu banyak, yang tak mungkin terdedah dalam tulisan ini. Sebenarnya, cukup dengan isyarat, orang-orang berhati bijak pasti memahaminya.”

Kalimat demi kalimat terus mengalir di matras kertas itu. Penulis nampaknya menekankan paragraf yang mengulik rahasia waktu tersebut. Alangkah benar sang habib. Waktu sangatlah berharga. Teramat berharga untuk disia-siakan. Begitu dilewatkan, ia akan sirna untuk selama-lamanya.

Baris berikutnya, beliau sedikit menyentil masalah pentingnya perhatian terhadap anak-anak. “Curahkan perhatian kepada anak-anakmu. Awasilah segala tindak-tanduk mereka. Agar kelak mereka bisa membahagiakan hatimu.”

IHYA ULUMIDDIN

“Tekunlah menelaahi kitab-kitab bermanfaat, terutama karya para sadah Alawiyin. Ketahuilah, karya-karya mereka adalah anggur yang sangat lezat.”

Sebuah Wasiat tentang pentingnya melestarikan ilmu salaf.Kemudian Habib Abu Bakar menuangkan apresiasinya yang mendalam terhadap kitab ihya ulumiddin karya Imam al-Ghozali.

“Menelaahi kitab ihya ulumiddin dan mendalami semesta hikmahnya sangat dianjurkan para salaf. Konon, ruh penulis Ihya senantiasa hadir di setiap majelis pembacaan kitab itu. Rahasia ini kusingkap dari guru-guruku. Telaahi lebih jauh pada pasal mahabbah dan syauq, maka, Engkau akan mendapati inti dan rahasia besar yang terpendam. “

“Syukurilah curahan nikmat-nikmat-Nya padamu berupa rasa cinta kepada orang-orang baik dan fiil-fiil baik. Manakala kau bersyukur, Ia akan menambah kenikmatan padamu. Tambahan nikmat itu bisa berupa nikmat bathin dan dhahir. Pemberian-Nya tidaklah sama dengan pemberian kita. Pemberian kita terbatas dalam angka-angka. Sedang pemberiannya tak terbatas.”

“Berprasangka baiklah terhadap hamba-hamba Allah. Sebab rahasia-rahasia-Nya senantiasa terpendam dalam diri mereka. Sudut-sudut bumi takkan pernah kosong dari hamba-hamba pilihan yang memanggul rahasia itu. Sepotong syair mengalun syahdu,

“Andai bukan karena mereka di tengah-tengah manusia, niscaya bumi dan gunung-gunung itu kan luluh lantak oleh terpaan dosa-dosa”

Kemudian Habib Abu Bakar menutup suratnya dengan muhasabah (intropeksi). Ia mengajak shohibnya itu untuk merenungi sisa-sisa umur.

“Ketahuilah wahai kekasihku. Umur kita telah dekat. Saat ini kita telah menapaki usia tujuh puluhan. Hati ini telah terkunci rapat untuk dunia. Dunia, bagi diri kita, hanyalah untuk mengenyangkan perut yang kelaparan, menyukupkan orang-orang yang kekurangan, meringankan beban fakir miskin, dan berbagai amal kebaikan. Adapun untuk selain itu, tak terbetik minat sedikit pun pada dunia.”

Surat di atas tertulis pada 20 Sya’ban 1280 Hijriyah. Tertandai nama Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas. Yang menerima surat, Habib Aqil bin Idrus bin Aqil, belakangan mesanggrah di kota Surabaya dan meninggal di kota itu pada bulan Ramadhan 1316 Hijriyah. Ia di makamkan di sebelah timur makam Habib Syeh bin Ahmad Bafaqih. Sayang, saat kita tiba disana untuk berziarah, hanya mendapatkan makam-makam kuno tanpa nama. Rupanya, Habib Aqil adalah seorang mastur, yang tak mau dikenali kebesarannya.Semoga bermanfaat,amin :):)

Senin, 08 Agustus 2011

TIPS MENAIKKAN TRAFFIC ALEXA RANK

Ikutan ngebahas ini boleh dong :-) walaupun artikel seperti ini sudah
banyak, tapi saya juga pengen ngamalin :-D. Oke langsung aja berikut
tipsnya :

1. BLOGWALKING

awalnya saya ga terlalu suka dgn blogwalking (tp skarng jd ketagian
:-D ), yah ini sangat penting, kenapa? Disamping bisa menaikkan
trafic, kegiatan ini juga bisa menjadi ajang silaturahim :) dimana
manfaat dari silaturahim sendiri banyak sekali, diantaranya
melancarkan rizki & memperpanjang umur :) (muttafaqun 'alaih)


2. MENULIS ARTIKEL

Banyak blogger yang menulis artikel tentang ALEXA, dan tentang SEO.
Ini yg slama ini belum saya perhatikan hasilnya, karena baru kali ini
saya menulisnya :D

3. CARILAH VISITOR SEBANYAK-BANYAKNYA

dengan cara seperti pda nomor 1 diatas, entah melalui ikut
forum-forum, tegur sapa ketika blogwalking, chating, atau ikut
komentar di media lainnya.

4. IP ADDRESS

semakin berfariasi ip pengunjung diblog kita dari berbagai penjuru
negara, maka sangat mempengaruhi naik turunnya alexa rank.

5. POSTING

Yups, jenis postingan juga sangat berpengaruh. Usahakan maksimal
sehari posting 4 artikel, jika lebih dari itu maka akan dianggap spams
dan sulit terdeteck di mesin pencarian baik google yahoo bing atau
yang lainnya. Ini yang dahulu tidak saya perhatikan, sehingga dulu
saya pernah posting sehari lebih dari 40 posting ;( . Penulisan
postingan juga ada pengaruhnya, semakin banyak tulisan yg sesuai
dengan EYD maka banyak kemungkinan yang muncul di search enging.

Sekian dulu deh dari saya, pasti masih ada lagi tips trik yang belum
ditulis disini. Mohon pengunjung untuk menambahkan kekurangan tips ini
di kolom komentar dibawah :)

Minggu, 07 Agustus 2011

Cerita Ustadz AHMAD AL- HABSYI Bersama Surah Al Waqi'ah

Cerita Ustadz AHMAD
AL-HABSYI Bersama
Surah Al Waqi'ah
SETELAH selesai
nyantri saya dapat
tawaran mengajar di
pesantren. Saya
mengajar di tingkat
bawah dan bagian
laboratorium bahasa,
bahkan sempat
dipromosikan menjadi
kepala sekolah di
pesantren tersebut.
Namun dikarenakan
sifat manusia itu tidak
sama dan selalu saja
ada yang tidak suka
atas prestasi-prestasi
yang saya raih, saya
diisukan dengan
sesuatu yang kotor
dan tidak terpuji. Saya
dijelek-jelekkan,
sehingga membuat
pimpinan sedikit
menjauh dari saya.
Karena melihat situasi
dan kondisi yang tidak
kondusif, akhirnya
saya pilih
mengundurkan diri dari
pesantren. Meskipun
waktu itu gaji yang
saya terima Rp 2 juta,
tapi bila suasana
seperti itu membuat
saya tak betah.
Saya menganggur
selama tiga bulan. Saya
di rumah hanya mengisi
waktu dengan aktivitas
yang bisa
meningkatkan kualitas
spiritual dan intelekual
atau pemahaman Islam.
Pada masa-masa
nganggur itu saya
mengamalkan pesan
guru saya, almarhum
Habib Ahmad Al-Habsyi,
bahwa bila kita berada
dalam keadaan
tedesak dan benar-
benar membutuhkan
uang, bermunajatlah
pada Allah dengan
membaca Surat Al-
Waqi`ah sebanyak
empatbelas kali dalam
sekali waktu. Saya
mempraktikannya tiap
ba`da shalat asar.
Pada masa-masa
mengamalkan wirid itu
saya mendapat
panggilan ceramah di
lingkungan tempat
tinggal saya. Kemudian
datang seorang teman
menawarkan ceramah
di radio. Menurutnya,
ceramah saya menarik
dan mudah dicerna.
Alangkah baiknya bila
syi`ar atau dakwah itu
menjangkau
masyarakat yang lebih
luas lagi, tidak hanya
jamaah masjid saja.
Dengan alasan syi`ar
Islam, saya menerima
tawarannya. Dalam
satu pekan saya diberi
tugas ceramah satu
kali dengan waktu
sekitar dua jam. Dalam
satu bulan saya
berceramah empat kali
di radio yang
disponsori pengusaha
tembakau dari Jawa.
Dari ceramah di radio
itu saya mendapat gaji
sebesar Rp 2 juta per
bulannya.
Subhanallah, ini
memang ketentuan
(takdir) Allah. Bila dulu
untuk mendapatkan
uang Rp 2 juta harus
menghabiskan waktu
seharian mengajar,
bahkan malam pun
harus mengajar. Tapi
setelah lepas dari
pesantren dan
mengamalkan pesan
guru, uang Rp 2 juta
bisa didapatkan
dengan empat kali
ceramah dengan waktu
dua jam tiap pekannya.
Saya yakin ini
merupakan berkah dari
membaca Surat Al-
Waqi`ah. Dari
pengalaman tersebut
saya tidak pernah
melepaskan dari
membacanya tiap ba`da
shalat asar dan
kelancaran dalam
usaha dan dakwah
pun, Alhamdulillah saya
rasakan hingga saat
ini.
Ya, itulah berkah Al-
Quran. Memang bila
ditelusuri dalam
hadits-hadits, Surat
Al-Waqi`ah memiliki
beberapa keutamaan
dan membawa berkah.
Dalam sebuah riwayat,
Ubay bin Kaab berkata
bahwa Rasulullah saw
bersabda,
“Barangsiapa yang
membaca surat Al-
Waqi`ah, ia akan
dicatat tidak tergolong
pada orang-orang
yang lalai.”
Abdullah bin Mas`ud
berkata bahwa
Rasulullah saw
bersabda,
“Barangsiapa yang
membaca surat Al-
Waqi`ah, ia tidak akan
tertimpa oleh kefakiran
selamanya”.
Ulama fikih Imam Ja`far
Ash-Shadiq
meriwayatkan
beberapa hadits
seperti “Barangsiapa
yang membaca surat
Al-Waqi`ah pada malam
Jumat, ia akan dicintai
oleh Allah, dicintai oleh
manusia, tidak melihat
kesengsaraan,
kefakiran, kebutuhan,
dan penyakit dunia”.
Juga dari Imam
Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin
Husain bin Ali bin Abu
Thalib meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw
bersabda,
“Barangsiapa yang
membaca surat Al-
Waqi`ah sebelum tidur,
ia akan berjumpa
dengan Allah dalam
keadaan wajahnya
seperti bulan
purnama”.
Demikianlah keutamaan
Surat Al-Waqi`ah.
Marilah kita biasakan
membacanya agar
senantiasa
mendapatkan
keberkahan dan
berada dalam naungan
Allah Ta`ala.
AHMAD AL-HABSYI,
adalah mubaligh
‘selebritis’ muda
nasional, pengisi
ceramah di televisi dan
instansi serta majelis
taklim.
(Naskah ini ditulis oleh
AHMAD SAHIDIN dari
wawancara dengan
Ustadz Ahmad Al-
Habsyi, pada Kamis, 23
Oktober 2008, di
rumahnya Komplek
Bumi Harapan Permai,
Kramat Jati Kampung
Dukuh, Jalan Dukuh III
Bumi Pratama V B-i
No.7 Jakarta pusat)

Cinta Pada Sang Pemilik Cinta

Manusia tidak akan mampu menjalani hidup tanpa cinta. Tanpa cinta, kehidupan akan gersang, hati menjadi keras. Selayaknya manusia hidup dengan perasaan cinta kasih. Manusia yang kehilangan perasaan cinta, biasanya kehilangan gairah hidup. Semakin besar rasa cinta, semakin kencang pula denyut nadi kehidupan. Cinta akan menambah denyut kehidupan manusia, kehidupannya menjadi lebih baik dan dipenuhi kasih sayang.

Lantas apa yang kita cintai? Apa yang manusia sukai?
Manusia mencintai harta, tetapi harta tersebut akan hancur binasa. Ketika menghadapi ajal, kita akan meninggalkan harta. Manusia mencintai tahta dan kekuasaan, hal itu pun akan hancur atau berganti. Laki-laki yang tergila-gila pada wanita dan wanita tergila-gila pada laki-laki. Itu hanya dorongan syahwat. Ia akan hilang, atau berakhir dengan tragedi. Jika bukan cinta karena Allah, itu hanya rayuan gombal, lenyap tak berbekas, berakhir dengan kematian salah satu pecinta, atau akan hancur karena pengkhianatan. Cinta yang harus kita cari ialah cinta yang kekal dan tak akan binasa. Cinta yang menambah kekuatan kita tidak takut akan berakhir dengan kekerasan, penentangan, pengkhianatan. Ya, cinta yang abadi.

Apakah kita mencintai Allah SWT dengan sesungguhnya? Apakah mencintai AllahSWT itu kewajiban atau karunia? Apakah kita lebih mencintai anak-anak kita atau Allah SWT? Apakah kita lebih mencintai suami atau isteri kita daripada Allah SWT?

Sahabat dan saudaraku, kita coba merenungkan dan memikirkan ayat ini, “Katakanlah : Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada RasulNya, dan dari berjihad di jalanNya?? maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah : 24).

Dalam ayat diatas, Allah SWT telah melukiskan sebuah gambaran seandainya saja ada 8 jenis rasa cinta di satu sisi timbangan, dan disisi lainnya berisi rasa cinta kepadaNya, kemudian keduanya ditimbang. Jika 8 hal itu lebih berat, walaupun hanya serambut atau seatom saja, maka bersiaplah menunggu apa yang akan kita peroleh. Ayat ini bukan seruan untuk meninggalkannya, tetapi untuk membandingkan.

Allah SWT tidak hanya memerintahkan agar kita mampu
membedakan kejujuran dari kebohongan yang kita lakukan. Ayat ini sejatinya sangat keras menyindir kita sebagai muslim.

Sahabatku, saudaraku, Allah SWT telah menciptakan manusia agar ia mengenal dan mencintaiNya. Maka, apakah masuk akal kalau kita menjadi sibuk dengan hal cabang dan melupakan hal pokok? Dia-lah yang telah memberikan kita kemampuan untuk mencintai suami, isteri , anak, harta, dan keluarga kita. Dia-lah yang telah menumbuhkan rasa cinta di hati kita, lalu memberitahu bahwa yang utama adalah kita harus mencintaiNya.

Cintailah Allah sebesar nikmat yang Dia berikan pada kita. Cintailah Allah karena kesempurnaanNya. Cintailah Allah karena karuniaNya pada kita. Cintailah Allah karena kelembutanNya pada kita. Cintailah Allah karena hidayahNya pada kita. Cintailah Allah karena Ia telah mengutus seorang rasul pada kita. Kita janganlah mengaku mencintai Allah SWT dengan ucapan semata, tetapi buktikanlah melalui perbuatan kita. Kita bisa mengatakan apa saja, baik itu benar atau bohong, namun yang benar adalah perbuatan. Jadi, sebenarnya, sampai manakah derajat cinta kita?

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template