Manusia tidak akan mampu menjalani hidup tanpa cinta. Tanpa cinta, kehidupan akan gersang, hati menjadi keras. Selayaknya manusia hidup dengan perasaan cinta kasih. Manusia yang kehilangan perasaan cinta, biasanya kehilangan gairah hidup. Semakin besar rasa cinta, semakin kencang pula denyut nadi kehidupan. Cinta akan menambah denyut kehidupan manusia, kehidupannya menjadi lebih baik dan dipenuhi kasih sayang.
Lantas apa yang kita cintai? Apa yang manusia sukai?
Manusia mencintai harta, tetapi harta tersebut akan hancur binasa. Ketika menghadapi ajal, kita akan meninggalkan harta. Manusia mencintai tahta dan kekuasaan, hal itu pun akan hancur atau berganti. Laki-laki yang tergila-gila pada wanita dan wanita tergila-gila pada laki-laki. Itu hanya dorongan syahwat. Ia akan hilang, atau berakhir dengan tragedi. Jika bukan cinta karena Allah, itu hanya rayuan gombal, lenyap tak berbekas, berakhir dengan kematian salah satu pecinta, atau akan hancur karena pengkhianatan. Cinta yang harus kita cari ialah cinta yang kekal dan tak akan binasa. Cinta yang menambah kekuatan kita tidak takut akan berakhir dengan kekerasan, penentangan, pengkhianatan. Ya, cinta yang abadi.
Apakah kita mencintai Allah SWT dengan sesungguhnya? Apakah mencintai AllahSWT itu kewajiban atau karunia? Apakah kita lebih mencintai anak-anak kita atau Allah SWT? Apakah kita lebih mencintai suami atau isteri kita daripada Allah SWT?
Sahabat dan saudaraku, kita coba merenungkan dan memikirkan ayat ini, “Katakanlah : Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada RasulNya, dan dari berjihad di jalanNya?? maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah : 24).
Dalam ayat diatas, Allah SWT telah melukiskan sebuah gambaran seandainya saja ada 8 jenis rasa cinta di satu sisi timbangan, dan disisi lainnya berisi rasa cinta kepadaNya, kemudian keduanya ditimbang. Jika 8 hal itu lebih berat, walaupun hanya serambut atau seatom saja, maka bersiaplah menunggu apa yang akan kita peroleh. Ayat ini bukan seruan untuk meninggalkannya, tetapi untuk membandingkan.
Allah SWT tidak hanya memerintahkan agar kita mampu
membedakan kejujuran dari kebohongan yang kita lakukan. Ayat ini sejatinya sangat keras menyindir kita sebagai muslim.
Sahabatku, saudaraku, Allah SWT telah menciptakan manusia agar ia mengenal dan mencintaiNya. Maka, apakah masuk akal kalau kita menjadi sibuk dengan hal cabang dan melupakan hal pokok? Dia-lah yang telah memberikan kita kemampuan untuk mencintai suami, isteri , anak, harta, dan keluarga kita. Dia-lah yang telah menumbuhkan rasa cinta di hati kita, lalu memberitahu bahwa yang utama adalah kita harus mencintaiNya.
Cintailah Allah sebesar nikmat yang Dia berikan pada kita. Cintailah Allah karena kesempurnaanNya. Cintailah Allah karena karuniaNya pada kita. Cintailah Allah karena kelembutanNya pada kita. Cintailah Allah karena hidayahNya pada kita. Cintailah Allah karena Ia telah mengutus seorang rasul pada kita. Kita janganlah mengaku mencintai Allah SWT dengan ucapan semata, tetapi buktikanlah melalui perbuatan kita. Kita bisa mengatakan apa saja, baik itu benar atau bohong, namun yang benar adalah perbuatan. Jadi, sebenarnya, sampai manakah derajat cinta kita?
Minggu, 07 Agustus 2011
heramkempek
→
artikel
→ Cinta Pada Sang Pemilik Cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Mat siang pak mahesa, mat menjalankan ibadah puasa!!! post nya keren, sukses selalu untuk mu sobat..
Hapy blogwalking kawan, kunjungin tempat baruku http://waroqot.idwap.net
Assalamu'alaykum Wr.Wb.. Salam ta'aruf akhi.. Met santap sahur.. http://difan96.co.gp
@paoci : makasih akang :)
@hari: siap sob, meluncur ke tkp langsung ^_^@paoci : makasih akang :)
@hari: siap sob, meluncur ke tkp langsung ^_^
@difan : wa'alaikum salam, trima kasih akhi@difan : wa'alaikum salam, trima kasih akhi
Posting Komentar