Sabtu, 02 Juli 2011

PENCURI DAN 'ABID (ORANG AHLI IBADAH)

Di zaman Nabi Musa
a.s. ada seorang
hamba Allah yang
kerjanya mencuri.
Sudah 40 tahun dia
mencuri. Suatu hari, dia
melihat Nabi Musa a.s.
sedang berjalan.
Terlintas di hatinya
untuk berjalan
bersama Nabi Musa
a.s. Katanya; “ Kalau
aku dapat berjalan
bersama Nabi Musa,
mudah-mudahan ada
juga berkatnya untuk
aku.”
Tetapi setelah
difikirkannya baik-
baik, dia tidak jadi
melaksanakan niatnya
itu. Dia berkata, “Aku
ini pencuri. Manalah
layak pencuri macam
aku ini berjalan
bersama seorang
nabi.” Sejurus
kemudian, dia melihat
pula seorang abid
berlari-lari mengejar
Nabi Musa a.s. dari
belakang. Si abid ini
telah beribadah secara
istiqamah selama 40
tahun dan dia 'abid yg
masyhur, sudah
dikenali oleh banyak
orang. Si pencuri itu
berkata di dalam
hatinya, “Baik aku
berjalan bersama si
abid ini. Moga-moga
ada juga kebaikannya
untuk aku.”
Lantas si pencuri
menghampiri si abid
dan meminta izin untuk
berjalan bersamanya.
Tapi apabila telah
dekat si pencuri, si
abid terkejut dan terus
merasa takut. Dia
berkata di dalam
hatinya, “Celaka aku!
Kalau si pencuri ini
berjalan bersama aku,
takut-takut nanti
rusak segala kebaikan
dan amalanku.”
Si abid terus berlari
lebih cepat supaya si
pencuri tidak dapat
ikut. Tapi Si pencuri
tadi terus mengejar si
abid karena hendak
berjalan bersamanya.
Akhirnya kedua-dua
mereka sampai secara
bersamaan kepada
Nabi Musa a.s.
Nabi Musa a.s.
kemudian berpaling
dan bersabda kepada
mereka berdua, “ Aku
baru saja mendapat
wahyu dari Allah Taala
supaya memberitahu
pada kamu berdua
bahawa segala amalan
baik dan buruk kamu
telah dihapus oleh
Allah.” Maka
terkejutlah si abid dan
si pencuri tadi.
Berbahagialah si
pencuri kerana segala
dosanya mencuri
selama 40 tahun telah
diampunkan oleh Allah.
Celaka dan dukacitalah
si abid kerana segala
amalan dan ibadahnya
selama 40 tahun telah
ditolak dan tidak
diterima oleh Allah.
Rupa-rupanya si
pencuri itu, walaupun
kerjanya mencuri, dia
tidak suka akan
perbuatannya itu. Dia
miskin dan
tanggungannya
banyak. Masyarakat
ketika itu sudah rusak
dan orang kaya
enggan membantu fakir
miskin. Dia mencuri
kerana terpaksa. Oleh
karena itu, setiap kali
dia mencuri, dia amat
merasa bersalah dan
berdosa. Jiwanya
tersiksa dan
menderita. Selama 40
tahun dia menanggung
rasa berdosa itu dan
selama itu juga jiwanya
parah menanggung
derita. Selama 40 tahun
hatinya merintih
meminta belas kasihan,
keampunan dan
mengharapkan kasih
sayang Tuhan.
Si abid pula, amat
yakin ibadahnya
mampu
menyelamatkannya. Dia
yakin ibadahnya akan
dapat menjadikan dia
layak masuk Syurga.
Setiap kali dia
beribadah, dia rasa
dirinya bertambah baik.
Setiap kali dia
beribadah, dia rasa
dirinya bertambah
mulia. Selama 40 tahun
si abid ini mendidik
hatinya supaya merasa
lebih baik dan lebih
mulia setiap kali dia
membuat ibadah.
Hingga dia merasa
tidak layak bergaul
dengan golongan ahli
maksiyat, tidak suka
berjalan bersama
orang yang hina dan
berdosa. Dia merasa
hanya layak berjalan
bersama para Nabi.
Maha Suci Allah yang
mengetahui segala isi
hati manusia. Yang
tidak melihat akan
amalan-amalan lahir
tetapi apa yang ada di
dalam hati. Yang
menilai hamba-Nya
menurut apa yang
mampu dilakukan oleh
hamba-Nya dan tidak
lebih dari itu. Yang
menguji manusia
dengan kesusahan dan
nikmat untuk
mengetahui siapa di
kalangan hamba-
hamba-Nya yang
benar-benar berjiwa
hamba dan merasa
bahawa Allah itu
Tuhannya.
semoga dg kisah ini,
kita semua bisa
mengambil hikmah agar
kita tidak menjadi
orang-orang yg
sombong, yg
menjadikan semua amal
kita tidak bernilai sama
sekali di sisi Allah.

Kunci Surga Muslimah

Surga adalah idaman
dan harapan setiap
orang beriman, ia
adalah akhir
perjalanan bagi semua
orang yang taat dan
patuh kepada Allah
Subhanahu waTa'ala
dengan menjalankan
perintahNya dan
menjauhi laranganNya.
Untuk menggapai
surga, maka
pentingnya seseorang
untuk mengetahui kunci
yang dengannya dia
dapat membuka pintu
surga dan masuk ke
dalamnya.
Dalam hal ini,
Rasulullah shallallaahu
'alaih wasallam pernah
menyebutkan kunci
surga yang khusus
disediakan untuk para
wanita yang
kebanyakan kelak
menjadi penghuni
neraka sebagaimana
yang pernah
dinyatakan oleh beliau
juga. Dengan meraih
kunci ini, niscaya dia
tidak termasuk ke
dalam golongan para
wanita penghuni
neraka.
Rasulullah shallallaahu
'alaih wasallam telah
merangkum kunci
surga muslimah dalam
empat perkara, dari
Abdurrahman bin Auf
berkata, Rasulullah
shallallaahu 'alaih
wasallam bersabda,
"Jika seorang wanita
menjaga shalat lima
waktu, berpuasa pada
bulannya, menjaga
kehormatannya dan
menaati suaminya,
niscaya dia masuk
surga dari pintu mana
saja yang dia
inginkan." (HR. Ahmad
nomor 1661, hadits
hasan lighairihi).
Satu hal yang terpetik
dari sabda Nabi
shallallaahu 'alaih
wasallam di atas
adalah bahwa beliau
hanya menyebutkan
perkara-perkara yang
masuk ke dalam
jangkauan seorang
muslimah, di mana
seorang muslimah
mampu
melaksanakannya
tanpa bergantung
kepada orang lain atau
bergantung kepada
suaminya, di sini
Rasulullah shallallaahu
'alaih wasallam tidak
menyinggung,
misalnya, haji, karena
pelaksanaan ibadah ini
oleh seorang muslimah
bergantung kepada
suatu perkara yang
mungkin tidak
dimilikinya, seperti
tersedianya bekal haji
atau tersedianya
mahram, di sini
Rasulullah shallallaahu
'alaih wasallam juga
tidak menyinggung
zakat, karena
perkaranya kembali
kepada kepemilikan
harta dan pada
umumnya ia berada di
tangan kaum laki-laki,
karena harta adalah
hasil bekerja dan yang
bekerja pada
dasarnya adalah kaum
laki-laki.
Kunci pertama,
menjaga shalat lima
waktu
Shalat adalah ibadah
teragung, hadir
setelah ikrar dua
kalimat syahadat,
satu-satunya ibadah
yang tidak menerima
alasan 'tidak mampu',
wajib dikerjakan dalam
keadaan apa pun
selama hayat masih
dikandung badan dan
akal masih bekerja
dengan baik, pembatas
antara seseorang
dengan kekufuran dan
kesyirikan, tidak heran
jika suatu ibadah
dengan kedudukan
seperti ini merupakan
salah satu kunci surga.
Jika menjaga shalat
adalah kunci surga,
maka sebaliknya
menyia-nyiakannya
adalah gerbang
neraka, ketika para
pendosa dicampakkan
ke dalam neraka,
mereka ditanya, apa
yang membuat kalian
tersungkur ke dalam
neraka? Mereka
menyebutkan rentetan
dosa-dosa yang
diawali dengan
meninggalkan shalat.
Allah Subhanahu
waTa'ala berfirman,
artinya, "Apakah yang
memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?'
Mereka menjawab,
'Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang
yang mengerjakan
shalat." (QS.al-
Muddatstsir: 42-43).
dari.....

selanjutnya pada link
berikut:
http://
www.facebook.com/
note.php?
created&&suggest¬e_
id=10150169981755331
semoga bermanfa'at

TIGA PENYELAMAT, PERUSAK, PENINGGI DERAJAT, DAN PENGHAPUS DOSA

Abu Hurairah
radhiyallahu Anhu
berkata bahwa
Rasulullah Sallallahu
Alaihi wa Sallam
bersabda:
"Ada tiga perkara yang
dapat menyelamatkan
manusia (dari siksa
Allah); ada tiga
perkara yang dapat
membinasakan
manusia; ada tiga
perkara yang dapat
meninggikan derajat
manusia; dan ada tiga
perkara yang dapat
menghapus dosa."
Tiga hal yang dapat
menyelamatkan
manusia (dari siksa
Allah) adalah:
Takut kepada Allah
Ta'ala, baik ketika
berada di tempat sepi
maupun ketika berada
di tempat ramai;
Berpola hidup hemat
dan sederhana, baik
saat tidak punya
maupun saat
kecukupan;
Selalu berlaku adil,
baik saat senang
maupun marah.
Tiga hal yang dapat
membinasakan manusia
adalah :
Sangat bakhil;
Senantiasa
memperturutkan hawa
nafsunya; dan
Membanggakan diri
sendiri.
Kriteria sangat bakhil/
kikir ialah tidak mau
menunaikan hak Allah
atau hak orang lain.
Dalam riwayat lain
disebutkan: "Kikir yang
ditaati." Meskipun pada
wataknya manusia itu
kikir, tetapi jika tidak
ditaati tidak akan
membinasakan
pelakunya.
Tiga hal yang dapat
meninggikan derajat
manusia ialah:
Membudayakan ucapan
salam (di kalangan
kaum muslim);
Suka memberi makan
kepada tamu dan
orang yang lapar; dan
Shalat tahajjud pada
tengah malam saat
orang-orang sedang
tidur nyenyak.
Adapun tiga hal yang
dapat menghapuskan
dosa adalah :
Menyempurnakan
wudhu' meskipun cuaca
sangat dingin;
Melangkahkan kaki
untuk melakukan
shalat berjama'ah; dan
Menunggu tibanya
waktu shalat yang
kedua usai
mengerjakan shalat
yang pertama."
Yang dimaksud dengan
adil, baik saat senang
maupun saat marah,
adalah orang yang
yang bersangkutan
tetap berpegang teguh
pada prinsip keadilan
dan tidak mudah
terpengaruh oleh
emosinya, yang
semuanya itu
dilakukannya demi
mengharap ridha Allah
semata.

ISTIQOMAH DALAM CINTA.. ^_^

Matahari menyinari
seisi bumi.. setiap
saat.. setiap waktu..
meski mendung
menghadang kau tetap
bersinar..
Lihatlah bintang
bintang yang tetap
memantulkan sinar
sang matahari ke
segala penjuru bumi..
Dia tanpa pernah
meminta dan terus
memberi..
Ketika malam berganti
siang.. dan siang
berganti malam..
Selalu setia nya
matahari terus
bergerak dengan ritme
nya.. Inilah aku Sang
matahari..
Angin berhembus di
setiap detik.. terus
menyejukan di setiap
waktu..
Tanpa pernah
berhenti.. Dalam
sebuah irama yang
mengalun indah..
terus menerus
berkesinambungan...
Tiada pernah berhenti..
selalu meneduh kan..
Air mengalir dari
sumber nya.. Tanpa
pernah lelah mengalir..
Mengisi di setiap
ruang.. Yang penuh
dengan keteraturan..
Dan ketika jantung
selalu memompa darah
setiap detiknya.. Tanpa
pernah berpikir
sejenak tuk berhenti..
Terus berdetak.. selalu
bejalan
berkesinambungan..
Seperti Udara yang
selalu ada.. yang
setiap waktu untuk di
hela..
Saat nafas yang selalu
keluar masuk dari paru
paru..
Dan ketika darah ini
selalu mengalir
keseluruh tubuh..
Begitu teratur nya..
penuh dengan
harmoni.. Terus
menerus tanpa pernah
berhenti untuk sekian
detik..
Dengarlah ketika
adzan yang terus
berkumandang setiap
lima kali sehari..
Kemudian ketika sholat
lima waktu yang selalu
dijalankan sepanjang
hari..
Dan ketika puasa yang
selalu dijalankan
dengan tertib mulai
fajar sampai matahari
terbenam..
Semua adalah
kesetiaan yang
berkesinambungan..
Dan inilah semua
adalah nyanyian
nyanyian ISTIQOMAH..
Dasar nya sangat
JELAS.. sangatlah
NYATA.. setiap hari
ada di sekitar kita..
yang aku dan kamu
lakukan.. aku dan kamu
jalani.. aku dan kamu
alami.. Dan aku dan
kamu lihat sendiri..
Dalam samudera cinta
ini.. ku kembangkan
layar perahu cintaku..
dan kulakukan
perjalanan ku..
mengarungi samudera
tiada batas.. Tanpa
berhenti.. teratur..
menuju diri mu CAHAYA
CINTA ku..
" Kepada cinta dari
segala cinta yang
kupuja.. yang aku mau..
kulakukan dengan
penuh keteraturan..
kesinambungan tiada
henti.. Aku bergerak
terus menerus...
Karena kutahu.. Ini
ISTIQOMAH CINTA ku
untuk diri mu selalu.. "
" SOPO SING TEMEN
BAKAL TINEMU.. "

Kiat-kiat/Tips Agar Bisa Istikomah

Menengok sejarah
hitam Iblis, tatkala ia
diusir dari surga dalam
keadaan hina dina,
maka ia berkata
sebagaimana
diceritakan oleh Allah
dalam Al-Qur’an, (yang
artinya):
“Iblis berkata: ‘Karena
Engkau (wahai Allah)
telah menghukumku
tersesat, aku benar-
benar akan
(menghalang-halangi)
mereka (yaitu anak
cucu adam) dari jalan-
Mu yang lurus.
Kemudian aku akan
mendatangi mereka
dari depan dan
belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka
dan Engkau tidak akan
mendapatkan
kebanyakan mereka
sebagai orang-orang
yang bersyukur’
(Al-A’raf: 16-17)
Dari ayat yang mulia
ini, dapat kita ketahui
bahwa Iblis dan bala
tentaranya akan
senantiasa berusaha
dengan segenap
tenaganya untuk
menghalangi manusia
dari jalan Allah yang
lurus serta menghiasi
kemaksiatan hingga
tampak indah di mata
manusia. Karena tekat
dan usaha Iblis inilah,
sangat banyak
manusia yang
merasakan dirinya
susah dan berat untuk
istiqamah di jalan Allah.
Di sini akan
disampaikan beberapa
perkara yang dapat
membantu seseorang
untuk tetap istiqamah
di atas jalan Allah
serta selamat dari
belitan tipu daya iblis.
“Sesungguhnya tipu
daya syaitan adalah
lemah.”
(An-Nisa’:76)
Di antara perkara yang
dapat membantu
seseorang untuk
istiqamah adalah
1. Mengikhlaskan niat
saat melakukan
amalan-amalan
ketaatan
Inilah pintu utama,
yaitu pintu yang dapat
mengantarkan
seseorang untuk dapat
istiqamah dalam
hidupnya sehingga ia
dapat berjumpa
dengan Allah dalam
keadaan bahagia.
Allah berfirman (yang
artinya):
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia
mengerjakan amal
yang saleh dan
janganlah ia
mempersekutukan
Tuhannya dengan
seorangpun dalam
melakukan ibadah
kepada-Nya”. (Al-
Kahfi: 110)
Hendaklah seseorang
membersihkan hatinya
dari sifat ingin dipuji
atau tujuan-tijuan
duniawi saat
melakukan amalan-
amalan ketaatan
kepada-Nya. Mungkin
kita dapatkan orang
yang saat berkunjung
dan menginap di rumah
temannya, ia begitu
semangat dalam
membaca Al-Qur’an,
qiyamul lail dan
amalan-amalan
ketaatan lainnya
Namun ketika ia
kembali ke rumahnya,
entah mengapa bacaan
Al-Qur’an tidak
terdengar lagi dari
bibirnya, demikian pula
tidak terdengar lagi
percikan air wudhu di
sepertiga malam yang
terakhir di rumahnya.
Ia telah meninggalkan
amalannya…..Ia tidak
dapat istiqamah dalam
menjalankan amalan-
amalan
ketaatan….Kenapa hal
itu bisa terjadi?
Hendaklah orang
tersebut
mengintrospeksi
dirinya, yaitu apakah
saat ia membaca Al-
Qur’an dan melakukan
qiyamul lail betul-betul
murni untuk Allah
ataukah ada niatan-
niatan lain di balik
ibadahnya? Hanya
Allah kemudian
dirinyalah yang tahu
bisikan hatinya.
Dalam sebuah hadits
disebutkan
ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ
ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ
ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ
ﺇِﻟَّﺎ ﺫِﺭَﺍﻉٌ
ﻓَﻴَﺴْﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ
ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
ﻓَﻴَﺪْﺧُﻠُﻬَﺎ
“Sesungguhnya ada
salah seorang di
antara kalian yang ia
beramal dengan amalan
penduduk surga
sampai-sampai jarak
antara dirinya dengan
surga hanya tinggal
satu jengkal, akan
tetapi taqdir telah
mendahuluinya
sehingga iapun
beramal dengan amalan
penduduk neraka,
akhirnya iapun masuk
ke dalam neraka.” (HR.
Muslim no 4781)
Orang ini adalah orang
yang sangat merugi,
setiap harinya ia
beramal dengan amalan
ketaatan akan tetapi
menjelang ajalnya ia
tutup amalnya dengan
keburukan dan ia pun
menjadi penghuni
neraka. Wal
iyadzubillah.
Orang ini tidak
istiqamah dalam
menjalankan amalan-
amalan ketaatan
sampai akhir hayatnya.
Kenapa bisa demikian?
Apakah rahasianya?
Mungkin saja tatkala ia
beramal, niatnya bukan
untuk Allah akan tetapi
telah tercampuri
dengan tujuan-tujuan
lain walaupun manusia
melihatnya sebagai
sebuah amalan
ketaatan. Namun Allah
yang mengetahui isi
hati para hamba-Nya
tidak meridhai
amalannya tersebut
dan akhirnya Allah
tutup amalannya
dengan amalan
penduduk neraka.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ
ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﺒْﺪُﻭ
ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ
ﻟَﻤِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ
ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Sesungguhnya ada
orang yang beramal
dengan amalan
penduduk surga
sesuai yang tampak/
terlihat oleh manusia,
padahal ia adalah
termasuk penduduk
neraka.” (HR.Bukhori,
no 3885)
lihat selengkapnya di
http://
alashree.wordpress.com/2010/04/05/
istiqamah-ibnu/

Sesungguhnya Cinta Hakiki membawa kepada kebahagiaan abadi

ﺃﺣـﺒـﻚ ﺣـﺒـﺎً ﻟـﻮ ﺗـﺤﺒﻴﻦ
ﻣـﺜـﻠــــــــــــﻪ ﺃﺻـﺎﺑـﻚ ﻣﻦ
ﻭﺟـــﺪﻱ ﻋـﻠـﻰ ﺟـﻨـﻮﻧــﻲ
Aku sungguh
mencintaimu dengan
cinta yang jika kau
merasakan cinta ini
niscaya kau akan gila
karenanya
ﺃﺣـﺒـﻚ ﻛﺎﻟـﺒـﺪﺭ ﺍﻟـﺬﻱ
ﻓـﺎﺽ ﻧـــــﻮﺭﻩ ﻋﻠﻰ ﻓـﻴـﺢ
ﺟـﻨـﺎﺕ ﻭ ﺧـﻀـﺮ ﺗـــــﻼﻝ
aku mencintaimu
laksana bulan yang
cahayanya menerangi
taman nan luas dan
..bukit nan hijau
ﺃﺣـﺒـﻚ ﺣـﺘـﻰ ﻛـﺄﻥ
ﺍﻟـﻬـــــــــــــــــــــﻮﻯ ﺗـﺠـﻤـﻊ
ﻭ ﺍﺭﺗـﺎﺡ ﻓﻲ ﺃﺿـﻠــــــﻌـﻲ
aku mencintaimu..
seakan-akan rasa
cinta berkumpul dan
merasakan ketenangan
,,,di tulang rusukku
ﻓـﻠـﻮ ﻛـﺎﻥ ﻟﻲ ﻗـﻠـﺒـﺎﻥ
ﻋـﺸـﺖ ﺑـﻮﺍﺣــﺪ ﻭ
ﺃﺑـﻘـﻴـﺖ ﻗـﻠـﺒـﺎً ﻓﻲ
ﻫـﻮﺍﻙ ﻳـﻌـﺬﺏ
kalaulah ku memiliki
dua hati.. aku kan
hidup dengan satu
hati.. dan aku sisakan
satu hatinya tertawan
..dengan mencintaimu
ﺳـﺤﺮﺗـﻨﻲ ﺣﺒـﻴـﺒﺘﻲ
ﺑـﺴﻮﺍﺩ ﻋﻴﻮﻧـﻬـــﺎ ﺇﻧـﻤـﺎ
ﺍﻟﺴـﺤـﺮ ﻓﻲ ﺳـﻮﺍﺩ
ﺍﻟـﻌـﻴـــــــــــﻮﻥ
cintaku kau menyihirku
dengan hitam matamu..
sesungguhnya sihir itu
ada pada hitamnya
..mata
ﻧﻘﻞ ﻓﺆﺍﺩﻙ ﺣﻴﺚ ﺷﺌﺖ
ﻣﻦ ﺍﻟﻬــــــــــﻮﻯ ﻣﺎ ﺍﻟــﺤـﺐ
ﺇﻻ ﻟـﻠـﺤـﺒـﻴــــــــــﺐ ﺍﻷﻭﻝ
palingkanlah hatimu
kepada siapa saja
yang kau cinta..
tidaklah cinta kecuali
kembali kepada cinta
yang pertama..
janganlah kau
berdusta atas nama
cinta.. lalu kau
lampiaskan cinta
dengan syahwatmu..
jagalah hati dengan
cinta Nya.. karena
betapapun kita
memalingkan hati,
hanya kepada Nya lah
kita kembali.. dan
hanya Ia lah cinta Nya
abadi..
kecantikan yang
mempesonamu.. apalah
artinya jika hanya
menyesatkanmu..
jangan tertipu dengan
bisik godaannya..
betapa banyak orang
yang mengaku patah
hati.. padahal cinta
belum lah halal
baginya.. lalu
merenunglah ia dan
menangisinya.. sudikah
ia menangisi
maksiatnya karena
enggan menjauh
darinya??
sesungguhnya cinta
hakiki membawa
kepada kebahagiaan
abadi.. raihlah cinta
yang berpahala.. cinta
yang suci di atas
perjanjian yang kuat..
Ia menggambarkannya
sebagai “mitsaqon
gholidzho”
“…Dan mereka (isteri-
isterimu) telah
mengambil dari kamu
perjanjian yang
kuat.” (An-Nisa: 21)
-allahummaghfirlii maa
qoddamtu wa maa akh-
khort

BERKELUH KESAH

Setiap tujuan tak
pernah lepas dari
proses yang
mengawalinya.
Terkadang proses itu
begitu memberatkan,
menyulitkan, dan
melelahkan. Dalam
keadaan seperti ini,
biasanya manusia
cenderung berkeluh
kesah dan tidak sabar.
Hal ini telah dijelaskan
oleh Allah dalam
Alquran,
''Sesungguhnya
manusia diciptakan
dalam keadaan
berkeluh kesah lagi
kikir. Apabila ditimpa
kesusahan ia berkeluh
kesah. Dan apabila
mendapat kebaikan ia
amat kikir.'' (QS Al-
Ma'arij : 19-21).
Berkeluh kesah adalah
sifat buruk yang tidak
pantas dimiliki oleh
seorang Muslim. Keluh
kesah hanya akan
memperberat langkah.
Sebaliknya,
memandang setiap
hambatan dengan
optimistis akan
meringankan langkah.
Allah telah menegaskan
bahwa di balik setiap
kesulitan yang
dirasakan akan selalu
ada kemudahan (QS
Alam Nasyrah : 5-6).
Bahkan, hal ini
disebutkan dua kali
secara berturut-turut
dalam surah yang
sama.
Selain itu, Rasulullah
SAW juga menjanjikan
pahala bagi mereka
yang mau dan ikhlas
bersusah payah untuk
kebaikan. Dalam
sebuah hadis
disebutkan bahwa ada
seorang laki-laki yang
tinggal amat jauh dari
masjid. Namun, ia tak
pernah sekalipun
melewatkan shalat
jamaah bersama
Rasulullah di masjid itu.
Meskipun ia harus
berjalan kaki
menempuh jarak yang
cukup jauh, siang dan
malam.
Para sahabat merasa
kasihan melihatnya
seperti itu setiap hari.
Mereka mencoba
memberikan solusi
dengan menyarankan
padanya untuk membeli
seekor keledai. Laki-
laki itu menjawab, ''Aku
ingin Allah mencatat
setiap langkahku
ketika berangkat ke
masjid, dan ketika
kembali ke rumah.''
Rasulullah SAW yang
mendengar hal itu
berkata, ''Allah telah
mengumpulkan semua
kebaikan yang kau
inginkan itu
untukmu.'' (HR Muslim)
Sudah selayaknya kita
meminimalkan keluh
kesah. Karena, sesuai
janji Allah, sesudah
kesulitan selalu ada
kemudahan, apalagi
bila kita bersungguh-
sungguh mengerjakan
setiap urusan kita.
Wallahu 'alam
bishshawab.

IMAN DAN TAKWA

Iman dapat membentuk
orang jadi bertakwa
IMAN dan takwa harus
dimiliki oleh setiap
hamba Allah SWT yang
ingin mendapatkan
kebahagiaan. Dan,
kebahagiaan itu jangan
hanya di dunia, tetapi
yang paling utama
adalah kebahagiaan di
akhirat. Sebab itu,
orang harus beriman.
Iman adalah wujud
rasa percaya yang
dibenarkan oleh hati
dan diucapkan lisan,
serta ditunjukkan
dalam amal perbuatan.
Iman kepada Allah SWT
artinya meyakini dan
membenarkan adanya
Allah SWT, satu-
satunya pencipta dan
pemelihara alam
semesta dengan
segala kesempurnaan-
Nya. Iman adalah dasar
setiap hamba Allah
SWT dalam memeluk
agama. Dengan
keimananlah setiap
orang dapat melakukan
yang diperintahkan
dan dilarang agamanya
atau dengan kata lain
iman dapat membentuk
orang jadi bertakwa.
Dalam surat Al-
Baqarah 165 dikatakan
orang beriman adalah
orang yang amat cinta
kepada Allah SWT.
Sebagai hamba-Nya
yang benar-benar
mencintai-Nya maka
arus memiliki keimanan.
Keimanan juga
merupakan pondasi
yang menopang setiap
tindakan dalam
menjalankan aturan
Allah SWT. Iman juga
tidak hanya sebatas
percaya, melainkan
keyakinan yang
mendorong seorang
muslim berbuat amal
sholeh.
Orang yang beriman
memiliki ciri-ciri antara
lain: jika disebut nama
Allah SWT maka
hatinya akan bergetar;
senantiasa tawakal;
tertib dalam
melaksanakan sholat,
dan selalu
melaksanakan
perintah-Nya. Bila
mendapatkan rizki
selalu menafkahkannya
di jalan Allah;
menghindari perkataan
yang tidak bermanfaat;
memelihara amanah,
dan menepati janji.
Banyak sekali manfaat
dan pengaruh iman
pada kehidupan
manusia. Iman akan
melenyapkan
kepercayaan kepada
kekuasaan benda (hal2
mistik), iman
menanamkan semangat
berani menghadapi
maut, iman memberikan
ketentraman jiwa, iman
melahirkan sikap
ikhlas, dan konsekuen.
Sedangkan takwa
dapat diartikan sikap
memelihara keimanan
yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran
agama Islam secara
utuh dan konsisten
“Sebagai umat Islam,
kita harus
meningkatkan mutu
keimanan dan
ketakwaan kepada
Allah SWT agar
mendapat
ketenteraman lahir dan
batin."
Takwa berasal dari
kata waqa, yaqi ,
wiqayah, yang berarti
takut, menjaga,
memelihara dan
melindungi.
Karakteristik orang-
orang yang bertakwa,
secara umum dapat
dikelompokkan kedalam
lima kategori atau
indikator ketakwaan.
Pertama, iman kepada
Allah; para malaikat;
kitab-kitab dan para
nabi. Dengan kata lain,
instrumen ketakwaan
yang pertama ini dapat
dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
Kedua, mengeluarkan
hartanya kepada
kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin,
orang-orang yang
terputus di perjalanan,
orang-orang yang
tidak memiliki
kemampuan untuk
memenuhi kewajiban
dalam memerdekakan
hamba sahaya.
Indikator takwa yang
kedua ini, dapat
disingkat dengan
mencintai sesama umat
manusia yang
diwujudkan melalui
kesanggupan
mengorbankan harta.
Ketiga, mendirikan
sholat dan menunaikan
zakat, atau dengan
kata lain, memelihara
ibadah formal.
Keempat, menepati
janji, yang dalam
pengertian lain adalah
memelihara kehormatan
diri. Kelima, sabar di
saat sedang
kesusahan, atau
memiliki semangat
perjuangan.
Seseorang yang
bertakwa adalah orang
yang menyerahkan
dirinya kepada Allah
SWT dan selalu
menjaga hubungan
dengan-Nya setiap
saat. Ini akan menjadi
kendali diri sehingga
dapat menghindar dari
kejahatan dan
kemungkaran. Inti
ketakwaan adalah
melaksanakan perintah
Allah SWT dan
menjauhi larangannya.
Hubungan dengan Allah
SWT menjadi dasar
bagi hubungan dengan
sesama manusia.
Orang yang bertakwa
akan dapat dilihat dari
peranannya di tengah-
tengah masyarakat.
Sikap takwa tercermin
dalam bentuk
kesediaan untuk
menolong orang lain,
melindungi yang lemah
dan berpihak pada
kebenaran dan
keadilan. Karena itu,
orang yang takwa
akan menjadi motor
penggerak gotong
royong dan kerja sama
dalam segala bentuk
kebaikan dan
kebajikan.
Allah SWT
menjabarkan ciri-ciri
orang yang bertakwa
dengan ciri-ciri
perilaku yang
berimbang antara
pengabdian formal
kepada Allah SWT dan
hubungan sesama
manusia. Pada surat
Al-Baqarah ayat 177,
dijelaskan, orang
bertakwa itu ialah
orang-orang yang
beriman kepada Allah
SWT, malaikat-malaikat
dan kitab-kitab Allah.
Aspek-aspek tersebut
merupakan dasar
keyakinan yang dimiliki
orang yang takwa dan
dasar hubungan
dengan Allah SWT
dalam bentuk ubudiah.
Selanjutnya Allah SWT
menggambarkan
hubungan
kemanusiaan, yaitu
mengeluarkan harta,
dan orang-orang yang
menepati janji.

Jumat, 01 Juli 2011

Bersyukurlah maka hidup terasa indah...

Bersyukurlah bahwa
kamu belum siap
memiliki segala sesuatu
yang kamu inginkan...
Seandainya sudah,
apalagi yang harus
diinginkan?
Bersyukurlah apabila
kamu tidak tahu
sesuatu, karena itu
memberimu kesempatan
untuk belajar...
Bersyukurlah untuk
masa-masa sulit,krn di
masa itulah kamu
bertumbuh...
Bersyuku...rlah untuk
keterbatasanmu,
karena itu memberimu
kesempatan untuk
berkembang...
Bersyukurlah untuk
setiap tantangan baru,
karena itu akan
membangun kekuatan
dan karaktermu....
Bersyukurlah untuk
kesalahan yang kamu
buat, itu akan
mengajarkan pelajaran
yang berharga...
Bersyukurlah bila kamu
lelah dan letih, karena
itu berarti kamu telah
membuat suatu
perbedaan...
Mungkin mudah untuk
kita bersyukur akan
hal-hal yang baik ...
Hidup yang
berkelimpahan datang
pada mereka yang
juga bersyukur akan
masa yang surut...
Rasa syukur dapat
mengubahkan hal yang
negatif menjadi
positif....
Temukan cara untuk
bersyukur akan
masalah-masalahmu
dan semua itu akan
menjadi berkah bagimu
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺍﻟﻐﻨﻲ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ
ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺍﻟﻔﺘﺎﺡ

SABAR

Kesabaran
Sebagaimana
Digambarkan Dalam
Hadits.
Sebagaimana dalam al-
Qur'an,
dalam hadits juga
banyak sekali
sabda-sabda
Rasulullah SAW
yang menggambarkan
mengenai
kesabaran. Dalam kitab
Riyadhus
Shalihin, Imam Nawawi
mencantumkan 29
hadits yang
bertemakan sabar.
Secara garis
besar, hadits-hadits
tersebut
menggambarkan
kesabaran
sebagai berikut;
1. Kesabaran
merupakan "dhiya'
" (cahaya yang amat
terang).
Karena dengan
kesabaran inilah,
seseorang akan
mampu
menyingkap kegelapan.
Rasulullah SAW
mengungkapkan,
"… dan kesabaran
merupakan
cahaya yang
terang…" (HR.
Muslim)
2. Kesabaran
merupakan sesuatu
yang perlu diusahakan
dan
dilatih secara optimal.
Rasulullah
SAW pernah
menggambarkan:
"… barang siapa yang
mensabar-
sabarkan diri
(berusaha untuk
sabar), maka Allah
akan
menjadikannya
seorang yang
sabar …" (HR. Bukhari)
3. Kesabaran
merupakan
anugrah Allah yang
paling baik.
Rasulullah SAW
mengatakan, "…
dan tidaklah
seseorang itu diberi
sesuatu yang lebih
baik dan
lebih lapang daripada
kesabaran." (Muttafaqun
Alaih)
4. Kesabaran
merupakan salah
satu sifat sekaligus ciri
orang
mu'min, sebagaimana
hadits
yang terdapat pada
muqadimah;
"Sungguh menakjubkan
perkara
orang yang beriman,
karena
segala perkaranya
adalah baik.
Jika ia mendapatkan
kenikmatan,
ia bersyukur karena
(ia
mengatahui) bahwa hal
tersebut
adalah memang baik
baginya.
Dan jika ia tertimpa
musibah
atau kesulitan, ia
bersabar
karena (ia mengetahui)
bahwa
hal tersebut adalah
baik
baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang
sabar akan
mendapatkan pahala
surga.
Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari
Anas bin
Malik ra berkata,
bahwa aku
mendengar Rasulullah
SAW
bersabda,
Sesungguhnya Allah
berfirman, "Apabila Aku
menguji
hamba-Ku dengan
kedua
matanya, kemudian
diabersabar,
maka aku gantikan
surga
baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan
sifat para
nabi. Ibnu Mas'ud dalam
sebuah
riwayat pernah
mengatakan:
Dari Abdullan bin
Mas'ud
berkata"Seakan-akan
aku
memandang Rasulullah
SAW
menceritakan salah
seorang
nabi, yang dipukuli
oleh
kaumnya hingga
berdarah,
kemudia ia mengusap
darah dari
wajahnya seraya
berkata, 'Ya
Allah ampunilah dosa
kaumku,
karena sesungguhnya
mereka
tidak mengetahui." (HR.
Bukhari)
7. Kesabaran
merupakan ciri
orang yang kuat.
Rasulullah SAW
pernah
menggambarkan dalam
sebuah hadits; Dari
Abu Hurairah
ra berkata, bahwa
Rasulullah
SAW bersabda,"Orang
yang kuat
bukanlah yang pandai
bergulat,
namun orang yang
kuat adalah
orang yang memiliki
jiwanya
ketika marah." (HR.
Bukhari)
8. Kesabaran dapat
menghapuskan dosa.
Rasulullah
SAW menggambarkan
dalam
sebuah haditsnya; Dari
Abu
Hurairah ra bahwa
Rasulullan
SAW bersabda,
"Tidaklah
seorang muslim
mendapatkan
kelelahan, sakit,
kecemasan,
kesedihan, mara
bahaya dan
juga kesusahan,
hingga duri
yang menusuknya,
melainkan
Allah akan
menghapuskan dosa-
dosanya dengan hal
tersebut." (HR. Bukhari
& Muslim)
9. Kesabaran
merupakan suatu
keharusan, dimana
seseorang
tidak boleh putus asa
hingga ia
menginginkan kematian.
Sekiranya memang
sudah sangat
terpaksa hendaklah ia
berdoa
kepada Allah, agar
Allah
memberikan hal yang
terbaik
baginya; apakah
kehidupan atau
kematian. Rasulullah
SAW
mengatakan; Dari Anas
bin Malik
ra, bahwa Rasulullah
SAW
bersabda, "Janganlah
salah
seorang diantara
kalian
mengangan-angankan
datangnya kematian
karena
musibah yang
menimpanya. Dan
sekiranya ia memang
harus
mengharapkannya,
hendaklah ia
berdoa, 'Ya Allah,
teruskanlah
hidupku ini sekiranya
hidup itu
lebih baik unttukku.
Dan
wafatkanlah aku,
sekiranya itu
lebih baik bagiku." (HR.
Bukhari
Muslim)

Sudah Sabarkah kita?

ﺍﻟﺼَّﺒْﺮُ
ﻛَﺎﻟﺼِّﺒﺮٍ ﻣُﺮٌّ
ﻓِﻰ ﻣَﺬَﺍﻗَﺘِﻪِ *
ﻟَﻜِﻦْ ﻋَﻮَﺍﻗِﺒُﻪُ
ﺍَﺣْﻠﻰَ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﻌَﺴَﻞِ
“ rasa dari kesabaran
sangatlah pahit
bagaikan simalakama,
namun akibat
kesabaran lebih manis
daripada madu...”
Kita diperintah untuk
menjadi seorang
hamba yang sabar:
1.sabar dalam
melaksanakan
keta'atan
2.sabar dalam menjauhi
larangan
3.sabar dalam
menghadapi bala' ujian
namun saat kita
melakukan kesabaran
itu, kita serasa
menelan buah yang
sangat pahit sekali.
Karena sabar itu
“menyakitkan” dan
mungkin sangat sukar
untuk dilakukan. Akan
tetapi, jika kita telah
menelan pahitnya
kesabaran itu, kita
akan mendapatkan
buah yang sangat
manis daripada
manisnya madu. Yaitu
buah yang kita peroleh
setelah kita melakukan
kesabaran.
Ingatlah, bila kita mau
bersabar
melaksanakan
keta'atan, menjauhi
larangan dan
menghadapi bala' ujian,
maka balasan yang
kita peroleh adalah
surga. Dan
sesungguhnya, akibat
terbaik dari suatu
perbuatan bukanlah
akibat baik yang kita
peroleh didunia,
melaikankan akibat
baik yang kita peroleh
kelak di akhirat

Kamis, 30 Juni 2011

DALIL-DALIL TAHLILAN

Tahli-anl berasal dari
kata hallala, yuhallilu,
tahlilan, artinya
membacakan kalimat La
Ilaha Illallah. Seperti
yang tertera dalam
Lisanul ’Arab bagi Ibnu
Mandzur Al-Ifriqy juz
XIII sebagai berikut:
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﺍﻟﺘﻬﻠﻴﻞ ﻗﻮﻝ
ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ
”Telah berkata Allaits :
arti Tahlil adalah
mengucapkan
ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ
ﺍﻟﻠﻪ
Dan yang perlu kita
ketahui adalah semua
rangkaian kalimat yang
ada dalam Tahlil diambil
dari ayat-ayat al-
Qur’an dan Hadits Nabi
yang pahalanya
dihadiahkan untuk si
mayit.
Tahil ini dijalankan
berdasar pada dalil-
dalil.
Dalil yang pertama, (Al-
Tahqiqat, juz III. Sunan
an-Nasa’i, juz II)
ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻣﻦ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻴﺖ
ﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺫﻛﺮﺍﺳﺘﻮﺟﺐ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ . ﺭﻭﺍﻩ
ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ
ﻋﺒﺎﺱ
“Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
Barang siapa menolong
mayit dengan
membacakan ayat-ayat
al-Qur’an dan dzikir,
maka Allah memastikan
surga baginya.”
(HR. ad-Darimy dan
Nasa’I dari Ibnu Abbas)
Dalil yang kedua,
(Tanqih al-Qaul)
ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ :
ﺗﺼﺪﻗﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ
ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ
ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻟﻮﺑﺸﺮﺑﺔ
ﻣﺎﺀﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻘﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻰ
ﺫﻟﻚ ﻓﺒﺄﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﺍ
ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻓﺎﺩﻋﻮﺍ
ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ
ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺪﻛﻢ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ
“Dan dari Rasulullah
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
,
bahwa sesungguhnya
Rasul bersabda :
Bersedekahlah kalian
untuk diri kalian dan
orang-orang yang
telah mati dari
keluarga kalian walau
hanya air seteguk. Jika
kalian tak mampu
dengan itu,
bersedekahlah dengan
ayat-ayat al-Qur’an.
Jika kalian tidak
mengerti al-Qur’an,
berdo’alah untuk
mereka dengan
memintakan ampunan
dan rahmat. Sungguh,
Allah ﺗﻌﺎﻟﻰ telah
berjanji akan
mengabulkan do’a
kalian.”
Dalil yang ketiga, (Kasy
a-Syubhat li as-Syaikh
Mahmud Hasan Rabi)
( ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ( ﻓﻰ ﺷﺮﺡ
ﺍﻟﻤﻬﺬﺑﻰ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻳﻌﻨﻰ
ﻟﺰﺍﺋﺮ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃ
ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻣﺎ
ﺗﻴﺴﺮﻭﻳﺪﻋﻮﻟﻬﻢ ﻋﻘﺒﻬﺎ
ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ
ﻭﺍﺗﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ
“Dalam Syarah al-
Muhamdzdzab Imam
an-Nawawi berkata:
Adalah disukai seorang
berzirah kepada orang
mati lalu membaca
ayat-ayat al-Qur’an
sekedarnya dan
berdo’a untuknya.
Keterangan ini diambil
dari teks Imam Syafi’I
dan disepakati oleh
para ulama yang
lainnya.”
Dalil ke empat,
ﺇﻗﺮﺀﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﻳﺴﻰ
) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺣﻤﺪ ﻭﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ
ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ
ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ
)
“Bacalah atas orang-
orangmu yang telah
mati, akan Surat
Yasin.”
(HR. Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, dan
Alhakim)
Dalil ke lima, (Fathul
mu’in pada Hamisy
I’anatuttholibin, juz III)
ﻭﻗﺪ ﻧﺺ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ
ﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﻧﺪﺏ
ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮ
ﻋﻨﺪﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻘﺒﻬﺎ
ﺍﻯ ﻻﻧﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﺭﺟﻰ
ﻟﻼﺟﺎﺑﺔ ﻭﻻﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺗﻨﺎﻟﻪ
ﺑﺮﻛﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻛﺎﻟﺤﻲ
ﺍﻟﺤﺎﺿﺮ
“Dan telah menyatakan
oleh Assyafi’I dan
Ashabnya atas sunnat
membaca apa yang
mudah di sisi mayit,
dan berdo’a
sesudahnya, artinya
karena bahwasanya
ketika itu lebih
diharapkan
keterimanya, dan
karena bahwa mayyit
itu mendapatkan
barokah qira’ah
seperti orang hidup
yang hadir.”
Dan dalil-dalil lain yang
belum disebutkan.
Wallahu yahdi ila
sawaissabil.

Puncak Iman

Kamu takkan pernah
sanggup mendaki
sampai ke puncak
gunung iman, kecuali
dengan satu kata:
cinta. Imanmu hanyalah
kumpulan keyakinan
semu dan beku, tanpa
nyawa tanpa gerak,
tanpa daya hidup
tanpa daya cipta.
Kecuali ketika ruh cinta
menyentuhnya.
Seketika ia hidup,
bergeliat, bergerak
tanpa henti, penuh
vitalitas, penuh daya
cipta, bertarung dan
mengalahkan diri
sendiri, angkara murka
atau syahwat.
Iman itu laut, cintalah
ombaknya.
Iman itu api, cintalah
panasnya.
Iman itu angin, cintalah
badainya.
Iman itu salju, cintalah
dinginnya.
Iman itu sungai,
cintalah arusnya.
Seperti itulah cinta
bekerja ketika kamu
harus memenangkan
Allah atas dirimu
sendiri, atau bekerja
dalam diri pemuda ahli
ibadah itu. Kejadiaanya
diriwayatkan Al
Mubarrid dari Abu
Kamil, dari Ishak bin
Ibrahim dari Raja' bin
Amr Al Nakha'i.
Seorang pemuda Kufa
yang terkenal ahli
ibadah suatu saat
jatuh cinta dan tergila-
gila pada seorang
gadis. Cintanya
berbalas. Gadis iru
sama gilanya. Bahkan
ketika lamaran sang
pemuda ditolak karena
sang gadis telah
dijodohkan dengan
saudara sepupunya,
mereka tetap nekat,
ternyata. Gadis itu
bahkan menggoda
kekasihnya, "Aku
datang padamu, atau
kuantar cara supaya
kamu bisa menyelinap
ke rumahku". Itu jelas
jalan sahwat.
"Tidak! Aku menolak
kedua pilihan itu. Aku
takut pada neraka
yang nyalanya tak
pernah padam!" Itu
jawaban sang pemuda
yang menghentak sang
gadis. Pemuda itu
memenangkan iman
atas syahwatnya
dengan kekuatan cinta.
"Jadi dia masih takut
pada Allah?" Gumam
sang gadis. Seketika ia
tersadar, dan dunia
tiba-tiba jadi kerdil di
matanya. Ia pun
bertaubat dan
kemudian mewakafkan
dirinya untuk ibadah.
Tapi cintanya pada
sang pemuda tidak
mati. Cintanya berubah
jadi rindu yang
menggelora dalam jiwa
dan doa-doanya.
Tubuhnya luluh lantak
didera rindu. Ia mati,
akhirnya.
Sang pemuda
terhenyak. Itu mimpi
buruk. Gadisnya telah
pergi membawa semua
cintanya. Maka
kuburan sang gadislah
tempat ia mencurahkan
rindu dan doa-doanya.
Sampai suatu saat ia
tertidur di atas
kuburan gadisnya.
Tiba-tiba sang gadis
hadir dalam tidurnya.
Cantik. Sangat cantik.
"Apa kabar?
Bagaimana keadaanmu
setelah kepergianku,"
tanya sang gadis.
"Baik-baik saja. Kamu
sendiri disana
bagaimana," jawabnya
sambil balik bertanya.
"Aku disini, dalam
surga abadi, dalam
nikmat dan hidup tanpa
akhir," jawab
gadisnya. "Doakan aku.
Jangan pernah lupa
padaku. Aku selalu
ingat padamu. Kapan
aku bisa bertemu
denganmu," tanya
sang pemuda lagi. "Aku
juga tidak pernah lupa
padamu. Aku selalu
berdoa kepada Allah
menyatukan kita di
surga. Teruslah
beribadah. Sebentar
lagi kamu akan
menyusulku," jawab
sang gadis. Hanya
tujuh malam setelah
mimpi itu, sang pemuda
pun menemui ajalnya.
Atas nama cinta ia
memenangkan Allah
atas dirinya sendiri,
memenangkan iman
atas syahwatnya
sendiri. Atas nama
cinta pula Allah
mempertemukan
mereka. Cinta selalu
bekerja dengan cara
itu.

Ibadah Paling Mudah

Kita pasti tahu, bahwa
tujuan asal penciptaan
kita adalah tiada lain
kecuali untuk
beribadah
(Q.S.addzariyaat 56).
Sudah seyogyanya
apabila semua langkah
kita, gerak tubuh kita,
kedipan mata kita,
pertarikan nafas kita,
sampai perdetak
jantung kita harus
bernilai ibadah.
Seharusnya juga tidak
satu detikpun diri kita
luput dari prosesi
pelaksanaan ibadah
itu.
Itu seharusnya, tapi
pada kenyataannya?
Berapakah waktu yang
di sana mencakup
semua gerak-gerik
kita, tindak tanduk kita
yang terbuang?
Tercampakkan sia-sia
tidak bermakna
ibadah? Lalu, mengapa
hal ini terjadi?
Bukankah itu sudah
keluar dari jalur
penghambaan? Tidak
tepat sasaran dengan
(liya'buduuni)?
Kenaifan kita akan hal
ini adalah (salah
satunya) karena
kesalahfahaman kita
dalam memaknai arti
ibadah.
Bagi kita, bila
disebutkan kata
ibadah, maka yang
terilustrasikan dibenak
kita seketika itu juga
adalah hanya sholat di
mesjid, puasa
romadhon, zakat
(fitrah lagi), dan haji,
itu saja.
Sehingga tanpa sadar
kita mempersempit arti
ibadah yang
seharusnya luas
mencakup semua gerak
kita, permilimeter.
Padahal sholat 5 waktu
dan sejenisnya yang
tergambar dibenak kita
tadi adalah baru
"ibadah protokoler"
yang memang wajib
kita lakukan.
Nah, di sana masih ada
"ibadah extra" yang
mungkin jarang kita
lakukan, semacan
dhuha, tahajjud,
shodaqoh, puasa
sunnah, umroh, dan
lain-lain.
Bahkan masih ada
"ibadah non formal"
semacam dzikir sirri,
sholawat, menata hati
dan niat (masuk dalam
hal ini,kerja,jika diniati
untuk ibadah,maka jadi
ibadah),dan
seterusnya.
Nah, salah satu ibadah
non formal yang
sangat jarang kita
lakukan, padahal
ibadah yang ini paling
santai dan ringan,
adalah MERENUNG,
atau kontemplasi atau
tafakkur.
Sekarang, seringkah
kita merenung akan
birunya langit?
Hijaunya daun?
Semilirnya angin?
Segarnya air? Asinnya
garam? Manisnya gula?
Bahkan gurihnya
buntut ikan mujair
goreng? Atau kenapa
lombok berwarna
merah, tidak biru muda
saja?
Pernahkah hati kita
tergetar setelah
melihat barisan pohon
yang berjejer di tepi
jalan? Indahnya
temaram bulan
purnama? Dinginnya
malam? Atau ketika
naik perahu, kok
nggak tenggelam?
Pernahkah bibir kita
terucap kata
(Subhanallah) setelah
melihat lantas
memikirkan keajaiban-
keajaiban itu?
Merasakan sebuah
ketenangan yang luar
biasa, berdesir di
sanubari kita setelah
meresapi semua itu?
Merasakan kedamaian
yang tiada banding?
Takjub atas semua itu
dengan sebuah
finishing touch bahwa
semua ini Ada Yang
Menciptakan?
Seandainya sekali saja
hal itu terlintas di
benak kita, niscaya
kedamaian akan
memeluk kita. Apalagi
jika kita
membiasakannya.
Merenung, itulah salah
satu ibadah besar
yang kerap kita
lupakan. Berapa ayat
dalam al-quran yang
menganjurkan kita
untuk bertafakkur,
tetapi kita hanya
melewatinya saja tanpa
melaksanakannya.
Sudah saatnya bagi
kita menuju proses
wushul ilallah melalui
jalan ini. Karena
sebenarnya, tafakkur
inilah ibadah non
formal terbesar, inilah
multimedia dzikir sirri,
mengingatNya melalui
ciptaanNya.
Bahkan diceritakan,
ada seorang sahabat
yang mendapat jaminan
surga, karena selalu
merenung setiap
menjelang tidur.
Nah, sekarang,
bagaimana dengan
kita? Jalan terbuka
lebar bagi kita,
siapapun kita,
semenumpuk apapun
dosa kita. Tinggal kita,
mau apa tidak
menempuhnya. Wallahu
a'lam ( *)
Catatan akhir :
bukankah segala
kemajuan teknologi
yang ada sekarang ini
adalah berawal dari
renungan? Kenapa
ibadah ini dengan
begitu baik
dimanfaatkan non
muslim. Sementara kita
yang sejak awal
disediakan media ini
tak mampu
memanfaatkannya?
Layak kita renungkan
lagi :-)

Rabu, 29 Juni 2011

Tanda-Tanda berilmu yang Bermanfaat

Dalam kitab "Bidayatus
Salikin", al-Imam Abdus
Shomad al-Balibbani
menerangkan:
7 ciri-ciri ilmu yang
bermanfaat (ilmu
apapun itu)
adalah,apabila ilmu itu
dipelajari maka..:
1) semakin membuat
kita takut kepada
ALLAH
2) membuat kita
semakin mampu melihat
kesalahan dalam diri
sendiri.
3) menyebabkan kita
lebih gemar dan
bersemangat dalam
beribadah kepada
ALLAH.
4) membuat kegemaran
kita kepada dunia
semakin berkurang
5) membuat kita lebih
gemar dan terobsesi
kepada kehidupan
akhirat.
6) ilmu tersebut
membuka mata hati
kita.
7) mengantar dan
membuat kita dapat
memahami berbagai
macam tipu daya setan.

pesan rasul kepada ibnu umar

Rasulullah Sallallahu
Alayhi Wasallam
Pernah Berpesan Ke
Abdullah Bin Umar
Radiyallahu Anhuma
Sambil Memangang
Pundak Iparnya Ini :
" Jadilah engkau
didunia ini seperti
orang asing atau
bahkan seperti orang
yang sekedar lewat
( musafir ) ". ( HR . Al-
Bukhari )
Ibnu Baththal
Rahimahullah
Menjelaskan
berkenaan dengan
hadist Ibnu Umar diatas
" dalam hadist ini
terdapat isyarat untuk
mengutamakan sifat
zuhud dalam kehidupan
dunia dan mengambil
perbekalan
secukupnya
sebagaimana musafir
tidak membutuhkan
bekal lebih daripada
apa yang dapat
mengantarkannya
sampai ke tujuan,
demikian pula seorang
mu,min di dunia ini ia
tidak butuh lebih dari
pada apa yang dapat
menyampaikannya ke
tempat akhirat .
Al - Imam An - Nawawi
Rahimahullah Berkata
memberikan penjelasan
terhadap hadist ini "
Janganlah engkau
condong kepada dunia,
jangan engakau
jadikan dunia sebagai
tanah air ( tempat
menetap , dan jangan
pula pernah terbetik di
jiwamu untuk hidup
kekal di dalamnya,
jangan engkau terpaut
kepada dunia kecuali
sekedar terkaitnya
seorang asing pada
selain tanah airnya,
dimana dia ingin
segera tinggalkan
negeri asing tersebut
guna kembali kepada
keluarganya .
Duhai Saudaraku
marilah kita renungkan
nasehat yang
berharga ini , nasehat
dari utusan Allah Yaitu
Rasulullah Sallallahu
Alayhi Wasallam .

Tidurlah Dalam Dekapan Cinta

Malam yang kian larut..
Tak mampu
menghentikan langkah
cintaku..
Sekalipun terpejam
mata ini dalam lelah..
Dalam mimpipun
namamu slalu
menggema…
Sayangku..
Sadarlah bahwa ku
sungguh mencintaimu…
Kumengerti akan
situasi yang tak
mendukung..
Tapi beban yang
kuemban ini akan tetap
ringan..
Selama cinta ini
menjaga dan terus
berada..
Naungan kelelahan itu
kan tetap merasuk..
Jadilah sinar dalam
palungan mimpi..
Dan temuilah aku sang
bidadari..
Agar lika-liku dunia
alam tidur..
Tak menjebak kita
dalam kepalsuan..
Segeralah tidur
sayangku…
Dan nantikanlah nafas
segar esok pagi..
Kan menunggumu
hingga malam lanjut
menjemputmu…
Dalam doa, aku
berbisik akan cinta…
Serta merta ketulusan
yang membahana..
Mampu membawamu
terlelap dalam
indahnya mimpi..

Sebuah Cara untuk Menenangkan Hati

Secara etimologi zikir
berasal dari bahasa
Arab yang berarti
‘menyebut’ atau
‘mengingat’. Dalam
bahasa agama (Islam)
zikir acap kali
didefinisikan dengan
menyebut atau
mengingat Allah dengan
lisan melalui kalimat-
kalimat thayyibah.
Kendatipun zikir sering
disebut-sebut sebagai
upaya mengingat Allah
melalui lisan, namun
sesungguhnya esensi
zikir ada pada
kesadaran penuh akan
pengawasan Allah
dalam segala aspek
kehidupan manusia.
Kesadaran akan
kehadiran dan
pengawasan Allah
inilah yang akan
membuat hidup menjadi
tenang dan tenteram.
Sebab, hidup dalam
pengawasan Allah pasti
mengarahkan
seseorang untuk tampil
humanis, amanah,
disiplin, dan taat
hukum.
Allah berfirman:
“(yaitu) orang-orang
yang beriman lagi hati
mereka menjadi
tenteram dengan
mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati
akan menjadi
tenteram.” (QS Ar-
Ra’du : 28). Maka, zikir
seharusnya tidak
hanya di forum-forum
tertentu, seperti
masjid atau mushala,
tetapi juga harus
melekat saat berbisnis,
bekerja, mengajar,
rapat tertutup maupun
terbuka, dan dalam
semua kesempatan.
Seringkali kita
menemukan dan
bahkan dirasakan
sebagian orang, masih
ada orang yang
gelisah dan gamang
dalam hidupnya,
kendati sudah berzikir.
Imam al-Ghjazali dalam
kitabnya Ihya
‘Ulumuddin
menjelaskan tentang
keajaiban hati (aja’ib
al-qalb).
Ia mengilustrasikan,
jika seseorang sedang
berjalan, lalu ada
anjing yang hendak
mengganggu dan ia
menghardiknya, maka
anjing itu akan segera
pergi. Namun, bila di
sekitarnya banyak
tulang dan daging yang
menjadi makanannya,
maka anjing tersebut
tidak akan pergi
meskipun dihardik
dengan keras.
Kalaupun dia pergi,
paling hanya sebentar
untuk kemudian
mengintai lagi,
menunggu kita lengah
lalu segera kembali.
Melalui ilustrasi
tersebut, al-Ghazali
ingin menjelaskan
bahwa zikir itu ibarat
sebuah hardikan
terhadap setan. Zikir
baru akan efektif,
kalau hati kita bersih
dari makanan setan.
Kalau hati sudah
bersih, maka zikir
akan mampu
menghardik setan.
Sebaliknya, bila hati
dipenuhi dengan
makanan setan, maka
zikir sebanyak apa
pun tidak akan
sanggup mengusir
setan. Bahkan, setan
akan ikut berzikir pula
dalam hati kita. Oleh
sebab itu, tidak ada
pilihan lain, bila ingin
zikir efektif dan
mempunyai kekuatan,
maka kita harus
membersihkan hati dari
segala macam makanan
setan.
Al-Ghazali
menambahkan,
makanan setan menjadi
peluang dan pintu
masuk (madkhal) setan.
Pintu masuknya adalah
segala bentuk penyakit
hati. Dan di antara
akses masuknya setan
yang merupakan
penyakit hati yang
kerap menyerang
manusia adalah al-
hirts. Al-hirts adalah
ambisi atau keinginan
yang sangat rakus,
dan selalu ingin lebih.
Akibatnya, ia menjadi
tuli dan buta mata
hatinya. Dan ia pun
rela melakukan apa
saja.
Oleh: Ahmad Yani
[republika]

Jauhilah Sifat Hasud

Sabda Nabi SAW : Hati-
hati kalian dari sifat
hasud, sungguh hasud
itu dapat `memakan`
(pahala) kebaikan
seperti api yang
melahap kayu bakar.
Sifat hasud adalah
keinginan buruk
terhadap orang lain
yang sedang mendapat
kenikmatan, agar
kenikmatan orang lain
itu menjadi luntur,
hancur atau hilang,
dan dapat beralih
kepada dirinya.
Sifat hasud sering kali
mendorong pemiliknya
untuk berbuat apa
saja, bahkan
menghalalkan segala
cara, demi kehancuran
orang yang dihasudi.
Sering terdengar ada
seorang yang hasud
kepada tetangganya,
entah itu di
perkampungan,
pertokohan,
perkantoran maupun di
pasar dan sebagainya,
yang mana si hasud ini
dalam melancarkan
aksinya sampai
menggunakan bantuan
dukun atau ilmu sihir.
Hal itu dilakukan demi
terpenuhi ambisinya
dalam menjatuhkan
`lawan` yang dihasudi.
Biasanya, cara yang
sering digunakan
dalam memulai aksinya,
adalah menjadikan
sang `lawan` sebagai
bahan pergunjingan,
misalnya dengan cara
mencari-cari
kesalahannya, bahkan
terkadang mengada-
ada serta memberi
bumbu penyedap
omongan.
Jika cara itu dirasa
belum cukup, maka
mulailah melancarkan
serangan fisik sedikit
demi sedikit, hingga
melakukan hal-hal
yang dapat
membahayakan
keselamatan jiwa
`lawannya`, namun
umumnya, dilakukan
secara sembunyi-
sembunyg hingga
susah dilacak
sumbernya.
Jika cara licik ini masih
dianggap kurang
memadai, maka si
hasud tidak segan-
segan menggunakan
ilmu sihir atau meminta
bantuan dukun.
Biasanya, si pelaku
berusaha
menampakkan
kebaikan kepada
orang lain termasuk
kepada `lawannya`,
dengan tujuan agar
kelakuannya tidak
terdeteksi.
Sifat hasud seringkali
bergandengan dengan
sifat dengki.
Sedangkan dengki
adalah perilaku
permusuhan terhadap
orang lain, baik yang
dilakukan secara
sembunyi-sembunyi
maupun terang-
terangan, dengan
tanpa alasan yang
dibenarkan oleh
syariat.
Jadi orang yang
memiliki sifat dengki
dan hasud ini,
termasuk orang yang
berakhlaq buruk.
Menurut Nabi SAW
keburukan sifat dengki
dan hasud, dapat
mengurangi perolehan
pahala dari kebaikan
yang pernah dilakukan
sebelumnya.
Dalam kata mutiara
juga diungkapkan
Alhasuud la yasuud,
orang yang bersifat
hasud itu tidak layak
memimpin. Karena sifat
buruk hasud tersebut
akan menjadi
penyebab perpecahan
dan kehancuran dalam
tubuh anggotanya.
Betapa nistanya sifat
hasud ini. Karena itu
alangkah keliru jika
ada seorang muslim
yang sengaja
`memelihara` dan
`melestarikan` sifat
hasud pada dirinya.
Ada cara bagi seorang
muslim yang ingin
belajar mengendalikan
diri tatkala dirinya
akan diterpa penyakit
hasud. Yaitu
mengamalkan ajaran
Nabi SAW yang
bernama Ghibthah.
Sedangkan maksud
ghibthah adalah
seperti berikut :
Seseorang yang
melihat pihak lain
mendapat kenikmatan,
misalnya mendapat
pekerjaan yang
mapan, lantas orang
tersebut mengatakan
dalam dirinya : Saya
ingin seperti dia, bisa
sukses dalam
pekerjaannya, dan
semoga dia tetap
berjaya bahkan
mendapatkan tambahan
rejeki lebih, dan
mudah-mudahan saya
bisa mendapatkan pula
rejeki seperti yang dia
dapatkan.
Pemilik sifat ghibthah
tidak menginginkan
orang lain yang
dighibthahi menjadi
hancur, bahkan
sebaliknya bisa saja
menjadika mitra kerja
dalam menggapai
kesuksesan bersama,
terlebih jika dinilai
dapat saling mengisi
dan melengkapi serta
menguntungkan.
Source : http://
www.pejuangislam.com/
main.php?
prm=karya&var=detail&id=231

Sufi dan Tasawwuf yang sebenarnya

Dalam sedikit
petualanganku di dunia
maya,ada satu
fenomena yang cukup
menarik perhatianku.
Yaitu,sedikit kesalah
fahaman,atau salah
informasi tentang apa
itu sufi dan tasawwuf
yang dialami sebagian
sahabat.
Dan aku
yakin,fenomena
ini,seperti gunung
es,yang tampak di
permukaan hanya
sedikit,tapi yang tak
nampak,begitu besar.
Banyak yang
bertanya,apa sih
tasawwuf itu? Apa sih
sufi itu? Kamu sufi ya?
Aku dengar,katanya
sufi adalah
sesat,aliran yang
membahayakan aqidah.
Katanya sufi itu
asalnya dari india,dan
lain sebagainya dari
hal tentang tasawwuf
dan sufi yang secara
menyedihkan
mengalami pencoreng
morengan makna dan
arti yang sebenarnya.
Ada oknum yang
dengan kebobrokan
hatinya sengaja
berbuat ini untuk
mengkaburkan apa itu
sufi dan tasawwuf di
kalangan masyarakat
umum.
Lalu,apakah sufi dan
tasawwuf sebenarnya?
Tasawwuf pada
dasarnya
adalah,sebuah ilmu dan
tata cara proses
pembenahan dan
pembersihan hati, ilmu
dan tata cara
bagaimana
mendekatkan diri pada
Allah Ta'ala. Juga
tasawwuf adalah,tata
cara bertata krama
dengan akhlak yang
mulia,serta
meninggalkan akhlak
yang tercela.
Ini lah arti dan makna
tasawwuf yang
sebenarnya.
Kalau sufi? Sufi adalah
nama orang yang
melakukan tasawwuf
itu.
Aku dengar,katanya
tasawwuf itu sudah
tidak lagi wajib
melaksanakan syariat.
Ya hoooo?! Tasawwuf/
Hakikat dan Fikih/
Syariat,adalah dua sisi
mata uang yang tak
terpisah. Keduanya
selalu saling terkait.
Memisah salah
satunya,berarti
bencana dalam
kehidupan pelakunya.
Orang bertasawwuf
tapi tak berfiqih,maka
bisa-bisa jadi zindiq
tanpa sadar,karena
tak melakukan syariat
(kayak ada orang yang
dianggap keramat,tapi
ga jumatan,saat
ditanya,kok dia ga
jumatan? Jawab orang
yang tertipu olehnya,
oh,kyai sedang sholat
jumat di
Mekkah,makanya ga
jumatan dengan kalian.
Begonya, Makkah jam
segitu masih jam 8 !!).
Atau Orang berfiqih
saja tanpa
tasawwuf,maka bisa-
bisa jadi fasiq,sebab
tidak ada ketakutan di
hatinya pada Allah,saat
dengan berani-
beraninya dia
memainkan hukum
untuk kepentingan
pribadinya.
Nah,adapun orang
yang menjalankan
syariat sekaligus
bertasawwuf,maka
orang ini akan
mencapai makrifat.
Tahu siapa dan
mengenal
Allah,Tuhannya.
Jadi,orang yang
memvonis bahwa
semua tasawwuf
sesat,maka dia 100%
tidak tahu apa itu
tasawwuf sebenarnya.
Terus terang,nama
tasawwuf rusak
memang salah satunya
juga oleh oknum-
oknum pelaku
tasawwuf sendiri yang
tak memahami syariat
dengan baik, dengan
beranggapan,jika
seseorang telah
mencapai hakikat,maka
bebas dari syariat
(tentu ini adalah tipuan
terbesar dari iblis
yang seketika itu
juga,menendangnya
keluar jauh,dari
syariat,sekaligus
tasawwuf itu sendiri).
Nabi saja sholat
sampai kakinya
bengkak,iya kan?
Jadi,Tasawwuf dan
Fiqih,Hakikat dan
Syariat,adalah dua hal
yang tak pernah
terpisah. Tasawwuf
sendiri,adalah aplikasi
daripada Ihsan. Ini
yang harus difaham.
Abu Yazid al-Busthomi
berkata : jika kamu
melihat seseorang
yang tingkat
keluarbiasaannya
begitu hebat,sampai
dia bisa berjalan di
atas air. Maka jangan
terpukau dulu
olehnya,lihat
bagaimana syariat dia.
Kalau beres,maka ikuti
dia.
Al-Imam Junaid al-
Baghdadi berstatemen :
seseorang yang
mengaku
bertasawwuf,mencapai
tingkat hakikat,tetapi
dia tak hafal al-
Qur'an,tak pernah
belajar hadits,maka
tak bisa dijadikan
panutan dalam hal
tasawwuf ini. Sebab
tasawwuf terikat erat
dengan al-Quran dan
Hadits dan terbangun
dari keduanya.
Maka jika ada orang
mengaku telah
mencapai hakikat,tapi
dia meninggalkan
syariat,maka itu sama
sekali bukan tasawwuf.
Sebab hakikat
sendiri,adalah buah
daripada syariat.
So sebaliknya,jika ada
orang berpegang
teguh pada syariat,tapi
dia tak mencapai
hakikat,maka orang
tersebut masih perlu
mengkoreksi lagi
dirinya,terutama
hatinya.
Semoga catatan
sederhana
ini,memberikan sedikit
gambaran pada
kita,apa itu tasawwuf
yang sebenarnya.
Jangan langsung
mengklaim bahwa
semua yang
bertasawwuf adalah
sesat,kesalahan
sangat besar ini,sebab
tasawwuf lahir sejak
islam ada. Hanya
istilahnya saja yang
muncul belakangan.
Perlu memahami segala
sesuatu dengan
baik,sebelum
memberikan penilaian
akhir. Wallahu a'lam :)

Ingin menjadi kyai

Pada suatu hari terjadi percakapan antara timbul seorang penarik becak dengan seorang kyai.

"Yai.. enak ya kalau
jadi Kyai itu.." kata
Timbul membuka
percakapan kepada
penumpang langganan
becaknya, yang
kebetulan seorang
Kyai yang akan
mengajar disebuah
tempat.
Kyai : " masa sih kang
Timbul ? dari sudut
mana kang Timbul
memandangnya ? "
Timbul : " Lah.. iya Yai..
saya melihatnya dari
sisi IBADAH."
" Seorang Kyai itu
selalu syiar kepada
umat, mengajak umat
mengenal Allah dan
mengajak umat agar
selalu taat sama Allah"
"Khan sama saja Kyai
itu kerjanya melulu
IBADAH.. ya nggak
Yai ?"
Kyai : " Begini kang
Timbul.."
" Allah itu menciptakan
manusia , masing2
sudah ada tugasnya.."
" Tugas Kyai itu
seperti yang kang
Timbul sebutkan tadi..
Ya wajar lah kalau
Kyai itu begitu.."
" Tapi perlu kang
Timbul ketahui.. bahwa
Makna IBADAH itu
sangat luas, tidak
terbatas batas sosok
Kyai , Ulama, Ustad
saja.."
Kang Timbul sambil
mengontel becaknya
menyela " Saya
kepengen banget loh
menjadi seperti Kyai..
supaya Allah itu Ridho
sama saya.."
Kyai : " Sebentar kang
Timbul.. kita menepi
dulu ya.. tuh dibawah
pohon rindang itu.."
Kang Timbul menepikan
becaknya, lalu sang
Kyai mengajak Timbul
untuk duduk di
tanggulan sungai yang
ada pohon ridang
tersebut.
Digandengnya tangan
kang Timbul, dan
diajaknya duduk
disampingnya.
Kang Timbul
merasakan aura
kelembutan yang
memancar dari diri
sang Kyai. Dia
merasakan kedamaian
berada disisi sang Kyai
tersebut.
" Begini loh kang
Timbul.." sambung Kyai
tersebut menyambung
pembicaraan diatas
becak itu..
" Sesuatu itu disebut
IBADAH kepada Allah
harus memenuhi
beberapa kriteria,
bukan dari wujud
jabatan yang
disandang oleh
seseorang"
"PERTAMA, seseorang
itu harus menerima
dahulu TAKDIR ALLAH
atas dirinya yang
sedang
disandangnya.... apa itu
Kyai, TUkang becak,
buruh bangunan,
manajer, direktur
bahkan maling
sekalipun.."
Kang Timbul kaget atas
kata2 terakhir Kyai
tersebut yaitu maling.
"Loh jadi maling kok
harus menerima sih
Yai.."
"Sebentar kang
Timbul.." sahut Kyai
tersebut dengan
kalem..
"saya teruskan dahulu
ya.."
"KEDUA, apabila dia
ingin meningkatkan
taraf hidupnya.. maka
seseorang tersebut
HARUS berusaha masuk
dalam KORIDOR
SYARIAT, tidak
melanggar hukum2
yang Allah yg sudah
tetapkan..
"Misalnya si maling itu..
ya dia harus tobat
untuk kembali ke jalan
yang benar.. Kenapa si
maling harus menerima
TAKDIR-NYA yang
kemaren dia masih jadi
maling ? "
" Karena itu sudah
terjadi... dan nggak
mungkin waktu itu
diputar kembali.. Yang
sudah2 ya sudah,
jangan terpaku kepada
dosa2nya yang
kemaren. Karena kalau
dia kelamaan terpaku
menyesali dosa2nya yg
kemaren, maka dia
tidak akan memulai
perjalanan hidup yang
benar. Sedang hidup
itu kedepan.."
" di Depannya rahmat
dan ampunan Allah
sudah menunggu.. dan
Allah begitu
gembiranya melebihi
gembiranya seseorang
yg kehilangan bekal
dan kudanya ditengah
gurun padang pasir,
lalu tiba2 kuda dan
perbekalan tiba2 ada
kembali dihadapannya..
sampai2 saking
gembiranya orang itu
salah berucap .. Ya
Allah aku itu tuhanmu
dan engkau hambaku.."
" Nah untuk sampeyan,
kang Timbul bisa
sambil jualan air
mineral dan makanan
kecil untuk ditawarkan
kepada penumpang
becaknya kang
Timbul.."
" Ya ya saya mengerti
Yai.. tolong lanjutkan
mengenai Ibadah itu
Yai .."
"KETIGA, sebelum,
sesudah dan antara
keduanya.. sesorang
melakukan ikhtiar dan
usaha maka seseorang
itu HARUS lah
menumbuhkan
KESADARAN dalam JIWA
nya , bahwa ikhtiar
dan usaha itu SEMATA
atas pertolongan dan
anugerah dari NYA..
Laa haula walaa
quwata ila billah.."
" dan yang dimaksud
dng ikhtiar dan usaha
tersebut termasuk
didalamnya
menjalankan kewajiban
Syariat seperti sholat,
puasa, zakat, doa dll "
" Nah apabila ketiga
unsur diatas selalu
dijalaninya dalam
mengarungi takdir
hidupnya.. nggak peduli
dia itu tukang becak
sekalipun maka dimata
Allah dia itu sama saja
dengan seorang Kyai
sekalipun.."
" Bahkan dia bisa lebih
mulia dimata ALLAH
dibandingkan ulama,
ustad, Kyai yang
dakwahnya tapi
terselip keinginan2
untuk SELAIN ALLAH.."
Mata kang Timbul
berbinar-binar
mendengar keterangan
sang Kyai tersebut..
diciumnya tangan Sang
Kyai sambil matanya
begayut linangan
airmata keharuan dan
kerinduan kepada
TUHANnya YANG
BEGITU MAHA
BIJAKSANA..

TEORI BIG BANG DALAM AL QUR'AN

Teori Big Bang
Tercantum Dalam Al-
QuranAllah berfirman :
ﺃَﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺮَ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ
ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ
ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻛَﺎﻧَﺘَﺎ
ﺭَﺗْﻘًﺎ
ﻓَﻔَﺘَﻘْﻨَﺎﻫُﻤَﺎ
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻛُﻞَّ
ﺷَﻲْﺀٍ ﺣَﻲٍّ ﺃَﻓَﻠَﺎ
ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
Artinya : "Dan apakah
orang-orang yang
kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah
mereka tiada juga
beriman?" (QS Al-
Anbiya' : 30)
Kata "ratq" yang di sini
diterjemahkan sebagai
"suatu yang padu"
digunakan untuk
merujuk pada dua zat
berbeda yang
membentuk suatu
kesatuan. Ungkapan
"Kami pisahkan antara
keduanya" adalah
terjemahan kata Arab
"fataqa", dan
bermakna bahwa
sesuatu muncul
menjadi ada melalui
peristiwa pemisahan
atau pemecahan
struktur dari "ratq".
Perkecambahan biji
dan munculnya tunas
dari dalam tanah
adalah salah satu
peristiwa yang
diungkapkan dengan
menggunakan kata ini.
Teori Big Bang
Tercantum Dalam Al-
QuranMarilah kita kaji
ayat ini kembali
berdasarkan
pengetahuan ini. Dalam
ayat tersebut, langit
dan bumi adalah
subyek dari kata sifat
"fatq". Keduanya lalu
terpisah ("fataqa")
satu sama lain.
Menariknya, ketika
mengingat kembali
tahap-tahap awal
peristiwa Big Bang, kita
pahami bahwa satu titik
tunggal berisi seluruh
materi di alam semesta.
Dengan kata lain,
segala sesuatu,
termasuk "langit dan
bumi" yang saat itu
belumlah diciptakan,
juga terkandung dalam
titik tunggal yang
masih berada pada
keadaan "ratq" ini.
Titik tunggal ini
meledak sangat
dahsyat, sehingga
menyebabkan materi-
materi yang
dikandungnya untuk
"fataqa" (terpisah),
dan dalam rangkaian
peristiwa tersebut,
bangunan dan tatanan
keseluruhan alam
semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan
penjelasan ayat
tersebut dengan
berbagai penemuan
ilmiah, akan kita
pahami bahwa
keduanya benar-benar
bersesuaian satu sama
lain. Yang sungguh
menarik lagi,
penemuan-penemuan
ini belumlah terjadi
sebelum abad ke-20.

Didiklah Anak Kalian Untuk Mencintai Agama (oleh habib umar bin Hafidz )

Ini adalah urusan
agama yang
mempengaruhi akhirat
kita. Perhatikanlah
dengan sungguh-
sungguh. Terutama
pendidikan anak-anak,
perhatikanlah ajaran
mana yang mereka
ikuti, mereka sukai dan
mereka teladani.
Masing-masing dari
kalian adalah pemimpin
dan tiap-tiap pemimpin
akan
mempertanggung-
jawabkan apa yang
dipimpinnya.
Didiklah anak-anak
kalian untuk mencintai
agama, mencintai
Rasulullah SAW, dan
kaum sholihin. Didiklah
mereka agar
memperhatikan
perkara Allah SWT,
Rasul-Nya dan hari
kiamat. Serta
bersungguh-sungguh
dalam menyebut Allah
SWT dan menjalankan
ibadah sholat.
Perintahkanlah anak-
anak kalian untuk
sholat ketika
menginjak usia 7
tahun. Ketika usia 10
tahun pukullah mereka
jika meninggalkan
sholat. Dan
bangunkanlah mereka
untuk sholat jika tidur.
Ikutilah agama dan
sunnah Rasulullah
SAW. Berapa banyak
TV yang berada di
rumah-rumah yang
telah merusak dan
menghilangkan iman
kita. Hal itu menjadi
salah satu sebab
seseorang meninggal
dalam keadaan su’ul
khotimah.Seperti
dikisahkan seseorang
yang meninggal ketika
melihat gambar-gambar
yang penuh maksiat di
televisi dalam keadaan
hatinya mati. Dan ia
menjalani sakaratul
maut dengan susah
payah.
Sebaliknya, hati-hati
yang sholih akan
meninggal dalam
keadaan mengingat
para Nabi, Sayyidah
Fatimah, dan Sayyidah
Khadijah, sahabat,
kaum Muhajirin dan
Anshor. Dan kelak
akan dibangkitkan
bersama mereka.
Beberapa orang ketika
sakaratul maut tak
bisa berkata
LailahaillAllah,bahkan
setelah di talqin tiga
kali. Namun mereka
dapat mengucap kata
selain LailahaillAllah
SWT. Ketika
ditanyakan kepada
salah satu mayat di
dalam mimpi, Kenapa
engkau tak bisa
berkata Lailahaillah? Ia
pun menjawab, Yang
mencegah saya
berkata LailahaillAllah
SWT adalah
pandangan-pandangan
haram ketika saya di
dunia. Itulah hal yang
mencegah antara kita
dan Allah SWT
(Lailahaillah).
“Katakanlah kepada
orang laki-laki yang
beriman hendaklah
mereka menahan
pandangannya dan
memelihara
kemaluannya. Yang
demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah
SWT Maha Mengetahui
apa yang mereka
perbuat. (An-Nur : 30)
Dahulu orang-orang
kafir di Indonesia
menutup aurat mereka
karena malu dengan
wanita-wanita muslimat
dan karena haibah
(keagungan) agama.
Sekarang justru
wanita-wanita muslimat
yang ber tabarruj
(memamerkan
kecantikan).
Wahai Allah SWT yang
Maha Penolong,
tolonglah kami! Wahai
Allah SWT yang Maha
Perubah Keadaan,
rubahlah keadaan kami
menjadi lebih baik!
Ajaklah anak-anak
kalian, laki-laki dan
perempuan, kepada
kebaikan dan menuntut
ilmu yang bermanfaat.
Kalian akan menghadap
Allah SWT dengan
wajah seperti apa jika
mendukung anak kalian
pergi ke Amerika! Apa
yang akan mereka
pelajari di Amerika?!
Seberapa besar nilai
yang mereka dapatkan
sepulang dari Amerika
dan cahaya apa yang
mereka bawa? Bahkan
kadang-kadang
mereka pergi tanpa
muhrim!
Wahai yang tak
beradab! Di padang
mahsyar kalian akan
diliputi kegelapan dan
menyesali perbuatan
(mendukung kepergian
itu) sedangkan orang-
orang lain berada
dibawah lindungan
junjungan-junjungan
kita.
Oleh karena itu
kirimlah anak-anak
kalian ke tempat-
tempat belajar agama.
Sehingga iman mereka
menguat dan yakin.
Kirimlah anak-anak
perempuan kalian
bersama muhrim.
Seperti ke Hadramaut.
Bertakwalah kepada
Allah SWT…berapa
lamakah umurmu di
dunia?! Siapakah yang
berada di hati kalian?!
Kalian telah
mengagungi perbuatan,
perkataan, dan ilmu-
ilmu orang kafir!
Sesungguhnya ilmu
Rasulullah SAW (Al-
Mukhtar) lebih agung!
Hidupkanlah pada diri
kami Ilmu Nabi kita
Rasulullah SAW yang
memberi petunjuk dan
jalan kepada Allah
SWT.
Semoga Allah SWT
merubah keadaan
menjadi lebih baik. Dan
masing-masing dari
kalian menjadi qurrot
‘ain (penyejuk
pandangan) Sayyidah
Fatimah az-Zahra dan
dibangkitkan bersama
beliau.
====================================
sumber : http://
ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/
mutiara/habib-umar-
bin-hafidz/didiklah-
anak-kalian-untuk-
mencintai-agama/

**SEGENGGAM GARAM**

Seorang guru sufi
mendatangi seorang
muridnya ketika
wajahnya belakangan
ini selalu tampak
murung.
“Kenapa kau selalu
murung, nak?
Bukankah banyak hal
yang indah di dunia
ini? Kemana perginya
wajah bersyukurmu?”
Sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini
hidup saya penuh
masalah. Sulit bagi
saya untuk tersenyum.
Masalah datang seperti
tak ada habis-
habisnya,” jawab sang
murid muda.
Sang Guru terkekeh.
“Nak, ambil segelas air
dan dua genggam
garam. Bawalah kemari.
Biar kuperbaiki
suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak
pelan tanpa semangat.
Ia laksanakan
permintaan gurunya
itu, lalu kembali lagi
membawa gelas dan
garam sebagaimana
yang diminta.
“Coba ambil
segenggam garam, dan
masukkan ke segelas
air itu,” kata Sang
Guru.”Setelah itu coba
kau minum airnya
sedikit.”
Si murid pun
melakukannya.Wajahnya
kini meringis karena
meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?”
tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi
mual,” jawab si murid
dengan wajah yang
masih meringis.
Sang Guru terkekeh-
kekeh melihat wajah
muridnya yang
meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut
aku.” Sang Guru
membawa muridnya ke
telaga di dekat tempat
mereka.
“Ambil garam yang
tersisa, dan tebarkan
ke telaga.” Si murid
menebarkan
segenggam garam
yang tersisa ke telaga,
tanpa bicara. Rasa asin
di mulutnya belum
hilang. Ia ingin
meludahkan rasa asin
dari mulutnya, tapi tak
dilakukannya. Rasanya
tak sopan meludah di
hadapan guru, begitu
pikirnya.
“Sekarang, coba kau
minum air telaga itu,”
kata Sang Guru sambil
mencari batu yang
cukup datar untuk
didudukinya, tepat di
pinggir telaga.
Si murid menangkupkan
kedua tangannya,
mengambil air telaga,
dan membawanya
kemulutnya lalu
meneguknya. Ketika air
telaga yang dingin dan
segar mengalir
ditenggorokannya,
Sang Guru bertanya
kepadanya,
“Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,”
kata si murid sambil
mengelap bibirnya
dengan punggung
tangannya.
Tentu saja, telaga ini
berasal dari aliran
sumber air di atas
sana . Dan airnya
mengalir menjadi
sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air
telaga ini juga
menghilangkan rasa
asin yang tersisa di
mulutnya.
“Terasakah rasa
garam yang kau
tebarkan tadi?” tanya
sang guru
“Tidak sama sekali,”
kata si murid sambil
mengambil air dan
meminumnya lagi.
Sang Guru hanya
tersenyum
memperhatikannya,
membiarkan muridnya
itu meminum air telaga
sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru
setelah muridnya
selesai minum. “Segala
masalah dalam hidup
itu seperti segenggam
garam. Tidak kurang,
tidak lebih. Hanya
segenggam garam.
Banyaknya masalah
dan penderitaan yang
harus kau alami
sepanjang
kehidupanmu itu sudah
dikadar oleh Allah,
sesuai untuk dirimu.
Jumlahnya tetap,
segitu-segitu saja,
tidak berkurang dan
tidak bertambah. Setiap
manusia yang lahir ke
dunia ini pun demikian.
Tidak ada satu pun
manusia, walaupun dia
seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan
dan masalah.”
Si murid terdiam,
mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa ‘asin’
dari penderitaan yang
dialami itu sangat
tergantung dari
besarnya hati yang
menampungnya. Jadi
Nak, supaya tidak
merasa menderita,
berhentilah jadi gelas.
Jadikan hati dalam
dadamu menjadi seluas
telaga agar kau bisa
menikmati hidup"

Langkah-Langkah Tazkiyatun Nafs

Allah Azza wa Jalla
berfirman,
"Sungguh beruntunglah
orang-orang
mensucikannya (hati),
dan merugilah orang-
orang yang
mengotorinya" (Asy-
Syams: 9-10).
"Dan apabila disebut
asma Allah bergetarlah
hati mereka, dan
apabila dibacakan
kepada mereka ayat-
ayat-Nya
bertambahlah imannya,
dan kepada Rabbnya
mereka
bertawakal" (an-
Anfaal: 2-4).
Adapun langkah-
langkah yang dapat
ditempuh dalam
mensucikan jiwa adalah
dengan:
1. Bersegera pada
kebenaran
Yakni dengan
senantiasa menyambut
berbagai syiar dan
seruan kebenaran
dengan sambutan
sami'na wa atha'na..
kami dengar dan kami
taati (Allah) (Az-Zumar:
18; Al-Ahzab: 36; An-
Nisaa': 65). Sebagai
contoh adalah
kesigapan para
sahabat Rasul dalam
menyambut larangan
minum khamr. Mereka
segera menghancurkan
gentong-gentong
minuman keras
mereka, sehingga
Madinah banjr khamr.
Bahkan ada di antara
sahabat yang baru
saja minum khamr,
segera memasukkan
jarinya ke mulut untuk
memuntahkan khamr
yang baru diminumnya.
Juga kesigapan para
muslimah sahabat
Rasul dalam menerima
perintah hijab (jilbab),
segera mereka ambil
dan sobek kain yang
dimilikinya untuk
menutup auratnya,
dada dan seluruh
tubuhnya dengan jilbab
untuk menunjukkan
ketaatannya kepada
Allah dan Rasul-Nya.
2. Cinta kebenaran dan
berlapang dada untuk
Islam (Al-An'am: 125)
Artinya ia siap
mengorbankan segala
kesenangan pribadi
dan egonya untuk
mengamalkan Islam,
tanpa ada tawar-
menawar.
3. Menyambut seruan
keimanan
Yakni digunakan
segala waktu dan
kesempatan untuk
mengabdi kepada Allah
(Al-Ashr: 1-3; Ali-
Imran: 193).
Rasulullah SAW
bersabda,"min husnil
islaamil mar'i tarkuhu
maa laa ya'niih...
rawahu muslim...
diantara kebaikan
Islamnya seseorang
adalah meninggalkan
perkara yang tidak
berguna baginya" (HR.
Muslim). "Khairunnaasi
man thaala 'umruhu wa
hasuna 'amaluhu...
sebaik-baik manusia
adalah yang panjang
umurnya dan baik
amalnya" (HR. Tirmidzi).
4. Banyak berdzikir
Yakni mewarnai
kehidupannya dengan
banyak mengingat
Allah, diawali dengan
asma Allah, beramal
merasa diawasi Allah
mengakhiri amal
perbuatan dengan
menyebut asma Allah.
Mengadakan koreksi
diri untuk semata-mata
menggapai ridha Allah,
bekerja semaksimal
mungkin, sungguh-
sungguh, efektif dan
efisien untuk mencari
kecintaan Allah.
Manfaat dzikir adalah
akan menjauhkan dari
syetan, menyingkirkan
kesusahan,
mendatangkan
ketentraman,
mendatangkan rizki,
membuka pintu ma'rifat
kepada Allah,
mengeyahkan
perkataan kotor dan
perbuatan sia-sia,
hiburan orang susah
dan miskin karena
amal-amal banyak
"diborong" orang-
orang kaya, dan masih
banyak lagi yang
lainnya.
5. Yakin yang diikuti
dengan pembenaran
berupa amal shalih
Yakni keyakinan yang
tiada henti pada
konsep tetapi
membuahkan amal
nyata. Syahadat diikuti
dengan shalat, nilai-
nilai shalat diwujudkan
dengan meninggalkan
perbuatan keji dan
munkar, menegakkan
jiwa disiplin. Puasa
mendidik jiwa sabar
dan istiqamah direalisir
di dalam kehidupan.
Zakat diwujudkan
dalam kepedulian
sosial terhadap
kerabat, tetangga,
masyarakat maupun
umat secara
menyeluruh, karena
masih banyak belahan
dunia Islam yang miskin
dan kelaparan. Nilai
haji diwujudkan
dengan meningkatkan
pengorbanan untuk
tegaknya masyarakat
Islam, yakni selalu
mendermakan apa
yang dimilikinya di
jalan Allah, baik waktu,
harta, jiwa, maupun
raganya untuk Islam
(At-Taubah: 111) untuk
ditukar dengan surga.
Karena ibadah
bukanlah sekedar
"wisata ruhani" untuk
mencari kepuasan
batin semata.
6. Melembutkan hati
dengan mengingat Allah
Artinya pribadi mukmin
tidak layak ditaburi
butir-butir maksiat,
dosa, kedengkian,
hasad, prasangka,
yang justru akan
mengotori dan
merusaknya (Az-
Zummar: 22; Al-Anfaal:
2). Maka ia terus-
menerus berinteraksi
dengan Al-Qur'an,
banyak bersujud, dan
amal-amal shalih yang
membebaskan jiwa.
Seorang ulama salaf
berkata, "telitilah
hatimu dalam tiga hal,
ketika membaca Al-
Qur'an, berdzikir, dan
shalat. Jika dalam
saat-saat tersebut
tidak dapat khusyu',
maka mohonlah kepada
Allah agar diri anda
diberi "hati". Sebab
ketika diri anda tidak
menggapai
kekhusyu'an,
sebenarnya anda tidak
"berhati".
7. Ittiba' terhadap Al-
Qur'an dan Sunah
Yakni mengembalikan
segala cara kehidupan
dengan Al-Qur'an dan
Sunah. Al-Qur'an dan
Sunah yang menyatu
dalam kepribadian,
dalam ibadah, akhlaqul
karimah, dan
muamalah.
Bila langkah-langkah
ini ditempuh, insya
Allah jiwa kita akan
bertambah bersih dan
suci. Allahu a'lam.
dikutip dari:
Materi Ceramah
Ramadhan dan Umum
Abu Izzuddin

Aku Miskin

Suatu hari, seorang
ayah dari keluarga
yang sangat kaya
membawa anaknya
bepergian ke suatu
daerah yang sebagian
besar penduduknya
hidup dari hasil
pertanian. Ia
bermaksud untuk
mengajarkan
bagaimana kehidupan
yang selama ini mereka
kenyam dengan
membandingkan
kehidupan orang-
orang yang miskin.
Mereka menghabiskan
waktu berhari-hari di
sebuah tanah
pertanian milik
keluarga yang terlihat
sangat miskin.
Sepulang dari
perjalanan tersebut,
sang Ayah bertanya
kepada anaknya,
"Bagaimana perjalanan
tadi?"
"Sungguh luar biasa,
Pa." Jawab si Anak
yang masih terkesan.
"Kamu lihat kan
bagaimana kehidupan
mereka yang miskin?"
tanya sang
Ayah.
"Iya Pa," jawabnya.
"Jadi, apa yang dapat
kamu pelajari dari
perjalanan ini?" tanya
Ayahnya lagi.
Si Anak menjawab,
"Saya melihat
kenyataan bahwa kita
mempunyai seekor
anjing, sedangkan
mereka memiliki empat
ekor. Kita punya
sebuah kolam yang
panjangnya hanya
sampai ke tengah-
tengah taman,
sedangkan mereka
memiliki sungai yang
tak terhingga
panjangnya. Kita
memasang lampu taman
yang dibeli dari luar
negeri, sedangkan
mereka memiliki
bintang-bintang di
langit untuk menerangi
taman mereka. Beranda
rumah kita lebarnya
hanya mencapai
halaman depan,
sedangkan milik
mereka seluas horison.
Kita tinggal dan hidup
di tanah yang sempit,
sedangkan mereka
mempunyai tanah
sejauh mata
memandang. Setiap
kebutuhan kita hanya
mampu dilayani pelayan
yang kita miliki, tetapi
mereka mampu
melayani diri mereka
sendiri. Kita membeli
makanan yang akan
kita makan, tetapi
mereka bisa menanam
sendiri. Kita mempunyai
dinding indah yang
melindungi diri kita dan
mereka memiliki teman-
teman untuk menjaga
kehidupan mereka."
Mendengar cerita
tersebut, sang Ayah
tersenyum dan
memandang wajah
anaknya.
Kemudian si Anak
melanjutkan, "Terima
kasih Pa, akhirnya aku
tahu betapa miskinnya
diri kita."
Sahabat, terkadang
kekurangan yang
dimiliki seseorang
merupakan anugrah
bagi orang lain. Terlalu
sering kita melupakan
apa yang kita miliki dan
hanya berkonsentrasi
terhadap apa yang
tidak kita miliki. Semua
kembali pada
perspektif secara
pribadi.
Pikirkanlah apa yang
akan terjadi jika kita
semua bersyukur
kepada Tuhan atas
anugrah yang telah
disediakan oleh-Nya
bagi kita daripada
kuatir untuk meminta
lebih lagi.
(Author : Agustian
Husin)

Pengajian Al-Hikam, Ibnu Athaillah : Jebakan Imaginasi Semu

“Tak satupun wujud
yang bisa menutupi
Allah, karena
sesungguhnya tidak
satu pun yang
menyertaiNya. Bahwa
sesungguhnya anda
tertutup dari Allah
disebabkan oleh
imajinasi (seakan) ada
wujud yang
menyertaiNya.”
Adanya imajinasi wujud
selain Allah membuat
anda lebih sibuk
dengan wujud semu
itu, berupa dunia
seisinya dengan
segala masalahnya,
secara tidak langsung
maupun langsung,
anda telah terjebak
seakan-akan wujud
semu itu yang
mengancam dan
memberi manfaat bagi
kehidupan anda,
sehingga anda pun
terhijab dari Allah azza
wa-Jalla.
Padahal wujud itu
hakikatnya tidak ada,
yang berhak punya
sifat Wujud hanyalah
Allah swt.
Dalam kitab Lathaiful
Minan, karya lain Ibnu
Athaillah digambarkan,
“ketika melihat wujud
semesta ini, anda
melihat adanya
bayangan dengan mata
kepala. Padahal
bayangan itu
sesungguhnya tidak
ada jika ditinjau dari
struktur wujud itu
sendiri, tetapi juga
tidak bisa disebut tidak
ada, jika dilihat dari
struktur ketiadaan.
Dengan demikian
bayangan semesta itu
tidak bisa menghapus
yang empunya bayang.
Karena sesuatu itu
menyerupai
padanannya dan
terkumpul dalam
bentuknya. Begitu pula
yang menyaksikan
sifat bayangan alam
tidak bisa menghalangi
Allah swt, sebagaimana
bayangan pohon di
siang hari tidak
menghalangi lajunya
kapal untuk berjalan.
Dari sinilah jelas
bahwa tirai atau tutup
itu bukan sebagai
wujud yang
menghadang antara
diri anda dengan Allah
Ta’ala. Apabila hijab itu
memiliki sifat wujud
antara diri anda
dengan Allah Ta’ala,
pastilah wujud tadi
lebih dekat dibanding
Allah Ta’ala, padahal
tak satu pun yang
lebih dekat padamu
dibanding Allah Ta’ala.
Maka hakikat hijab itu
sesungguhnya kembali
pada imajinasi tentang
adanya hijab itu
sendiri.”
Beliau melanjutkan,
bahwa dengan
memandang SifatNya,
segala makhluk akan
terliputinya:
“Apabila Sifat-sifatNya
tampak, maka seluruh
semesta ini akan
tersirnakan. Kalaulah
bukan tampakNya
dibalik semesta
ciptaanNya, mata hati
tak pernah bisa
memandangnya.”
Dapat disebutkan,
tidak ada ketetapan
pada makhluk dengan
munculnya efek dari
Allah Ta’ala. “Sungguh
mengherankan,
bagaimana bisa wujud
menjadi tampak dalam
ketiadaan? Atau
bagaimana bisa ada
sesuatu yang baru
bersanding dengan
Dzat yang punya sifat
Maha Dahulu?”, begitu
disebut oleh Ibnu
Athaillah pada hikmah-
hikmah terdahulu.
Kalaulah bukan karena
pengaruh Sifat-
sifatNya yang diyakini
dengan ilmu dan
dikhususnya dengan
IrodahNya dan
dimunculkan melalui
KuasaNya, maka tak
ada yang tampak sama
sekali, baik oleh mata
kepala maupun mata
hati. Yang Dzohir
berarti adalah sifat-
sifatNya. Bila
memandang pada yang
lain dari Sifat itu, akan
terjebak pada
imajinasi-imajinasi
yang dibatasi rupa,
tanpa kembali ke
hakikatnya yang bisa
menghapus imajinasi
semu tadi.
Oleh: KHM Luqman
Hakim MA
Sumber: Majalah
Cahaya Sufi Edisi 64
Hotline: 021 856 1695

Selasa, 28 Juni 2011

DUA METODE PENJERNIHAN QALBU

Alam semesta seisinya
ini tidak ada artinya
apa-apa dibanding
dengan Allah. Berarti
tidak ada sesuatu pun
yang mampu
menampung adanya
Allah. Segalanya tidak
bisa menjadi tempat
semayamnya Allah,
kecuali hati hambanya
yang beriman. Maka
disanalah Allah
bersinggasana.
Hati orang yang
beriman adalah rumah
Allah. Dan karena itu
hati merupakan
amanah Ilahi untuk kita
jaga jangan sampai
terkena kotoran dunia.
Oleh sebab itu hati
harus kita jaga,
dirawat, dirias biar
menjadi elok. Hati kita
adalah ruang dimana
pertemuan dialogis
(munajad) antara
hamba dan Rabb
berlangsung.
Dalam menjaga dan
merawat rumah Allah
ada dua cara menurut
tradisi keagamaan kita
yang agung.
Pertama tradisi
Tazkiyatun Nafs, yaitu
tradisi membersihkan
kotoran jiwa yang
dimulai dengan tobat.
Dalam jiwa kita ada sisi
gelap yang dipenuhi
oleh virus-virus paling
menjijikkan. Dimulai
dengan virus iri
dengki, lalu
berkembang menjadi
takabur, riya’, ujub,
mencintai dunia,
kedzaliman, kefasikan,
kemunafikan, dan
kemudian menjurus
pada kekufuran.
Semua virus itu harus
dibersihkan melalui
taubat dan dzikrullah.
Dari sinilah muncul
paradigma kedua
melalui Tathirul Qulub.
Yaitu menyucikan hati
melalui riasan etika
atau akhlak hamba
dengan Allah Ta’ala.
Penyucian hati berbeda
dengan pembersihan
jiwa. Kalo penucian hati
lebih menekankan pada
riasan pasca
pertobatan, lalu
memasuki wilayah
spiritual dengan
riasan-riasan maqamat
demi maqamat.
Sedangkan
pembersihan jiwa
adalah upaya untuk
melakukan asketisme
secara total, baik lewat
tobat, zuhud, wara’,
dan sebagaianya.
Dua proses tadi tidak
tergantung dengan
lifestyle dan
penampilan orang per
orang. Orang yang
berjenggot panjang
dan berjubah serta
tasbih di tangannya
belum tentu orang suci
atau sufi. Siapa tahu
dia dengan jubah dan
jenggo malah tumbuh
riya’, dan takabur atas
nama syiar. Siapa tau
mereka yang
bernampilan necis dan
perlente malah lebih
dekat dengan Allah,
ketimbang Anda yang
memakai baju-baju
relegius.
Dalam wilyah ruhani
spiritual, baju dan
bendera haruslah
dilepaskan. Bahkan
prestasi amaliyah
sebagai tempat
gantungan masa depan
dan akhirat harus
dikubur habis. Hanya
Allah lah tempat
bergantung kita, bukan
amal perbuatan,
prestasi ibadah, dan
bukan pula hasrat-
hasrat luhur. Bahwa
kita sedang beramal itu
bagus, itulah indicator
bahwa kita berada
dalam lindungan Ilahi.
Tetapi sebaliknya
ketika kita sedang
berbuat maksian dan
hina, itu pertanda
bahwasanya kita
sedang dihina oleh
Allah, na’ubillahi min
dzalik. Kelak jika dua
cara pembersiahan dan
penyucian itu
berlangsung, kita akan
memasuki ruang zinatul
asrar. Yaitu ruang
rahasia yang menjadi
manifestasi
kemahaindahan Ilahi.
Maka disana rumah
Tuhan, bukan saja
menjadi bersih, tetapi
telah menjadi arasy
yang haqiqi.

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template