Sabtu, 17 September 2011

SAMUDeRA CINTA

Ketika aku rindu
kepada mu..
Kepada mu yang selalu kurindukan..

Dalam perjalanan
bertahun tahun
lamanya..
Melintasi dimensi ruang dan waktu..

Hanya untuk kembali bertemu dengan dirimu
yang selalu ku
rindukan...
duhai yang ku rindu..

Ketika aku gelisah
kepada mu..
Karena begitu ingin bertemu nya aku dengan mu..
untuk kembali bercinta kepada dirimu..

Dan air mata ini pun tak mampu lagi menghitung lagi seberapa besar kerinduanku selama ini..

Di dalam perjalanan menuju dirimu..
Mencari dimana
samudera cintamu..

Betapa sakitnya
perjalananku.. akan segala kepalsuan..
Betapa getirnya untuk bertemu dengan mu
yang selalu kucintai..

Begitulah kamu yang menuntunku menuju dirimu..
Agar aku kembali
bersatu dan bercinta dengan Kamu..

duhai yang ku cinta..
Dan ketika aku berada di depan rumahmu..
Tangan tangan mu menggapaiku dan menuntunku..

Meski ada air mata
yang tertumpah..
Aku pun sangat
menikmatinya..
Karena telah ku
pasrahkan semua agar aku kembali kepadamu..

Akulah perindu mu..
Akulah gelisah mu..
Akulah pecinta rahasia mu..

Dan aku pun bersimpuh di hadapmu..
Dengan senyuman aku segera berhadapan
dengan kamu yang ku rindu dan ku cinta..

Jantungku berdetak lebih cepat..
Darahku mengalir
dengan lebih deras..
Denyutku berdenyut semakin kencang...

Nafasku menyanyikan
pujian kerinduan
penuh cinta..
Kepada mu ku rela
mati..

karena bila itu
yang membuatku bisa bertemu dengan diri mu..
Karena cinta ku.. Ku serahkan semua kepada mu..

Agar kau memberi
kehendak kepadaku..
untuk menjadi kekasih sejati hati mu..
Penggal lah kepalaku..
agar aku bisa mencium mu..

agar aku bisa
memandang wajahmu..
duhai yang ku sayang..
Kepada kekasih
hatiku..
ku tulikan telingaku..
Ku butakan kedua
mataku..
Ku hentikan nafasku..
Ku hancurkan mulutku agar ku membisu..

Semua karena agar kau mengerti bahwa semua yang kulakukan
adalah kerelaanku
untuk selalu mencintai
dirimu..

duhai yang
selalu kupuja..
Dengan sayap sayap cinta..
Aku terbang
menuju dirimu..
Cinta ini tiada lagi
ruang dan waktu..
Dalam kilauan mutiara..
aku terpesona..
Aku menikmati aliran sungai cintamu..
aku terbuai..
Dan kau pun hadir
menghampiriku dengan perlahan..
Kau yang begitu teduh..
terus saja tampakkan senyum mu..
Aku telah ada di dalam kerajaan cinta mu..
Tiada lagi yang ada selain dirimu..
Tiada lagi yang
kudengar selain
bisikan cintamu..
Tiada lagi yang
terlihat..
selain dirimu..

Aku dan kamu pun
bersatu..
aku sangat menikmatinya sayang..
Tangan ku memelukmu..
Bibirku mengecupmu..
Kita pun bersatu..
bercumbu..

hanya ada kamu dan aku...
Kaulah simbol semesta..
dan aku kembali
kepada cinta mu..
cintaku..
Hingga detik demi detik berlalu..
Dalam hariku.. aku
hanya ingin selalu
bersamu..
Inilah jalanku.... Untuk selalu merindu mu..
ku berteriak setiap saat.. betapa cintanya
aku kepada dirimu...

Tak ada lagi jarak
yang memisahkan aku dan kamu..
Karena ku jumpai
dirimu setiap waktu..
hingga aku hembuskan
nafasku yang terakhir..
Hanya kau dan aku...
selalu.. selamanya..
dalam awal... dalam akhir..

" Rasa ini selalu ada.. hanya untuk dirasakan dan di
nikmati.. Karena
memang tak bisa
dijelaskan dengan kata- kata.. Segala cinta
yang ada.. dan segala rindu yang ada.. Tak pernah aku rasakan
sebelumnya.. sampai aku bertemu kembali
dengan mu.. bercinta dengan mu.. menatap
wajahmu.. bercumbu dengan mu.. selalu..
selamanya.. hanya kau dan aku.."

Jumat, 16 September 2011

Kesunahan sebelum tidur

Assalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh

Malam ternyata telah larut, saat siang pun telah lama meninggalkan kita. Allah menciptakan siang dan malam dengan porsinya sendiri-sendiri. Dimana siang ditunjukkan untuk bekerja mencari rizki, sedangkan malam harinya untuk kita beristirahat. Sebagaimana firmanNYA : "dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat." (QS. An-Naba: 9) agar besok pagi kita tidak ngantuk sebagaimana tulisan yang terdahulu bahaya tidur selepas subuh

Sebelum tidur disunahkan untuk

1. Berwudlu
2. Membaca surat al-ikhlas 3x mu'awidzatain dan fatihah
3. Membersihkan tempat tidur
4. Membaca do'a, sebagaimana yang termaktud dalam sebuah hadits Dari Hudzaifah RA, ia berkata, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan:
‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan:
“Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR.Bukhari no.6324)

Ada tambahan sedikit dari teman saya, dia berkata bahwa bila ingin memperoleh mimpi baik maka baca pula do'a ini "allohumma inni as aluka ru'yan shoolihatan shoodiqotan ghoiro kaadzibatinnaa fi'atin ghoiro dhoorotin" ya alloh sesungguhnya aku memohon kepadaMu mimpi yang baik lagi benar bukan mimpi yg bohong dan bukan pula mimpi yang membahayakan" amiin ....

met bo2 semua'y..... moga mmpi indah ya... :)

Bahaya Tidur Selepas Subuh



Kita telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh barakah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya.

Akan tetapi, pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.

Saudaraku, ingatlah bahawa orang-orang soleh terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur bahawa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.

Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :

1. Tidur ketika perlu tidur.
2. Tidur di awal malam – ini lebih manfaat daripada tidur lewat malam
3. Tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan petang. Apatah lagi pada waktu pagi dan petang sangat kurang manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu Asar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.

Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai solat subuh hingga matahari terbit. Kerena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah).

Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang soleh. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mahu tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian kerana waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rezeki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).”

(Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)

BAHAYA TIDUR PAGI

1. Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah.
2. Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush soleh (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.
3. Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.
4. Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya.

Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata,

“Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” (Miftah Daris Sa’adah, 2/216).

Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di petang harinya dia juga akan malas-malasan pula.
5. Menghambat datangnya rezeki.
Ibnul Qayyim berkata,

“Empat hal yang menghambat datangnya rezeki adalah;
[1] tidur di waktu pagi,
[2] sedikit solat,
[3] malas-malasan dan
[4] berkhianat.”

(Zaadul Ma’ad, 4/378)
6. Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat. (Zaadul Ma’ad, 4/222)

Wallahu’alam.

20 hal penyebab lemahnya iman dan 11 hal pembangkit / penguat keimanan

langsung saja yah :


1) Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah

2) Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur’an

3) Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk mengerjakan shalat

4) Meninggalkan sunnah

5) Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah

6) Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur’an dibacakan, seperti ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.

7) Kesulitan dalam berzikir dan mengingat Allah

8 ) Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari’ah

9) Menginginkan jabatan dan kekayaan

10) Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikurniakan oleh Allah

11) Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak melakukannya

12) Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya

13) Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh

14) Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid

15) Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin

16) Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam

17) Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-ratap di kuburan

18) Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti

19) Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupan duniawi, seperti merasa resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan.

20) Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri

Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:

1) Tilawah Al-Qur’an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.

2) Menyedari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.

3) Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudhu’ dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.

4) Menghadiri majlis-majlis zikir yang mengingat Allah. Sesungguhnya malaikat mengelilingi majlis-majlis seperti itu.

5) Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bersadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara istiqamah.

6) Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.

7) Mengingat peringkat-peringkat kehidupan akhirat, fasa ketika kita diletakkan dalam kubur, fasa ketika kita diadili, fasa ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di syurga, atau neraka.

8 ) Berdo’a, menyadari bahawa kita memerlukan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.

9) Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus kita zahirkan. Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan sentiasa merasa takut akan melakukan kesalahan. Sebelum tidur, luangkan lah masa untuk bermuhasabah diri dan perhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.

10) Menyedari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.

11) Semua yang terjadi adalah kerana Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah menimpa kita, itupun dari Allah.

Maka, senantiasalah mengingati Allah walau di mana jua berada dan pada setiap saat ketika. Buat lah sesuatu pilihan berdasarkan apa yang telah Allah gariskan, dan bukanlah berlandaskan fikiran dan naluri semata-mata.

Wallahu’alam

Rabu, 14 September 2011

Kisah Mengenai Iblish Bag. 2

Ini lanjutan dari posting sebelumnya ^_^

"Mengapa bisa begitu?"
"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."

"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"
"Suara kuda perang di jalan Allah."
"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"
"Taubat orang yang bertaubat."
"Apa yang dapat membakar hatimu?"
"Istighfar di waktu siang dan malam."
"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"
"Sedekah yang diam - diam."
"Apa yang dapat menusuk matamu?"
"Shalat fajar."
"Apa yang dapat memukul kepalamu?"
"Shalat berjamaah."
"Apa yang paling mengganggumu? "
"Majelis para ulama."
"Bagaimana cara makanmu?"
"Dengan tangan kiri dan jariku."
"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"
"Di bawah kuku manusia."
Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : "Siapa temanmu wahai Iblis?"
"Pemakan riba."
"Siapa sahabatmu?"
"Pezina."
"Siapa teman tidurmu?"
"Pemabuk."
"Siapa tamumu?"
"Pencuri."
"Siapa utusanmu?"
"Tukang sihir."
"Apa yang membuatmu gembira?"
"Bersumpah dengan cerai."
"Siapa kekasihmu?"
"Orang yang meninggalkan shalat jumaat"
"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu? "
"Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja."

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu. "

Iblis segera menimpali:
"Tidak,tidak. .. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.
Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."

"Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?"

"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."

Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak - anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta - wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata,"keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda
Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar - benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku.
Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'shalatmu tidak sah'

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat.
Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, 'kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.'

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam
kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?"

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

"Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?"
"10 macam", "apa saja?"

"Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman,

"berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, "Orang -orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27).

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, "silahkan", dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Iblis berkata : "wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."
jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
"Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119) juga membaca,
"Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:
"Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong."

KISAH MENGENAI IBLIS bag.1

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. "

Rasulullah bersabda:"Tahukah kalian siapa yang memanggil?"
Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu."
Beliau melanjutkan, "Itu Iblis, laknat Allah bersamanya."
Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"

Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya,
(Kisah Nabi Idris A.S Menikam Mata Iblis.
Pada suatu hari, Nabi Idris a.s sedang duduk menjahit bajunya, tiba-tiba berdiri di hadapan pintu rumahnya seorang lelaki memegang sebiji telur di tangannya. Katanya: "Ya Nabi Allah, Idris! Bolehkah Tuhanmu memasukkan dunia ke dalam telur ini?"
Maka Nabi Idris a.s. memandang lelaki berkenaan dan baginda terus mengecam lelaki berkenaan sebagai iblis laknatullah
Nabi Idris a.s. bersabda: Marilah ke sini dekat denganku, tanyalah apa yg engkau kehendaki. Maka raja iblis itu pun mendekati baginda sambil mengulangi pertanyaannya: Ya Nabi Allah, Idris! Bolehkah Tuhanmu memasukkan dunia ke dalam telur ini?
Sahut Nabi Allah, Idris a.s. : Jangankan memasukkan dunia ini ke dalam telur sebesar ini, bahkan ke dalam jarumku yg sekecil inipun, Tuhanku Maha Berkuasa memasukkan dunia ke dalamnya. Lalu dengan pantas Nabi Allah, Idris a.s. pun menikam mata raja iblis dengan jarum. Iblis pun terperanjat dan kesakitan lalu melarikan diri setelah menerima tanda tangan Nabi Idris a.s. yang telah menyebabkan ia buta sebelah matanya sampai zaman kebangkitan junjungan kita dan kekasih Allah SWT yaitu Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam..)

di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad,... . salam untukmu para hadirin..."

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu? "

Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa."

" Siapa yang memaksamu?"
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin."
oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."

Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"

Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."

"Siapa selanjutnya? "

"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."

"lalu siapa lagi?"
"Orang Aliim dan wara' (Loyal)"
"Lalu siapa lagi?"
"Orang yang selalu bersuci."
"Siapa lagi?"
"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain."

"Apa tanda kesabarannya? "
"Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar."

" Selanjutnya apa?"
"Orang kaya yang bersyukur."
"Apa tanda kesyukurannya? "
"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."

"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"
"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."

"Umar bin Khattab?"
"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."

"Usman bin Affan?"
"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."

"Ali bin Abi Thalib?"
"Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu. " (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?"

"aku merasa panas dingin dan gemetar."
"Kenapa?"

"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."

"Jika seorang umatku berpuasa?"
"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."
"Jika ia berhaji?"
"Aku seperti orang gila."
"Jika ia membaca al-Quran?"
"Aku merasa meleleh laksana timah diatas api."
"Jika ia bersedekah?"
"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."

"Mengapa bisa begitu?"

BERSAMBUNG ke Bag.2.....
Insyalloh d bagian ke-2 akan dibahas juga "Bagaimana CARA Iblis menggoda"

Kejarlah Kebajikan Sampai ke Liang Lahat

Waktu adalah ladang amal. Allah swt. menyediakannya agar kita menggunakannya sebagai modal penting menggapai ridha-Nya. Keutamaan seseorang di sisi Allah, selain ditentukan oleh keimanan dan amal shalihnya adalah faktor keterdahuluannya dalam keimanan dan amal shalihnya. Tidaklah sama antara orang-orang yang terdahulu masuk Islam -As-Sabiqunal Awwalun- dan orang-orang yang belakangan. Tidak sama antara jamaah yang berada di shaf awal dalam shalat dengan yang berada di barisan paling belakang. Berbeda derajat orang yang hadir di shalat Jumat paling awal dengan yang paling akhir.



Saudaraku…

Menyegerakan amal, itulah ajaran Islam kepada ummatnya. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. menasihati para sahabatnya untuk selalu menyegerakan amal saleh, kendati mereka itu manusia-manusia yang teruji keimanannya. Kata Nabi kala itu,



بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا



“Bersegeralah melakukan amal-amal saleh (kebajikan). (Sebab) sebuah fitnah akan datang bagai sepotong malam yang gelap. Seseorang yang paginya mukmin, sorenya menjadi kafir. Dan seseorang yang sorenya bisa jadi kafir, paginya menjadi mukmin. Ia menjual agamanya dengan harga dunia.” (H.R. Muslim)



Demikian pesan Nabi saw. mulia itu juga disampaikan untuk kita. Adakah di antara kita yang selama sehari semalam penuh menjadi seorang mukmin sejati? Bisakah dan mampukah kita selama 24 jam tidak melakukan dosa dan sikap kufur, sekecil apapun kepada Allah Taala? Padahal ketika Allah swt. memberikan waktu 24 jam sehari, transaksinya adalah untuk dipersembahkan kepada Allah swt. semuanya. Pada setiap shalat kita selalu mengumandangkannya kepada Allah.



“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162)



Bukankah ketika kita tidak berempati atas nasib kaum lemah dan tertindas adalah bentuk kekufuran terhadap nikmat? Bukankah di saat kita tidur dan bangun tidur tanpa mengingat Allah, tanda kita lupa kepada-Nya? Bukankah lupa adalah bagian dari kekufuran kita kepada Sang Khaliq?



Saudaraku…

Sesungguhnya fitnah itu lebih cepat bergerak. Sekali kita membiarkannya maka selanjutnya ia akan bersemayam dan berkembang dalam tubuh kita. Begitu cepat dan samarnya sampai menjadikan orang pindah agama, menggadaikannya dengan sedikit kesenangan dunia



Wajar jika sampai-sampai Rasulullah saw. mengingatkan para sahabatnya itu, walau Nabi tahu keimanan para sahabat itu tak akan tertandingi oleh orang-orang sesudahnya.



Dengan apa kita menutup pintu fitnah? Ya, dengan amal shaleh. Apa saja dalam hidup orang beriman bisa menjadi amal kebaikan. Kita membuang sampah pada tempatnya itu amal baik. Berniat tidak bohong itu amal mulia. Mengucapkan salam kepada kawan itu amal yang terpuji. Mendo’akan saudara seiman kendati mereka tak tahu juga amal shaleh. Dan masih banyak lagi amal shaleh, amakl kebajikan yang bisa kita lakukan, sekalipun kita tak memiliki sesuatu.



ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا



“Orang-orang kaya pergi mendapatkan pahala. Mereka shalat sebagaimana kita shalat, mereka puasa sebagaimana kita puasa. Namun mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Rasulullah bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya satu tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan pada hubungan (dengan istri) kalian adalah sedekah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah seseorang mendatangi istrinya karena syahwatnya, apakah ia mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa menurut kalian kalau dia meletakkannya pada yang haram. Bukankah baginya dosa? Demikian pula jika diletakkan pada yang halal, padanya ada pahala.” (Bukhari Muslim)



Allah swt. dengan keadilan-Nya memberikan peluang amal kepada masing-masing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan mendapatkan ridha Allah. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari kuantitasnya, tapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang tergantung kepada motivasi dan niatnya.



Saudaraku…



Boleh jadi infak seorang buruh sebesar 1000 rupiah, itu sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah Rp. 1.000.000.000,00. Seorang murid barangkali lebih mulia dengan seorang gurunya, karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru merasa cukup dengan ilmunya.



Menyegerakan amal kebajikan tentu akan memberi nilai tambah bagi pelakunya sendiri. Menyegerakan berbuat baik berarti mempercepat dirinya mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah. Kenapa? Sebab, kita telah berupaya menutup pintu-pintu kemungkaran dan kebatilan. Dengan demikian pula, Allah akan membukakan kebahagiaan, yakni, surga. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran:133)



Mengapa kita mesti menyegerakan amal?



1. Karena asset waktu yang kita miliki hanyalah saat ini. Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan kemarin tidak bisa kita ulang lagi. Ia menjadi kenangan saat ini. Jika kebaikan, bersyukurlah kita, dan jika keburukan menyesallah bersama orang-orang yang menyesal. Masih beruntung jika kita bersyukur hari ini, bukan saat di mana penyesalan tidak ada artinya lagi. Esok hari juga belum menjadi milik kita, ia ada di alam gaib yang hanya Allah swt. yang tahu. Kita tidak tahu apakah esok hari masih bisa menghirup udara pagi?



2. Karena amal kita tidak mungkin dikerjakan orang lain. Masing-masing orang akan datang kepada Allah dengan amal perbuatan yang dikerjakannya sendiri di dunia. Keshalihan orang tua tidak bisa diandalkan anaknya. Seorang suami tidak akan selamat dari murka Allah karena amal perbuatan istrinya. Kita boleh bangga terhadap pemimpin, orang tua, anak, guru, dan suami atau istri kita karena keshalihan mereka. Kebanggaan kita tidak bisa berbicara banyak di hadapan pengadilan Allah swt.



3. Karena kemuliaan derajat seseorang di sisi Allah swt. disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya. Orang tua akan senang jika menyuruh anaknya mengerjakan sesuatu lalu dikerjakan segera. Sebaliknya ia akan marah jika si anak menunda-nunda mengerjakannya. Demikian pula Allah Ta’ala. Seruan kebajikan dikumandangkan untuk segera diamalkan.



4. Karena setiap waktu ada momentnya sendiri. Setiap waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali amal perbuatan yang sangat terkait dengan waktu. Yang ketika waktunya berakhir, berakhir pula kesempatan untuk mengerjakannya. Seperti shalat, puasa, haji, berkurban, dan lain sebagainya.



5. Kesempatan beramal juga diberikan kepada seseorang pada waktu-waktu tertentu. Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya. Seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya. Jangan sampai Allah swt. mencabut kesempatan itu dan tidak bisa lagi berbuat. Kesehatan, waktu luang, hidup, masa muda, dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal.



Saudaraku…

Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat. Wallahu A’lam.

Potret Umar Bin Khattab Ketika Membaca Al Qur’an

Umar bin Khattab terkenal dengan keberaniannya. Bahkan, ia termasuk sahabat Rasulullah SAW yang paling keras dan galak. Tidak pernah melihat satu kemungkaran pun, kecuali ia menghancurkan kemungkaran itu dengan tangan dan keberaniannya. Karena itulah, ia dikenal dengan sebutan al-faruq yang berarti orang yang suka membedakan antara yang hak dan yang batil.



Namun, meski ia terkenal dengan sifatnya yang keras dan berani, ketika mendengar atau membaca ayat Al Qur’an, ia termasuk orang yang sering menangis dan lemah. Al Qur’an betul-betul telah memberikan pengaruh luar biasa terhadap diri dan jiwanya.



Dalam sebuah riwayat dari al-Hasan disebutkan bahwa Umar bin Khattab apabila membaca ayat-ayat Al Qur’an tentang siksa api neraka atau tentang kematian, ia sangat takut. Lalu menangis tersedu-sedu sehingga tubuhnya jatuh ke tanah. Setelah itu, ia tidak keluar rumah selama satu atau dua hari, sehingga orang-orang menyangka bahwa ia sedang sakit.



Abdullah bin Syadad bin al-Had berkata: “Aku mendengar tangisan Umar bin Khattab yang tersedu-sedu, padahal saati aku itu berada di barisan yang paling akhir ketika shalat Shubuh. Ia saat itu membaca surat Yusuf”.



Alqamah bin Waqash al-Laitsi juga berkata: “Aku pernah shalat Isya di belakang Umar bin Khattab. Lalu ia membaca surat yusuf. Ketika ia membaca ayat yang menerangkan tentang Nabi Yusuf, ia menangis tersedu-sedu sehingga suara tangisannya itu terdengar dengan jelas, padahal aku saat itu berada di barisan paling belakang.”



Suatu hari Umar bin Khattab mendengar orang yang sedang shalat Tahajud membaca surat al-Thur. Ketika orang tersebut membaca ayat: “Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolak” (Al-Thur: 7-8), Umar berkata: “Itu adalah sumpah Allah yang pasti benar.” Mendengar itu, ia segera bergegas menuju rumahnya, dan ia sakit selama satu bulan sehingga orang-orang menjenguknya. Mereka tidak mengetahui sebab yang menyebabkannya sakit”.



Semoga Qta dikaruniai Jiwa seperti ini...

Laa Ilaa Ha Illa Anta Subhaanaka Inni Kuntum Minadzdzoolimiin..



Sumber : At-Takhwif minan Nar Karya Ibnu Rajab, hal 30)

Ketakutan Umar Terhadap Allah

Kisah Umar dan Seorang Pemuda



Suatu ketika beliau sedang sibuk dengan satu pekerjaan yang penting. Pada ketika itu, datang seorang membawa pengaduan mengenai suatu hal kecil agar beliau dapat menyelesaikannya. Umar r.a lalu memukul bahu pemuda itu sambil berkata:



“Apabila aku duduk untuk menerima perkara tersebut, kamu tidak datang menemuiku tetapi apabila aku sibuk dengan lain-lain perkara yang penting kamu mencelahiku dengan perkara remeh temeh”.



Pemuda itu pun pergi dari situ. Tetapi Umar r.a memanggilnya kembali dan memberinya cemeti lalu berkata:



“Pukullah aku dengan cemeti ini supaya kesalahanku terbalas”.



Pemuda itu berkata;



“Aku maafkan kamu kerana Allah”.



Umar r.a pulang ke rumahnya lalu bersolat taubat dua rakaat serta mencela dirinya sendiri:



“Wahai Umar! Kamu dahulukan hina maka Allah mengangkat darjatmu, kamu sesat tetapi Allah telah memberikan kamu hidayah kepadamu, kamu dulu sangat mengaibkan tetapi Allah memuliakan kamu serta mengurniakan kamu kekuasaan terhadap orang lain. Sekarang apabila salah seorang datang kepadamu mengadu mengenai sesuatu kesalahan yang telah dilakukan terhadapnya untuk diselesaikan, kamu memukulnya? Apakah jawapan yang akan kamu berikan di hadapan Allah kelak?”.



Beliau menangis begitu lama seperti tangisan kanak-kanak kecil.



Kisah Umar dan Si Ibu Yang Memasak Batu



Suatu hari Umar membuat rondaan biasanya ke Harrah bersama hambanya Aslam. Nun jauh di sana kelihatan suatu cahaya api. Beliau berkata:



“Mungkin di sana ada sebuah khemah. Mungkinkah suatu khalifah yang tidak dapat memasuki Bandar kerana waktu telah gelap. Marilah kita melihat hal mereka dan menguruskan keselamatan yang perlu untuk mereka”.



Apabila tiba di sana didapati seorang wanita dan beberapa orang kanak-kanak sedang menangis. Sebuah periuk berisi air sedang terjerang. Umar menyapanya dengan salam dan dengan keizinan daripada wanita itu beliau datang menghampirinya. Lalu Umar bertanya:



“Mengapa kanak-kanak itu menangis?”.



Wanita itu tidak mengenali Umar dan dia menjawab pertanyaan Umar dengan sedih:



“Mereka lapar”.



“Apakah yang ada dalam periuk?”. Umar bertanya.



“Hanyalah air dijerang bagi mendiamkan kanak-kanak itu agar mereka pergi tidur dengan harapan makanan sedang disiapkan untuk mereka apabila meraka bangun nanti. Ah! Allah akan mengadili Umar pada hari kiamat kelak kerana membiarkan aku dalam kesusahan.” kata wanita itu.



Umar menangis apabila mendengar kata-kata wanita itu.



“Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah Umar dapat mengetahui kesusahanmu ini?’.



Wanita itu menjawab:



“Apabila dia menjadi amir kami, dia perlulah tahu mengenai kami”.



Umar pun kembali ke Bandar dan terus ke Baitul Mal. Beliau mengisi tepung, kurma, lemak dan pakaian serta wang dinar ke dalam karung. Apabila telah siap diisi beliau berkata kepada Aslam:



“Sekarang letakkanlah karung ini di belakangku wahai Aslam”.



Aslam enggan lalu menjawab:



“Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku sahaja yang memikulnya”.



Umar enggan mendengar kata-kata Aslam malah beliau mendesaknya agar membenarkannya memikul barang itu di atas pundaknya sambil berkata:



“Apa! Mahukah kamu memikul beban dosaku pada hari akhirat? Aku mesti membawa karung ini kerana aku akan disoal mengenai wanita ini pada hari akhirat kelak”.



Dengan perasaan yang berat Aslam meletakkan barang tersebut di atas belakang Umar lalu bergerak pantas ke khemah wanita tadi. Aslam mengikut beliau dari belakang. Beliau memasukkan sedikit tepung, kurma dan lemak ke dalam periuk dan mengacaunya. Beliau menghidupkan api untuk memasaknya.



Aslam berkata;



“Aku lihat asap melalui celah-celah janggut Umar yang tebal”.



Seketika kemudian masakan tersebut siap. Beliau sendiri yang melayani keluarga itu. Setelah kenyang beliau menyimpan bakinya untuk kegunaan mereka di kemudian hari. Kanak-kanak tersebut sangat gembira setelah memperolehi makanan dan mereka bermain dengan riangnya selepas itu. Wanita itu sangat gembira dan berkata:



“Semoga Allah memberi ganjaran kepadamu kerana kebaikanmu. Selayaknya kamulah yang mengambil tempat Umar sebagai khalifah”.



Beliau duduk seketika di suatu penjuru yang berdekatan sambil memerhatikan kanak-kanak tersebut. Kemudian kembali ke Madinah. Dalam perjalanan pulang beliau berkata kepada Aslam:



“Tahukah kamu Aslam, mengapa aku duduk di situ? Aku telah melihat kesusahan mereka, maka begitulah juga aku mahu melihat mereka riang dan ketawa untuk seketika”.



Menangis dalam Solat



Dikatakan bahawa tatkala Umar mengimami solat Fajar, beliau selalu membaca Surah Kahf, Thaha dan lain-lain surah sambil menangis begitu kuat sehingga kedengaran tangisannya sehingga ke beberapa saf di belakangnya. Suatu ketika beliau membaca Surah Yusuf dalam solat Fajar sampailah beliau ayat 86 yang bermaksud:



“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”.



Lantas beliau menangis bersungguh-sungguh sehingga tidak boleh meneruskannya lagi. Dalam solat Tahajjudnya kadang kala beliau akan jatuh dan mendatangkan keuzuran disebabkan terlampau banyak menangis.

Amalan yang dilaknat oleh Allah s.w.t dan para malaikat

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Imam Abdullah bin al-Mubarak R.A. telah meriwayatkan di dalam kitab Al-Zuhd dengan sanad beliau daripada seorang lelaki iaitu Khalid bin Maadan yang pernah berkata kepada Muaz: “Wahai Muaz! Ceritakanlah kepadaku sebuah hadith yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah s.a.w.”

Lalu Muaz menangis sehingga aku sangka ia tidak dapat berhenti tetapi akhirnya Muaz berhenti daripada tangisannya kemudian lalu Muaz berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku:

Wahai Muaz! Sebenarnya aku mahu ceritakan kepada kamu sebuah hadith jikalau engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manafaat akan dikau di sisi Allah tetapi jika engkau mensia-siakannya dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujahmu di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.

Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah s.w.t. telah menjadikan tujuh orang malaikat sebelum ia menciptakan langit dan bumi lalu ditentukannya pada setiap langit seorang malaikat daripada mereka untuk menjaga pintu langit tersebut.

Lalu naiklah malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukannya mulai dari pagi sampai ke petang. Amalan tersebut mempunyai nur bagaikan cahaya matahari, sehingga apabila malaikat Hafazhah yang membawa amalan hamba itu sampai ke langit pertama. Mereka menganggap bahawa amalan itu baik dan sangat banyak lalu berkata malaikat penjaga langit pertama itu bagi malaikat Hafazhah:

“Pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat penjaga ghibah (mengumpat). Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang mengumpat orang lain itu dapat melalui aku untuk terus naik ke atas”

Kemudian datang pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Mereka menganggap bahawa amalan itu sangat baik dan sangat banyak (malaikat itu berjaya melintasi langit yang pertama kerana orang yang mengerjakan amalan tersebut tidak terlibat dengan dosa mengumpat orang) sehingga mereka sampai ke langit yang kedua lalu berkata malaikat penjaga langit yang kedua itu:

“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakanya kerana ia mengkehendaki dengan amalannya akan mendapat keuntungan dunia. Allah telah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang seperti ini melintasi aku untuk terus naik ke atas. Selain daripada itu ia juga suka membesarkan diri di dalam majlis perjumpaan. Akulah malaikat penjaga kebesaran.”

Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba yang penuh dengan sinaran dan cahaya daripada pahala sedekah, sembahyang, puasa. Para malaikat Hafazhah merasa hairan melihat keindahan amalan tersebut lalu mereka membawa amalan itu ( melintasi langit yang pertama dan kedua) sehingga sampai ke pintu langit yan ketiga maka berkata malaikat penjaga langit ketiga itu:

“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat takbur. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang takbur dapat melintasiku. Orang itu sangat suka membesarkan diri di dalam majlis orang ramai.”

Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba. Amal itu bersinar-sinar seperti bersinarnya bintang yang berkelip-kelip. Baginya suara tasbih, sembahyang, puasa, haji dan umrah. Para malaikat Hafazhah berjaya membawa amalan itu sehingga sampai ke pintu langit yang keempat maka berkata malaikat penjaga kangit keempat itu:

“ Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya, belakang dan juga perutnya. Akulah malaikat ‘ujub. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang ‘ujub dapat melintasiku. Ia beramal adalah dengan dorongan perasaan ‘ujub terhadap dirinya.”

Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba sehingga mereka berjaya sampai ke pintu langit yang kelima seolah-olah amalan itu pengantin yang dihantar (disambut) ke rumah suaminya (maksudnya amalan itu berseri-seri) lalu berkata malaikat penjaga langit yang pertama:

“ Berhenti kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya dan campakkanya di atas tengkoknya. Akulah malaikat hasad , ia sangat hasud kepada orang berlajar ilmu dan beramal seperti amalanya. Ia hasut akan orang lain yang melakukan sebarang kelebihan di dalam ibadat, ia juga mencela mereka. Allah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang hasud ini melintasi aku.”

Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Baginya cahaya seperti bulan purnama daripada sembahyang, zakat, umrah, jihad dan puasa. Malaikat Hafazhah berjaya membawa amalannya sehingga sampai ke langit yang keenam lalu berkata malaikat penjaga langit tersebut:

“ Berhentilah kamu dan pukulkan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia tidak belas kasihan kepada hamba-hamba Allah yang terkena bala dan kesusahan bahkan ia merasa gembira dengan demikian. Akulah malaikat rahmat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang seperti ini tidak melintasi aku.”

Kemudian naiklah pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu sembahyang, puasa, nafkah, jihad dan warak. Baginya bunyi (maksudnya bunyi zikir) seperti bunyi lebah dan baginya cahaya seperti cahaya matahari dan naiklah bersama dengan amalan itu tiga ribu malaikat. Mereka telah berjaya membawanya sehingga sampai ke pintu langit yang ketujuh maka berkata malaikat penjaga pintulangit tersebut:

“ Berhentilah kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya bahkan pukulkan pula akan seluruh anggota badannya dan tutupkan ke atas hatinya. Akulah malaikat zikir ( seorang yang beramal dengan tujuan supaya disebut-sebut oleh orang lain). Aku akan menghalang amalan orang riak dari sampai kepada Tuhanku. Ia bukan beramal bukan kerana mencari keredhaan Allah tetapi hanya bertujuan supaya mendapat tempat yang tinggi di hati para fukaha dan supaya disebut di kalangan para ulama dan supaya masyhur namanya di merata tempat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang riak itu melintasi aku, kerana setiap amalan yang tidak ikhlas adalah riak dan Allah tidak akan menerima amalan orang yang riak.”

Kemudian naik pula malaikat Hafazhah dengan amalan seseorang hamba. Amalan itu berupa sembahyang, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, banyak berdiam (daripada perkara yang tidak berguna) dan banyak berzikir. Amalan hamba ini diusung oleh para malaikat penjaga tujuh petala langit sehingga mereka melintasi segala halangan dan sampai kepada Allah. Para malaikat itu berhenti di hadapan Allah dan bersaksi dengan keikhlasan dan kebaikan amalan tersebut lalu Allah ber firman kepada para malaikat –Nya:

“ Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku lebih mengetahui dengan segala isi hatinya. Ia sebenarnya tidak mengkehendaki akan Aku dengan amalannya tersebut. Ia hanya mengkehendaki sesuatu yang lain daripadaKu oleh kerana itu maka Aku turunkan ke atasnya akan laknatKu.”

Lalu para malaikat tadi berkata: “Ke atasnya laknatMu dan juga laknat kami.” Lalu melaknat akan dia oleh tujuh petala langit dan seisinya.

Mendengar sabda Rasulullah s.a.w. ini lalu Muaz menangis seraya berkata: “Engkau adalah Rasulullah s.a.w. sedangkan aku adalah Muaz (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera”.

Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab:

“Hendaklah engkau ikuti aku walaupun hanya dengan sedikit amalan. Wahai Muaz

* jaga lidahmu baik-baik daripada mencela saudaramu yang membaca al-Quran (golongan ulama)
* dan pertanggungkanlah segala dosamu ke atasmu dan jangan engkau mempertanggungkan dosamu ke atas mereka
* dan jangan engkau menganggap dirimu bersih dan jangan pula engkau mencela orang lain
* dan jangan engkau memuji dirimu di hadapan mereka .
* Dan jangan engkau campurkan urusan dunia di dalam urusan akhirat .
* Dan jangan engkau menyombong diri di dalam majlis nanti orang ramai akan takut kepadamu kerana kejahatanmu
* dan jangan engkau berbisik kepada seseorang sedangkan seorang lagi ada di sisimu
* dan jangan engkau membesarkan dirimu , maka akan terputus daripadamu segala kebaikan di dunia dan di akhirat.
* Dan jangan engkau carikkan (pecah belah) akan manusia, maka mencarik akan dikau oleh anjing-anjing api neraka pada hari kiamat nanti. Allah berfirman yang bermaksud: “ Demi yang mencarik dan carikkan .” (al-Nazi’at: 2).

Apakah engkau ketahui wahai Muaz siapakah mereka yang mencarik itu?

Muaz bertanya: “Ya Rasulullah, sebenarnya siapa mereka?”

Lalu Nabi s.a.w. menjawab: “Itulah anjing-anjing garang di dalam api neraka yang akan mencarikkan daging sehingga sampai ke tulang.”

Muaz bertanya: “Ya Rasulullah siapakah yang mampu melaksanakan segala perkara yang engkau sebutkan tadi? Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?”

Nabi s.a.w. menjawab: “Itu sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah”

Kemudian lalu Khalid bin Maadan berkata: “Maka aku tidak pernah melihat seseorang yang banyak membaca al-Quranul Karim lebih daripada Muaz kerana beliau faham terhadap hadith yang besar ini.”

~dipetik dari kitab Bidayatul Hidayah-Hujjatul Islam Al Imam Al Ghazali

Dua Tetes Air Mata...

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Bismillaahir rohmanir rohiim
Assalamu'alaykum warohmatullaahi wa barokaatu

Calon bidadari Jannah yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta'ala...

Alkisah Ahmad bin Miskin hidup dengan istri dan anaknya yang masih kecil. Kesusahan menderanya terus-menerus. Tak ada pekerjaan yang dilakukannya. Suatu malam, setelah seharian tak secuil makanan masuk kedalam perutnya, hatinya gelisah dan tak dapat tidur. Hatinya perih seperti perutnya yang keroncongan. Seperti prajurit yang kalah perang, ia lesu, lemah-lunglai, dan tak ada harapan. Anaknya menangis seharian, karena tak ada air susu dari istrinya yang lapar. Sungguh kefakiran ini membuatnya sangat menderita. Timbul pemikiran darinya untuk menjual rumah yang ditempatinya.

Esok harinya, usai shalat shubuh berjamaah dan berdoa, ia menemui sahabatnya Abdullah as-sayyad. “Wahai Abdullah! Bisakah kau pinjamkan aku beberapa dirham untuk keperluan hari ini. Aku bermaskud menjual rumahku. Nanti setelah laku akan kuganti,” kata Ahmad.

“Wahai Ahmad. . . ambillah bungkusan ini untuk keluargamu dan pulanglah! Nanti aku akan menyusul kerumahmu membawakan semua kebutuhanmu itu,” jawab Abdullah cepat. Maka Ahmad pun pulang kerumah sambil terus merenung untuk menjual rumahnya. Sungguh sakit kalau harus menjual rumah satu-satunya, sekadar untuk makan. “Setelah itu, saya akan tinggal dimana,” renung Ahmad.

Ahmad segera memantapkan langkahnya. Kini ia membawa bungkusan makanan untuk keluarganya. Tentu istrinya akan gembira dan anaknya akan tertawa lucu setelah memperoleh air susu. “ Terasa nikmat roti yang dibungkus ini tentunya. Sahabat Abdullah memang sangat dermawan, sahabat sejatiku,” desah Ahmad.

Belum sampai setengah perjalanan, tiba-tiba seorang wanita dengan bayi dalam gendongan menatap iba. “Tuan, berilah kami makanan. Sudah beberapa hari ini kami belum makan. Anak ini anak yatim yang kelaparan, tolonglah. Semoga Allah swt. Merahmati tuan,” ratap ibu itu.

Iba rasa hati Ahmad. Ditatapnya bayi yang digendong wanita itu. Tampak wajah yang layu, pucat kelaparan. Wajah yang mengharap belas kasihan. Sungguh melas, tak sanggup Ahmad memandangnya lama-lama. Dibandingkan keluargaku, mungkin ibu dan anak ini lebih membutuhkan. “Biarlah aku akan mencari makanan lain untuk keluargaku,” Ahmad membatin. “Ini ambillah bu. . . aku tak punya yang lain, semoga dapat meringankan bebanmu. Kalau saja aku punya yang lain mungkin aku akan membantumu lebih banyak,” kata Ahmad sambil menyerahkan bungkusan yang sama sekali belum disentuhnya.

Dua tetes air mata jatuh dari mata sang ibu, “Terima kasih. . .terima kasih tuan. Sungguh tuan telah menolong kami dan semoga Allah membalas budi baik tuan dengan balasan yang besar,” si ibu berterima kasih dan menunduk hormat. Maka Ahmad pun meneruskan perjalanan.

Ia beristirahat bersandar di batang pohon sambil merenungi nasibnya. Namun, ia kembali ingat bahwa sahabatnya Abdullah telah berjanji akan datang membawakan keperluannya. Dan Abdullah tak pernah ingkar janji sekalipun. Maka bergegas ia pulang dengan perasaan harap-harap cemas. Di tengah jalan dia berpapasan dengan sahabat baiknya Abdullah.

“Wahai Ahmad kemana saja engkau,” tegur Abdullah tersengal-sengal. “Aku mencarimu kesan-kemari. Aku datang kerumahmu membawakan keperluanmu yang aku janjikan. Namun, ditengah perjalanan aku bertemu dengan saudagar dengan beberapa onta bermuatan penuh. Dia ingin bertemu ayahmu. Dia bilang ayahmu pernah memberi pinjaman 30 tahun yang lalu. Setelah jatuh bangun berdagang, sekarang ia telah menjadi saudagar besar di Bashrah. Kini ia akan mengembalikan uang pinjamannya, keuntungan serta hadiah-hadiah,” jelas Abdullah. “Sekarang segera pulanglah Ahmad! Harta yang banyak menunggumu. Tak perlu kau jual rumah lagi,” kata Abdullah.

Kaget bukan kepalang Ahmad mendengar perkataan sahabatnya Abdullah. Sungguh ia tak percaya dengan perkataannya itu.

“Benarkah Abdulah, benarkah?” tanya Ahmad ragu-ragu. Maka, ia berlari seperti terbang, pulang kerumahnya. Sejak itulah Ahmad menjadi orang kaya raya di kotanya.

Ahmad gemar berbuat kebajikan, apalagi kepada sahabatnya Abdullah. Pada suatu malam ia bermimpi. Sepertinya saat itu amalannya dihisab oleh para malaikat. Maka pertama-tama, dosa dan kesalahannya ditimbang. Wajahnya pucat. Berapa berat dosa yang dimilikinya. “Apakah amal kebaikan yang dilakukan dapat melebihi dosa-dosa itu?” Ahmad membatin.

Perlahan-lahan amal kebaikannya ditimbang. Pahala berderma dengan lima ribu dirham hanya ringan-ringan saja. Kata malaikat karena harus dipotong oleh kesombongan dan riya. Demikian seterusnya. Ternyata seluruh amalannya tetap tak bisa mengimbangi beratnya dosa yang ia lakukan. Ahmad menangis.

Para malaikat bertanya, “Masih adakah amal yang belum ditimbang?” “Masih ada,” kata malaikat yang lain. “Masih ada, yakni dua amalan baik lagi.”

Ternyata salah satunya adalah roti yang diberikannya kepada anak yatim dan ibunya. Makin pucatlah wajah Ahmad. “Mana mungkin amalan itu dapat menyeimbangkan dosa-dosanya yang berat,” keluhnya. Malaikat pun sibuk menimbang roti itu. Namun, ketika ditimbang, ternyata timbangan langsung terangkat. Betapa beratnya bobot amalan itu. Kini timbangan ahmad tetap seimbang. Wajahnya sedikti tenang. Ia gembira, sungguh diluar dugaannya.

“namun amalan apalagi yang tersisa? Karena ini masih seimbang,” katanya dalam hati.

Maka malaikat pun mendatangkan dua tetes air mata syukur dan terharu ibu anak yatim atas pertolongan Ahmad. Ahmad tak menyangka kalau tetesan air mata ibu anak yatim dinilai dengan pahala untuknya. Ia bersyukur. Para malaikat pun menimbang tetes air mata. Namun, tiba-tiba dua tetes air mata itu berubah menjadi air bah bergelombang dan meluas bak lautan. Lalu dari dalamnya muncul ikan besar. Kemudian malaikat menangkap dan menimbang ikan itu yang disetarakan dengan amalan baik Ahmad.

Ketika ikan menyentuh timbangan, meka seperti bobot yang sangat berat, timbangan pun segera condong kearah kebaikan. “Dia selamat, dia selamat,” terdengar teriakan malaikat. Gembiralah hati Ahmad.

“Sekiranya aku mementingkan diri dan keluarga sendiri, maka tak adalah berat roti dan ikan itu,” Ahmad termenung gembira. Anak yatim dan ibunya itu yang telah menyelamatkan dirinya. Pada saat itu Ahmad terbangun dari mimpi.

Saudara-saudariku,.." sungguh amal yang ikhlas di tengah kesempitan, bernilai tinggi di mata Allah swt".


**Semoga kisah tersebut dapat membawa hikmah bagi kita semua, aamiin…
semoga ada hikmah yang bisa di ambil..^_^^_^

8 Pengertian Cinta Menurut Al-Qur'an

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta Mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta Syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta Syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

silahkan pilih, kita tergolong cinta yang mana ya??

Sumber : Mubarok institute & http://cinta-sufi.blogspot.com/search/label/Perihal%20Cinta

Potret Cinta dari Lembah Bakkah

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Lembah Pharon, tanah tandus berbukit-bukit itu tak bermata air dan tak berpenghuni. Lembah Bakkah, Makkah yang berkah, lembah yang menjadi saksi atas peristiwa bersejarah, kisah cinta seorang ibu kepada anaknya, kisah agung yang teramat memesona setiap jiwa.

Di lembah tersebut, Khalîlullâh Ibrahim as. membawa isteri dan anaknya, seorang bocah lelaki yang masih menetek air susu kepada ibunda tercinta. Disanalah, dalam ketabahan dan ketegaran seorang lelaki sejati, suami sekaligus ayah bagi keluarganya, Ibrahim as. meninggalkan Hajar dan Ismail, belahan-belahan jiwa yang teramat berharga. Hanya sekantong kulit berisi kurma dan sekantong lagi berisi air yang menjadi bekal mereka.

Tak berapa lama kemudian, dalam diam membisu, Ibrahim as. segera beranjak pergi meninggalkan keduanya, kedua penyejuk mata; tanpa pesan, tanpa sepatah kata. Maka, demi melihat hal itu, ibunda Ismail segera mengikuti lelaki berwibawa tersebut, seraya berkata, "Wahai Ibrahim, hendak kemana engkau; meninggalkan kami di lembah tak berpenghuni dan tak ada sesuatu pun ini?" Sergahnya.
Ibrahim as. tetap saja diam membisu, meski berulang kali Hajar, sang isteri, menanyainya tak henti-henti. Bahkan tak sedikitpun ia menolehkan wajah.
Lalu Hajar bertanya lagi, "Apakah Allah yang telah memerintahkanmu akan hal ini?" Tebaknya kemudian.
"Ya!" Jawab Ibrahim singkat.
"Jika demikian, Dia tak akan menelantarkan kami!" Lalu Hajar kembali ke tempatnya semula, dan Khalîlullâh Ibrahim as. pun segera melanjutkan langkah.

Tatkala sesampainya diantara celah bukit-bukit, ia menoleh tanpa diketahui oleh kedua orang anak isterinya itu; menghadap ke arah Baitullâh, penuh harap, seraya berdoa," Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tak memiliki tanaman, di dekat rumah-Mu (Baitullâh) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)

Dengan berbekal air itulah kemudian Ibunda Hajar menyusui Ismail as. dan minum darinya. Sehingga tatkala kantong kulit tersebut tak lagi berisi apapun, ia kehausan, dan kehausan pula Ismail, anaknya tercinta. Hajar menatapnya penuh iba.
Demi rasa yang membuncah tak tertahankan dalam dada, maka naluri keibuan membimbingnya untuk segera beranjak pergi, mencari apapun yang mungkin bisa melepas dahaga.

Dilihatnya bukit Shafa sebagai tempat yang sesuai untuk memandang sekitar, mencari sesuatu, mungkin mata air, atau rombongan kafilah yang sedang melintas. Maka ia pun mendaki, melihat sekeliling, apakah ada tanda-tanda yang diharapkannya, atau entahlah, yang terpenting bagi dirinya adalah harus tetap berusaha, memerankan diri sebagai orang yang tak putus asa.

Kemudian Ibunda Hajar turun sampai ke dasar lembah, diangkatnya ujung pakaian, lalu berlari-lari kecil bagaikan orang yang kesusahan. Setelah dilaluinya dasar lembah tersebut, ia pun mendaki bukit Marwah, berdiri sejenak disana; memandang sekeliling, dan melakukan seperti yang dilakukannya di atas bukit Shafa, berharap cemas, namun tetap dalam batas ketegaran seorang wanita beriman yang sejati, sebagai isteri seorang nabi. Hal itu dilakukannya sebanyak tujuh kali.

***

Khalîlullâh Ibrahim as., Hajar sang isteri, dan Ismail as. anak mereka, dalam setiap sisi kisah kemanusiaannya tercipta sebagai teladan. Hidup mereka adalah teladan dalam makna yang hakiki. Teladan dalam hal yang terkecil sampai yang terbesar. Teladan dalam mensyukuri karunia ni'mat, dan teladan dalam menghadapi cobaan meski itu dirasa berat. Demikianlah para nabi, hidup mereka adalah cermin bagi umatnya.
Kisah mereka mengajarkan kepada umat manusia kapan saat yang tepat memberi simpati, dan kapan saat yang tepat untuk berempati. Kisah ini juga telah menjelaskan kepada kita menyikapi rasa sedih, berpisah dengan orang terkasih, dengan sikap yang tidak melampaui batas. Ketika umat merasa kecil hati, tak mampu hadapi cobaan hidup, kisah inipun tampil sebagai pesan yang membangkitkan semangat, agar bertahan di titik kesabaran.

Apapun musibah yang dialami seorang mu'min dari keresahan hati, duka lara, kepelikan hidup dan bencana yang menimpa, sampai tertusuk duri misalnya, semua itu tidaklah terjadi kecuali menjadi tebusan atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, atau sebagai syarat meraih derajat mulia.

Bukankah perumpamaan seorang mu'min itu laksana tanaman yang tak henti-henti digoyang oleh hembusan angin? Maka demikianlah keadaan seorang mu'min yang tak henti-henti ditimpa cobaan sebagai ujian atas pengakuan keimanannya. Berbeda halnya dengan seorang munafik, ia umpama pohon Arz (jenis pohon) yang tak bergoyang kecuali setelah dicabut dengan paksa!

Disini, di ruang baca bernama hati nurani. Kita sebagai mu'min yang berusaha menjadi sejati, diminta untuk bersama-sama mengakui diri sebagai penderita sejati, dengan pasrah dan sadar. Karena hidup hakikatnya adalah ujian, dimana puncak keberhasilan atau kegagalannya nanti akan ditentukan oleh amal perbuatan kita sendiri. Atau bayangkan saja kita adalah para pengembara yang sedang mencari makna hidup di setiap telusur jejak diri.

Dari ruang inilah juga kita kemudian belajar menjadikan derita yang dialami sebagai dzikir pengingat hati. Karena setiap permasalahan yang datang silih berganti, tak ubahnya lembah antara Shafa dan Marwah yang harus kita putari sampai selesai di hitungan ke sekian, dan ketika berhenti di suatu waktu nanti, di "bukit" ketentuan Ilahi, itu artinya kita telah menyelesaikan satu bagian untuk beralih ke bagian yang lain, atau sesudah itu kita semua akan mati.

Dari kisah ini kita diminta untuk membaca, maka bacalah, bacalah dengan penuh kesadaran diri, bacalah seperti kemilau embun di pagi hari, yang terbias sinar mentari, benderang, sampai syahdunya damaikan hati!

Dengan kisah sejati, kisah cinta seorang ibu kepada anaknya ini, kita diajak untuk merenung, memahami setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Mengajak diri untuk mengaku sebagai penderita yang sejati. Penderita yang mampu mengelola diri untuk menjadi yang terbaik di hadapan Ilahi.

***

Sebenarnya, Khalîlullâh Ibrahim as. tidaklah menelantarkan keluarganya tercinta dengan tanpa tanggung jawab sedikitpun, atau sekedar takut akan kecemburuan Sarah, isterinya yang lain, dimana kala itu belum dikaruniai putra. Akan tetapi semua yang dilakukannya tersebut adalah atas bimbingan Allah Yang Maha Mengetahui, sebagai wahyu suci. Sehingga dalam doa harapannya ia berkata, "Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat." Hanya keimanan hakiki yang menjadi puncak harap dan cemasnya selama ini, menjadi sebenar-benar hamba Ilahi.

Kepada kisah Khalîlullâh Ibrahim, Ibunda Hajar, dan Ismail as. tersebut, yang dalam setiap sisi kemanusiaannya adalah teladan, kita hendaknya belajar bagaimana cara bersikap sabar, tidak banyak mengeluh, apalagi sampai menentang ketentuan Allah Swt. Bukankah ketika seseorang sedang diuji dengan berbagai macam musibah, hal itu mengajarkan kepadanya agar menjadi hamba yang senantiasa berdzikir kepada Allah, senantiasa mengingat-Nya di waktu siang dan malam.

Sungguh betapa panjang penderitaan, betapa sulit keadaan, sedangkan masa lapang berjalan begitu lamban, hingga membuat letupan gelisah dan goncangan pada jiwa, bahkan sedikit rasa putus asa dan kekenduran semangat datang menggoda, hinggapi diri, sebagai suatu kewajaran yang manusiawi. Namun hal itu tak kan tinggal begitu lama dalam diri seorang mu'min sejati, karena ia terjaga oleh keyakinannya yang kuat bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan itu berada dalam ilmu Ilahi, di bawah pengetahuan-Nya yang teramat luas nan azali, pada waktu yang telah ditentukan, dan pada batas yang telah diketahui. Ia pun menyadari bahwa keadaannya di alam semesta ini tak lepas dari sunnatullâh yang bijak bestari.

Ibnu Qayyim dalam Raudlah al-Muhibbîn-nya, bab IV, sepakat dengan sikap di atas ini, bahkan menurutnya bahwa salah satu tanda sikap seseorang mencinta dan dicinta Allah adalah tetap berharap cemas, sabar, kala menghadapi setiap cobaan yang dialami.

***

Sadarilah bahwa diantara takdir Allah itu adalah datangnya masa lapang setelah himpitan derita, dan tersingkapnya tirai-tirai bencana yang turun menimpa. Karena sesungguhnya bila Allah menghendaki untuk melapangkan atau menyingkap tirai derita, semua itu hanya terjadi pada waktu yang telah ditentukan dan diketahui oleh-Nya saja, sungguh teramat rahasia.

Kita adalah muslim, artinya kita adalah orang yang memasrahkan diri dan jalan hidupnya kepada Allah, kepada kehendak-Nya, dan kepada aturan yang telah disyariatkan-Nya. Sudah seharusnya kita hidup di dunia ini memasrahkan diri kepada Allah, karena bila direnungkan secara mendalam, ternyata hidup kita, nafas kita, tubuh kita, dan seluruh yang ada di alam semesta ini adalah karunia dari-Nya. Maka sadarilah semua ini sebagai kenyataan yang harus kita hadapi dengan ketabahan yang berlapis-lapis di dalam diri. Lalu katakan bahwa hidup adalah ujian, dan ingat selalu bahwa setiap permasalahan yang datang silih berganti adalah laksana dzikir pengingat hati.

Maka, bacalah kisah Ibunda Hajar dan Ismail as., buah hatinya tercinta, lihatlah apa yang kemudian Allah anugerahkan kepada mereka. Dengan ketabahan, tidak putus asa, dan tetap berusaha, akhirnya mereka menemukan mata air Zamzam yang berkah, bahkan terus melimpah ruah sepanjang masa.

Dan betapa berbangganya Nabi Muhammad saw. atas kisah cinta, ketabahan, dan sikap tetap berusaha yang diperankan Ibunda Hajar tersebut, sehingga suatu ketika beliau pun bersabda, "Oleh sebab itu, maka manusia pun bersa'i diantara keduanya (bukit Shafa dan Marwah)." (HR. Bukhari).

Antara Maghrib Dan Isya’, Waktu Yang Mulia Part 2

Selanjutnya ucapkan doa berikut sebanyak tujuh kali (dan Anda masih di tempat Anda tanpa mengubah posisi duduk):

اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ الناَّر

ِ“ Ya Allah, selamatkan aku dari neraka.“

Dalam satu hadis Nabi s.a.w. dituturkan berbisik kepada Muslim bin Harts At-Tamimi:

إِذَا انْصَرَفْتَ مِنْ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ فَقُلْ اَللَّهُمَّ أَجِرْنيِ مِنَ النَّارِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَإِنَّكَ إِذاَ قُلْتَ ذَلِكَ ثُمَّ مُتَّ فِي لَيْلَتِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارً مِنْهاَ وَإِذَا صَلَّيْتَ الصُّبْحَ فَقُلْ كَذَلِكَ فَإِنَّكَ إِنْ مُتَّ فِي يَوْمِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارٌ مِنْهَا أَخْبَرَنيِ أَبُو سَعِيد عَنِ الحَارِث أَنَّّهُ قاَلَ أَسَرَّهَا إِلَيْناَ رَسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَنَحْنُ نَخَصُّ بِهَا إِخْوَانَناَ

“Bila kamu rampung dari salat maghrib, ucapkan “Allahumma ajirni minan nar” tujuh kali. Sebab, kalau kamu mengucapkan itu dan kamu mati pada malam itu, maka wajib untukmu selamat dari neraka. Jika kamu (selesai) salat subuh, ucapkan itu seperti tadi (tujuh kali). Sebab, kalau kamu mati pada hari itu, maka wajib bagimu selamat dari neraka.” Abu Sa’id lalu mengutip kata-kata Harits, “Karena Rasulullah s.a.w. berbisik pada kami, maka kami hanya bercerita pada kawan-kawan kami.” (riwayat Abu Dawud)

Selanjutnya Anda membaca wirid sehabis salat, sebagaimana pada salat-salat lain, yaitu dimulai dengan membaca

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَ إِلَيْكَ يَعُودُ السَّلاَمُ فَحَيِّناَ رَبَّناَ بِالسَّلاَمِ تَباَرَكْتَ رَبَّناَ وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَاْلِإكْرَامِ اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِماَ قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِباَدَتِكَ

” Ya Allah, Engkau Mahaselamat (dari kekurangan), dari-Mu keselamatan, kepadamu kembali keselamatan, maka hidupkanlah kami, wahai Tuhan kami, dengan keselamatan, Mahasuci Engkau Tuhan kami, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, tidak satu pun bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah. Tidak ada yang bisa menolak apa yang Engkau tetapkan. Tidak akan kekayaan dari-Mu bermanfaat bagi pemilik kekayaan (tetapi yang bermanfaat hanyalah iman dan ketaatan). Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu dan untuk beribadah pada-Mu.

Diteruskan dengan membaca hamdalah 33 kali, tasbih 33 kali dan takbir 33 kali, lalu disempurnakan dengan membaca

لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ

Selanjutnya Anda membaca istighfar berikut tiga kali:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيمَ َالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

"Aku memohon ampun pada Allah yang Mahaagung, yang tidak ada tuhan selain Dia, yang Maha hidup dan Maha berjaga, serta aku bertobat pada-Nya.“

Sekarang, berdirilah untuk salat sunnah sunnah ba’diyah sebanyak dua rakaat. Selepas salat, ucapkan doa berikut tiga kali

ياَ مُقَلِّبَ اْلقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلىَ دِيْنِكَ

"Wahai Sang Pembolak-balik hati, tetapkan hatiku pada agama-Mu.“

Setelah itu, lakukan salat sunnah awwabin. Salat ini sangat besar keutamaannya, sebagaimana dalam sabda Nabi s.a.w.

مَنْ صَلىَّ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعاَتٍ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِكَلاَمٍ عَدَلَنْ لَهُ اِثْنتَيَ عَشَرةَ سَنَةٍ

"Barangsiapa salat enam rakaat seusai salat maghrib, di mana antara satu salat dan lainnya tidak dipisahkan dengan berkata-kata, maka itu sama dengan ibadah dua belas tahun.“

Diriwayatkan pula bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa salat dua puluh rakaat setelah salat maghrib, Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga.”

Salat awwabin boleh dilakukan sebanyak dua rakaat, empat rakaat atau enam rakaat. Enam rakaat adalah jumlah terbanyak menurut kebanyakan ulama. Namun, ulama lain berpendapat, jumlah maksimumnya 20 rakaat, sebagaimana dalam hadis di atas.

Kalau Anda memilih enam rakaat, Anda boleh melakukannya dengan tiga kali salam, masing-masing dengan dua rakaat. Atau, boleh pula dengan cara Al-Habib Thahir bin Husain bin Thahir. Yaitu dua kali salam. Yang pertama adalah dua rakaat, dan sehabis salat, angkat kedua tangan dan ucapkan doa berikut tiga kali dengan hati yang hadir

اَللَّهُمَّ إِنيِّ أَسْتَوْدِعُكَ إِيمَانِي فِي حَياَتيِ وَ عِنْدَ مَمَاتِي وَ بَعْدَ مَمَاتيِ ، فاَحْفَظْهُ عَلَيَّّ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ

"Ya Allah, aku titipkan pada-Mu imanku selama hidupku, ketika matiku dan setelah matiku, maka jagalah imanku pada diriku, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.“

Kemudian Anda berdiri lagi untuk melakukan salat sunnah awwabin sebanyak empat rakaat sekaligus.

Sesudah itu Anda boleh membaca wirid sebagaimana wirid selepas salat subuh. Asal jangan lupa, baca Ratibul Haddad.Dianjurkan pula untuk membaca Al-Quran, khususnya surah-surah Alif-lam-mim Sajadah, Ad-Dukhan, Al-Waqi’ah, Tabarak, Al-A’la, Az-Zilzal, At-Takatsur, Al-Quraisy, Al-Kafirun, An-Nashr, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Setelah membaca surah-surah ini, ucapkan doa berikut

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ , اَللَّهُمَّ أَثِبْنِي ِبمَحْضِ فَضْلِكَ وَ جُودِكَ وَ كَرَمِكَ عَلىَ مَا قَرَأْتَهُ أَوْ سَبَّحْتَهُ أَوْ هَلَّلْتَهُ أَوْ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلىَ حَسْبِ اْلوَاِقعِ وَ أَوْصِلِ الَّلهُمَّ ذَلِكَ الثَّوَابَ إِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِناَ رَسُولِ اللهِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَائِرِ اْلأَنْبِياَءِ وَ اْلمُرْسَلِينَ وَ عِبَادِ اللهِ الصَّالحِيِنَ وَ وَالِدِيناَ وَ أَوْلاَدِناَ وَ إِخْوَانِناَ وَ أَخْوَاتِناَ وَ أَعْمَامِناَ وَ عَماَّتِناَ وَ أَخْوَالِناَ وَ خاَلاَتنِاَ وَ مَشاَيِخِناَ وَ أَصْحَابِناَ وَ أَزْوَاجِناَ وَ مَحَابِّناَ وَ أَهْلِ وُدِّناَ وَ وُدِّ آباَئِنَا وَ ذَوِي الْحُقُوقِ عَلَيْناَ وَ مَنْ أَوْصاَناَ بِالدُّعَاءِ وَ مَنْ أَحْسَنَ إِلَينَا وَ مَنْ ظَلَمْناَهُ أَوْ أَسَاءْناَ إِلَيهِ وَ أَحاَطَتْ بِهِ شَفَقَةُ قُلُوبِناَ وَ جَمِيعِ اْلمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِماَتِ , اَللَّهُمَّ اْجعَلْهُ فِداَءً لَهُمْ مِنَ النَّارِ, اَللَّهُمَّ اْجعَلْهُ فِكاَكاً لَهُمْ مِنَ النَّارِ , وَ اْغفِرْ لَهُمْ وَ ارْحَمْهُمْ وِ اجْمَعْنَا وَ إِياَّهُمْ فِي دَارِ كَرَامَتِكَ وَ مُسْتَقَرِّ رَحْمَتِكَ مَعَ عِباَدِكَ الصَّالِحِينَ وَ حِزْبِكِ اْلمُفْلِحيِنَ , اَللَّهُمَّ اْفعَلْ بِي وَ بِهِمْ عَاجِلاً وَ آجِلاً فِي الدِّينِ وَ الدُّنْياَ وَ اْلآخِرَةِ مَا أَنْتَ لَهُ أَهْلٌ إِنَّكَ غَفُورٌ حَلِيمٌ جَوَّادٌ كَرِيمٌ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ

“Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah, berilah rahmat dan keselamatan pada junjungan kami Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ya Allah, berilah aku pahala dengan semurni kemurahan-Mu atas apa yang telah aku baca, aku bertasbih, aku bertahlil atau aku bersadaqah dengannya sesuai dengan kenyataan. Sampaikanlah, ya Allah, pahala tadi ke hadirat junjungan kami Muhammad s.a.w., keluarga dan sahabat-sahabatnya, para nabi yang lain, para rasul yang lain, hamba-hamba yang saleh, orangtua-orangtua kami, anak-anak kami, saudara-saudara kami, paman-paman kami, bibi-bibi kami, guru-guru kami, teman-teman kami, istri-istri kami, kekasih-kekasih kami, orang-orang yang kami dan orangtua kami cintai, orang-orang yang memiliki hak tanggungan atas kami, orang-orang yang bermurah hati pada kami dengan doa, orang-orang yang berbuat baik pada kami, orang yang telah kami zhalimi atau kami sakiti sementara rasa kasih hati kami meliput padanya, juga kepada semua orang muslim lelaki dan perempuan. Ya Allah, jadikanlah pahala itu sebagai tebusan dan pembebas bagi mereka dari neraka. Ampunilah mereka, rahmatilah mereka, kumpulkan kami dengan mereka di daerah kehormatan-Mu dan tempat bersemayam rahmat-Mu (sorga), bersama-sama hamba-hamba-Mu yang saleh dan golongan-Mu yang beruntung. Ya Allah, perbuatlah pada kami dalam jangka pendek dan jangka panjang di dalam agama, dunia dan akhirat, sesuatu yang pantas bagi-Mu dan jangan perbuat pada kami, wahai Tuhan kami, apa yang kami pantas mendapatkannya. Sungguh Engkau Mahapengampun, Mahapenyabar, Mahapemurah dan Mahakasih."

Semoga bermanfaat,amin :):)

Selasa, 13 September 2011

Antara Maghrib Dan Isya’, Waktu Yang Mulia

Waktu antara maghrib dan isya’, menurut para ulama, adalah waktu utama untuk ibadah. As-Sayid Abu Bakar bin As-Sayid Muhammad Syatha Al-Makki Ad-Dimyathi dalam kitab Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya’ menulis, “Waktu ini termasuk semulia-mulia dan seutama-utama waktu. Maka sangat dianjurkan untuk menghidup-hidupkannya dengan amal-amal taat dan menjauhi hal-hal tak berguna serta hal-hal yang dapat menyebabkan kita terlupa akan Allah.” Sedang Habib Abdullah Al-Haddad dalam kitabnya An-Nashaihud Diniyah mengatakan, “Di antara amal-amal yang sangat disunnahkan ialah menghidup-hidupkan waktu antara salat maghrib dan isya’ dengan salat — dan ini yang paling utama –, dengan membaca Quran dan zikir pada Allah – entah itu tasbih, tahlil dan semacamnya.”

Waktu maghrib hingga isya’ memang utama untuk ibadah. Manakala mendengar azan maghrib, jawablah. Kemudian bacalah doa azan, diteruskan dengan mengucapkan kata-kata berikut ini :

اَللَّهُمَّ هَذَا إِقْباَلُ لَيْلِكَ وَ ِإدْباَرُ نَهَارِكَ وَ أَصْوَاتُ دُعَاتِكَ فَاغْفِرْ ليِ

“Ya Allah, ini adalah kedatangan malam-Mu dan kepergian siang-Mu serta suara-suara para pendoa pada-Mu, maka ampunilah aku.“

Setelah itu, segeralah salat maghrib karena waktu maghrib sangat pendek. Paling pendek di antara waktu-waktu salat lainnya. Yaitu hanya sekitar 1 jam karena waktu maghrib berakhir dengan tenggelamnya mega merah, atau saat datangnya salat isya’. Demikian menurut pendapat yang kuat.

Karena waktu maghrib yang pendek pula, maka kita dianjurkan untuk membaca surah-surah pendek dalam salat maghrib, seperti dicontohkan Rasulullah s.a.w. Begitulah dalam hadis yang dituturkan oleh Abu Hurairah r.a. (riwayat Ahmad dan An-Nasai) Sedang Ibnu Umar r.a. menuturkan bahwa Nabi s.a.w. membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama salat maghrib dan surah Al-Ikhlas pada rakaat kedua.

Habib Abdullah Al-Haddad telah menyusun tertib bacaan surah dalam salat maghrib selama seminggu. Yaitu: Al-Kafirun-Al-Ikhlas pada malam Jumat dan malam Selasa, Al-Falaq-An-Nas pada malam Sabtu dan malam Rabu, Al-Fil–Al-Quraisy pada malam Ahad, Al-Ma’un-Al-Kautsar pada malam Senin dan malam Kamis.

Selepas salat baca istighfar tiga kali, diteruskan dengan membaca:


لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ

“Tidak ada tuhan selain Allah, (Dia) Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik Dia kerajaan, dan hanya milik dia segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.“

Ini sesuai dengan anjuran Nabi s.a.w. dalam hadis yang dituturkan oleh Abdur Rahman bin Ghunmin berikut ini :

مَنْ قَالَ قَبْلَ اَنْ يَنْصَرِفَ وَيُثْنِي رِجْلَهُ مِنْ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ وَالصُّبْحِ لاَ إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ. لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلَِ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئاَتٍ وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Barangsiapa, sebelum beranjak (dari tempat salat) sementara kakinya masih melipat (seperti tahiyat akhir) dari salat maghrib dan subuh, mengucapkan “La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya’in qadir,” sebanyak sepuluh kali, maka bagi tiap-tiap satu bacaan ditulis untuknya sepuluh kebajikan, dihapus untuknya sepuluh kejelekan (dosa) dan diangkat untuknya sepuluh derajat. Bacaan itu juga bakal menjadi tameng terhadap segala hal yang tidak menyenangkan, tameng pula terhadap syetan yang terlaknat.“ (riwayat Ahmad)

( bersambung) . . . . . .

Menghamba kepadaNYA

Allah memiliki berbagai perintah yang wajib ditunaikan oleh para hamba-Nya, memiliki takdir berupa musibah dan ‘aib (maksiat) yang ditetapkan atas para hamba-Nya, memiliki nikmat yang diberikan kepada mereka.

Ketiga hal ini, yaitu perintah, takdir, dan nikmat memiliki ragam penghambaan kepada-Nya yang wajib ditunaikan setiap hamba. Pribadi yang paling dicintai-Nya adalah yang mampu mengenal berbagai bentuk penghambaan dan mampu menunaikan hak-Nya dalam ketiga kondisi tersebut. Pribadi yang paling jauh dari-Nya adalah pribadi yang tidak tahu bagaimana bentuk penghambaan kepada-Nya dalam ketiga kondisi tadi.

Bentuk penghambaan terkait perintah-Nya adalah dengan melaksanakannya secara ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkait dengan larangan-Nya, yaitu dengan menjauhinya karena takut dan cinta kepada-Nya, karena mengagungkan-Nya.

Penghambaan kepada-Nya ketika ditimpa musibah adalah dengan bersabar atas musibah tersebut; kemudian ridha, yang tingkatannya lebih tinggi dari bersabar; kemudian bersyukur, yang tingkatannya lebih tinggi dari ridha. Semua itu akan terwujud apabila kecintaan kepada-Nya terhunjam kuat di dalam hati hamba, dan dia tahu bahwa musibah tersebut merupakan pilhan terbaik baginya, bentuk kebaikan dan kelembutan-Nya kepada dirinya, meskipun dia tidak suka terhadap musibah itu.

Penghambaan kepada-Nya ketika tertimpa kemaksiatan adalah dengan segera bertaubat kepada-Nya, berdiri di hadapan-Nya dalam keadaan memohon ampunan dengan hati yang tercerai berai, karena tahu tidak ada yang mampu menghilangkan ‘aib tersebut melainkan Dia semata, tidak ada yang mampu membendung keburukannya selain diri-Nya. Dirinya tahu, apabila ‘aib tersebut dibiarkan, maka akan menjauhkan dirinya dari berdekat-dekat dengan-Nya, ‘aib tersebut akan melempar dirinya dari pintu-Nya. Dengan demikian, dia melihat ‘aib merupakan bahaya yang tidak dapat disingkap kecuali oleh -Nya, dan dia berkeyakinan bahwa ‘aib (maksiat) tersebut lebih berbahaya daripada penyakit fisik.

Sehingga dia adalah seorang yang meminta perlindungan dengan ridha-Nya dari kemurkaan-Nya, meminta perlindungan dengan pemaafan-Nya dari siksa-Nya, dirinya butuh dan berlindung kepada-Nya. Dirinya tahu apabila dia terlepas dari perlindungan-Nya, maka kemaksiatan dan aib yang serupa atau bahkan yang lebih buruk akan terjadi. Dirinya tahu tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari belenggu maksiat dan bertaubat dari hal itu, kecuali dengan taufik dan ‘inayah-Nya, semua hal itu berada di tangan-Nya, bukan di tangan hamba.

Dengan demikian, dia adalah seorang yang lemah, tidak berdaya untuk mendatangkan taufik bagi dirinya sendiri, tidak mampu mendatangkan ridha Tuan-nya tanpa izin, kehendak, dan ‘inayah-Nya. Dirinya adalah seorang yang butuh kepada-Nya, hina, miskin, menjatuhkan diri di hadapan-Nya, mengetuk pintu-Nya. (Dengan adanya maksiat itu dia memandang dirinya sebagai) orang yang paling rendah dan hina, sehingga dia sangat fakir dan butuh kepada-Nya, dia cinta kepada-Nya. (Dia tahu) tidak ada kebaikan pada dirinya, tidak pula kebaikan itu berasal darinya, yang ada adalah seluruh kebaikan adalah milik Allah, berada di tangan-Nya, dengan kehendak-Nya, dan berasal dari-Nya. Dia-lah yang mengatur nikmat, menciptakan, dan memberikan kepada dirinya disertai kebencian-Nya apabila dirinya berpaling, lalai dan bermaksiat kepada-Nya.

Maka, bagian Allah adalah pujian dan sanjungan, sedangkan bagian hamba adalah celaan, kekurangan, dan ‘aib. Dia memonopoli seluruh pujian dan sanjungan, Dia-lah yang menguasakan berbagai kekurangan dan ‘aib kepada hamba (apabila mendurhakai-Nya). Seluruh pujian hanya untuk-Nya, seluruh kebaikan berada di tangan-Nya, seluruh keutamaan dan nikmat hanya untuk-Nya.

Seluruh kebaikan berasal dari-Nya, seluruh keburukan berasal dari hamba. Dia memperlihatkan kasih sayang kepada hamba dengan mencurahkan nikmat kepada mereka, adapun hamba-Nya memperlihatkan kebencian kepada-Nya dengan bermaksiat kepada-Nya. Dia membimbing hamba-Nya, adapun hamba, dia curang kepada-Nya ketika berinteraksi dengan-Nya.

Adapun bentuk penghambaan ketika memperoleh nikmat adalah dengan terlebih dahulu mengetahui dan mengakui pada hakekatnya nikmat itu berasal dari-Nya; kemudian berlindung dengan-Nya, jangan sampai terbersit dalam hati tindakan menisbatkan dan menyandarkan nikmat tersebut kepada selain-Nya, meskipun hal itu merupakan sebab terwujudnya nikmat, karena Dia-lah yang menyebabkan dan memberikan pengaruh pada sebab tersebut. Sehingga dari segala sisi nikmat itu hanya berasal dari-Nya; kemudian memuji-Nya atas nikmat yang diberikan, mencintai-Nya atas nikmat tersebut; kemudian bersyukur atas nikmat tersebut dengan menggunakannya untuk ketaatan kepada-Nya.

Bentuk penghambaan yang tertinggi terkait dengan nikmat-Nya adalah memandang banyak nikmat-Nya yang sedikit dan memandang betapa kecil rasa syukur yang dia tunaikan atas nikmat tersebut. Dia meyakini bahwa nikmat tersebut sampai kepada dirinya, dari Tuan-nya, tanpa ada biaya yang dia keluarkan, tanpa ada perantara, dia tahu dirinya tidak berhak atas nikmat tersebut, karena nikmat itu pada hakekatnya hanyalah milik-Nya, bukan milik hamba.

Maka setiap nikmat bertambah, maka bertambah pulalah ketundukan dan kehinaan diri di hadapan-Nya, bertambah pula sikap tawadhu’ (rendah hati) dan cinta kepada Sang pemberi nikmat. Sehingga setiap kali Allah memperbarui nikmat baginya, maka akan timbul penghambaan, kecintaan, kekhusyu’an, dan kehinaan terhadap-Nya; setiap kali Allah mencabut nikmat itu darinya, maka setiap kali itu pula timbul rasa ridha; setiap kali dia berbuat dosa, dirinya akan segera bertaubat, hatinya tercerai berai di hadapan-Nya, dan meminta maaf kepada-Nya.

Arti Niat

Ucapan tersusun berdasarkan niat. Ketahuilah, salah satu asas yang dapat menyampaikan seseorang kepada Allah adalah usaha untuk melandasi amal dengan niat yang sempurna dan hati yang ikhlas, serta melaksanakan ketaatan tanpa melibatkan hal-hal yang dapat merusak amal. Sumber ucapan ini adalah sabda Nabi saw, “Amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya untuk setiap orang (akan dibalas) sesuai niatnya.”

Amalan hati adalah niat. Amalan hati ini kemudian melahirkan amalan lahiriah. Amal-amal hati merupakan pokok (ushûl) sedangkan amal-amal lahiriah merupakan cabangnya (furû’). Jika pokoknya sempurna maka cabangnya pun akan kokoh, dan jika niat yang berfungsi sebagai landasan amal diabaikan, maka amal-amal lahiriah (sebagai cabang) akan goyah. Kaidah ini berlaku umum untuk semua amal ukhrawi maupun duniawi. Jika ingin selamat dan lurus urusanmu – remeh maupun penting – maka sempurnakanlah semua tujuanmu (maksudnya). Caranya, pertama-tama pikirkanlah tujuan itu,
kemudian berilah semangat (himmah) sebanding dengan tujuan tersebut.

Setelah itu pasrahkanlah urusanmu kepada Allah SWT. Mohonlah agar Dia berkenan menyempurnakan dan mengaruniakan kesuksesan. Dengan cara demikan amal menjadi suci dan tujuan menjadi benar.

Wahai pembaca, pembahasan ini sangat pelik, karena itu pahamilah dengan baik. Aku harus menjelaskannya kepada saudara-saudara kita para sâlik agar mereka memperoleh petunjuk. Namun, hanya Allah yang dapat memberikan taufik dan pertolongan.

Ketahuilah, niat mempunyai dampak yang sangat menakjubkan terhadap amal. Jika niatnya baik, hasilnya pun baik. Tetapi jika niatnya buruk, akan buruk pula hasilnya. Niat yang baik adalah sumber seluruh kebajikan. Sebab semangat (himmah) yang dicurahkan pada suatu kegiatan, dengan kekuasaan Allah akan menghasilkan pengaruh yang luas. Dan tercapai tidaknya suatu tujuan tergantung pada kuat lemahnya azm (tekad). Oleh karena itu, manusia hendaknya mengerjakan semua kegiatannya dengan semangat tinggi dan penuh perhatian, bukan karena kebiasaan semata. Hendaknya ia mencurahkan pikirannya, memperkuat semangatnya dan bersungguh-sungguh dalam setiap urusannya.

Ada sebuah kalimat hikmah kuno yang cukup indah mengatakan bahwa “Hazm (ketetapan hati/tekad) adalah bersegera dalam memanfaatkan kesempatan yang ada, bersegera dalam melaksanakan niat, dan tidak berlambat-lambat dalam mengejar sesuatu yang dikhawatirkan dapat terlewatkan. Merenungkan sesuatu yang belum tentu terjadi, merupakan sumber kelemahan dan penyebab kekalahan.” Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut, “Hai Yahya, ambillah kitab (taurat) itu dengan kekuatan.
(QS Maryam, 19:12) yakni dengan kekuatan tekad.

Rasulullah saw bersabda, “Niat seorang mukmin lebih baik dari pada amalnya.” Sebab amal hati tidak terbatas. Seseorang seringkali merasa berat hati ketika meniatkan suatu kebajikan. Namun, jika berniat melakukan kejahatan, ia dengan mudah dapat mewujudkan niatnya. Salah satu keajaiban rahasia niat adalah keberkahannya yang dapat mempengaruhi berbagai hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran kita. Diriwayatkan bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz ra menjabat sebagai kholifah para penggembala domba berkata, “Siapakah hamba yang saleh yang berkuasa saat ini?”

“Bagaimana kalian tahu bahwa penguasa kita adalah seorang yang saleh?” tanya seseorang.

“Jika seorang kholifah yang adil berkuasa, serigala tidak akan memangsa domba.”

Lihatlah, betapa niat yang penuh berkah ini berpengaruh terhadap hewan buas. Demikian pula niat buruk. Niat buruk dapat memberikan pengaruh yang
lebih parah. Jika seseorang menyimpan niat jahat, maka niat itu akan menggerakkannya untuk melakukan kejahatan yang kadang kala akibatnya lebih buruk dari yang diniatkannya.

Berbagai perkara yang pelik ini harus diperhatikan dan dipikirkan, karena tujuan penulisan bab ini adalah agar seseorang dapat mencegah hatinya dari kejahatan. Jangan sampai ia melakukan ketaatan dengan hati lalai: baik dalam bersalat, bertasbih, membaca Quran, bersedekah, menengok orang sakit, melayat jenazah, maupun ibadah lainnya. Seorang bijak rhm berkata, “Barang siapa berdzikir kepada Allah dengan hati yang lalai, Allah akan berpaling darinya.” Ucapan ini berlaku umum.

Kaum khowwâsh selalu menetapkan niat baik dalam semua hal, sampai pada perkara-perkara yang mubah. Sebab, niat baik dapat merubah perbuatan mubah menjadi amalan yang berpahala. Misalnya ketika berpakaian, jika niatnya untuk mematuhi perintah Allah dalam firman-Nya: Pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) mesjid. (QS Al-A’rof, 7:31) Dan mengamalkan sabda Rasulullah saw berikut, “Sesungguhnya Allah itu Maha Cantik, Ia menyukai kecantikan.” Serta untuk mensyukuri dan memuji Allah atas rezeki yang Ia anugerahkan. Maka perbuatan mubah itu menjadi ibadah.

Sumber : Memahami Hawa Nafsu,kitab Îdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Alhabib Muhammad Bin Abdullah Bin Syekh Alaydrus

Semoga bermanfaat,amin :):)

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template