Sabtu, 03 November 2012

NIAT LISAN DAN NIAT HATI (TINJAUAN TASAWUF) ^_^

Oleh: Ustadz Ishak



Beberapa hari lalu, saya berbincang dengan bos saya. Kebetulan yang
diperbincangkan adalah masalah firqoh (perbedaan) dalam beribadah di dalam
agama Islam. Terutama perbedaan antara masalah niat dalam hati dan niat
dengan lafal USHOLI melalui lisan.



Saya katakan kepadanya, "*Sebaiknya pertanyaan bapak, tidak
mempermasalahkan perbedaan, tapi tanyakanlah "Ibadah seperti apa yang
diterima oleh Allah....*" Pertanyaan itu mungkin lebih bermanfaat ketika
dibahas, dan secara otomatis akan menjawab pertanyaan seputar perbedaan
yang ada.

Mari kita bahas :



1. *SYARAT AMAL DITERIMA ALLAH : YG DITUJUKAN BAGI ALLAH*



Syidad bin Ausi berkata, "Suatu hari saya melihat Rasulullah S.A.W sedang
menangis, lalu saya pun bertanya beliau, Ya Rasulullah, mengapa anda
menangis?"



Sabda Rasulullah S.A.W, "*Ya Syidad, aku menangis kerana khawatir terhadap
umatku akan perbuatan syirik, ketahuilah bahwa mereka itu tidak menyembah
berhala tetapi mereka berlaku riya' dengan amalan perbuatan mereka*."



Rasulullah bersabda lagi, "Para malaikat penjaga akan naik membawa amal
perbuatan para hamba dari puasanya, solatnya, dermanya dan sebagainya,
dengan suara seperti suara lebah dan mereka mempunyai sinar seterang
matahari dan bersama mereka itu 3,000 malaikat dan mereka membawa amal-amal
itu ke langit ketujuh."



Sesampainya di pintu langit, malaikat penjaga pintu langit berkata kepada
para malaikat penjaga yang membawa amal-amal hasil dari perbuatan riya,
"Berdirilah kamu semua dan pukulkanlah amal perbuatan ini ke muka
pemiliknya dan semua anggotanya dan tutuplah hatinya, sungguh saya
menghalangi amal ini untuk sampai kepada Tuhan. Setiap amal perbuatan yang
tidak dikehendaki untuk Tuhan, *maka amal itu untuk selain Allah. (membuat
sesuatu amal bukan karena Allah)."*



*"Berlaku riya di kalangan ahli fiqh adalah karena inginkan ketinggian
posisi, untuk kemudian supaya mereka menjadi sebutan. Di kalangan para
ulama terjadi pula riya' untuk menjadi populer di kota dan di kalangan umum.
* Allah S.W.T telah memerintahkan agar saya tidak membiarkan amal-amal yang
bukan untuk Allah melewati saya.



Tiba giliran malaikat penjaga yang membawa amal orang-orang soleh.
Amal-amal itu kemudian dibawa oleh malaikat di langit sehingga terbuka
tabir dan penghalang dan sampai kepada Allah S.W.T. Mereka berhenti di
hariban Allah dan memberikan persaksian terhadap amal orang tersebut yang
betul-betul soleh dan ikhlas kerana Allah. Kemudian Allah S.W.T berfirman, "
*Kamu semua adalah para malaikat Hafazdah (malaikat penjaga) pada amal-amal
perbuatan hamba-Ku, sedang Aku-lah yang mengawasi dan mengetahui hatinya,
bahwa sesungguhnya, jika dia menghendaki amal ini bukan untuk-Ku, laknat
para malaikat dan laknat segala sesuatu di langit baginya.*"





2. *SYARAT AGAR IBADAH MASUK KATEGORI "YG DITUJUKAN BAGI ALLAH" : IBADAH
DENGAN NIAT YANG IKHLASH*





*Terkadang manusia beribadah bukan untuk Allah. Kadang ia beribadah agar
dipuji oleh orang, atau untuk dirinya sendiri, agar dirinya mendapatkan
surga, atau terhindar dari neraka.*



*Ibadah orang pencari surga adalah ibadahnya pedagang*, ia mencari untung
dari ibadahnya. *Ibadahnya penghindar neraka adalah ibadahnya para
budak,*karena ia takut dimarahi majikannya.
*Ibadahnya para pecinta Allah, adalah ibadah dengan nilai
tertinggi.*Mereka tidak lagi memperdulikan pendapat orang lain, bahkan
mereka tak lagi
memperdulikan surga dan neraka. Bagi mereka keridhoan Allah terhadap ibadah
yang mereka laksanakan adalah yang terpenting.



Jika seorang bapak memiliki tiga anak, anak pertama menurut kepada bapaknya,
* karena ingin mendapatkan hadiah*. Anak kedua menurut kepada bapaknya *karena
takut dihukum*. Dan anak yang ketiga menurut kepada bapaknya *karena
kecintaannya kepada bapaknya. Siapakah yang akan menjadi anak paling
disayang ?*



3.* Apakah itu IKHLASH ?*



*Keikhlasan untuk Allah lawannya adalah riya' (berbuat untuk kepentingan
selain Allah).* Niat adalah perihal rahasia hati. Keikhlasan adalah rahasia
dari rahasia yang teramat lembut, sehingga samar dari dugan semua yang
hidup. Begitu samar dan tersembunyi, *sehingga sulit bagi diri seseorang
atau orang lain untuk mengukur kemurniannya. Seringkali seseorang termangu
lama, setelah ia mengetahui bahwa niat yang semula ia sangka sudah ikhlash,
ketika ditimbang, ternyata masih tercampur dengan keinginan dipuji orang
lain, sehingga amalan itu tidak diterima dan dilemparkan lagi ke mukanya.*



Sungguhpun keikhlasan hati merupakan suatu hal yang *"tidak terlihat" bagi
mahluk*, tetapi tidak demikian bagi Allah. Sebagaimana kaum ahlullah
mengatakan bahwa "rahasia itu ada dua macam : Rahasia bagi al-Haq, yaitu
sesuatu yang selalu diawasiNya tanpa ada perantara apapun, dan rahasia
untuk mahluk di mana ia selalu diawasiNya dengan perantara."



Allah selalu mengawasi setiap tujuan akhir dari setiap niat yang diamalkan
oleh mahlukNya, betapapun dirahasiakannya. Kemudian *Allah menolak semua
amal yang tidak diniatkan untukNya.*



DEFINISI IKHLASH TINGKAT 1 :



Untuk itu, agar suatu amalan dapat diterima oleh Allah, maka *engkau harus
membersihkan niatmu dari makhluk-makhluk selain Allah (manusia, nafsu,
setan, bahkan dirimu sendiri !)*



DEFINISI IKHLASH TINGKAT 2:



Adapun tingkatan iklash yang baik adalah tingkatan yang dikatakan malaikat
Jibril kepada Rasulullah saw. : 'Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci
tentang ikhlas, apakah sebenarnya ?' Allah swt. menjawab , *'Suatu rahasia
dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang kucintai.*"
(HR. Al-Qazwini meriwayatkan dari Hudzaifah)



Tingkat keikhlasan yang disebutkan oleh malaikat jibril adalah sebagaimana
didefisikan oleh Al-Junayd tentang ikhlas :



*"Keikhlasan adalah rahasia antara Allah dengan si hamba. Sedemikian
rahasianya, bahkan malaikat pencatat tidak mengetahui sedikitpun
mengenainya untuk dapat dituliskannya, setan tidak mengetahuinya hingga
tidak dapat merusaknya, nafsu pun tidak menyadarinya keberadaan niat
tersebut, sehingga ia tidak mampu mempengaruhinya."*



DEFINISI IKHLASH TINGKAT 3 :



*Rahasia itu adalah dari rahasia dan untuk RAHASIA, ia adalah sesuatu yang
haq dan tidak akan tampak kecuali dengan HAQ. Sementara apa yang tampak
pada mahluk, maka itu bukanlah rahasia.* Karena itu, rahasiakanlah niat
ikhlasmu, bahkan dari dirimu sendiri. *Sehingga apabila engkau dapat
melihat keikhlasan dalam keikhlasanmu, maka keikhlasanmu itu memerlukan
keikhlasan lagi.*



*Ketahuilah, cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang ikhlas adalah
penglihatannya akan keikhlasannya itu.* Jika Allah menghendaki untuk
memurnikan keikhlasan seorang hamba, maka Dia akan menggugurkan keikhlasan
si hamba dengan cara tidak memandang keikhlasannya sendiri, dan jadilah ia
sebagai orang yang diikhlaskan Allah swt. (Mukhlas), bukannya berikhlas
(Mukhlish).



4. SULITKAH MENITI TINGKATAN IKHLAS SATU DEMI SATU ?



* Ya, sulit utk awam, bahkan untuk mencapai tingkatan pertama saja sudah
sedemikian sulit. Apalah lagi meniti anak tangga ke dua dan ketiga.*

**

5. Di manakah letak niat ?



Beberapa dalil islam menyatakan bahwa* niat itu ada di dalam hati. Karena
itu pula sebagian orang mem-bid'ah-kan / melarang niat yang dilisankan
melalui mulut (apa yang dikenal orang awam sebagai "niat usholi....").
Timbulah pertengkaran itu ...*



6. SOLUSINYA ?



Ulama menyadari bahwa* untuk mendapatkan keikhlasan perlu latihan yang
terus menerus dan berkesinambungan.* Bahkan untuk menahan keluhan ketika
beribadah pun memerlukan latihan. *Ulama pun menyadari bahwa tidak semua
orang bisa mencapai keikhlasan secara instan. Sebagian orang awam mengalami
kesulitan dalam meluruskan niatnya di dalam hati, agar niatnya itu hanya
untuk Allah*. Karena itu Ulama dengan ilmu pengetahuannya agamanya yang
luas, menyadari, bahwa untuk kalangan awam ini,* agar niat di dalam hatinya
lurus hanya untuk Allah, maka niatnya harus dibantu dengan alat.*



Bagaikan anak kecil yang belajar naik sepeda, *maka sepeda itu diberi roda
tambahan pengaman agar anak kecil itu tidak jatuh ketika belajar.*



Maka ulama dengan kasih sayangnya kepada golongan awam ini berusaha meramu
alat bantu, dari hapalan quran-nya dari hapalan ribuan hadist-nya, maka
terciptalah suatu alat yang sering disebut oleh orang awam sebagai *"niat
usholi....". Rangkaian kalimat "usholi..." tersebut adalah hasil
verifikasi dan verifikasi silang antar kitab yang dilakukan ulama, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.*



*Selama seseorang masih mengalami kesulitan dalam meluruskan niat di dalam
hati, maka seyogianya dia memakai alat bantu melisankan usholi, sampai ia
dapat meluruskan niat langsung di dalam hati. Barulah kemudian alat bantu
tersebut dapat dilepas.* Bagaikan anak kecil yang sudah bisa menyeimbangkan
sepeda yang dikendarainya, maka ia bisa mulai melepaskan roda pengaman
tambahan yang dipasang di sepedanya.



*Niat yang dilafalkan ini tidak berpengaruh ke dalam status sholat,
misalnya, karena shalat adalah "dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam". Dengan demikian posisi niat ada sebelum shalat, bukan di dalam
shalat.*



6. KESIMPULAN



*Seyogianya kita lebih berbesar hati dan berkasih sayang dengan saudara
kita yang masih memerlukan alat bantu dalam meluruskan niat dalam hatinya
dengan niat usholi.....*



*Jangan di salah-salahkan. Toh mereka tidak melakukan kemungkaran...*



*Andaikan itu disalahkan, maka hasil ramuan ulama dari hapalan quran dan
hadist pun disalahkan. Lebih menyedihkan lagi, yang menyalahkan itu tak
hapal quran dan tak hapal satu hadist pun... hanya bisa berkata, saya benar
dan engkau salah, tanpa berdasarkan dalil.*



SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 30 Oktober 2012

7 CIRI ULAMA' AKHIRAT (KAJIAN KITAB IHYA' ULUMUDDIN)

*Dan orang-orang yang beruntung dan didekatkan (kepada Allah) adalah ulama
akhirat. Ikutilah para ulama akhirat ini, dan jangan terjebak dengan
ulama-ulama dunia (ulama yang buruk). Ulama akhirat benar-benar mengajak
kepada kebahagiaan akhirat. ^_^*



Artikel ini ringkasan dari sebagian kecil isi kitab *Ihya Ulumuddin karya
Imam al Ghazali*. Dalam kitab ini, ulama akhirat mempunyai tanda-tanda,
sebagian dari padanya adalah :





*1. Ia tidak mencari dunia dengan ilmunya.*

**

Hasan rahimahullah berkata: *"Tersiksanya para ulama adalah kematian hati.
Sedangkan kematian hati adalah mencari dunia dengan amal akhirat"*.

Sahl rahimahullah berkata: *"Ilmu seluruhnya adalah dunia kecuali
pengamalannya. Sedangkan amal itu seluruhnya beterbangan (lenyap) kecuali
amal yang ikhlas.*

**

Firman Allah Ta'ala tentang ulama dunia,

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah
diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada
manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji
itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang
sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (QS. Ali Imran:187)

Firman Allah Ta'ala tentang ulama akhirat,

Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada
mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan
ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan-nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (QS. Ali
Imran:199)



*"Barangsiapa yang menuntut ilmu dari apa yang untuk mencari keridlaan
Allah Ta'ala itu untuk mencari harta benda dunia maka ia tidak mendapatkan
bau syurga pada hari Kiamat"*. [HR. Abu Dawud, Ibn Majah]



"Ulama umat ini ada dua orang yaitu seseorang yang dikarunia ilmu oleh
Allah lalu ia memberikannya kepada manusia dan ia tidak mengambil ketamakan
(kelobaan) atasnya, dan ia tidak membeli (menukar) harga dengannya. Itulah
orang yang dimohonkan rahmat oleh burung di udara, ikan di air, binatang
bumi dan para malaikat yang mulia yang mencatat. Pada hari Kiamat ia
diajukan kepada Allah sebagai orang yang mulia sehingga ia menemani para
rasul. Dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah di dunia lalu ia kikir
terhadap hamba Allah, dan ia mengambil atasnya dengan kelobaan dan ia
membeli (menukar) harga dengannya. Orang itu pada hari Kiamat akan
dikenakan kendali dengan kendali dari api. Seorang penyeru menyeru di atas
makhluk,* "Ini Fulan bin Fulan di dunia diberi ilmu oleh Allah lalu ia
kikir atas para hamba-Nya, ia mengambilnya dengan kelobaan dan ia membeli
(menukar) harga dengannya, maka ia disiksa sehingga selesai perhitungan
(amal) manusia"*. [at Tabhrani]



Janganlah kamu duduk di sisi orang 'alim kecuali orang 'alim yang
mengajakmu dari lima macam kepada lima macam, yaitu *dari keraguan kepada
keyakinan, dari riya' kepada ikhlas, dari gemar (kepada dunia) kepada
zuhud, dari kesombongan kepada merendahkan diri, dan dari permusuhan kepada
nasihat*. [HR. Abu Nuaim dan Ibnul Jauzi]



Sebagian ulama ada yang menyimpan ilmunya maka ia tidak senang ilmu itu
didapat pada orang lain, itulah orang yang di tingkatan pertama dari neraka.



Sebagian ulama ada orang yang di dalam ilmunya seperti kedudukan raja
(penguasa). Jika sedikit dari ilmunya ditolak atau diremehkan sedikit saja
dari haknya maka ia marah. Itulah orang di dalam tingkat kedua dari neraka



Sebagian dari ulama ada orang yang memberikan ilmunya dan haditsnya yang
asing-asing untuk orang-orang mulia dan kaya dan ia tidak melihat kepada
orang yang menghajatkannya itu pantas untuk menjadi ahlinya, maka itulah
(ia) di dalam tingkatan yang ketiga dari neraka.



Sebagian dari ulama ada orang yang menegakkan dirinya untuk berfatwa lalu
ia memberi fatwa dengan kesalahan padahal Allah Ta'ala membenci orang-orang
yang membebankan dirinya. Itulah orang yang berada di tingkat ke empat dari
neraka.



Sebagian dari ulama ada orang yang berbicara dengan perkataan Yahudi dan
Nasrani agar ilmunya dipandang banyak dan mengalir terus, dan itulah orang
yang berada di tingkat ke lima dari neraka



Sebagian ulama ada orang yang menjadikan ilmunya sebagai keperwiraan,
keutamaan dan disebut-sebut di kalangan manusia. Itulah orang yang di
tingkat enam dari neraka.



Sebagian ulama ada orang yang menarik kecemerlangan dan kekaguman. Jika ia
memberi nasihat maka ia kasar dan jika diberi nasihat maka ia enggan.
Itulah orang yang di neraka tingkat tujuh.



Perbandingan antara orang yang mencari harta benda dunia dengan ahli ilmu
yang mencari keridlaan Allah di dalam al Qur'an,

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Berkatalah orang-orang
yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah
adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan
tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". (Al
Qashash:79-80)

Maka ahli ilmu mengetahui untuk mengutamakan akhirat atas dunia.



*2. Perbuatannya selaras dengan perkataannya*

**

* *Ia tidak memerintahkan sesuatu amal perbuatan yang ia sendiri tidak
mengamalkannya.



Allah Ta'ala berfirman,

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS. Al Baqarah: 44)

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan. (QS. As Shaaf: 3)

Sabda baginda Nabi saw: *"Pada malam saya diperjalankan di malam hari, saya
melewati suatu kaum yang bibirnya digunting dengan gunting dari api. Lalu
saya bertanya: "Siapakah kamu sekalian ?". Mereka menjawab: "Kami adalah
dahulu memerintahkan kebaikan namun kami tidak melaksanakannya, dan kami
melarang kemungkaran namun kami melakukannya"*. [HR. Ibnu Hibban]



Asy Sya'bi berkata: "Pada hari Kiamat suatu kaum dari penghuni syurga
menampakkan kepada suatu kaum dari penghuni neraka. Mereka bertanya kepada
suatu kaum dari neraka itu: *"Apakah yang menjadikan kamu masuk neraka?
Kami dimasukkan oleh Allah ke syurga hanya karena keutamaan pendidikan dan
ajaranmu?". Suatu kaum dari neraka itu menjawab: "sesungguhnya dahulu kami
memerintahkan kebaikan namun kami tidak melaksanakannya, dan kami mencegah
dari keburukan namun kami menjalankannya".*



Hatim al Asham rahimahullah berkata:* "Pada hari Kiyamat tidak ada orang
yang paling menyesal dari pada seseorang yang mengajarkan ilmu kepada
manusia lalu mereka mengamalkannya sedangkan ia tidak mengamalkannya.
Mereka beruntung dengan sebab pengamalan itu, sedang ia binasa".*



Ibnu Mas'ud berkata:* "Akan datang suatu masa pada manusia di mana
kemanisan hati dirasakan asin. Maka pada hari itu orang 'alim dan orang
yang belajar tidak mengamalkan ilmunya. Hati Ulama mereka seperti tanah
kosong yang bergaram yang turun tetesan hujan, maka tidak didapatkan air
tawar dari padanya. Demikian itu apabila hati ulama cinta kepada dunia dan
mengutamakannya atas akhirat. Ketika itu Allah Ta'ala mencabut
sumber-sumber hikmah dan memadamkan pelita-pelita petunjuk dari hati
mereka. Orang 'alim mereka memberitahukan ketika kamu bertemu dengannya
bahwasanya ia takut kepada Allah dengan lidahnya sedangkan perbuatan dosa
amalnya. Maka alangkah suburnya lidah dan gersangnya hati dewasa itu. Demi
Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, hal itu tidak lain karena
orang-orang yang mengajar itu mengajar karena selain Allah Ta'ala,
sedangkan orang-orang yang belajar itu belajar bukan karena Allah Ta'ala".*



Ka'ab rahimahullah berkata: *"Di akhir zaman akan ada ulama yang menyuruh
manusia untuk zuhud terhadap dunia, namun mereka tidak zuhud, mereka
menyuruh manusia takut (kepada Allah) namun mereka tidak takut, mereka
melarang dari mendatangi para penguasa namun mereka mendatangi para
penguasa, mereka mengutamakan dunia atas akhirat, mereka makan dengan lidah
mereka, mereka mendekati orang-orang kaya, tidak kepada orang-orang miskin.
Mereka cemburu kepada ilmu sebagaimana orang-orang wanita cemburu kepada
orang-orang laki-laki. Salah Seorang di antara mereka marah kepada teman
duduknya apabila teman duduknya itu duduk-duduk dengan orang lain. Mereka
itulah orang-orang yang tukang paksa, musuh-musuh Tuhan Yang Maha Pengasih"*
.



Sabda baginda Nabi saw: "Sesungguhnya syaithan barangkali menunda-nundamu
dengan ilmu". Lalu ditanyakan: "Wahai Rasulullah, bagaimanakah itu ?".
Beliau SAW bersabda: "Syaithan berkata: *"Tuntutlah ilmu dan jangan kamu
amalkan sehingga kamu mengetahui. Senantiasa Syaithan itu berkata kepada
ilmu demikian itu dan menunda-nunda terhadap amal sehingga ia mati dan
tidak beramal"*.[Diriwayatkan dari Anas dengan sanad yang lemah]



*3. Ia menjauhi ilmu yang sedikit manfaatnya, yang banyak perdebatan dan
omong kosong.*

**

Perhatiannya adalah untuk memperoleh ilmu yang bermanfa'at di akhirat, yang
menggemarkan untuk taat.

Baginda Nabi saw bersabda:* "Sebagian dari yang saya takutkan atas ummatku
adalah tergelincirnya orang 'alim dan perdebatan orang munafik mengenai Al
Qur'an"*. [HR. Ath Thabrani dan ibn Hibban]



Ibnu Mas'ud ra. berkata : "*Ilmu itu bukan dengan banyaknya
riwayat*,*namun ilmu itu adalah takut (kepada Allah)".
*



Ibnu Mas'ud ra. berkata : "Al Qur'an itu diturunkan untuk diamalkan. Maka
mempelajarinya ambil pengamalannya. Akan datang suatu kaum yang terdidik
itu seperti saluran. Mereka bukan orang-orang pilihanmu. Orang 'alim yang
tidak mengamalkan adalah seperti orang sakit yang menyifati obat, dan
seperti orang lapar yang menyifati makanan-makanan yang lezat-lezat namun
ia tidak mendapatkannya".



Perumpamaan orang yang berpaling dari ilmu amal dan sibuk dengan perdebatan
adalah seperti seseorang yang sakit dengan banyak penyakit padanya. Ia
bertemu dengan seorang dokter yang pandai untuk waktu yang singkat yang
dikhawatirkan kehabisan waktu. Orang yang sakit itu justru sibuk dengan
menanyakan khasiat obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan, obat-obat lain dan
hal-hal yang ganjil-ganjil dari dunia kedokteran; ia tinggalkan
kepentingannya untuk mengobati penyakitnya. Ini adalah kebodohan.



*4. Ia tidak cenderung kepada kemewahan.*

**

Namun ia mengutamakan hemat dalam seluruhnya itu dan ia menyerupai ulama
salaf rahimahumullah padanya. Dan ia senang untuk mencukupkan dengan yang
paling minimal dalam seluruhnya itu. Setiap kali ia bertambah ke arah
minimal maka bertambahlah dekatnya kepadaAllah, dan meningkat derajatnya di
kalangan ulama akhirat.



Hatim Al Asham, ketika ia berjalan ke Madinah lalu ia disambut oleh
penduduk Madinah. Maka ia bertanya: "Kota apakah ini?. Mereka menjawab :
"Kota Rasulullah SAW.".

Ia bertanya : "Di manakah istana Rasulullah SAW. sehingga saya shalat
padanya?". Mereka menjawab: "Beliau tidak mempunyai istana. Beliau hanyalah
memiliki rumah yang menempel di atas tanah (karena rendahnya)".

Ia bertanya: "Di manakah istana-istana shahabatnya ra?". Mereka menjawab:
"Mereka tidak mempunyai istana. Mereka hanya memiliki rumah yang menempel
di atas tanah".

Hatim berkata : "Hai kaumku, ini adalah kota Fir'aun". Maka mereka
menangkap dan membawanya kepada Sulthan, dan mereka berkata : "Orang 'ajam
ini mengatakan ini adalah kota Fir'aun"'.

Penguasa itu berkata : "Mengapa demikian?".

Hatim berkata : "Janganlah kamu tergesa-gesa atasku. Saya seorang laki-laki
'ajam (luar Arab), yang asing. Saya masuk kota ini dan saya bertanya "Kota
siapakah ini ? Mereka menjawab: "Kota Rasulullah SAW.". Saya berkata : "Di
manakah istananya ?". Dan ia mengisahkan kisah itu.

Kemudian ia berkata : "Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Sungguh telah ada contoh yang baik bagimu pada Rasulullah ". (Al
Ahzab : 21).

Kamu kepada siapa mengikut, apakah kepada Rasulullah ataukah kepada Fir'aun
orang yang pertama kali membangun dengan lepoh dan bata merah".

Lalu mereka melepaskan dan meninggalkannya.

Ini adalah riwayat Hatim Al Asham rahimahumullah Ta'ala. Dan akan datang
sesuatu yang menjadi saksi bagi yang demikian dari perilaku ulama salaf
dalam kesederhanaan dan meninggalkan keindahan di tempat-tempatnya.



Allah Ta'ala berfirman,

Artinya: "Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang
dikeluarkan bagi hamba-hamba-Nya' dan (siapa yang mengharamkan) rizki yang
baik-baik"' (Al A'raf : 32).

Yang sebenarnya, bahwasanya berhias dengan yang mubah itu tidaklah haram,
tetapi bergelimang padanya menyebabkan jinak dengannya sehingga sulit
meninggalkannya. Kesenangan berhias biasanya melazimkan untuk melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan dari berminyak muka, menjaga makhluk dan harga diri
mereka dan hal-hal lain yang terlarang.



Menjaga diri itu adalah menjauhi hal itu karena orang yang bergelimang di
dalam dunia maka sama sekali ia tidak selamat dari padanya.



Sehubungan dengan itu, Imam Malik ibn Anas mengatakan bahwa meninggalkan
itu (kesenangan atas perhiasan dunia) adalah lebih baik dari pada masuk
padanya.



*5. Ia menjauh dari para penguasa.*

**

Bahkan seyogya untuk menjaga diri dari bergaul dengan mereka, meskipun para
sultan (penguasa) itu datang kepadanya karena dunia itu manis dan hijau,
kendalinya di tangan para sultan. Sedangkan bergaul dengan mereka tidak
lepas dari membebankan diri untuk mencari keridhaan mereka dan mencari
kesenangan hati mereka pada hal mereka zhalim.

Secara garis besar, bergaul dengan mereka (penguasa) itu adalah kunci
keburukan, sedangkan jalan ulama akhirat adalah berhati-hati.

Hudzaifah berkata : "Takutlah kamu terhadap tempat-tempat fitnah".
Ditanyakan : "Apakah itu?". Ia berkata : Pintu-pintu para amir (penguasa)
di mana salah seorang di antaramu masuk kepada amir lalu ia membenarkannya
dalam kebohongan, dan ia berkata padanya dengan sesuatu yang tidak ada
padanya".

Rasulullah saw bersabda, "Seburuk-buruk ulama adalah orong-orang yang
datang kepada amir-amir, sedangkan sebaik-baik amir adalah orang-orang yang
datang kepada para ulama. [H.R. Ibnu Majah dari Abu Hurairah dengan sanad
yang lemah]



*6. Ia tidak segera memberi fatwa*

**

Jika ia ditanya tentang sesuatu yang diketahuinya secara yakin dengan nash
Kitabullah (Al Qur'an) atau nash hadits atau ijma' atau qiyas maka barulah
ia memberi fatwa.

Dan jika ia ditanya tentang sesuatu yang ia ragu padanya maka ia berkata :
"Saya tidak tahu". Dan jika ia ditanya tentang sesuatu yang diduganya
dengan ijtihad dan dugaan maka ia berhati-hati dan ia membela dirinya dan
ia pindahkan kepada orang lain yang lebih mempunyai kekayaan ilmu.



Ibnu Mas'ud ra. berkata : *"Sesungguhnya orang yang memberi fatwa kepada
manusia pada setiap apa yang mereka mintakan fatwa adalah orang gila".*



Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata : "Tidak ada sesuatu yang lebih
berat atas syaithan dari pada orang 'alim yang berkata dengan ilmu dan diam
dengan ilmu. Syaithan berkata : "Lihatlah orang ini. Diamnya lebih berat
atasku dari pada berbicaranya".



Abu Hafsh An Naisaburi berkata : "Orang 'alim adalah orang yang ketika
ditanya takut untuk dikatakan (ditanyakan) pada hari Kiyamat dari manakah
kamu menjawab ?'.



Kesibukan para shahabat dan tabi'in ra. itu pada lima macam, yaitu :
membaca Al Qur'an, meramaikan masjid, dzikir kepada Allah Ta'ala, amar
ma'ruf (memerintahkan kebajikan) dan nahi mungkar (melarang
perbuatan/perkataan yang buruk). Demikian itu karena mereka mendengar dari
sabda Rasulullah SAW.

Artinya : "Setiap perkataan anak Adam itu memadharatkannya, tidak
menguntungkannya kecuali tiga macam yaitu amar ma'ruf, nahi mungkar dan
dzikir kepada Allah Ta'ala".[H.R. At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits
Ummu Habibah]

Diam itu senantiasa perilaku ahli ilmu kecuali ketika dharurat. Dan di
dalam hadits :

Artinya: "Apabila kamu melihat seseorang telah diberi diam dan zuhud maka
dekatlah kamu kepadanya, karena ia mengajarkan hikmah".[H.R. Ibnu Mahah
dari hadits ibnu Khilad dengan sanad yang lemah]



*7. Lebih banyak perhatiannya kepada ilmu batin, mengawasi hati, mengenal
dan menempuh jalan akhirat.*

**

Ia membenarkan harapan tentang terbukanya hal itu dari mujahadah (berjuang
melawan hawa nafsu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah) dan
muraqabah (mengawasi hati).



*Sesungguhnya mujahadah itu menyampaikan kepada musyahadah (menyaksikan ke
Maha Besaran Allah Ta'ala) dan detail-detail ilmu hati yang dengannya
terpancarlah sumber-sumber hikmah dari hati.*



Kitab-kitab dan pengajaran lahiriah saja tidaklah memenuhi hal itu. *Hikmah
hanya terbuka dengan mujahadah, muraqabah (pengawasan), langsung amal-amal
lahir dan batin, duduk bersama Allah'Azza Wa Jalla dalam khalwat dengan
hadirnya hati dengan pikiran yang jernih, dan memutuskan diri dari selain
Allah Ta'ala menuju kepadaNya.*



Inilah kunci ilham dan sumber keterbukaan. Berapa banyak orang yang belajar
yang lama belajarnya dan tidak mampu untuk melampaui apa yang didengarnya.
Dan ada orang yang membatasi diri pada apa yang penting dalam belajar,
menyempurnakan amal, dan mengawasi hati maka Allah membukakan baginya dari
hikmah yang lembut-lembut, sesuatu yang akal-akal orang yang berfikir itu
bingung padanya.



Nabi SAW. bersabda :

Artinya : "Barangsiapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah
memberinya ilmu apa yang tidak ia ketahui.[H.R. Abu Na'im dari hadits Anas
dan ia melemahkannya]

Sahl bin Abdullah At Tastari rahimahullah berkata : "Para ulama, para ahli
ibadah dan orang-orang yang zuhud dari dunia sedang hati mereka tertutup
dan tidaklah terbuka kecuali hati orang-orang yang jujur dan orang-orang
yang mati syahid, kemudian ia membaca firman Allah Ta'ala:

Artinya: "Dan di sisi Nya kunci-kunci Ghaib di mana tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia". (Al An'am : 59).

Nabi SAW. bersabda dalam hadits Qudsi,

Artinya : "Senantiasalah hamba itu mendekatkan diri kepadaKu sehingga Aku
menyintainya. Apabila Aku menyintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang
mana ia mendengar dengannya".

TANYA JAWAB SAMPAI TUNTAS MENGENAI TAWASSUL ^_^

*Apa arti tawasul dengan walinya Allah?*

* *

* *

Tawasul dengan walinya Allah SWT artinya menjadikan para kekasih Allah
sebagai perantara menuju kepada Allah SWT.dalam mencapai hajat, karena
kedudukan dan kehormatan di sisi Allah yang mereka miliki, disertai
keyakinan bahwa mereka adalah hamba dan makhluk Allah SWT.yang dijadikan
oleh-Nya sebagai lambing kebaikan, barokah, dan pembuka kunci rahmat. Pada
hakekatnya, orang yang bertawasul itu tidak meminta hajatnya dikabulkan
kecuali kepada Allah SWT dan tetap berkeyakinan bahwa Allah-lah yang maha
memberi dan Maha Menolak. Bukan yang lain-Nya. Ia menuju kepada Allah
SWT.dan orang-orang yang dicintai Allah SWT, karana mereka lebih dekat
kepada-Nya, dan Dia menerima doa mereka dan syafaatnya karena
kecintaan-Nya. Allah SWT,mencintai orang-orang yang baik dan orang-orang
yang bertaqwa. Dalam hadits qudsi disebutkan:



ولا يزال عبدي يتقرّب إليّ بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذى سمع
به وبصره الذى يبصر به ويده التى يبطش بها ورجله الذى يمشى بها ولئن سألني
لأعطيته ولئن استعاذني لأعيذنه

*Hambaku tidak henti-hentinya mendekatkan diri kepada-Ku dengan
ibadah-ibadah sunah, sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya,
maka Aku pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan penglihatannya
yang ia melihat dengannya, tangannya, dan penglihatanny yang ia melihat
dengannya, kakinya yang ia berjalan dengannya. Apabila ia memohon
kepada-Ku, maka aku berinya, dan jia meminta perlindungan, maka Aku berinya
perlindungan."* (HR. Imam al-Bukhori).



*Apa hukum tawasul dengan orang-orang yang dikasihi oleh Allah?*

* *

Tawasul dengan orang-orang yang dicintai Allah, seperti nabi-nabi dan
orang-orang yang shalih itu boleh, berdasarkan ijma' ulama' kaum muslimin.
Bahkan ia merupakan cara orang-orang mukmin yang diridloi. Tawasul itu
telah dikenal sejak zaman dahulu dan sekarang.



*Bagaimana halnya dengan orang yang beranggapan bahwa tawasul itu adalah
syirik dan kufur, serta pelakunya adalah musyrik dan kafir?*

* *

* *

Tidak dapat diteladani orang yang *nyleneh* dan berpisah dari jama'ah yang
beranggapan bahwa*tawasul* adalah perbuatan syirik atau haram, lalu
menghukumi musyrik orang-orang yang bertawasul. Ini jelas tidak benar dan
batil, sebab anggapan seperti ini akan menimbulkan penilaian, bahwa
sebagian umat Islam telah membuat kesepakatan (*ijma'*) atas perkara yang
haram atau kemusyrikan. Hal demikian adalah mustahil, karena umat Muhammad
ini telah mendapat jaminan tidak bakal membuat kesepakatan atas perbuatan
sesat, berdasarkan hadits-hadits Rasulullah SAW.seperti hadits:



سألت ربي أن لايجمع أمتي على ضلالة فأعطانيها

*"Saya memohon kapada Tuhanku Allah, untuk tidak menghimpunkan umatku atas
perkara sesat, dan Dia mengabulkan permohonanku itu."* (HR. Ahmad dan
at-Thabrani).



لايجمع الله أمتي على ضلالة أبدا

*"Allah tidak menghimpunkan umatku untuk bersepakat atas perkara sesat
selama-lamanya."*(HR.Imam al-Hakim).



ما رآه المسلمون حسنا فهوعهند الله حسن

*"Apa yang diyakini baik oleh orang-orang islam, maka menurut Allah juga
baik."*

* *

* *

*Apakah ada dalil al-qur'an tentang tawasul?*

* *

* *

Ya, ada. Adapun ayat al-Qur'an yang menunjukkan dibolehkan tawasul adalah
ayat:

*"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya."* (QS. Al-Maidah: 35)



Ini adalah permintaan dari Allah, agar kita mencari *wasilah* (perantara),
yaitu segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai sebab untuk
mendekatkan kepada-Nya dan sampai pada terpenuhinya hajat dari-Nya.

*Apakah tawasul itu terbatas pada amal perbuatan saja, tidak pada benda
(Dzat)?*

* *

* *

Tidak, karena ayat Al-Qur'an tersebut umum ('*amm*) meliputi amal-amal
perbuatan baik dan orang-orang shalih, yakni dzat-dzat yang mulia, seperti
Nabi SAW.dan wali-wali Allah yang bertaqwa.



Adapun orang yang berpendapat boleh tawasul dengan amal perbuatan saja,
sedangkan tawasul dengan dzat-dzat tidak boleh, dan ia membatasi maksud
ayat pada pengertian pertama (tawasul dengan amal perbuatan), maka pendapat
ini tidak berdsar, sebab ayat tersebut adalah mutlak. Bahkan membawa ayat
kepada pengertian kedua (tawasul dengan dzat) itu lebih mendekati, sebab
Allah dalam ayat ini memerintahkan taqwa dan mencari wasilah, sedang arti
taqwa adalah mengerjakan perintah dan menjauhi larangan. Apabila kata
*"Ibtighoul
wasilah"* (mencari wasilah) kita artikan dengan amal-amal sholeh, berarti
perintah dalam mencari wasilah hanya sekedar pengulangan dan pengukuhan.
Tetapi jika lafad *"al-Wasilah"* ditafsirkan dzat-dzat yang ulia, maka ia
berarti yang asal, dan akna inilah yang lebih diutamakan dan lebih
didahulukan. Disamping itu apabila tawasul itu boleh dengan amal-amal
perbuatan baik, padahal amal-amal perbuatan merupakan sifat yang
diciptakan, maka dzat-dzat yang diridloi oleh Allahlebih berhak dibolehkan,
mengingat ketinggian tingkat ketaatan, keyakinan dan ma'rifat dzat-dzat itu
kepada Allah SWT, allah SWT.berfirman:

(QS. An-Nisa' : 64).

Ayat ini dengan jelas menerangkan dijadikannya RAsulullah sebagai wasilah
kepada Allah SWT. Firman Allah *"Jaa-uuka"* (mereka dating kepadamu)
dan *"Wastaghfaro
lahumurrosuulu"*(dan Rasul memohokan ampun untuk mereka). Andaikata tidak
demikian, maka apa kalimat*"Jaa-uuka"*.



*Apakah tawasul itu dibolehkan secara umum, baik dengan orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati?*

* *

* *

Ya, dibolehkan secara umum, karena ayat tersebut juga umum ('*amm*), ketika
beliau masih hidup di dunia dan sesudah beliau wafat.



Telah dipastikan, bahwa para nabi dan para wali itu hidup dalam kubur
mereka, dan arwah mereka di sisi Allah SWT. Barangsiapa tawasul dengan
mereka dan menghadap kepada mereka, maka mereka menghadap kepada Allah
dalam rangka tercapainya permintaannya. Dengan demikian, maka yang dimintai
adalah Allah. Dia-lah yang berbuat dan yang mencipta, bukan lain-Nya.
Sesunggguhnya kami golongan ahlussunnah wal jama'ah tidak meyakini adanya
kekuasaan, penciptaan, manfaat, dan mudhorot kecuali milik Allah Yang Maha
Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Para Nabi dan para wali tidak memiliki
kekuasaan apapun. Mereka hanya diambil berkah dan dimintai bantuan karena
kedudukan mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah,
karena merekalah Allah memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Dalam hal
ini, tidak ada perbedaan antara mereka yang masih hidup atau mereka yang
sudah meninggal dunia. Yang kuasa berbuat dalam dua kondisi tersebut
hakekatnya adalah Allah, bukan mereaka yang hidup atau yang mati.



Adapun orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang telah meninggal,
sepertinya mereka itu berkeyakinan bahwa orang-orang yang masih hidup
memiliki kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain sedangkan orang yang
telah meninggal tidak. Keyakinan seperti ini batil, sebab Allah-lah
pencipta segala sesuatu.



*Apa tawasul dengan orang-orang yang telah meninggal itu diperbolehkan?*

* *

* *

Dalilnya sebagaimana firman Allah:

*"Sesungguhnya jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.*(QS.An-Nisa' :64).



Ayat di atas adalah umum (*'amm*) mencakup pengertian ketika beliau masih
hidup dan ketika sesudah wafat dan berpindahnya ke alam*barzakh*. Imam ibnu
Al-Qoyyim dalam kitab*Zadul ma'ad* menyebutkan:

عن أبي سعيد الخضريّ قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم ما خرج رجل من
بيته إلى الصلاة فقال اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين عليك وبحقّ ممساي هذا
إليك فإني لم أخرج بطرا ولا أشرا ولا رياءا ولا سمعة وإنما خرجت اتّقاء سخطك
وابتغاء مرضاتك وأسألك أن تنقذني من النّار وأن تغفر لي ذنوبي فإنه لايغفر
الذنوب إلاّ أنت إلاّ وكّل الله به سبعين ألف ملك يستغفرون له وأقبل الله عليه
بوجهه حتّى يقضي صلاته.



*"Dari Abu Sa'id al-Khudry, ia berkata, Rasulullah SAW.bersabda: "seseorang
dari rumahnya hendak sholat dan membaca do'a:*

* *

اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين عليك وبحقّ ممساي هذا إليك فإني لم أخرج بطرا
ولا أشرا ولا رياءا ولا سمعة وإنما خرجت اتّقاء سخطك وابتغاء مرضاتك وأسألك
أن تنقذني من النّار وأن تغفر لي ذنوبي فإنه لايغفر الذنوب إلاّ أنت



*Kecuali Allah menugaskan 70.000 malaikat agar memohokan ampun untk oran
tersebut, dan Allah menatap orang itu hingga selesai sholat". (HR. Ibnu
Majjah).*

Dari Imam al-Baihaqi, Ibnu As-Sunni dan al-Hafidz Abu Nu'aim meriwayatkan
bahwa do'a Rasulullah ketika hendak keluar menunaikan shalat adalah:



اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين....إلخ

Para ulama; berkata, "ini adalah tawasul yang jelas dengan semua hamba
beriman yang hidup atau yang telah mati. Rasulullah mengajarkan kepada
sahabat dan memerintahkan mebaca do'a ini. Dansemua orang salaf dan
sekarang selalu berdo'a dengan do'a ini ketika hendak pegi sholat."

Abu Nu'aimah dalam kitab al-Ma'rifah, at-Tabrani dan Ibnu Majjah mentakhrij
hadits:



عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال لمّا ماتت فاطمة بنت أسد أم علي بن ابي طالب
رضي الله عنهما -وذكر الحديث- وفيه: أنه صلى الله عليه وسلم اضطجع في قبرها
وقال: الله الذى يحي ويميت وهو حيّ لايموت اغفر لأمّي فاطمة بنت أسد ولقنها
حجتها ووسّع مدخلها بحقّ نبيّك والأنبياء والمرسلين قبلي فإنك أرحم الراحمين

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata, "ketika Fatimah binti Asad ibunda Ali
bin Abi Thalib ra meninggal, maka sesungguhnya Nabi SAW berbaring diatas
kuburannya dan bersabda:

"Allah adalah Dzat yang Menghidupkan dan mematikan. Dia adalah Maha Hidup,
tidak mati. Ampunilah ibuku Fatimah binti Asad, ajarilah hujjah (jawaban)
pertanyaan kubur dan lapangkanlah kuburannya dengan hak Nabi-Mu dan
nabi-nabi serta para rasul sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang."

Maka hendaklah diperhatikan sabda beliau yang berbunyi:



بحقّ الأنبياء قبلي

*"Dengan hak para nabi sebelumku".*

* *

* *

*Jika tawasul dengan orang-orang yang telah mati itu boleh, mengapa
kholifah Umar din al-Khottob tawasul dengan al-Abbas, tidak dengan Nabi SAW?
*

* *

* *

Para ulama' telah menjelaskan hal ini juga, mereka berkata:



"Adapun tawasul Umar bin al-Khottob dengan al-Abbas ra bukanlah dalil
larangan tawasul dengan orang yang telah meninggal dunia. Tawasul Umar bin
al-Khottob dengan al-Abbas tidak dengan Nabi SAW itu untuk menjelaskan
kepada orang-orang bahwa tawasul dengan selain itu boleh, tidak berdosa.
Tentang mengapa dengan al-Abbas bukan dengan sahabat-sahabat lain, adalah
untuk memperlihatkan kemuliaan ahli bait Rasulullah SAW.



*Apa dalilnya?*

* *

* *

Dalilnya adalah perbuatan para sahabat. Mereka selalu dan terbiasa
bertawasul dengan rasulullah SAW setelah beliau wafat.



Seperti yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dan Ibnu abi Syaibah dengan sanad
yang shohih:

"Sesungguhnya orang-orang pada masa kholifah Umaar banal-Khottob ra
tertimpa paceklik karena kekurangan hujan. Kemudian Bilal bin al-Harits ra
dating ke kuburan Rasulullah SAW dan berkata: "Ya rasulullah, mintakanlah
hujjah untuk umatmu karena mereka telah binasa." Kemudian ketika Bilal
tidur didatangi oleh Rasulullah SAW dan berkata: datanglah kepada Umar dan
sampaikan salamku kepadanya dan beritahukan kepada mereka, bahwa mereka
akan dituruni hujan. Bilal lalu dating kepada kholifah Umara dan
menyampaikan berita tersebut. Umar menangis dan orang-orang dituruni hujan."



Di mana letak penggunaan dalil hadits tersebut?Letak penggunaan dalil dr
hadits tersebut adalah perbuatan Bilal bin Al-Harits, seorang sahabat Nabi
SAW yang tidak diprotes oleh kholifah Umar maupun sahabat-sahabat Nabi
lainnya. Imam ad-Darimi juga mentakhrij sebuah hadits:



إن أهل المدينة قحطوا قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة رضي الله عنها فقالت انظروا
إلى قبر النبيّ صلى الله عليه وسلّم فاجعلوا منه كوى إلى السماء حتى يكون بيبه
وبين السماء سقف ففعلوا فمطروا مطرا شديدا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتي
تفتقن فيسمّى عام الفتقة

*"Sesungguhnya penduduk Madinah mengalami paceklik yang amat parah, karena
langka hujan. Mereka mengadu kepada Aisyah ra dan ia berkata: "lihatlah
kamu semua ke kuburan Nabi SAW lalu buatlah lubang terbuka yang mengarah ke
arah langit, sehingga antara kuburan beliau dan langit tidak ada atap yang
menghalanginya. Meeka melaksanakan perintah Aisyah, kemudian mereka
dituruni hujan yang sangat deras, hingga rumput-rumput tumbuh dan unta
menjadi gemuk."*

* *

Ringkasnya, tawasul itu dibolehkan, baik dengan amal perbuatan yang baik
maupun dengan hamba-hamba Allah yang soleh, baik yang masih hidup atau yang
sudah meninggal dunia. Bahkan tawasul itu telah berlaku sebelum Nabi
Muhammad diciptakan.



*Apa dalil bahwa tawasul terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW diciptakan?*

* *

* *

Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Umar bin al-Khottob:

*"Ketika Nabi Adam terpeleset melakukan kesalahan, maka berkata,*

*"Hai Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad, Engkau pasti
mengampuni kesalahanku."*

*Allah berfirman: "Bagaimana kamu mengetahui Muhammad, padahal belum Aku
ciptakan?"*

*Nabi Adam berkata: "Hai Tuhanku, karena Engkau ketika menciptakanku dengan
tangan kekuasaan-MU, aku mengangkat kepalaku kemudian aku melihat ke atas
tiang-tiang arsy tertulis La ilaaha illa Allah. Kemudian aku mengerti,
sesungguhnya Engkau tidak menyandarkan ke nama-MU, kecuali makhluk yang
paling Engkau cintai."*

*Kemudian Allah berfirman: "Benar engkau hai adam. Muhammad adalah makhluk
yang paing Aku cintai. Apabila kamu memohon kepada-Ku dengan hak Muhammad,
maka Aku mengampunimu, dan andaikata tidak karena Muhammad maka Aku tidak
menciptakanmu."*(HR. al-Hakim, at-Thobroni dan al-Baihaqi).



Nabi Adam as adalah orang yang mula-mula tawasul dengan Nabi Muhammad SAW.

Imam Malik telah memberi anjuran *tawasul*kepada Khalifah al-Mansur, yaitu
ketika ia ditanya oleh kholifah yang sedang berada di masjid Nabawi:

Saya sebaiknya menghadap kiblat dan berdo'a atau menghadap Nabi SAW?"

Imam Malik berkata kepada kholifah, "Mengapa engkau memalingkan wajahmu
dari beliau, padahal beliau adalah wasilahmu dan wasilah bapakku Nabi Adam
as.kepada Allah SWT. Menghadaplah kepada beliau dan mohonlah pertolongan
dengannya, Allah akan memberinya pertolongan dalam apa yang engkau minta."



Allah befirman:

*"Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.*(QS.An-Nisa' :64).

Keterangan ini disebutkan oleh al-Qodli 'Iyadl dalam kitab as-Syifa'.



*Bagaimana cara tawasul?*

* *

* *

Para ulama telah menerangkan, bahwa tawasul dengan dzat-dzat yang mulia,
seperti Nabi SAW, para Nabi dan hamba-hamba Allah itu ada tiga macam, yaitu:


-



Memohon (berdoa) kepada Allah SWT.dengan meminta bantuan mereka. Contoh:


اللهم إني أسألك بنبيك محمد أو بحقه عليك أو أتوجّه به إليك في كذا....

*"Ya Allah, saya memohon kepada-Mu melalui Nabi-Mu Muhammad* *atau dengan
hak beliau atas Kamu atau supaya saya menghadap kepada-Mu dengan Nabi SAW
untuk..."*


-



Meminta kepada orang yang dijadikan wasilah agar ia memohon kepada Allah
untuknya agar terpenuhi hajat-hajatnya seperti:


يا رسول الله، ادع الله تعالى أن يستقينا أو...

*"Ya Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah SWT agar Dia menurunkan hujan
atau..."*


-



Meminta sesuatu yang dibutuhkan kepada orang yang dijadikan wasilah, dan
meyakininya hanya sebagai sebab Allah memenuhi permintaannya karena
pertolongan orang yng dijadikan wasilah dank arena doanya pula. Cara ketiga
ini sebenarnya sama dengan cara kedua.


Tiga macam cara tawasul ini semua berdasarkan nash-nash yang shahih dan
dalil-dalil yang jelas. Apa dalil tawasul dengan cara yang pertama?

Dalil tawasul dengan cara yang pertama adalah hadits-hadits Nabi SAW antara
lain:



*"Dari Autsman bin Hunaif ra:*

*Sesungguhnya seorang laki-laki tuna netra datang kepada Nabi SAW dan
berkata, "Ya Rasululah, berdo'alah kepada Allah agar menyembuhkan saya."*

*Beliau bersabda, "Jika engkau mau, berdoalah. Dan jika engkau mau
bersabarlah (dengan kebutaan) karena hal itu (sabar) lebih baik untuk kamu."
*

*Laki-laki itu berkata: "berdo'alah untuk saya, karena mataku benar-benar
benar-benar memberatkan (merepotkan)ku."*

*Kemudian Nabi SAW memerintahkan si laki-laki itu agar berwudlu, shalat dua
rakaat, lalu berdoa seperti doa dalam hadits yang arti doa itu adalah: "Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui
Nabi-Mu Muhammad, nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad, sesungguhnya aku
melalui kamu menghadap kepada Tuhanku dalam urusan hajatku ini, agar hajat
itu dikabulkan kepadaku. Ya Allah, tolonglah beliau dalam urusanku."*

*Si laki-laki itu melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW kemudian
pulang dalam keadaan dapat melihat."*

* *

Renungkanlah bagaimana Nabi SAW tidak berdoa sendiri untuk kesembuhan mata
si tuna netra, tetapi beliau mengajarkan kepadanya cara berdoa dan
menghadap kepada Allah melalui kedudukan diri beliau dan memohon kepada
Allah agar meminta bantuan dengan beliau. Dalam hal ini, ada dalil yang
jelas tentang kesunahan tawasul dan meminta bantuan dengan dzat Nabi
Muhammad SAW.

Ajaran *tawasul* dalam doa yang disebutkan pada hadits tersebut tidak
khusus untuk laki-laki tuna netra itu saja, tetapi umum untuk umatnya
seluruhnya, baik semasa beliau masih hidup atau sesudah wafat. Pemahaman *
rawi* dalam menghadapi hadits itu dapat dijadikan *hujjah*sebagaimana
diuraikan dalam *ilmu ushul*.



*Apa dalil tawasul dengan cara kedua?*

* *

* *

Dalilnya banyak, diantaranya:

*"Dari Anas ra.ia berkata:*

*Ketika Nabi SAW berkhutbah pada hari Jum'at, tiba-tiba ada seorang
laki-laki masuk dar pintu masjid dan langsung menghadap kepda Nabi SAW
seraya berteriak:*

*"Hai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalan telah putus,
maka berdoalah kepada Allah supaya menghujani kami.*

*Rasulullah SAW.lalu mengangkat tangan dan berdo'a, "Ya Allah turunkanlah
hujan kepada kami tiga kali.*

*Anas berkata: "Demi Allah kami melihat awan di langit dan kami hari itu
dituruni hujan begitu juga hari berikutnya.*

*Kemudian si laki-laki itu atau orang lainnya datang dan berkata: "Ya
Rasulullah rumah-rumah ambruk dan jalan-jalan terputus.*

*"Kemudian Beliau berdoa: "Allah, turunkanlah hujan disekitar kita bukan
diatas kita," kemudian awan terbelah dan kami keluar berjalan di bawah
sinar matahari.*

* *

Di dalam hadits yang shahih ini ada petunjuk atau dalil, bahwa setiap orang
disamping boleh berdoa (memohon) kepada Allah secara langsung, boleh juga
boleh juga mengunakan perantara orang-orang yang dicintai Allah yang
dijadikan oleh-Nya sebagai sebab terpenuhinya hajat hamba-hambanya.

Disamping itu, karena manusia ketika melihat dirinya masih berlepotan dosa
yang membuatnya jauh dari Allah yang tentu saja merasa layak ditolak
permohonannya. Sebab itu, ia menghadap kepada Allah melaui orang-orang yang
dicintai-Nya, ia memohon kepada Allah denga kedudukan dan kemuliaan para
kekasih-Nya, agar Allah mengabulkan hajatnya karena hamba-hamba-Nya yang
dicintai-Nya yang mereka itu tidak tahu apa-apa kecuali ta'at kepada-Nya.



*Apa dalil tawasul yang ketiga?*

* *

* *

Dalilnya banyak antara lain:

*Dari Rabi'ah bin Malik al-Aslami ra.ia berkata Nabi SAW bersabda kepadaku:
"Mintalah apa saja yang kamu inginkan." Saya berkata: "Saya memohon
kepada-Mu dapat bersama-Mu di surga." Beliau bersabda: "Selain itu?" Saya
berkata: "Hanya itu." Kemudian beliau bersabda: "Bantulah saya untuk
memenuhi keinginanmu dengan memperbanyak sujud." (HR. Imam Muslim).*

* *

أن قتادة نعمان أصيب بسهم في عينه عند يوم أحد فسالت على خدّه فجاء إلى رسول
الله وقال عيني يارسول الله فخيره بين الصبر وبين أن يدعو له فاختار الدعاء
فردّها عليه السلام بيده الشريفة إلى موضعها فعادت كما كانت

*Sesungguhnya Qotadah bin Nu'man pada waktu perang Uhud matanya terkena
panah sampai keluar ke pipinya, lalu dating kepada Nabi SAW dan berkata:
"mataku Ya Rasulullah." Beliau memberinya pilihan antara sabar dengan sakit
pada matanya itu dan beliau berdoa untuk kesembuhannya. Qotadah memilih
agar Rasulullah menyembuhkannya melalui doa. Kemudian beliau mengembalikan
mata Qotadah ke tempatnya semula dengan mata beliau yang mulia sehingga
kembali normal seperti semula."*

* *

source : Risalah Amaliyah Nahdiyah ^_^

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template