Dalam pekatnya malam, sepasang kekasih bertegur sapa dalam untaian kata. Mengisi malam yang begitu sendu. Tak ada angin yang bertiup, tidak ada rembulan yang menyinari. Hanya bayangan gelap yang bersua.
>> Jiwa berkata..
Dalam malam isakku tertahan. Perih..
>> Hati menjawab
maafkan aku, aku kini hancur lebur dalam buritan ombak..
Tenggelam dalam lumpur yang pekat..
Adakah disana sebuah mutiara..?
Tak ada dayaku , kureguk racun cintaku dengan isak yang tertahan.
>> Jiwa berkata..
Mutiara itu telah tenggelam jauh kedasar palung lautan
Racun cintamu pun larut menyertainya, berharap…
>> Hati menjawab..
Jika aku harus menjadi majnun, biarlah aku seorang tanpa laila…
Desahku dalam harap tanpa ada seorangpun mendengarnya…
Mutiaraku kini menjadi bintang , tinggi diujung langit
>> Jiwa berkata..
Langit begitu gelap malam ini
Sekuat tenaga bintang bersinar tapi apalah daya
Langit kelam menutupinya. Nafasku sesak…
>> Hati menjawab..
Masih ada cerita dikala fajar
Masih ada senja yang akan mengejar..
Dalam malam ada rembulan
Tanpa bintang masih ada angin..
Jadilah engkau penenangku dalam sejenak
>> Jiwa berkata…
Wahai hati..
Jawaban yang sama kuterima berulang kali..
Tak adakah rindu dalam hatimu untuk bisa bersatu…
>> Hati menjawab..
Tak bisakah kau menanti sejenak untukku..
Begitu takutkah engkau akan takdirNYA?
>> Lalu aku berkata..
Wahai jiwa yang hati bersemayam didalamnya, jadilah engkau pelengkap antara satu dan lainnya. Dalam kurungan nestapa dan bahagia akanNYA.
Wahai hati yang jiwa melindungi dari sisi luarnya, jadilah engkau sebagai penyuci akan debu yang menebar dalam aroma nafasnya sehingga malam larut dalam harap kepadaNYA.
Masih ada cerita diujung senja, masih ada mentari yang bersinar menyinari. Masih ada cinta untuk esok hari yang lebih indah dalam naunganNYA
Tercatat ketika pagi datang dengan membawa pesan cintanya... :-)
SALAM CINTA
Kamis, 15 Oktober 2009
heramkempek
→ Antara Jiwa Dan Hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar