1
di pojok itu, kutengadahkan tanganku
meminta setetes hubb-Mu
kuselorohkan bola kecil kayu cendana
ditanganku, menghitung nama-Mu, meski pun
Kau tak terhitung dan tak berbilang, Kau hanya
satu tapi satu bukan bilangan,
satu adalah kesatuan yang tak akan pernah berbilang
2
Tuhan, aku sungkan menjerit
pada-Mu, tapi sungkan ujud kesombongan
dan keangkuhan,
maka aku dholim jika tak mengeluh pada-Mu, hanya Kau
tempat mengeluh
3
Tuhan, kau berikan setitik cinta
pada manusia, untuk hidup selaksa meraih surga
namun Tuhan, banyak cinta menjadi nafsu,
jalan-jalan yang dulu hanya untuk menuju-Mu, kini
jalan itu, tak lagi kutemukan, hanya namanya
yang terbungkus rapi dengan nama “CINTA”, tapi cinta itu
tak kutemukan lagi
cinta yang dulu suci dan penuh hormat, kini tak lagi.
cinta yang dulu sakral, kini tak lagi
4
kehormatan dan kemunafikan tak
lagi membelah, keduanya lebur atas nama cinta
cinta tak meraung agung, tuk disanjung
cinta tak lagi melangit, tertutup awan
cinta selaksa kenangan, dalam kebohongan
cinta di kasur pelacur, cinta di gubuk garmo
cinta melorot lewat sehelai kain
cinta pemuas nafsu, cinta pemuas syahwat
cinta tak lagi bak mutiara
yang terbingkai di etalase
nilainya sepeser logam silam
5
Tuhan, tak ada kata “cinta” untuk-Mu
cinta sudah karat di kasur-kasur pelacur,
cinta sudah berlumut di trotoar, tak sehening dulu
aku tak kuasa bercinta dengan kata “cinta”
kini cinta bernoda
biarlah kuterjemahkan kata
yang masih hening, sehening lembaran salju
6
…………………………..pada Mu
Madura
Halimi Zuhdy
Sabtu, 23 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar