Hari ini AS memperingati peristiwa 11 September. Yang menarik adalah kali ini mantan presiden George W. Bush dan timnya dari kubu konservatif absen dalam acara ini. Delapan tahun silam, tepatnya tanggal 11 September 2001 pemerintahan AS saat itu mengklaim bahwa pelaku peledakan gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon adalah kelompok Alqaeda.
Menurut Washington kelompok ini membajak beberapa pesawat penumpang dan menabrakkannya ke dua menara World Trade Center dan Pentagon. Akibat aksi tersebut mengakibatkan lebih dari tiga ribu orang tewas. Peristiwa ini dinobatkan sebagai serangan teroris terbesar di AS sepanjang sejarah dan sangat berpengaruh terhadap kebijakan dalam dan luar negeri Paman Sam.
Kini setelah delapan tahun berselang dari peristiwa tersebut, namun masih terdapat sejumlah sisi gelap yang masih belum terungkap. Bush yang kala itu menjabat presiden AS langsung menuding kelompok Alqaeda sebagai dalang dari aksi tersebut.
Tak hanya itu, Bush kemudian memanfaatkan peristiwa ini untuk mencaplok Afghanistan dan Irak dengan dalih perang terhadap terorisme. Bersamaan dengan itu, keterlibatan Dinas Rahasia AS (CIA) sebagai bapak kelompok Alqaeda terungkap luas. CIA satu dekade sebelumnya telah membentuk milisi Alqaeda untuk menghadapi Uni Soviet di Afghanistan.
Para pemimpin Alqaeda khususnya keluarga besar Bin Laden memiliki hubungan dagang yang erat dengan sejumlah pejabat tinggi AS termasuk keluarga Bush. Oleh karena itu, perang verbal terhadap Osama bin Laden dan tujuan pendudukan Afghanistan oleh militer AS diragukan oleh banyak pihak.
Saat itu, para pengamat menilai intervensi dan kebijakan militeralisasi pemerintahan AS sebelumnya sebagai faktor terjadinya peristiwa 11 September. Para pengamat meyakini bahwa jika pemerintahan AS tidak mendukung pelanggaran nyata terhadap prinsip dasar demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) di berbagai dunia serta tidak melakukan kejahatan pada perang Teluk Persia tahun 1991 yang mengakibatkan sentimen anti-AS di dunia meningkat tajam maka tragedi yang mengakibatkan tewasnya tiga ribu orang ini tidak perlu terjadi.
Berlanjutnya dukungan Gedung Putih terhadap Rezim Zionis Israel termasuk faktor utama meningkatnya kebencian umat Islam terhadap AS. Namun yang pasti peristiwa 11 September tidak bisa dijadikan alasan untuk menjustifikasi kebijakan keliru AS di dunia.
Sejatinya peristiwa 11 September merupakan kesempatan emas bagi kubu neo-konservatif untuk mensukseskan tujuan mereka menjadikan AS sebagai super power tunggal dunia.
Meski demikian tindakan kubu konservatif yang membabi-buta melakukan pembalasan atas peristiwa 11 September malah mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi warga AS sendiri dan sistem internasional.
Pelanggaran hak kebebasan warga AS, meningkatnya aksi penyiksaan, mulainya peperangan berdarah dan jatuhnya korban dalam perang Irak serta Afghanistan, meningkatnya aksi terorisme dan kegoncangan ekonomi merupakan sekelumit dampak negatif dari tragedi 11 September yang hingga kini masih belum berakhir.
Hari ini, warga AS memperingati tragedi ini tanpa kehadiran Bush dan para arsitek politik haus perang AS. Saat ini warga AS masih dicekam kekhawatiran bila Barack Obama sebagai pengganti Bush akan melanjutkan kebijakan pendahulunya tersebut dan peristiwa seperti ini akan terulang kembali.(Irb/sbl)
Jumat, 23 Oktober 2009
heramkempek
→
artikel
→ Bush dan Tragedi 11 September
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar