Nah, kebetulan nih
ketemu kang Hasan.."
seru Jaka ketika
melihat Hasan sdg
melayani pembeli
digerobak sayurnya..
Hasan : " memang ada
apa Jak..? "
Jaka : " itu loh kang, si
Husni temen kita
sedang kena musibah "
Hasan : " musibah apa
Jak.."
Jaka : " dia kena tipu
sama rekan
kerjasamanya dalam
usahanya.."
Hasan : " trus , kondisi
Husni gimana Jak.."
Jaka : " Nah itu dia
kang... Saya justru
nggak nyangka bahwa
Husni masih bisa
stress berat
menghadapi musibah
itu.."
Hasan : " kamu ini
malah aneh Jak, ya
bisa aja, namanya juga
manusia.."
Jaka : " loh, kalau
orang lain yg seperti
itu sih aku maklum
kang.. Tapi kita semua
kan tahu siapa dia..
Bahkan hampir semua
jamaah masjid kita
sering minta nasehat
kepada Husni mengenai
ilmu Fiqih, Tauhid dan
Tasawuf..."
Hasan : " ah.. kamu
Jak.. Memangnya ada
jaminan bahwa jika kita
menguasi seluruh ilmu,
lalu kita terhindar dari
rasa stress dan sedih,
ketika Allah
menghendaki
demikian..? "
Jaka : " ya nggak juga
si kang.."
Hasan : " nah itu kamu
tahu .."
Jaka : " tapi kamu kok
beda sih kang..."
Hasan : " ini apa lagi
Jak, kok aku dibeda
beda in ?"
Jaka : " lah iya.. Saya
tahu bahwa kang
Hasan ini ilmunya tinggi
banget, nggak kalah
dengan Husni.. Tapi
saya lihat kang Hasan
ini banyak diamnya dan
dalam menjalani profesi
kang Hasan sebagai
tukang sayur nggak
pernah saya denger
kang Hasan ini
berkeluh kesah .."
Hasan : " ah.. Sok tahu
kamu Jak.., emang
kamu tahu atau
mendengar kalau saya
sering ngeluh sama
istri saya.."
Tiba tiba seorang ibu
yang sudah agak
berumur yang sedang
asyik tinggal sendirian
memilih sayuran di
gerobak Hasan
berbicara kepada
mereka berdua..:
" itulah bedanya
seseorang yang
mengamalkan ilmu
dengan jasad dan
jiwanya, DENGAN orang
yang mengumpulkan
segala macam ilmu di
otaknya, lalu dia
sedikit mengamalkan
ilmunya, lebihbanyak
menikmati pemahaman2
ilmunya untuk
dibicarakan kepada
orang2.."
" Bahkan ilmu mengenai
situasi2 maqom ruhani
yang telah dibaca,
didegar dan diketahui
menyebabkan dia
menduga bahwa situasi
jiwanya sudah seperti
situasi jiwa seorang
wali.."
"Jadilah ilmu yang
dikuasai menjadi Hijab
paling TEBAL antara
dirinya dengan
Rabbnya..."
"Bukan..bukan hanya
ilmu, bahkan amal pun
atau segala sesuatu
dapat menjadi
hijab..termasuk
dirinya.."
Dengan sedikit
keheranan Hasan
bertanya kepada si
Ibu, sementara Jaka
terlihat tidak percaya
akan kata-kata yang
keluar dari mulut
seorang ibu yang
terlihat sederhana itu ..
Hasan : " Apa tolak
ukurnya bu, ilmu, amal
atau segala sesuatu
menjadi Hijab antara
hamba dengan
Tuhannya..? "
si Ibu : " Bagi para
SALIKIN adalah
hilangnya Allah .. Allah
dari hatinya dan bagi
WASHILUN adalah
hilangnya penyaksian
Allah dari mata
hatinya..."
Setelah berkata
seperti itu sii Ibu
menghampiri Hasan dan
berkata lirih : "
istiqomahkan apa yang
berbunyi didalam
hatimu itu ya nak.."
Lalu si ibu tanpa
banyak cakap
membayar sejumlah
uang untuk
belanjaannya, lalu dia
ngeloyor pergi begitu
saja meninggalkan si
Jaka yang tambah
terlongong longong
sangat keheranan
mendengar ucapan si
ibu misterius tersebut..
Jaka : " si..si..siapa dia
kang Hasan ? Jangan
jangan ?"
Hasan : " Jangan
jangan apa Jak ..?"
Jaka : " Tidakkah kamu
lihat cahaya mata si ibu
tadi kang ? Mata itu
seperti mempunyai
ruang kedamaian yang
tak terbatas.. "
"Iya Jak...
Subhanalloh....Kau
tunjukan salah satu
Rahasia-MU diantara
manusia yang
kelihatannya biasa
saja.." Lirih Hasan
melihat si ibu
menghilang dibalik
tikungan di ujung jalan.
Selasa, 28 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar