Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa
nafsu, kecuali shaum. Maka sesungguhnya shaum itu
semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan
orang, ulat burlu memang menjijikkan bahkan menakutkan.
Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini
ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan
mengalami fase dimana ia harus masulk ke dalam kepompong
selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar
dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu
yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa
yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang
beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan
mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai
hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda
Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya
bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu dari
hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi
sesuatu yang indah dan membuat orang senang
memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses
perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan
oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam
(sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan
kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke
dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat
menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang
paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika
memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong'
Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan
ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya
akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia
yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang
indah dan mempesona.
Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri
agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT
berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya."
(QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam
mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada
diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa
nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah
pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat
aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang
itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu,
syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu
yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya
syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka
anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya
mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al
Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan
ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita
diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri
mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan
seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum
kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan
diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi
juga semua anggota badan kita lainnya agar mau
melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu
sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas
kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan
demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani
dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya.
Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang
paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat
dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa
membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan
menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana banyak
kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu
Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui
bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik.
Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan
kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana
berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan
menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya
sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga
menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian
akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil
Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang
dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa
melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah 'kepompong'
Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an
bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat
bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat
indah dan mempesona, amiin.***
Sabtu, 07 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ Kepompong Ramadhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar