Ini adalah puisi sendu seorang sahabat,mungkin dengan membacanya,bisa membuat jiwa kita yang keras,sedikit melunak :
( Mamak menjanda di lahad kubur
Tiada lagi kekasih
Namun abu kerinduan yang terbakar halus dari cendana
Masih terabadikan dalam guci.
Liang mamak bukanlah pesinggahan abadi
Suatu saat,kuasa Isrofil jualah yang melapukkan
Bila mamak jenuh
Akan 'kukatakan pada kamboja
Agar tetap segar menjaga kuncup
Bila mamak rindu
Akan 'kulayangkan kepada bumi,
Secarik kertas tentang senyum kami di sini, menanti
Dan katakanlah! "Betapa kematian telah menyisakan setumpuk kardus sesal"
Rindu kami sekuntum mawar,
Kian merekah seiring tangis
***
Malam itu kepenatan bagi mamak.
Vonis Tuhan tertitahkan kepada Izrail
Barang kali, rangkul hangat mamak di suatu sore adalah pertanda
Bahwa senja kala itu sudah mewasiatkan kabar kematian kepada gagak-gagak
Dan angin mulai merangkai serumpun melati bercampur mawar
Hidup itu mimpi
Sehingga nampak wajar
Jikalau ada setetes tangis kecewa atau
Sederet senyum mengembang
***
Serumpun mawar belum layu
Dalam genggaman kenangan
Pun bayangan duka masih membumbung
Sesaki atapan, perlahan arakan
Mendung sehingga ada tetesan sedih
Terkadang kematianmu kembali
Asahkan belati,menyayat-nyayat berlembar surat Tuhan
Terkadang pula nyalakan bara
Sampai ruang kalbuku terbakar berabu
Perkenankan saja duhai Tuhan
Sebingkai kebahagiaan terhias lagi
Di atas bilik kalbu
***
Di samping kutuangkan
Segar air mawar dari segelas kaca bening,
Nanda pula bersimpuh senandungkan bait doa
Di atas persinggahanmu
Sementara keping-keping kenangan
Tercecer sungguh hingga
Melantai dan kian menyudut-nyudut
Rinduku inginkan senyum
Itu terhias lagi
Membiusku di atas
Ranjang ketenangan
Bukankah senyum bunda
Selaras pelangi,yang tiadakan
gerimis mendung sedih?
***
Nisan itu,
Belumlah usang
Kendati harus basah-basah
Tertetes gerimis dan sesekali petir menderakkan
Nisan itu,
Setia menemani bunda
Menjalani masa janda
Di setiap gerak detik penantian
***
Senja temaram
Kafilah-kafilah dara kembali
Menuju persinggahan
Dedaunan luruh pasrah pada belaian bayu, sebelum terkapar
mengambang di atas danau
Di atas sajadah senja
Nanda menyulam permadani
Merajut sehelai demi helai
Benang pahala Tuhan
(by : anNaqib)
Sabtu, 07 November 2009
heramkempek
→
sastra
→ Bayu Kerinduan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar