Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany - Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany,
hari Selasa bulan Sya’ban tahun 545 H di Madrasahnya
Belajarlah, lalu amalkan, dan ikhlaslah dalam beramal, hingga anda bisa tajrid (menepiskan) makhluk dari hatimu. “Katakankan: “Allah”. Lalu tinggalkan mereka dalam kesesatanannya mereka bermain.”
(Al-An’aam: 91)
Seperti ungkapan Nabi Ibrahim as:
“Sesunggunya mereka itu musuh bagiku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Asy-Syu’ara’: 77)
Hindari makhluk (dari hatimu) dan singkirkan mereka sepanjang mereka membuatmu berbahaya. Bila tauhidmu sudah benar dan kotoran syirik keluar dari hatimu, baru anda bergaul dengan mereka dan memberikan manfaat pada mereka melalui pengetahuan dan petunjuk menuju Pintu Tuhan mereka Azza wa-Jalla.
“Kematian” diri seorang Ulama’ Khos adalah mati dari totalitas makhluk Allah, yaitu kematian hasrat dan ikhtiarnya sendiri. Jika seseorang benar dalam kematian ini, benar pula hidupnya yang abadi bersama Allah Azza wa-Jalla. Maka pada saat itlah anda merasakan betapa kematian lahiriyah hanya sejenak belaka, seperti ketaksadaran dalam tidur, lalu bangun.
Bila anda ingin meraih kematian ini, anda harus meraih inti ma’rifat dan taqarrub serta tidur di hamparan Al-Haq Azza wa-Jalla, hingga dirimu diraih oleh Tangan Rahmat dan Anugerah, lalu anda hidup dalam keabadian. Karena nafsu butuh makanan, qalbu juga butuh makanan, begitu pula rahasia qalbu juga butuh makanan. Di sinilah Nabi saw, bersabda:
“Aku sebenarnya berlindung pada Tuhanku, lalu Dia memberi makan dan minum kepadaku.” (Hr Ahmad)
Yakni makanan rahasia maknawi, yang dimakan oleh ruhku yang ruhani, lalu Dia memberi konsumsi dengan makanan yang spesial padaku.
Pada awalnya menanjak dengan lahiriyahnya dan qalbunya, setelah itu lahiriyahnya terhadang dan hatinya yang menanjak serta rahasia hatinya, baru beliau hadir di tengah publik manusia. Begitu pula para pewaris Nabi saw, yang secara hakiki memadukan antara ilmu, amal, keikhlasan dan pendidikan terhadap makhluk.
Wahai kaum Sufi, makanlah dan minumlah dari sisa-sisa mereka…! Wahai orang yang mengaku berpengetahuan. Apa artinya pengetahuan tanpa amaliah, dan apa artinya amal tanpa keikhlasan, karena amal tanpa ikhlas ibarat jasad tanpa ruh.
Tanda keikhlasan anda, manakala anda tidak menengok lagi pada pujian makhluk, juga tidak terpengaruh oleh cacian mereka, bahkan tidak berharap pada jasa makhluk. Bahkan anda melakukannya demi menegakkan Hak Ketuhanan. Anda beramal bagi Sang Pemberi nikmat, bukan demi nikmatNya. Hanya bagi Sang Pemilik, bukan pada milikNya. Bagi Yang Haq, bukan pada yang batil.
Apa yang ada di sisi makhluk hanyalah kulit, sedangkan isinya ada pada Tuhan Azza wa-Jalla. Jika kejujuran hatimu dan ikhlasmu benar bagiNya, dan wukufmu di hadapan Rabb benar, Allah memberi konsumsi dirimu dari minyaknya isi tersebut. Dan anda diperlihatkan isi sejati, dan rahasianya rahasia, maknanya makna, maka saat itulah anda lepas dari segala hal selain Allah swt.
Lepas telanjang hanya di hati bukan di fisik. Zuhud itu bagi hati, bukan jasad. Berpaling itu hanya pada batin, bukan pada dzohir. Memandang itu pada makna-maknanya bukan pada kerangkanya. Memandnag itu pada Al-Haq Azza wa-Jalla, bukan pada makhluk. Yang urgen adalah bagaimana anda bersama Allah bukan bersama makhluk. Maka akhirat dan dunia sirna, lalu tanpa dunia dan tanpa akhirat. Tak ada selain Dia Azza wa-Jalla.
Maka, para pecinta menikmati kecintaannya bersama Allah Azza wa-Jalla, mereka adalah kalangan terpilih dari makhlukNya, disebabkan cobaan yang menimpa mereka secara fisik. Orang-orang syuhada’ adalah orang yang mati berperang akibat pedang orang kafir, dimana cobaan fisik menimpa mereka. Bagaimana dengan Syuhada’ yang mati karena pedang-pedang cinta?
sufinews.com
Senin, 02 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar