Sabtu, 21 November 2009

Kalung Mutiara Tika

Ini cerita tentang Tika, gadis kecil ceria berusia lima tahun. Suatu sore, Tika menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika menunggu giliran membayar, Tika melihat sebentuk kalung mutiara mungil putih berkilauan, tergantung dalam kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Tika sangat ingin memilikinya. Tapi, dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berenda yang cantik.
Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya, "Ibu, bolehkah Tika memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi..." Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Tika. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Tika yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.

Sebenarnya ibundanya bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun dia tak mau bersikap tidak konsisten dan membiarkan Tika untuk bersikap sama. "Oke... Tika, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?".
Tika mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke-raknya. "Terimakasih..., Ibu." Tika sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Tika akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya: "Tika..., Tika sayang nggak sama Ayah?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Tika sayang Ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang... nggak apa-apa!" Ayah mencium pipi Tika sebelum keluar dari kamar Tika.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi: "Tika..., Tika sayang nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Tika sayang sekali pada Ayah?"
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini." Kata Tika seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Tika sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Tika rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Tika, kenapa Tika?", tanya Ayah.
Tanpa berucap sepatah pun, Tika membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya.
"Kalau Ayah mau... ambillah kalung Tika."
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Tika. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih berpendar-pendar cahayanya... yang jauh lebih cantik dengan kalung yang sangat disayangi Tika.
"Tika... ini untuk Tika. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau”. Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Tika.

Sahabatku, demikian pula halnya dengan Allah SWT. Terkadang Dia “meminta” (yang sebenarnya mengambil kembali miliknya) sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Tika: menggenggam erat sesuatu “milik” kita yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan. Semoga cerita ini menyadarkan kita betapa sebenarnya Alloh SWT demikian sayang kepada kita. Semoga kita selalu berada dalam petunjuk dan belaian cinta-Nya. Amin.

Diposkan oleh Bapak Ahmad Bambang

Tidak ada komentar:


review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template