Waktu masih sekolah dulu, saya pernah hadir dalam sebuah acara yang diadakan teman-teman dari sebuah kelompok dakwah. Saya sengaja ikut hadir karena pembicaranya adalah seorang tokoh. Bahkan kini menjadi tokoh nasional. Tapi lucunya, ada beberapa teman dari kelompok dakwah itu yang saya kenal dan mereka tahu siapa saya, saya nggak disalami pas acara “salam-salaman”. Wah, ini kelewat, lupa, atau sengaja? Tapi saya tetep berbaik sangka bahwa mungkin kelewat. Saya meyakin-yakinkan diri aja dengan pikiran seperti itu, karena ternyata faktanya saya nggak disalami meski sudah siap menyodorkan tangan. Gubrak!
Saya jadi berpikir, di mana letak ukhuwah yang digembar-gemborkan di forum-forum pengajian? Kok dengan begitu mudahnya diucapkan, tapi sulit dibuktikan dalam praktik. Hanya manis di bibir dan terdengar indah di telinga, tapi pahit dalam kenyataan. Saya jadi bertanya sendiri dalam hati: apakah ukhuwah alias persaudaraan itu hanya dalam sebuah kelompok saja? Bukankah kita saudara seakidah? Bukankah kita sama-sama muslim? Nggak habis pikir deh! Perlu diketahui bahwa saat itu memang sedang ”musim” kurang kompak antarkelompok dakwah (entah, sekarang masih begitu atau nggak. Kalo masih, berarti kian terjadi kemunduran!)
Memang sih, nggak semuanya punya perilaku begitu rupa. Saya yakin masih banyak yang baik dan masih mengandalkan akal sehatnya. Itu dibuktikan ketika saya bertemu dengan seorang teman sesama penulis di sebuah kota ketika saya ngisi acara bedah buku. Lucunya, ia melontarkan pernyataan yang ”menggelikan”, saya tulis intisarinya ya. ”Kang Oleh ikut ngaji dari kelompok dakwah tertentu ya? Tapi kok Kang Oleh masih mau bergaul dengan orang dari kalangan mana pun? Ini sekadar kroscek karena ada beberapa teman saya punya pendapat miring tentang kelompok dakwah lain,” ungkapnya rada polos.
Saya hanya tertawa kecil dan menyampaikan, ”Asal dia muslim, kenapa harus dibedakan? Kenapa harus menolak bergaul dengannya?” Lalu ia pun menyampaikan pendapat pribadinya bahwa dirinya juga risih dengan pernyataan beberapa temannya yang begitu rupa.
Ukhuwah ternyata tidak seindah kedengarannya. Kita masih suka dan bangga untuk membedakan diri. Saya memang mengakui bahwa kita dalam banyak hal bisa berbeda, tapi bukan berarti harus membedakan diri dengan memilah-milah gaul dalam ukhuwah. Menyedihkan dan benar-benar tragedi.
Sobat muda muslim, saya gemes banget dengan kondisi seperti ini. Beginikah model ukhuwah kita? Padahal Rasulullah saw. Bersabda,
”Jangan kamu saling dengki dan iri, dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan, serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya dengan tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya, dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi saw. Meninjuk ke dada beliau, sampai diulang tiga kali). Seseorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya” (HR Muslim)
Bahkan Allah swt. Sudah mewanti-wanti dalam firman-Nya,
”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (al-Hujuraat: 10)
Manusia memang bukan malaikat yang selalu baik. Tapi bukan berarti nggak bisa dikondisikan untuk baik, iya kan? Malu dong ah sama orang awam, masa aktivis dakwah ”musuhan” dan nggak pandai merajut ukhuwah. So, mulai sekarang, rajut benang ukhuwah di antara kita, dan kita jaga bersama agar orang-orang yang membenci Islam gentar menghadapi keutuhan persaudaraan kita. Mereka takut lho kalo kita bersatu. Siap kan? Semoga tak ada lagi noda dalam ukhuwah kita.
O ya, saya nulis kayak gini bukan berarti saya sudah baik, saya juga masih butuh bimbingan dan nasihat dari teman-teman semuanya. Karena adakalanya, teori tidak selalu match dengan praktiknya.
Itu sebabnya, jangan ada benci di antara pejuang dakwah. Sebaliknya eratkan ukhuwah dan jalin kebersamaan. Karena kebencian hanya akan menghambat perjuangan dan bikin kaum muslimin yang masih awam merasa heran dengan kelakuan pengemban dakwahnya yang nyebelin dan nggak nyontohin yang benar dan baik dalam pengamalan ajaran Islam. Betul nggak seh?
Boyz en galz, riak-riak yang ada dalam hubungan kita selama ini berpotensi bikin ”letusan dahsyat”. Jangan sepelekan kondisi yang kontra-produktif ini. Karena seharusnya kita bisa bersinergi dengan memberdayakan kemampuan yang kita miliki masing-masing.
Plis deh, nggak usah kayak anak kecil ketika melihat sebuah perbedaan yang biasanya akan menyikapinya dengan penuh kecurigaan dan bahkan merasa harus menjaga jarak. Seharusnya bertanya kenapa kita berbeda, apakah perbedaan itu dibolehkan (atau seharusnya tidak ada perbedaan). Kita diskusi untuk menyatukan pandangan. Iya, kan? Semestinya itu yang kita lakukan. Bukan saling membenci apalagi saling menjaga jarak. Kalo gitu, kita cuma bisa bersama, tapi tak pernah bisa bersatu. Sayang banget kan?
Sobat muda muslim, sudah saatnya kita belajar untuk menjadi dewasa. Kalo fisik sih emang udah bisa dibilang dewasa. Tapi pikiran dan perilaku kadang masih kekanak-kanakan alias masih bocah. Semoga saja kita sudah mulai belajar untuk menjadi dewasa. Karena biasanya kalo udah dewasa akan bertambah bijak. Akan melihat suatu persoalan secara objektif. Bahkan sangat boleh jadi kita akan openmind alias punya pikiran terbuka. Nggak merasa kita sendiri yang benar, dan nggak mencap orang lain yang beda dengan kita tuh pasti salah. Yo’i nggak man?
Semoga kita tetap bersatu. Bukan hanya selalu bersama. Karena apa? Karena kalo bersatu artinya kita nggak akan membuat jarak, meski di antara kita ada yang berbeda pendapat. Tapi perbedaan itu kita jadikan rahmat dan harusnya bisa bersinergi untuk membangun kekuatan dahsyat.
Nggak baik deh kita berantem dengan sesama kita sendiri, sementara kita lupa terhadap musuh-musuh agama ini yang selalu siap menerkam kita kapan saja. Kalo kita ribut mulu, mereka yang membenci Islam bakalan seneng. Karena nggak perlu capek-capek bertempur, toh kita bakalan ancur semua karena menyulutkan api ”perang saudara”. Yuk, rapatkan barisan, gabungkan kekuatan dan kita berjuang bersama. Eratkan ukhuwah yang udah terjalin di antara kita selama ini. Agar, para kaum muslimin merasa bangga karena para pengemban dakwah Islam bersatudemi Islam dan berjuang bersama, oke?
Sumber: Yes I am Muslim, O.Solihin
Jumat, 20 November 2009
heramkempek
→ Eratkan Ukhuwah Di Antara Kita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar