Hudzaifah.org - Anda terkena sakit flu? Biasanya apabila kita banyak melakukan aktivitas tetapi tidak disertai istirahat dan makanan yang menunjang serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat dapat membuat seseorang akan mudah mendapatkan penyakit FLU tersebut. Untuk mengobati penyakit tersebut biasanya dokter akan menganjurkan minum obat dan istirahat yang cukup.
Lalu bagaimana seorang ikhwah bisa terkena FLU (Futur, Lesu, Uzlah)? Jawabannya tidak jauh berbeda dengan seroang yang terkena penyakit flu. Adanya beberapa kasus tentang al akh yang kemudian sangat aktif di organisasi dakwah kemudian tiba-tiba enggan untuk aktif kembali, ada juga yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban sebagai mutarobbi dengan prinsip "Asal Murobbi Senang" atau "Asal tidak tercatat negatif dalam struktural".
Penyebab sakit F L U
Untuk mengetahui seorang ikhwah terkena penyakit FLU, maka ada baiknya kita membuka kembali buku yang menjadi acuan aktivis tahun '90an yaitu "Terapi Mental Aktivis Harakah" tulisan DR. Sayyid Muhammad Nuh. Penyakit Futur ditempatkan pada bab pertama setelah bab pendahuluan mengenai "penyakit-penyakit di tengah jalan." Dua hal utama terjadinya futur adalah berlebih-lebihan dalam beragama dan suka menyendiri atau meninggalkan jamaah.
Terjadinya seorang al-akh berlebih-lebihan dalam beragama dikarenakan banyaknya tugas yang diemban oleh ikhwah tersebut dan tidak dibantu dalam sebuah team. Tampaknya sudah menjadi suatu kebiasaan atau rahasia umum dikalangan kita bahwa apabila seorang ikhwah yang mendapatkan amanah sebagai ketua dalam jabatan struktural maka biasanya ketua tersebut yang akan dituntut untuk tugas-tugas yang ada dan ikhwah yang lain sibuk dengan tugas-tugas luar struktur.
Hal lainnya adalah suka menyendiri atau meninggalkan jamaah, biasanya seorang ikhwah lebih menyukai kesendirian dikarenakan tidak lagi merasakan manisnya semangat ukhuwah dalam berjamaah serta tidak menemukan adanya nuansa ruhiyah ketika melakukan aktivitas ibadah dalam kesunyian. Dalam kesunyian ini, apabila ada saudaranya yang membiarkannya dalam kondisi tersebut, lambat laun namun pasti akan menjerumuskan akh tersebut dalam kelesuan beraktivitas dakwah. Beliau akan lebih suka dalam kemanisan beribadah daripada kesusahan aktivitas dakwah.
Lesu akan menjadi tingkat yang paling berbahaya dalam kondisi futur bagi seorang ikhwah, karena apabila seorang al-akh sudah mengalami kelesuan biasanya lebih suka untuk Uzlah. Uzlah bisa dijadikan alasan seorang ikhwah karena lebih merasakan manisnya nilai ruhiyah daripada berdakwah ke masyarakat. Adapula yang beralasan bahwa dengan bergaul dengan manusia dapat menganggu konsentrasi beribadah dengan melupakan pengertian ibadah yang sebenarnya.
Terapi Penyakit F L U Kader
Untuk mengobatinya tentu saja yang bersangkutan harus dapat memotivasi diri kembali dengan membaca buku-buku yang diperlukan, muhasabah diri pada saat istirahat. Tetapi, selain penyembuhan oleh yang bersangkutan maka kondisi lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan tersebut. Menjenguk dan memberi oleh-oleh dari saudaranya bisa menjadi cara untuk mempercepat proses penyembuhan.
Seperti etika dalam menjenguk orang sakit, diusahakan tidak membahas tuntutan tugas dakwah, masalah-masalah dakwah yang harus diselesaikan, tetapi pembicaraan dapat diarahkan mengenai perhatian terhadap dirinya, keluarga dan hal-hal lain mengenai kesulitan prbadi kehidupannya dan akan lebih baik bila menawarkan diri untuk membantunya membantu permasalahan yang dihadapinya.
"Bagaimana kabar antum akhi?" Sudah lama tidak pernah kelihatan" Terdengar lebih baik dan manis daripada teguran "Kemana saja antum? Banyak tugas tuh!" atau "Kemana saja antum" Dimana saja antum bersembunyi antum akan tetap dicari akhi, bahkan bisa jadi catatan kaderisasi untuk tingkatan antum!?.
Atau "Akh, tugas yang kemarin antum dapat ada yang bisa ana Bantu?" juga terasa lebih baik dan melegakan bila dibandingkan "Bagaimana nih kerjaan antum? Kok hasilnya begini?". Ucapan-ucapan tersebut kelihatan sederhana tetapi sangat berpengaruh dalam dakwah fardiyah, silahkan baca kembali Sentuhan hati penyeru dakwah, panduan berdakwah syabiah tulisan Abbas As-sisi.
Memanusiakan kader dakwah
"Ikhwan juga manusia" begitu kadang sindiran beberapa akh dalam sebuah pembicaraan. Bersikaplah realistis terhadap kondisi saudara kita. Seorang al-akh yang sangat kekurangan dalam kondisi ekonomi, keluarga, waktu atau kesehatan tidak pernah kita anggap sebagai suatu masalah, tidak kita perhatikan bahkan tidak memberi solusi karena kita menganggap dia adalah kader dakwah yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri karena masalah umat sudah terlalu banyak.
Paradigma yang berbunyi "Masalah dai bukan masalah umat" seharusnya diubah menjadi "Dai adalah bagian dari umat dan permasalahan dai adalah bagian dari permasalahan umat", sehingga dengan demikian, sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para kader dakwah karena mereka adalah penggerak atau motor dalam masyarakat. Bisa dibayangkan, bila motor penggerak rusak tentu saja tidak akan bergerak dan masyarakat tidak akan berubah karena nilai-nilai dakwah tidak pernah sampai ke masyarakat.
Sebagaimana dalam kisah sirah nabawi, kita akan banyak menemukan perhatian lebih Rasulullah terhadap para sahabatnya sebagai motor penggerak utama, seperti sebelum shalat berjamaah beliau memperhatikan siapa si fulan yang tidak hadir dan menanyakan keadaannya. Bahkan tidak hanya menanyakan tetapi juga berkunjung memberi bantuan. Inilah cara yang diajarkan Rasulullah, seroang Murabbi, tauladan kita semua.
Bahasa Motivasi lebih baik dari bahasa ancaman
Apa yang menyebabkan para ulama kita terus berjuang dan berdakwah serta bersabar dalam medan yang susah pada zaman atau era terdahulu? Tentu saja jawabannya adalah untuk menggapai ridho-Nya dan dimasukkan dalam jannah-Nya, sebuah tujuan utama dalam mengisi lembar dakwah di dunia ini. Dengan adanya tujuan dalam diri mereka amka mereka akan mempunyai daya gerak yang luar biasa sebagaimana kualitas ini disebutkan dalam QS. Al Anfaal: 65 -66, bahwa nilai mereka bisa lebih besar 10 kali, 100 kali bahkan 1000 kali.
"Wahai Nabi (Muhammad) kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti." "Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia Mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika diantara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh), dan jika diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus ribu orang dengan izin Allah, Allah beserta orang-orang yang sabar."
Sebuah kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang melebihi segalanya hingga meruntuhkan rasa takut terhadap ancaman manusia, mereka lebih takut terhadap ancaman Allah SWT, ancaman apabila catatan amal perbuatan yang buruk akan diberikan dari punggung manusia. Mereka lebih takut terhadap ancaman tersebut daripada ancaman yang keluar dari seorang manusia.
Motivasi diri itu tumbuh dari kesadaran akan tujuan utama, daya gerak akan keluar dengan kekuatan yang luar biasa. Bandingkan dengan orang yang bekerja atas dasar motivasi Allah semata dengan orang yang bekerja atas dasar takut akan ancaman terhadap manusia, manakah yang akan bergerak secara terus menerus dan mempunyai kekuatan yang luar biasa? Pergeseran nilai dakwah ini mulai dirasakan oleh beberapa ikhwah, bahasa ancaman mulai terdengar apabila ikhwah tidak mencapai target. Ancaman terhadap nilai catatan seorang kader dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi perjalanan "karir" kader dakwah tersebut, hingga hal tersebut mempengaruhi nilai kerja di lapangan. Kader dakwah akan mengutamakan kerja yang lebih mendekatkan pada jenjang "karir", pemilihan lapangan dakwahpun diperhitungkan. Dalam hitungan beberapa kader, sebuah institusi bukanlah tempat yang prestisius dan menjanjikan karena selain "tidak pernah dilihat", banyak tugas operasional yang harus dilakukan dalam memenuhi nilai target, mulai dari mencari dana hingga melakukan kegiatan.
Namun demikian adapula ikhwah yang melihat dari sudut pandang berbeda, syiar menjadi ladang amal yang luar biasa, nilai keikhlasan dan kesabaran benar-benar diuji, mental ditempa, pemikiranpun akan diajak untuk selalu diasah dan pengorbananpun akan selalu dituntut. Mereka tidak begitu mempedulikan siapa yang akan melihat kerja mereka, walau mereka sudah bekerja optimal bahkan maksimal dalam berdakwah tetapi masih saja disalahkan, mereka menganggap sebagai suatu masukan dan evaluasi. Mereka yakin bahwa Allah SWT Maha Melihat apa yang dilakukan hamba-Nya, Dia mempunyai catatan tersendiri untuk hamba-hamba-Nya.
Dari segelintir merekalah, maka dakwah berjalan dengan berbagai program dan kegiatan, tetapi dalam realitanya, dari segelintir ini, satu persatu perlahan mulai terkena penyakit FLU. Banyaknya permasalahan dan tuntutan tugas, minimnya perhatian saudaranya serta kondisi lingkungan yang tidak kondusif membuat daya tahan "iman" seorang akh akan dapat ditembus oleh penyakit FLU ini, di sisi lain rekrutmenpun berjalan lambat yang komitmennyapun masih harus diuji dalam lapangan dakwah.
Bisa jadi tulisan ini hanyalah salah satu kasus khusus yang kemudian dijadikan kasus umum, bisa jadi pula tulisan ini sebuah realita yang tersembunyi dan menggerogoti nilai dakwah secara senyap sedikit demi sedikit, seperti kerja rayap pada sebuah batang kayu, tampak bagus dalam data tetapi mulai hilang dalam nilai, bagus dalam kuantitas. Hanya saja, bila fenomena ini benar dan mulai mewabah maka harus kita sikapi dan tangani secara bijaksana dan mulai dicarikan "obat" yang manjur serta "dokter" yang berpengalaman.
Semoga Allah SWT memberikan istiqomah serta keikhlasan kepada kita semua dalam melanjutkan warisan risalah dakwah ini dan semoga Allah SWT memberikan kepada kita kemuliaan di sisi-Nya, Amiin.
Engkau merangkak mencari mulia,
Dan orang-orang yang mencarinya berusaha
Sepenuh jiwa menempuh kelelahan
Mereka mengejar mulia hingga
Banyak yang jemu,
Yang akan menemukannya hanya yang
Sungguh-sungguh dan bersabar.
Jangan mengira bahwa mulia adalah kurma
Yang akan kau makan,
Tak akan pernah kau dapatkan mulia
Sebelum pahitnya sabar.
Wallahu'alambishowab
(Sumber : Majalah Tatsqif Edisi 17 Th. II/JUmadil Akhir 1427 H/Juli-Agustus 2006 (dengan sedikit revisi )
Sabtu, 21 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ Bukan F.L.U biasa, waspadalah!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar