Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman
Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah (Al Qur’an), dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad (Hadits), sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan menjurus ke neraka. (HR. Muslim)
Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya. Para sahabat lantas bertanya, “Siapa ‘mereka’ yang baginda maksudkan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits riwayat Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata, “Suatu hari, Rasulullah saw. membuat garis lurus di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah.’ Setelah itu, beliau menggaris beberapa garis di samping kiri dan samping kanan garis yang pertama tadi, dan bersabda, ‘Jalan-jalan ini (adalah selain jalan Allah), masing-masing didukung oleh setan yang menggoda manusia untuk mengikuti jalan itu.’ selanjutnya, beliau membaca ayat, “Dan, bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia….” (al-An’aam:153) [HR Imam Ahmad dan Al Hakim]
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [Al Maa-idah:44]
Ayat Al Qur’an dan Hadits di atas memberi petunjuk pada kita bahwa pedoman kita adalah Al Qur’an dan Hadits. Orang yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah (Al Qur’an), maka dia adalah orang-orang yang kafir.
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. “ [At Taubah:31]
Nabi menjelaskan bahwa memperTuhankan ulama itu adalah mematuhi ajaran ulama dengan membabi buta, biarpun ulama itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
Maraknya aliran tak lepas dari sikap murid yang mempertuhankan gurunya. Pada awalnya mungkin ajaran gurunya biasa saja. Namun lambat laun terus menyimpang sedikit-sedikit hingga akhirnya menyimpang jauh....
Renungan:
"Barang siapa yang ber putar2 di sekeliling yang dilarang besar kemungkinan ia akan jatuh di dalam" nya" (R.Buhari dan Muslim)
Dalam Islam kita dilarang Allah untuk membebek (taqlid) tanpa tahu ilmu atau dalil dari Al Qur’an dan Hadits:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al Israa’:36]
Dalam Islam, kita harus saling nasehat-menasehati dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada ulama/pemimpin yang keliru, kita wajib mengkoreksinya.
Orang-orang yang beriman itu bersaudara:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…” [Al Hujuraat:10]
Yang harus kita ikuti adalah Allah. Bukan pemimpin yang menyimpang dari firman Allah (Al Qur’an):
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (yang tidak menjalankan Al Qur’an dan Hadits) [Al A’raaf:3]
Abu bakar Shiddiq ketika ditetapkan sebagai khalifah. Pertama ia mengakui kekurangannya secara jujur tanpa mempertimbangkan harga diri dan kewibawaannya. Hal ini dapat dipahami dari pidato beliau ketika itu. “Saya telah diberi kekuasaan (tauliyah) atas kalian,” kata Abu Bakar, “Padahal saya bukan yang terbaik di antara kalian. Apabila saya benar, dukunglah kepemimpinan saya. Tapi bila salah atau menyimpang, luruskanlah saya. Taatilah sepanjang saya mentaati Allah dalam memimpin kalian. Tapi bila saya berbuat ma’shiyat, maka kalian wajib tidak mentaatinya.”
Selasa, 27 Oktober 2009
heramkempek
→
artikel
→ DANGER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar