1. Ketika kita sembahyang, lahirnya kita berdiri, rukuk dan sujud dengan mulut komat-kamit memuji dan berdoa kpd Allah, tetapi sebenarnya di manakah hati kita (ingatan dan fikiran)? Adakah ia juga menghadap Allah, khusyuk dan tawadhuk serta merasa rendah dan hina diri dengan penuh pengabdian dan harapan serta malu dan takut kepada Allah swt? Atau adakah hati kita terbang menerawang ke mana-mana tempat dengan berpaling pada Allah Yang Maha Agung yang sedang disembah? Begitu juga ketika kita membaca Al-Quran, berselawat, berzikir, dan sebagainya lagi... adakah roh kita turut menghayatinya?
2. Pernahkah kita merasa indah bila bersendirian di tempat sunyi karena berdzikir pada Allah dan memberikan sepenuh perhatian kita kepadaNya, merasa rendah dan hina diri, menyesali dosa dan kelalaian, mengingatiNya sambil berazam untuk memperbanyak amal sholeh demi mendapat ridhoNya?
3. Kalau ada orang Islam yang ditimpa bencana dan berada dalam penderitaan, adakah hati kita merasa belas kasihan untuk membantu atau mendoakan dari jauh agar mereka mendapat pertolongan dari Allah?
4. Pernahkah kita menghitung dosa kita, lahir dan batin? Bila teringatkan dosa-dosa kita, apakah mudah untuk kita menangis menyesali diri sambil memohon ampunan Allah dan bertaubat kepadaNya?
5. Apakah kita sentiasa ingat pada mati yang akan datang beberapa saat saja lagi? Sebab Allahlah yg Maha Menghidupkan juga yg Maha Mematikan. Jadi ketika umur ini masih ada, apakah kita berusaha mencari jalan untuk mendekatkan diri kita kepadaNya?
6. Pernahkah kita hitung berapa banyak harta kita, duit kita, rumah kita, kereta kita, perabot kita, piring dan mangkuk kita, kain baju kita, makanan kita, dan lain-lain kepunyaan kita yang melebihi dari keperluan kita sendiri (yang halal)? Karena mana yang berlebihan itu akan dihisab, ditanya, dicerca, dan dihina oleh Allah di padang Mahsyar nanti apabila kita lebih sibuk menambah urusan dunia dan meremehkan akhirat?
7. Pernahkah kita merenung siapa2 saja orang-orang yang pernah kita kasari, umpat, tipu, fitnah, hina, kutuk, dan aniaya bisa kepada suami, isteri, ibu bapak, saudara , sahabat , tetangga dan siapa saja, supaya kita bisa meminta maaf dan membersihkan dosa dengan manusia di dunia ini lagi tanpa menunggu hari yg dahsyat? dan Senangkah kita untuk memaafkan kesalahan orang lain dan apakah kita mudah untuk terus meminta maaf bila bersalah?
8. Apabila kita sakit karena merupakan ujian dari Allah, dapatkah kita tenangkan hati kita dengan rasa kesabaran dan kesadaran bahwa sakit adalah kifarah dosa (pengampunan dosa) atau sebagai peningkat derajat dan pangkat di sisi Allah swt?
9. Ketika menerima takdir yang kita rasakan tidak sesuai dengan kehendak kita, dapatkah kita merasa ridha bahwa itu adalah satu pemberian dari Allah yang terbaik untuk kita?
10. Di waktu mendapat nikmat, terasakah di hati bahwa itu adalah pemberian dari Allah, lalu timbul rasa terima kasih kepada Allah dan rasa takut kalau-kalau ia tidak dapat digunakan di jalan Allah dan berazam untuk menggunakan nikmat itu demi Allah jua?
11. Kalau ada orang yang mengatakan atau mencerca kita di belakang kita, dapatkah hati kita merasa tenang lalu kita diamkan saja (tanpa rasa sakit dan susah hati serta dendam) bahkan kita memaafkan orang itu sambil mendoakan kebaikan untuknya sebab merasakan ia telah memberikan pahala kepada kita melalui cercaannya itu?
12. Begitu juga kalau orang menipu, menganiaya dan mencuri harta kita, mampukah kita relakan saja atas dasar kita mendapat pahala menanggung kerugian itu?
13. Kalau orang lain mendapat kesenangan dan kejayaan, dapatkah kita merasa gembira dan turut bersyukur serta mengharapkan kekalnya nikmat itu bersamanya tanpa ada rasa dengki dan sakit hati dengan kejayaan org itu?
14. Sanggupkah kita berbagi dengan orang lain di waktu orang itu memerlukan sesuatu yang kita juga perlukan?
15. Apakah kita merasa puas dan cukup dengan apa yang ada tanpa mengharapkan apa yang tidak ada?
Susah agaknya untuk kita menjawab persoalan2 di atas dengan jawaban2 yang seharusnya karena memang susah bagi insan biasa seperti kita untuk benar-benar menyempurnakan amalan batin. Walau bagaimanapun kita seharusnya menyimpan niat di hati kita dan seterusnya bersungguh-sungguh bermujahadah untuk menyuburkan amalan-amalan batin kita kerana amalan batin adalah lebih penting dari amalan lahir.
Rasulullah saw bersabda :
"Allah tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu." (Hadits Riwayat Muslim)
Marilah kita terus belajar memperbaiki diri untuk membersihkan dosa lahir dan batin kita. Mari kita bermujahadah untuk itu. Mudah-mudahan Allah menolong dan meridhai kita. Aamiin Allaahumma Aamiin
Firman Allah:
"Dan mereka yang bermujahadah kepada jalan Kami, niscaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami itu. Sesungguhnya Allah berserta dengan orang-orang yang berbuat baik."
(Surah Al-Ankabut: ayat 69)
Minggu, 29 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ RENUNGAN (BETAPA SUSAHNYA AMALAN BATHIN)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar