بسم الله الرحمن الرحيم
Saudaraku.. Betapa dunia yang indah telah menemani kita dalam beribadah, sejauh kaki melangkah, sepanjang petualangan dalam ta'lim dan dakwah menjadi saksi keluhuran himmah (harapan dan cita cita) dalam sebuah ubudiyyah.
Berkata Al imam Al qudwah Abu Ishaq Ibrahim Bin Ahmad Al khawwash - rahimahullah - (beliau adalah seorang Imam panutan pada masanya , hidup di qurun Syaikh Junaid Bin Muhammad al baghdadi dan syaikh al nuri, meninggal tahun 291 H.): "Semua ilmu terkumpul dalam dua kalimat:
1. Janganlah engkau disibukkan dengan beban perkara yang telah Allah cukupkan atasmu, seperti urusan rizqi yang telah dijamin oleh Allah atas setiap makhluk yang melata di muka bumi.
2. Janganlah engkau menyia nyiakan sesuatu perkara yang engkau diperintah untuk mendapatkannya, seperti ibadah yang telah Allah wajibkan kepada seluruh hamba-Nya.
Beliau mengisyaratkan hal di atas pada firman Allah:
وما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون
- الذاريات ٥٦
"tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah-Ku"
(dinuqil dari kitab Al qirthos).
Saudaraku... dari kedua point diatas sudahkah kita berada dalam posisi yang dituntut kalimat kalimat ini? Sudahkah keyakinan pada ketetapan rizqi mampu membawa kita dalam pemeliharaan hak hak shohibu syar'i (Allah)?
Sesungguhnya tidaklah seorang hamba yang dengan kesibukannya mencari rizqi dengan melupakan kewajiban dari Allah kecuali dia telah dibutakan dari cahaya ilmu yang memberikan kemanfa'atan baik di dunia ataupun di akhirat.
Saudaraku... takaran kadar cita2 dunia dan akhirat tak ubahnya seperti air yang dituangkan pada gelas yang dipenuhi minyak, seberapa banyak air yang tertuang sebegitu juga minyak akan tertumpah dan terbuang, maka ketika dunia menjadi prioritas kita dalam kehidupan maka akhirat akan terlupakan dan tersisihkan dari usaha pencapaian dalam kehidupan. (dinuqil dari Ihya Ulumiddin)
Saudaraku... mari kita kembali pada pemahaman hadits qudsi
"wahai anak Adam.. Telah Kuciptakan segala sesuatu untukmu dan Aku ciptakan engkau untuk-Ku, maka janganlah engkau disibukan dengan perkara yang telah menjadi hakmu dari Dzat Yang Memilikimu"
Saudaraku... inilah barometer kita memposisikan diri dalam beramal, jangan pernah lupa bahwa kebutuhan hamba telah ada dalam jaminan-Nya, sehingga kita dapat menyibukkan diri dengan memenuhi hak Tuhan kita yang merupakan tuntutan atas semua hamba, karena ketetapan rizqi telah dipersiapkan sebagai fasilitas pengabdian kita kepada Tuhan.
Nas'alullaha attaufiqo warridho bimaa fihi min ajalli qurubaati fil ibaadati..
Kamis, 12 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ Keseimbangan Dalam Cahaya Ilmu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar