bukti kesesatan aqidah Wahhabi berdasar kitab2 mereka
Tajsim/penjasmanian dan Tasybih/penyerupaan Allah swt.kepada makhluk-Nya
Mari kita teliti lagi riwayat-riwayat yang tercantum dibawah ini yang mana golongan Wahabi/Salafi dan pengikutnya menyakini serta mempercayai ada nya hadits mengenai Tajsim/ Penjasmanian dan Tasybih/ Penyerupaan Allah swt. sebagai makhluk-Nya secara hakiki/yang sebenarnya tapi tanpa bentuk (Bi la Kaif). Yang mana hal ini telah dibantah sendiri oleh Allah swt. dalam firman-Nya: Surat Asy-Syuura (42):11:' Tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya'. Surat Al-An'aam (6) : 103; 'Tiada Ia tercapai oleh penglihatan mata'. Dalam Surat Ash-Shaffaat (37) : 159; 'Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan'.
Menurut pendapat ulama contoh riwayat-riwayat yang jelas menunjukkan tajsim atau tasybih sebagai berikut :
Berkata Wahab bin Munabbih waktu ditanya oleh Jaad bin Dirham tentang asma wa sifat: Celaka engkau wahai Jad karena permasalahan ini. Sungguh aku menduga engkau akan binasa. Wahai Jad, kalau saja Allah tidak mengkabarkan dalam kitab-Nya bahwa dia memiliki tangan, mata atau wajah, tentu kamipun tidak akan mengatakannya. Bertakwalah engkau kepada Allah!" (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 190)
Abdullah ibn Ahmad rh. meriwayatkan, disertai dengan menyebut sanad-sanadnya. Beliau berkata, "Rasulallah saw. telah bersabda; 'Tuhan kita telah menertawakan keputus-asaan hamba-hamba-Nya dan kedekatan yang lainnya. Perawi berkata, 'Saya bertanya, 'Ya Rasulallah, apakah Tuhan tertawa?' Rasulallah saw. menjawab, 'Ya.' Saya berkata, 'Kita tidak kehilangan Tuhan yang tertawa dalam kebaikan."' [Kitab as-Sunnah, hal. 54].
Abdullah ibn Ahmad berkata, "Saya membacakan kepada ayahku. Lalu, dia menyebutkan sanadnya hingga kepada Sa'id bin Jubair yang berkata, Sesungguhnya mereka berkata, 'Sesungguhnya ruh-ruh berasal dari batu yaqut-Nya. Saya tidak tahu, apakah dia mengatakan merah atau tidak?' Saya berkata kepada Sa'id bin Jubair, lalu dia berkata, 'Sesungguhnya ruh-ruh berasal dari batu zamrud dan naskah tulisan emas, yang Tuhan menuliskannya dengan tangan-Nya, sehingga para penduduk langit dapat mendengar suara gerak pena-Nya." [Kitab as-Sunnah, hal. 76].
Abdullah ibn Ahmad berkata, "Ayahku berkata kepadaku dengan sanad dari Abi 'Ithaq yang berkata, 'Allah menuliskan Taurat bagi Musa dengan tangan-Nya, dalam keadaan menyandarkan punggungnya kebatu, pada lembaran-lembaran yang terbuat dari mutiara. Musa dapat mendengar bunyi suara pena Tuhannya, sementara tidak ada penghalang antara dirinya dengan Tuhannya kecuali sebuah tirai.'" [Kitab as-Sunnah, hal. 76].
Mari kita baca lagi riwayat lainnya dibawah ini yang menetapkan bahwa Allah mempunyai jari, dan mereka juga menetapkan bahwa di antara jari-jari-Nya itu terdapat jari kelingking, serta jari kelingking-Nya mempunyai sendi.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Khuzaimah didalam kitab at-Tauhid dengan bersanad dari Anas bin Malik ra yang berkata;
"Rasulallah saw. telah bersabda; 'Manakala Tuhannya menaiki gunung, Dia mengangkat jari kelingking-Nya, dan mengerutkan sendi jari kelingkingnya itu, sehingga dengan begitu lenyaplah gunung." Humaid bertanya kepadanya, "Apakah kamu akan menyampaikan hadits ini?" Dia menjawab, "Anas menyampaikan hadits ini kepada kami dari Rasulallah, lalu kamu menyuruh kami untuk tidak menyampaikan Hadits ini?" [Kitab at-Tauhid, hal 113; Kitab as-Sunnah, hal. 65].
Hadits diatas ini menunjukkan bahwa Allah swt. mempunyai tangan, tangan-Nya mempunyai jari, dan diantara jari-Nya itu ialah jari kelingking. Kemudian mereka juga mengatakan jari kelingking itu mempunyai sendi...!!
Abdullah rh juga berkata, dengan bersanad dari Abu Hurairah, dari Rasulallah saw. yang bersabda;"Sesungguhnya kekasaran kulit orang Kafir panjangnya tujuh puluh dua hasta, dengan ukuran panjang tangan Yang Maha Perkasa." [Kitab at-Tauhid, hal. 190].
Dari Hadits ini dapat dipahami, Tuhan mempunyai dua tangan, juga kedua tangan Tuhan mempunyai ukuran panjang tertentu. Karena jika tidak, maka tidak mungkin kedua tangan tersebut menjadi ukuran bagi satuan panjang.
Abdullah bin Ahmad bin Hambal rh, dengan bersanad kepada Anas bin Malik yang berkata, "Rasulallah saw. telah bersabda, 'Orang-orang kafir dilemparkan kedalam neraka. Lalu neraka berkata, 'Apakah masih ada tambahan lagi ?, maka Allahpun meletakkan kaki-Nya kedalam neraka, sehingga neraka berkata, 'Cukup, cukup.'" [Kitab at-Tauhid, hal. 184].
Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulallah saw. yang bersabda, "Neraka tidak menjadi penuh sehingga Allah meletakkan kaki-Nya kedalamnya. Lalu, nerakapun berkata, 'Cukup cukup.' Ketika itulah neraka menjadi penuh." [Kitab at-Tauhid, hal. 184].
Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa Allah swt. mempunyai kaki.
Ada riwayat lebih jauh lagi dengan menetapkan bahwa Allah swt. mempunyai nafas. Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata, dengan bersanad kepada Ubay bin Ka'ab yang berkata, "Janganlah kamu melaknat angin, karena sesungguhnya angin berasal dari nafas Tuhan." [Kitab as-Sunnah, hal. 190].
Mereka juga menetapkan dan bahkan menyerupakan suara Allah dengan suara besi. Abdullah bin Ahmad, dengan sanadnya telah berkata, "Jika Allah berkata-kata menyampaikan wahyu, para penduduk langit mendengar suara bising tidak ubahnya suara bising besi di suasana yang hening." [Kitab as-Sunnah, hal. 71].
Selanjutnya, riwayat yang menetapkan bahwa Allah swt. mempunyai bobot. Oleh karena itu, terdengar suara derit kursi ketika Allah sedang mendudukinya. Jika Allah tidak mempunyai bobot, lantas apa arti dari suara derit ?
Abdullah bin Ahmad bin Hambal meriwayatkan, dengan bersanad dari Umar ra yang berkata, "Jika Allah duduk di atas kursi, akan terdengar suara derit tidak ubahnya seperti suara deritnya koper besi." [Kitab as-Sunnah, hal. 79]. Atau, tidak ubahnya seperti suara kantong pelana unta yang dinaiki oleh penunggang yang berat.
Beliau juga mengatakan, dengan bersanad kepada Abdullah ibn Khalifah, "Seorang wanita telah datang kepada Nabi saw. lalu berkata, 'Mohonkanlah kepada Allah supaya Dia memasukkan saya kedalam surga.' Nabi saw. berkata, 'Maha Agung Allah.' Rasulallah saw. kembali berkata, 'Sungguh luas kursi-Nya yang mencakup langit dan bumi. Dia mendudukinya, sehingga tidak ada ruang yang tersisa darinya kecuali hanya seukuran empat jari. Dan sesungguhnya Dia mempunyai suara tidak ubahnya seperti suara derit pelana tatkala dinaiki." [Kitab as-Sunnah, hal. 81].
Ada riwayat yang mengatakan lebih dari itu umpama didalam sebuah hadits disebutkan, Allah swt. menciptakan Adam berdasarkan wajah-Nya, setinggi tujuh puluh hasta. Dengan demikian manusia akan membayangkan bahwa Allah swt. akan mempunyai wajah yang berukuran tingginya seperti wajah Adam as. Hadits-hadits diatas dan terakhir ini juga tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya karena bertentangan dengan firman Allah swt.
Riwayat yang lebih aneh lagi Abdullah bin Ahmad juga berkata, sesungguhnya Abdullah bin Umar bin Khattab ra mengirim surat kepada Abdullah bin Abbas ra. Abdullah bin Umar bertanya, 'Apakah Muhammad telah melihat Tuhan-nya?' Maka Abdullah bin Abbaspun mengirim surat jawaban kepadanya. Abdullah bin Abbas menjawab, 'Benar.' Abdullah bin Umar kembali mengirim surat untuk menanyakan bagaimana Rasulallah saw. melihat Tuhannya. Abdullah bin Abbas mengirim surat jawaban, 'Rasulallah saw. melihat Tuhannya di sebuah taman yang hijau, dengan permadani dari emas. Dia tengah duduk di atas kursi yang terbuat dari emas, yang diusung empat orang malaikat. Seorang malaikat dalam rupa seorang laki-laki, seorang lagi dalam rupa seekor sapi jantan, seorang lagi dalam rupa seekor burung elang, dan seorang lagi dalam rupa seekor singa.'" [Kitab at-Tauhid, hal. 194].
Dengan adanya riwayat-riwayat ini semua, Allah swt. menjadi seorang makhluk (Na'udzubillahi), yang mempunyai sifat-sifat hakiki/sebenarnya yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Semua riwayat hadits tersebut walaupun diriwayatkan oleh perawi-perawi terkenal tapi bila bertentangan dengan firman Allah swt.( QS [42]):11, QS [6] : 103 ; QS [37] : 159 ), maka semua riwayat tersebut tidak bisa dipertanggung-jawabkan keshohihan nya.
Sudah pasti orang yang mempercayai hadits-hadits itu akan membayangkan Tuhannya, walaupun mereka ini berkata tidak membayangkan-Nya!
Marilah kita baca dibawah ini diskusi mengenai seputar sifat-sifat Allah antara seorang madzhab sunnah (lebih mudahnya kita juluki si A ) dengan salah seorang tokoh Wahabi/Salafi (kita juluki si B).
Si A mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tersebut dalam hadits-hadits diatas ini, dan dengan berbagai jalan berusaha membuktikan kesalahan keyakinan-keyakinan tersebut. Namun, semuanya itu tidak mendatangkan manfaat.
Si A (madzhab sunnah) bertanya pada si B: Jika memang Allah swt. mempunyai sifat-sifat ini, yaitu Dia mempunyai wajah, mempunyai dua tangan, dua kaki, dua mata, dan sifat-sifat lainnya yang mereka alamatkan kepada Tuhan mereka, apakah tidak mungkin kemudian seorang manusia membayang kan dan mengkhayalkan-Nya? Dan dia pasti akan membayangkan-Nya. Karena jiwa manusia tercipta sedemikian rupa, sehingga dia akan membayangkan sesuatu yang telah diberi sifat-sifat yang seperti ini."
Si B (golongan Wahabi) menjawab: "Ya, seseorang dapat membayangkan-Nya (bentuk Allah), namun dia tidak diperkenankan memberi tahukannya.!!"
Si A bertanya lagi : "Apa bedanya antara anda meletakkan sebuah berhala dihadapan anda dan kemudian anda menyembahnya dengan anda hanya membayangkan sebuah berhala dan kemudian menyembahnya?".
Si B menjawab: "Ini adalah perkataan kelompok sesat semoga Allah memburukkan mereka. Mereka beriman kepada Allah namun mereka tidak mensifati-Nya dengan sifat-sifat seperti ini (mempunyai dua tangan, kaki dan lain-lain). Sehingga dengan demikian, mereka itu menyembah Tuhan yang tidak ada."
Si A ini berkata lagi; "Sesungguhnya Allah yang Maha benar, Dia tidak dapat diliputi oleh akal, tidak dapat dicapai oleh penglihatan, tidak dapat ditanya dimana dan bagaimana, serta tidak dapat dikatakan kepada-Nya kenapa dan bagaimana. Karena Dialah yang telah menciptakan dimana dan bagaimana. Segala sesuatu yang tidak dapat anda bayangkan itulah Allah, dan segala sesuatu yang dapat anda bayangkan adalah makhluk. Kami telah belajar dari para ulama dari keturunan Nabi saw. Mereka berkata, 'Segala sesuatu yang kamu bayangkan, meskipun dalam bentuk yang paling rumit, dia itu makhluk seperti kamu.' Keseluruhan pengenalan Allah ialah ketidak mampuan mengenal-Nya."
Si B berkata dengan penuh emosi, "Kami menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya, dan itu cukup ! " Demikianlah diskusi singkat ini.
Golongan Wahabi/Salafi berusaha memberikan pembenaran terhadap hadits-hadits mengenai Tajsim/penjasmanian dan Tasybih/penyerupaan diatas ini dengan alasan: "Tanpa bentuk (bi la kaif) dan aqidah ahlussunnah utk ayat dan hadits mutasayabihat itu diperlukan takwil bukan "apa adanya" ayat dan hadits tsb.
Kamis, 03 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar