Dalam pesantren, ada beberapa metode yang biasa digunakan oleh kyai atau ustadz dalam melakukan pengajaran kitab kuning dengan Arab pegon. Terbagi dalam dua jenis, yaitu;
pertama, secara individual atau biasa disebut dengan sistem sorogan. Kedua, secara berkelompok atau disebut dengan bandongan..
Selain kedua metode tersebut, sejalan dengan usaha kontekstualisasi kajian kitab kuning, di lingkungan pesantren dewasa ini telah berkembang metode jalsah (diskusi kelompok) dan halaqoh (seminar). Pada awalnya metode ini lebih sering digunakan pada tingkat kiai-ulama atau pengasuh pesantren, namun pada masa sekarang sudah biasa dilakukan oleh santri. Biasanya untuk membahas isu-isu kontemporer dengan bahan-bahan pemikiran yang bersumber dari kitab kuning.
1. Metode Sorogan
Sistem Individual dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut dengan sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qur’an. Santri membacakan kitab kuning dihadapan kiai-ulama yang langsung menyaksikan keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks makna maupun bahasa (nahw dan sharf).
Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sedangkan menurut Wahyu Utomo, metode sorogan merupakan sebuah sistem belajar dimana para santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab dihadapan seorang guru atau kiai. Dalam Pesantren, sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing Bahasa Arab.
Ciri utama penggunaan sistem individual ini adalah;
(1) lebih mengutamakan proses belajar daripada mengajar,
(2) merumuskan tujuan yang jelas,
(3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid,
(4) menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi,
(5) memberi kesempatan kepada murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing.
2. Metode Bandongan
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren yaitu sistem bandongan atau seringkali disebut sistem weton. Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bandongan diartikan dengan pengajaran dalam bentuk kelas (pada seklek agama). Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam Bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit, berupa syakl atau makna mufrodhat atau penjelasan (keterangan tambahan). Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut dengan halaqoh yang arti bahasanya lingkaran murid atau sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.
Sekian dulu penjelasan tentang metode pembelajaran kitab kuning dalam lingkungan pesantren.
Rabu, 14 Desember 2011
heramkempek
→
artikel
→ Metode pembelajaran kitab kuning klasik pesantren
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
masalah diblogku tu bisa 1 mb lebih insyaalloh.
Posting Komentar