Anak merupakan unsur yang terpenting dalam keluarga. Anak ad...alah penerus generasi, pelanjut sejarah. Di tangan merekalah masa depan umat. Allah berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (28)
"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan di sisi Allah pahala yang besar." (QS al-Anfal: 28). Ayat ini merupakan peringatan, jika kita dapat mendidik anak dengan baik, insya Allah anak tersebut menjadi anak yang saleh.
Upaya mendidik anak dimulai dengan mendoakannya semasih bayi, dengan doa yang dibacakan Nabi Ibrahim terhadap anaknya, Ismail dan Ishak, "Aku berlindung dengan firman Allah yang sempurna dari segala setan, gangguan, dan penggoda yang jahat." (HR Bukhari). Selanjutnya memberikan pendidikan agama.
Imam Al Ghazali mengamati perkembangan anak mulai dari masa al-Janin, al-Thifi, dan al-Tamziz. Dalam masa ini anak diperbanyak latihan dan kebiasaan akhlak yang baik sehingga mampu membedakan baik dan buruk. Akal pikiran anak dikembangkan, agar dapat memahami ilmu.
Rasulullah SAW menyuruh kita untuk mengajari anak yang telah berumur 7 tahun untuk shalat. Memukulnya jika dia telah berumur 10 tahun. Sabda Rasulullah SAW, "Suruhlah anak-anakmu shalat apabila mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka bila telah berumur 10 tahun," (HR Abu Dawud dan Hakim).
Biar bagaimanapun sibuknya orang tua, haruslah memprioritaskan pendidikan anak. Terlebih lagi di saat sekarang ini yang sedang diliputi kerusakan, sehingga pengaruh lingkungan banyak memberikan pendidikan negatif terhadap perkembangan tabiat anak. Kehidupan semakin sulit. Moral kian runtuh, akhlak bertambah rusak. Pastinya, tidak layak membiarkan anak-anak kita hidup tanpa didikan yang baik.
Penanaman pendidikan anak tidak dapat dilakukan secara sambilan. Rasulullah SAW bersabda, "Seorang anak (bayi) dilahirkan dalam keadaan bersih. Maka, ayah ibunyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani." Bila pendidikan anak terabaikan, maka kecelakaanlah yang akan menimpa kita, baik di dunia maupun akhirat.
Lukmanul Hakim yang hidupnya sezaman dengan Nabi Musa AS, memberikan nasihat terhadap anaknya, termaktub di surat Luqman ayat 12 sampai 19. Di antaranya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar," (ayat 13). "Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di dalam bumi, niscaya Alah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui," (ayat 16). "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar. Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah." (ayat 17).