Pagi ini sebuah email membuat saya sempat kaget, tertegun sekian menit setelah menyaksikan sebuah video tautan dari forum diskusi di Multiply sebagai berikut : http://indonesiancommunity.multiply.com/reviews/item/431 atau tautan Youtube di : http://www.youtube.com/watch?v=_pQg8iU_wM4
Dan false-opini yg saya khawatirkan adalah menganggap Arab = Islam. Tindakan kriminal seorang warga negara Arab yang kebetulan dia berasal dari Royal Family akan dianggap sebagai 'budaya Islam' / 'budaya kekerasan alam Islam'. Sehingga pada diakhir pembuatan opini ini pesan tersimpan yang mau disampaikan melalui alam bawah sadar pembacanya adalah...."Yaa...memang ISLAM itu TERORIS".
Astaghfirullah!!!
Cukuplah kita yang merasakan pedihnya fitnah ini. Dan kita wajib meluruskan. Jangan biarkan generasi anak cucu kita terinfeksi oleh fitnah-fitnah keji macam ini.
ISLAM BUKAN BUDAYA ARAB
Sebagian kaum muslimin agak sulit membedakan antara Islam dengan budaya Arab. Sehingga sering terjadi salah paham terhadap kedua hal tersebut. Budaya Arab terkadang diangggap sebagai Islam, dan sebaliknya Islam dianggap sebagai budaya Arab. Hal ini perlu kita pelajari lebih dalam agar kita dapat membedakan antara agama dan produk budaya.
Sebelum Islam diturunkan diseluruh negeri, dunia diliputi oleh kebodohan dan kegelapan yang merata di segala lini kehidupan. Agama terakhir saat itu yaitu Nasrani yang seharusnya menjaga kemurnian ajaran sebelumnya yang bersumber pada kitab Taurat, telah demikian terdistorsi dari ajaran awal (aslinya). Kehidupan di seluruh negeri saat itu tidak terlepas dari syirik, khurafat dan sebagainya sesuai dengan latar belakang budayanya masing-masing. Zaman itulah yang kita kenal dengan istilah zaman jahiliyyah.
Kemudian datanglah Islam dengan membawa wahyu Allah SWT, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam datang sebagai "pengkritik" segala budaya-budaya yang ada di dunia. Kritik yang dilakukan Islam adalah dalam rangka menyempurnakan akhlaq manusia agar mereka dapat menciptakan kehidupan yang benar-benar manusiawi, baik akhlaq sebagai makhluq kepada Allah sebagai Khaliqnya (pencipta) yang diistilahkan juga dengan hablum minallah, maupun akhlaq antara sesama manusia atau hablum minan naas.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq-akhlaq yang mulia." (H.R. Bukhari dan Ahmad. Lihat Silsilah ash-Shahihah 15).
Fungsi Islam sebagai pengkritik ini pertama kali dijalankan sejak pertama kali Islam itu turun ke muka bumi ini. Berhubung Islam turun di Arab, maka pihak yang pertama kali dikritik oleh Islam adalah budaya Arab.
Bangsa Arab sebagaimana bangsa-bangsa yang lainnya saat itu merupakan bangsa yang tenggelam paling jauh dalam berbagai kerusakan akhlaq, mereka gemar berperang baik antar suku maupun antar qabilah. Mereka juga gemar meminum khamr, judi dan mereka memperlakukan wanita layaknya seperti barang, dan kerusakan terbesar pada saat itu adalah perbuatan mereka yang beribadah kepada Allah namun juga beribadah kepada selain Allah (Syirik), dan masih banyak lagi kerusakan-kerusakan akhlaq lainnya pada masa itu yang menjadikan kehidupan mereka jauh dari sifat manusiawi yang hakiki.
Maka mulailah Islam menjalankan fungsinya sebagai pengkritik. Di mulai dari hal yang terpenting yang menjadi prioritas utama yaitu kerusakan akhlaq manusia terhadap Allah yaitu perbuatan syirik. Dimana asas-asas budaya Arab yang saat itu mengandung unsur-unsur kesyirikan, dan segala kemaksiatan, semuanya dikoreksi total oleh Islam dan diganti dengan asas-asas yang berlandaskan ketauhidan kepada Allah, hingga akhirnya bangsa Arab berubah dari bangsa yang penuh dengan kesyirikan, khurafat dan sebagainya tadi, menjadi bangsa yang muwahhid (mentauhidkan Allah Ta`ala).
Demikianlah fungsi koreksi tersebut masuk ke semua lini kehidupan dan budaya bangsa Arab, hingga akhirnya masyarakat dan budaya Arab itu tunduk kepada Islam. Oleh sebab itu bangsa Arab justru kemudian menjadi bangsa yang paling pertama merasakan serangan kritik dan koreksi dari Islam.
Kemudian fungsi kritik itu terus meluas masuk ke negara-negara sekitarnya seperti Persia, Romawi, Cina dan akhirnya sampai ke Indonesia. Maka tidak ada pilihan lain bagi masyarakat atau budaya suatu bangsa, ketika Islam masuk ke sana, sementara mereka mengkui Islam sebagai agamanya, maka orang-orang disana harus siap untuk dikritik oleh Islam dan siap berubah dari seorang musyrik menjadi seorang muwahhid (orang yang bertauhid), apapun latar belakang budaya ataupun bangsanya.
Islam sesungguhnya memiliki konsep bagaimana berinteraksi dengan budaya-budaya di luar Islam. Islam mempersilahkan siapapun untuk mengemukakan pandangan-pandangan ataupun melakukan tindakan-tindakan budaya seperti apapun, asalkan tidak melanggar ketentuan halal-haram, pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan mafsadat (kerusakan), serta prinsip al Wala` (kecintaan yang hanya kepada Allah dan apa saja yang dicintai Allah) dan al Bara` (berlepas diri dan membenci dari apa saja yang dibenci oleh Allah), dimana ketiga prinsip inilah yang menjadi jati diri dan prinsip umat Islam yang tidak boleh diutak-atik dalam berinteraksi dengan budaya-budaya lain diluar Islam.
Sehingga dari ketiga prinsip ini akan lahir sebuah Kebudayaan Islam, dimana kebudayaan Islam ini selalu memiliki satu ciri khusus yang tidak dimiliki oleh budaya dan bangsa manapun diluar Islam, yakni budaya yang berasaskan Tauhidul `Ibadah Lillahi Wahdah (mempersembahkan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah).
Selama prinsip-prinsip dan asas tersebut tidak dilanggar, maka kita dipersilahkan seluas-luasnya untuk berhubungan ataupun mengambil manfaat dari bangsa-bangsa dan budaya manapun di luar Islam. Sebab segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, baik itu sifatnya ilmu pengetahuan maupun materi (yang selain perkara agama tentunya), itu semua memang diciptakan oleh Allah untuk kita umat manusia, kaum muslimin, walaupun berasal dari orang-orang kafir.
Sebagaimana firman Allah SWT: Dialah (Allah), yang telah menciptakan segala yang ada dibumi ini untuk kalian...(Q.S. Al Baqarah [2]: 29)
Maka sesungguhnya kedudukan budaya Arab itu sama dengan budaya Persia, Romawi, Melayu, Jawa dan sebagainya di mana budaya-budaya tersebut adalah pihak yang harus siap dikritik oleh Islam ketika Islam telah masuk ke negeri-negeri tersebut.
Maka tidak benar jika dikatakan Islam (seperti jilbab, kerudung dan sebagainya) adalah produk budaya Arab. Sebab justru budaya Arab adalah budaya yang paling pertama dikritik dan dikoreksi oleh Islam sebelum budaya-budaya yang lainnya. Maka apa saja yang telah diterangkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai agama, maka itulah Islam.
Sementara segala sesuatu yang tidak diterangkan oleh Allah dan RasulNya dalam perkara agama, maka itu bukanlah Islam, meskipun perkara tersebut telah menjadi kebiasaan dan populer pada masyarakat Arab atau masyarakat Islam yang lainnya.
Sebab, Arab tidaklah sama dengan Islam, dan sebaliknya Islam tidaklah serupa dengan Arab. Akan tetapi budaya Arab dan budaya-budaya yang lainnya yang mau tunduk kepada Islam, maka itulah yang pantas dinamakan budaya Islam.
ISLAM itu dari kata ASLAMA = ASLIM = TUNDUK PATUH (QS.2/131)
Semua Nabi dan Rosul itu MUSLIM (Manusia yang PATUH pada ALLAH = QS.2/128)
ISLAM BUKAN BUDAYA manapun....tetapi bentuk prilaku KEPATUHAN YANG HAQIQI kepada TUHAN SEMESTA ALAM. (QS.2/131)
MUHAMMAD ROSULULLOH...diutus untuk MENEGAKKAN KEMBALI DIENULLOH (HUKUM2 ALLOH) dimuka BUMI ini. Karena pada waktu itu tidak ada satu bangsapun yang menjalankan HUKUM ALLAH, tetapi HUKUM BANGSA2 (buatan manusia).
TUGAS semua ROSUL sama yaitu MENEGAKKAN HUKUM ALLAH.
QS. Asy Syuro [42] ayat 13 :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Dia telah mensyariatkan kamu tentang DIEN (Aturan/Hukum/System Hidup) apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah HUKUM dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik dien yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (dien) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Jadi ... DIENULLOH/HUKUM ALLAH bisa DITEGAKKAN dibangsa manapun yang dikehendaki ALLAH.
Nabi Ibrahim as dilahirkan di Mesopotamia (Iraq). Negara Iraq & Iran masuk ke dalam kategori negara2 Asia. Maka adalah kurang tepat jika dibilang 'awal Islam' turun di tanah Arab. Itu jika kita mengambil batas Nabi Ibrahim as.
Nabi Idris as beliau dari Mesir.
Nabi Nuh? kurang tepat kalau dikatakan beliau berasal dari Jazirah Arabian. Karena hewan2 (gajah, jerapah,dll) tidak pernah hidup digurun pasir. Nabi Nuh as membuat bahtera, jika dikatakan bahtera tersebut dari kayu, maka kayu apa di arab yang cocok untuk membuat bahtera?
Belum lagi profesi Nabi Nuh as adalah sebagai 'PETANI' yang mempunyai pohon anggur demikian luas. Maka gak mungkin ada pertanian yang cukup luas di wilayah Arabian.
Seperti yang disampaikan oleh Akhi Mac Rahmat Hidayat, Semua Nabi & Rasul adalah MUSLIM. Membawa ajaran ISLAM. Maka sy tidak sependapat jika dikatakan ISLAM turun hnya di tanah Arab. Karena seluruh nabi (yg jumlahnya lebih dari 25) serta Rasul, tidak semuanya lahir & domisili di tanah Arab.
Kata lain dari Islam itu Tunduk dan patuh. ana setuju kata Bpk. Rahmad..
Karena Islam adalah agama nenek moyang manusia sejak nabi Adam a.s hingga Rasulullah SAW yang memiliki jalan lurus menuju Ridho Illahi. Agama-agama terdahulu pun sebelum ajarannya terbelokkan juga dinamakan Islam bukan. Masalahnya dinegara kita sekarang memang mayoritas Islam tapi juga perlu diketahui bahwa masyarakat Negara kita pun Mayoritas Sekular...
Mulai Dari sinilah muncul warna-warni persepsi Islam atas dasar kepentingan. Hanya Karena jiwa Nasionalisme lebih tinggi dibandingkan Akhidah Islamnya, sehingga biarpun dia Islam tapi sebenarnya perilaku, arah pemikiran, dan kepribadiannya itu bukanlah Islam. Kalau ada yang bilang Islam itu budaya sebenarnya saya juga tidak setuju... sebab Islam itu Ideologi yang jika diterapkan akan melahirkan Hadharah/peradaban dan juga Madaniyah/Hasil dari adanya peradaban itu sendiri, nah dari sini barulah dapat mencul adanya Budaya, bukan budaya Islam tetapi budaya yang Islami.
Contoh mada masa Majapahit, Hadharahnya adalah kehidupan jawa yang penuh religi yang dibalut mistik, madaniyahnya adalah candi-candi,dan lainnya.
Begitu juga dengan mendominasinya Ideologi Kapital saat ini, Hadharahnya adalah dikomersialisasikannya semua potensi-potensi yang ada, madaniyahnya adalah maraknya hasil2 teknologi yang selain menjanjikan kehidupan yang Hedonis, juga melahirkan budaya yang Individualis, pola hidup praktis, yang ahkirnya menimbulkan gaya hidup yang mengedepankan kebahagiaan-kebahagiaan sesaat.
Nah kenapa saat ini kebanyakan Manusia itu membenci Agamanya sendiri dan cenderung mengenyampingkan Islamnya meskipun dia itu seorang Muslim yang kerap melakukan ibadah Ritual sekalipun..?
Itu karena saat ini mayoritas Umat muslim telah terlanjur mengikuti gaya pemikiran Barat yang lebih mengutamakan kebutuhan Nafsunya dari pada kebutuhan Gharizah Tadayyunnya.
Ini terbukti sebagaimana yang dikatakan Sdr. Selli diatas// banyak Orang memberikan hembusan politiknya untuk menyudutkan Islam demi suatu kepentingan, Yang mengatakan Islam teroris lah, Islam itu agama miskin, islam agama kekerasan,dll.
Oleh sebab itu mari Umat Islam kembali sadar, mari Da'wahkan Islam dengan metode ala rasulillah, bukan da'wah ala nafsu kita. Jika kita berda'wah ala nafsu kita.. ya sudah barang jadi da'wahnya hanya untuk kepentingan Dunianya.
Mari kembali berjuang untuk membentuk sebuah kepemimpinan Islam yakni Khilafah Islam dengan Syariah kaffahnya. Masak Islam yang sebegini besarnya, selama 88 tahun terkhir ini Tidak memiliki pelindung...
Hmm.. kata Naga bonar, apa kata dunia...
orang memandang islam adalah arab dikarenakan sudut pandang mengenai islam saat ini adalah arab. banyak orang yang belum memahami tentang apa itu islam sebenarnya. bahkan orang yang beragama islam sekalipun belum tentu paham akan hal ini.
sebagaimana dikatakan oleh mas rahmad bahwa islam berasal dari kata aslama yang berarti tuduk dan patuh, maka berbicara islam sebenarnya adalah bukan berbicara tentang agama namun berbicara tentang suatu sifat yang tunduk dan patuh pada satu hukum yaitu hukum Tu[h]an Semesta Alam yang mengajarkan agar manusia menjadikanNya sebagai satu2nya pengatur, satu2nya penguasa dan satu2nya yang diabdi (Q.S.Al-Fatihah).
inilah ajaran para nabi dan rosul, dimana mereka selalu mengajak manusia untuk menggunakan aturan/hukum Tu[h]an Semesta Alam yang diajarkan dengan rahman dan rahim (kasih dan sayang) bukan aturan/hukum yang dibuat oleh manusia (baik aturan pribadi ataupun aturan kelompok]
Selasa, 12 Januari 2010
heramkempek
→ ISLAM BUKAN BUDAYA ARAB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar