Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Al-Hajran: mashdar dari kata Hajara yang secara bahasa berarti taraka (meninggalkan). Dan yang dimaksud dengan meninggalkan atau menghajr ahli bid'ah adalah menjauhi mereka, tidak mencintai, tidak berloyal kepada mereka, tidak mengucapkan salam, tidak mengunjungi atau menengok mereka, dan perbuatan yang semisal itu. Menghajr ahli bid'ah adalah wajib berdasarkan firman Allah,
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya" (QS. Al-Mujadilah: 22). (Lihat Ensiklopedia Bid'ah, hal. 123).
Fatwa seperti ini sungguh menyesatkan, karena:
a) Orang-orang yang mereka tuduh sebagai ahli bid'ah adalah umat Islam yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.
b) Amalan-amalan yang dilakukan para tertuduh yang mereka vonis sebagai bid'ah, adalah amalan yang tidak ada larangannya di dalam agama, sehingga tidak bisa dihukumi sebagai bid'ah sesat. Bahkan para ulama telah membahas hukum kebolehannya dengan gamblang berdasarkan dalil-dalil serta kebaikan-kebaikan yang terkandung di dalamnya.
c) Ayat di atas bukan berisi perintah untuk menjauhi ahli bid'ah, tetapi hanya menyampaikan berita tentang orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat yang tidak akan berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya.
d) Ayat di atas tidak menjelaskan bahwa maksud dari "Orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya" adalah orang-orang Islam yang dituduh oleh kaum Salafi & Wahabi sebagai ahli bid'ah.
e) Ayat tersebut juga tidak menjelaskan bahwa melakukan amalan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., tawassul kepada para wali, tahlilan, ziarah kubur shalihin, dan lain sebagainya adalah merupakan perilaku "memusuhi Allah dan Rasul-Nya".
Bila dalil yang dijadikan dasar ternyata tidak berhubungan konteksnya dengan fatwa tentang kewajiban menghajr, meninggalkan, menjauhi, dan tidak mencintai orang-orang yang dituduh sebagai ahli bid'ah, mengapakah kaum Salafi & Wahabi seperti al-Utsaimin dan al-Fauzan ini begitu berani meyakinkan orang untuk membenci saudaranya bahkan keluarganya sendiri tanpa alasan yang jelas? Bukankah ini bisa dikatakan sebagai upaya memecah belah persatuan umat Islam?!!
Lebih buruknya lagi, sudah diracuni dengan fatwa tentang "kewajiban menjauhi ahli bid'ah" yang tidak jelas alasan dan sasarannya, para pengikut Salafi & Wahabi juga diracuni dengan sikap antipati terhadap kebaikan dan kebenaran apapun yang datang dari orang yang dituduh sebagai ahli bid'ah itu. Perhatikan pula fatwa al-Utsaimin berikut ini:
Termasuk dalam kategori hajr ahli bid'ah adalah tidak membaca buku-bukunya karena khawatir terkena fitnahnya, atau tidak mempromosikannya kepada khalayak. Karena menjauhkan diri dari tempat-tempat kesesatan adalah wajib, berdasarkan sabda Nabi Saw. tentang Dajjal,
مَنْ سَمِعَ بِهِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ، فَوَاللهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيْهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ (رواه أبو داود وأحمد)
"Barangsiapa mendengar tentangnya (dajjal) maka hendaklah dia menjauh darinya, maka demi Allah, sesungguhnya seorang akan didatangi dajjal, dan dia mengira bahwa dajjal itu seorang mu'min, lalu orang tersebut mengikutinya karena syubhat-syubhat yang ia tebarkan" (HR. Abu Dawud & Ahmad). (Ensiklopedia Bid'ah, hal. 123).
Bisa dibayangkan, jika seseorang terkena pengaruh paham Salafi & Wahabi, lalu diracuni oleh fatwa yang menyesatkan seperti di atas, di mana orang-orang Islam yang melakukan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., tawassul, ziarah kubur para wali, tahlilan, dan lain sebagainya dituduh sebagai ahli bid'ah yang harus dijauhi karena dianggap sama bahayanya dengan Dajjal, lalu ia juga harus mencampakkan segala macam penjelasan tentang dalil atau kebaikan dari para tertuduh ahli bid'ah tersebut baik berupa buku-buku bacaan maupun penyampaian lisan tanpa peduli tentang kebenaran yang ada di dalamnya, maka pastilah orang yang terpengaruh paham Salafi & Wahabi itu akan menjadi seperti "Kerbau yang dicocok hidung" atau "Kuda delman berkacamata".
Betapa jahatnya doktrin Salafi & Wahabi ini; tidak cukup dengan hanya membuat orang menjadi sombong karena menganggap diri benar dan yang lain salah, bahkan juga menutup setiap peluang orang itu untuk menyadari kesombongannya. Adakah yang lebih buruk dari keadaan seseorang yang merasa benar dalam melakukan kesombongan, dan merasa beramal shaleh dalam melakukan dosa??!
Sabtu, 06 Agustus 2011
heramkempek
→
artikel
→ DOKTRIN GANAS SALAFI WAHABI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
wahh terimakasii kang.. sementara nii saiia izin nyimak dulu kang iia :(
kita tunggu orang yang kebakaran jenggotnya yah, :Dkita tunggu orang yang kebakaran jenggotnya yah, :D
Posting Komentar