Sabtu, 23 Januari 2010

MALAM PERTAMA

Satu hal sebagai bahan renungan Kita...

Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justeru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu

Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu...jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah...itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang telah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya.... . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah telah pergi.....

Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan... .
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...

Dan Dia Kekasih itu..Menetapkanmu ke Syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli Syurga...
Tapi....tapi ....sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli Syurga

Sahabat...mohon maaf...jika malam itu aku tak menemanimu
Bukan aku tak setia...Bukan aku berkhianat.. ..
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Tapi percayalah.. .aku pasti kan mendo'akanmu. ..
Karena ...aku sungguh menyayangimu. ..
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo'a...semoga kau jadi ahli Syurga. Amien
Sahabat..... , jika ini adalah bacaan terakhirmu
Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu

Ambillah hikmahnya... ..
Tapi jika ini adalah salahku...maafkan aku....
Terlebih jika aku harus mendahuluimu. ...
Ikhlaskan Dan maafkan seluruh khilafku
Yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu. ....

Kalau tulisan ini Ada manfaatnya.. ..
Silakan di print out Dan kau simpan sebagai renungan...
Siapa tahu ...suatu saat kau ingat padaku
Dan...aku tlah di alam lain....
Satu pintaku padamu...

Tolong do'akan aku....


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.(QS 103:1-3)

Orang Yang Tidak Melakukan Sholat:
Subuh: Dijauhkan cahaya muka yang bersinar.
Dzuhur: Tidak diberikan berkah dalam rezekinya.
Ashar: Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan.
Maghrib: Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isyha: Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya.

catatan ini saya ambil dari HAZIRAN AROVA

PESAN TOKOH SUFI (IBRAHIM BIN ADHAM)

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, "Wahai Abu Ishak! Selama ini aku senang melakukan maksiat. Tolong berikan aku nasihat." Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, "Jika kamu bersedia menerima syarat-syaratku dan mampu melaksanakannya, maka kamu boleh melakukan maksiat." Lelaki itu dengan tidak sabar bertanya. "Apakah syarat-syarat itu, wahai Abu Ishak?"

Ibrahim bin Adham berkata, "Syarat pertama, jika kamu melakukan maksiat kepada Allah, maka jangan memakan rezeki-Nya." Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, "Dari mana aku bisa makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah? "Ya!" tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih maukah memakan rezeki-Nya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?"

"Yang kedua," kata Ibrahim, "kalau kamu melakukan maksiat, jangan tinggal di bumi-Nya! Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. dan menjawab : "bagaimana mungkin aku tidak tinggal di bumi-Nya? maka Ibrahim kembali berkata kepadanya, "Wahai hamba Allah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan kamu melanggar segala larangan-Nya?"
"Ya! Anda benar." kata lelaki itu.

Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, "Kalau kamu masih ingin melakukan maksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya!" Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, "Wahai Ibrahim, ini syarat yg bagaimana? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?" "Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?" kata Ibrahim. Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat.

Ibrahim melanjutkan, "Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya, 'Tolong tunda kematianku dulu. Aku masih ingin bertaubat dan melakukan amal soleh'." Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersadar, "Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?"
"Wahai hamba Allah, kalau kamu sudah meyakini bahwa kamu tidak bisa menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana mungkin kamu bisa lari dari kemurkaan Allah?"
"Baiklah, apa syarat yang kelima?"

Ibrahim pun menjawab, "Wahai hamba Allah, kalau malaikat Zabaniyah datang hendak menggiringmu ke api neraka karena perbuatan maksiatmu di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya."
Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dan dia berkata, "Wahai Abu Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya." Dia juga tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. "Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah." katanya sambil terisak-isak.

semoga dg kisah ini benar2 bisa menjadikan kita tersadar dan berusaha menjauhi maksiat yg membuat gelapnya hati dan murka Allah SWT.

TUHAN, TAK ADA KATA “CINTA” UNTUK-MU

1
di pojok itu, kutengadahkan tanganku
meminta setetes hubb-Mu
kuselorohkan bola kecil kayu cendana
ditanganku, menghitung nama-Mu, meski pun
Kau tak terhitung dan tak berbilang, Kau hanya
satu tapi satu bukan bilangan,
satu adalah kesatuan yang tak akan pernah berbilang

2
Tuhan, aku sungkan menjerit
pada-Mu, tapi sungkan ujud kesombongan
dan keangkuhan,
maka aku dholim jika tak mengeluh pada-Mu, hanya Kau
tempat mengeluh

3
Tuhan, kau berikan setitik cinta
pada manusia, untuk hidup selaksa meraih surga
namun Tuhan, banyak cinta menjadi nafsu,
jalan-jalan yang dulu hanya untuk menuju-Mu, kini
jalan itu, tak lagi kutemukan, hanya namanya
yang terbungkus rapi dengan nama “CINTA”, tapi cinta itu
tak kutemukan lagi
cinta yang dulu suci dan penuh hormat, kini tak lagi.
cinta yang dulu sakral, kini tak lagi

4
kehormatan dan kemunafikan tak
lagi membelah, keduanya lebur atas nama cinta
cinta tak meraung agung, tuk disanjung
cinta tak lagi melangit, tertutup awan
cinta selaksa kenangan, dalam kebohongan
cinta di kasur pelacur, cinta di gubuk garmo
cinta melorot lewat sehelai kain
cinta pemuas nafsu, cinta pemuas syahwat
cinta tak lagi bak mutiara
yang terbingkai di etalase
nilainya sepeser logam silam

5
Tuhan, tak ada kata “cinta” untuk-Mu
cinta sudah karat di kasur-kasur pelacur,
cinta sudah berlumut di trotoar, tak sehening dulu
aku tak kuasa bercinta dengan kata “cinta”
kini cinta bernoda
biarlah kuterjemahkan kata
yang masih hening, sehening lembaran salju

6
…………………………..pada Mu

Madura
Halimi Zuhdy

Manakah urusan Dunia & Akhirat?

Tentunya banyak diantara kita yang masih mempertanyakan manakah urusan dunia manakah urusan akhirat, sedangkan kita sedang berjalan seiring waktu mengarah kepada akhirat antar suka maupun terpaksa, adalah suatu ketetapan yang tidak mungkin dapat ditolak.

Kenapa seperti ada dinding pemisah diantara kedua urusan ini? Dalam setiap sajian dakwah cukup arif untuk memisahkan kedua hal ini, jika ada seseorang yang terlalu banyak bertanya, karena yang dipertanyakan sebenarnya muncul dari keraguan yaitu dari hati yang condong mencintai harta dunia. Maka cukuplah bagi si penerima untuk memahami dengan memfokuskan diri pada satu sisi yang akan membawanya kepada kemaslahatan baik dunia maupun akhirat.

Cukup aneh memang jika jika ada orang bijak justru diburu dengan membawa persoalan dunia masing-masing untuk diadukan/dicari pemecahannya.

Banyak orang bertanya-tanya tentang perihal hukum dalam Al-Qur'an, "adakah hukum lain selain apa yang tertera didalamnya?" jika tidak berarti tidak diperlukan lagi ijtihad atau pasrah begitu saja dengan keadaan dengan ikut larut begitu saja bagai buih dalam arus zaman yang terus menggelontor tak terbendung. Banyak sekali pemikiran semacam ini yang senantiasa menggelayuti orang-orang yang tidak dapat menerima begitu saja dengan keadaan sekarang.

Permasalahan ini akan terus bergulir, jika tidak ada seorangpun yang berani mempertaruhkan hidupnya untuk mengabdikan diri sepenuhnya untuk membenahi persoalan ini yaitu orang yang tidak disibukan dengan perniagaan dunia hanya mengharap ridho Rabbnya. Karena tidak mungkin bagi orang yang masih mendua hatinya dapat memahami ayat-ayatNYA, karena luasnya ilmu Islam (Khazanah) yang terkandung didalamnya yang tidak mungkin tersentuh oleh orang yang khianat (pembangkang).

Apabila kita jeli sebenarnya tidak sedikit orang yang diberi hikmah/pemahaman, tapi kenapa banyak diantaranya menjadi lebay bahkan terprosok dalam jurang pluralisme, adalah sifat-sifat yang sebenarnya sudah digambarkan dalam Qur'an secara gamblang. Lain daripada itu adalah siasat dimana Rosululloh saw dulunya berdakwah secara sembunyi-sembunyi, namun tidak layak dikatakan sebagai orang yang sembunyi atau asing yang akhirnya hanya untuk menjual dirinya (mencari ketenaran) dengan ayat-ayatNYA dengan harga murah.

Disinipula salah satu faktor kaburnya sejarah, apalagi era pencitraan sekarang dimana apapun yang terbit dalam bentuk tulisan ataupun image/citra tidak lebih untuk mengangkat citra seseorang ataupun wadah/pihak/golongan tertentu. Pada masa Orde Baru dimana suasana religi masih kental ada saja mubalig yang secara terang-terangan mengkampanyekan partainya yang tidak Islami.

Orang asing dalam Islam adalah orang yang ikhlas tidak butuh publikasi dan cukup Rabbnya saja yang menjadi saksi atas usahanya. Orang yang tidak mengenalinya tentulah dianggap remeh saja, karena hawa nafsunya selalu diperturutkan mengejar 'pamor dan power' yang tidak lebih adalah angan kosong. Pepatah jawa mengatakan "mendem jero mumbul duwur" sebagai gambaran orang yang selalu merendah diri / tidak sombong.

Jika dicermati secara keseluruhan otak bangsa ini kadang tidak lebih seperti tabung tv yang mudah saja terprofokasi oleh image yang sebenarnya sudah diarahkan dalam kurun waktu yang lama (tanpa disadari). Dalam menilai orang seperti menilai tokoh sinetron. Perkara yang cukup menggelikan banyak sekali jika kita jeli. Orang yang dibesarkan induknya akhirnya mendurhakai... :) Dunia benar-benar sudah terbalik.

Sifat-sifat mulia yang sudah digariskan dalam Qur'an yang mampu untuk menampung logika manusia sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri akhirnya terhalangi oleh hawa nafsu bagai bulan tertutup bayang-bayang bumi. Tidak sedikit saya dapati orang yang mengambil dalil Qur'an sekehendak hatinya tidak melihat secara global sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk mengenali hukum-hukum yang terkandung didalamnya, yang tentunya tidak dapat dikenali jika dicari kulit(kata/lafal)nya saja.

Maha Benar Alloh atas penjagaan Ayat-ayatNYA.

"Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya, bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu. Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)? Tanyakanlah kepada mereka: "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?"
[68 Al-Qalam 35-40]

[2.207] Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
[2.208] Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.

[2.152] Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
[2.153] Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
[2.154] Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
[2.155] Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

[17.100] Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai khazanah rahmat Tuhanku, niscaya khazanah itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat kikir.
[15.21] Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

“ DI ALAM KUBUR “ KEBAHAGIAAN MATI DAN KESEDIHAN MATI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

B i s m i l l a h i r r a h m a a n i r r a h i i m,

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala pujian kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam semoga tercurah atas junjungan kita Rasulullah SAW, beserta keluarganya, para shahabatnya dan orang2 yang istiqomah dijalan-Nya.

Sahabat fillah, Alhamdulillah saya dapat bertemu kembali dengan sahabat di majelis Taushiah facebook ini, lebih khusus untuk anggota untaian taushiah “ NUR HIDAYAH “, tidak terasa cukup lama saya absen untuk mengirimkan taushiah kepada sahabat semua, dan tidak terasa pula kita sudah berada di hari – hari terakhir penghujung tahun ini. Sebagai ummat muslim, kemarin kita sdh memasuki tahun baru Hijriyyah 1431, dan tidak lama lagi kita akan menyiongsong tahun baru 2010. Biasanya akan banyak orang yang salah langkah dalam menyambutnya, dan sedikit mungkin yg bisa mengambil langkah yg tepat untuk menyambut setiap pergantian tahun, baik itu dari sisi agama maupun nasional.

Sahabat fillah, salah satu langkah yang tepat, untuk menyambut pergantian tahun adalah dengan merenung, atau MUhasabah, atau instropeksi diri / evaluasi diri, bahwa sdh sejauh mana kita taat kepada Allah SWT, dan sejauh mana pula kita Durhaka kepada Allah SWT bukannya malah berhura - hura dengan gemerlapnya dunia saja. Bersyukur dan tingkatkan, jika prestasi prestasi ibadah kita mendapatkan raport yang baik ( menurut penilaian kita ), dan Istighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT, jika ternyata selama ini kita banyak menyia – nyiakan waktu, hidup dan nikmat sehat yg diberikan Allah SWT, hanya untuk melakukan perbuatan – perbuatan yg sia – sia dan tidak bermanfaat, lebih parah lagi melakukan maksiat atau dosa – dosa kecil dan besar.

Yang semua itu tentunya akan semakin menambah murka Allah SWT kepada diri kita, dan semakin menjauhkan diri kita dari keridhaan-Nya. Nah Sahabat fillah, marilah kita melakukan istighfar dan taubatan missal memohon ampunan dan petunjuk Allah SWT, agar kita tidak ikut rusak oleh perkembangan jaman yang semakin rusak.

Baiklah sahabat fillah, sebuah bahan untuk renungan / muhasabah kita, bahwa hidup kita Cuma sekali, dan tidak akan dua kali di dunia ini, hendaknya kita manfaatkan betul untuk memanen pahala dan keredhaan dari Allah SWT, agar kita mendapatkan kenikmatan imani dan KEBAHAGIAAN HIDUP dan KEBAHAGIAAN MATI, apa itu kebahagian mati ? Kebahagian mati adalah mendapatkan Husnul Khatimah dan mendapatkan nikmat kubur setelah mati, ini tentunya karena amal sholih yg kita lakukan mendatangkan Keridhaan Allah SWT. Bukan sebaliknya, mendapatkan KESEDIHAN HIDUP & KESEDIHAN MATI, kesedihan mati jika kita mati dalm keadaan tidak taat kpd Allah SWT, dalam keadaan durhaka, maksiat kepada Allah SWT, dan mendapatkan Siksa Kubur..Sungguh celaka orang yang mendapatkannya,..na’u dzubillahi min dzalik.. tsumma na’udzubillah…

Lebih celaka lagi..kita sama – sama tdk tahu berapa lama kita akan berada di alam kubur..kalau mendapatkan nikmat kubur tentu kita akan bahagia, tetapi bila sebaliknya, SIKSA KUBUR yang kita terima…sungguh suatu kengerian yang luuaaarrr biasaaa…Yyaa Allah..sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari Adzab dan siksa kubur, jauhkanlah kami dari adzab dan siksa kubur YAA RAHMAAN…YAA RAHIIM…

Akhi wa ukhti fillah, berikut ada sebuah kisah yang menggambarkan apa yang saya tulis diatas, baca dan renungkan kisah ini semoga bisa menyadarkan kita dari kegemerlapnya dunia yang sering melalaikan dan melenakan kita.

BERAPA LAMA KITA DIKUBUR

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yg kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915 : 20- 01-1965 "

"Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk
nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya...
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah."

Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.
"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "
Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910 "

"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah",
jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dikubur sebelum dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...Teringat semasa hidupnya ibunya jarang untuk menjalankan sholat, jarang menjalankan puasa ketika bulan Ramadhan datang, jarang berinfaq, sering membentak alm ayahnya, dan beberapa keburukan lainnya, semakin lama semakin deras air mata menetes dipipi ayah Yani, hingga tidak terasa sajadahnya basah oleh air matanya, " yAA ALLAH..AMPUNI DOSA SAYA. DAN DOSA iBU BAPAK SAYA DAN PELIHARALAH MEREKA BERDUA DENGAN BAIK DENGAN KASIH-MU SEBAGAIMANA MEREKA MEMELIHARA SAYA DIWAKTU MASIH KECIL DENGAN KASIH SAYANG "
Beliau tdk bisa membayangkan jika ibunya saat ini sdh 42 tahun mungkin menjalani siksa kubur dan masih akan lama lagi, sampai kapan..tidak ada yang tahu, Kalau ternyata kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa1000 tahun lagi ?

Innalillaahi Wa Inna Ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? NERAKA ..Na'udzubillahi min dzalik.

Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?
Kemudian ayah Yani teringat pula akan dirinya yang keadaannya hampir sama, masih kurang disiplin menjalankan sholat, agak pelit berinfaq, puasa juga kadang absen, dan masih banyak lagi dosa – dosa yg dingat – ingat ayah Yani, sampai menangis terisak – isak, dan kemudian menyadarkan dan menimbulkan tekad utk bertaubat, memperbaiki diri sebelum segalanya terlambat.

Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya
Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu.

Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan, dan bagaimana seharusnya harus mendapatkan KEBAHAGIAAN HIDUP DAN KEBAHAGIAAN MATI, juga agar terhindar dari KESEDIHAN HIDUP DAN KESEDIHAN MATI.
Demikianlah sahabat fillah, sebuah bahan renungan utk kita di hari – hari terakhir tahun 2009 ini, semoga bermanfaat dan Allah SWT menjauhkan hati kita dari hati yang keras / mati dan menjadikan hati kita hati yang hidup / sehat sehingga bisa menerima nasihat ini aamiin.
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..
Yaa Allah..jangan engkau biarkan hamba-Mu ini terpedaya oleh bujuk rayu syaithan yg terkutuk, jangan Engkau biarkan kami tersesat, sinarilah senantiasa kami dengan cahaya petunjukmu yang menyelamatkan…
Yaa Allah..sesungguhnya kami adalah lemah dan hina, tiada berdaya dihadapan Kekuasaan-Mu, maka kuatkanlah kami untuk senantiasa berada dijalan-Mu..
Yaa Allah..berikanlah kami Kematian yang baik , Husnul Khatimah, agar kami kembali ke sisi-Mu dengan tersenyum dan Engkau sambut dengan Senyuman-Mu..dan hindarkanlah kami dari siksa dan adzab kubur dan dan jauhkan kami dari Su’ul Khatimah..aamiiin.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya “
( QS Al Bayyinah ( 98 ) ayat 7 – 8 )

“ Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku “ ( QS Al Fajr ( 89 ) ayat 27 – 30 )

Wallahu a’lamu bish shawab.

FITNAH WAHABI

salah satu tokoh wahabi Abdurrahman bin hasan aal-as-syeikh mengeluarkan fatwa syubhat pensesatan dan bahkan pengkafiran terhadap para ulama’-ulama’ khalaf al-asya’iroh dengan melontarkan tuduhan ahlul hawa , ahlut-ta’wil ,ahlul bathil ,dan ahlul bid’ah dan ujung-ujung nya adalah musyrik dan kafir

asya’iroh (para pengikut Imam al-Asy'ari) yang merupakan pegangan dan rujukan mayoritas umat di Negara-negara besar islam seperti : Indonesia Malaysia mesir Syria Maroko Sudan Yaman dan negara-negara besar lainya , ini tak luput dari sasaran pensesatan di bid’ah-bid’ahkan bahkan mereka di tuduh ahlu syubhat yang keluar dari manhaj salaf . sangat di sayangkan kebodohan pengetahuan mereka terhadap siapa sebenarnya abu hasan al-ays’ari terbongkar manakala mereka menyatakan dalam buku-buku atau blog/situs mereka bahwa asy’ari telah bertobat dari fahamnya menjelang akhir hayatnya merupakan pemalsuan sejarah riwayat

asy-ari bertobat dari faham muktazilah bukan bertobat dari aqidah yang telah di yakini sesuai dengan aqidah para pendahulunya yaitu salafussoleh semisal sayyidina ibnu abbas rodiyallahu anhuma yang juga salah satu tokoh sahabat yang menakwilkan nushush sifatul musyabbihat , adapun kitab terakhir beliau yaitu al-ibanah telah di monopoli dan di palsukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab mujassimah yang menjelaskan : abu hasan al-asy’ari telah kembali kepada faham-faham mujassimah ini adalah buhtan .

Aku akan membongkar kebohongan mereka terhadap kitab al-ibanah sebuah bukti dari kepicikan dan pengkaburan terhadap kebenaran ilmiyah yang di susun oleh abu hasan al-ay’ari

al-ibanah yang kita temukan dan di sebarkan luaskan sekarang bukanlah kitab asli al-ibanah yang di susun oleh abu hasan al-asy’ari , ini terbukti ada pemalsuan , pengurangan dan penambahan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawap untuk mempertahankan doktrin faham-faham wahabi .

berkata imam al-allamah al-kautsari rohimahullahu dalam kitab “tabyinu kadzbil muftara ” ( membongkar kebohongan si pendusta ) dalam meqaddimah kitab tersebut menyebutkan sebagai berikut :

((والنسخة المطبوعة في الهند من الإبانة نسخة مصحفة محرفة تلاعبت بها الأيدي الأثيمة , فيجب طبعها من أصل الموثوق ا.ه ))

( nuskhah al-ibanah cetakan di india adalah lampiran-lampiran nuskhah yang di palsukan oleh permainan tangan-tangan tak bertanggung jawab maka harus di cetak dari sumber yang akurat )”

Al-kautsari melanjutkan : pembongkaran kebusukan tokoh-tokoh mujassimah dalam memalsukan karya ilmiyah abu hasan asy’ari dalam kitab al-ibanah , di sebutkan dalam muqaddimah kitab ” muqaddimatul maram min ibaratil imam ” lil allamah albayadhy . menyatakan sebagai berikut :

( sangat di sayangkan sekali pengguntingan tex-tex asli karangan abu hasan al-asy’ari telah banyak di sebar luaskan pencetakan kitab al- ibanah tidak merujuk pada sumber yang akurat . dan parahnya kitab al-ibanah yang sudah di tambah dan di kurangi tersebut di sebar luaskan secara gratis atas nama ” waqaf ” selesai penukilan sampai di sini .
Lihat juga dalam ta’liq kitabnya ” assaifus-shoqiel ” hal 155

Dan hal ini juga di benarkan oleh doctor abdurrahman badawi mendukung dari apa yang telah di katakan imam al-kautsari lihat dalam kitabnya ” madzahibul islamiyin : 1/ 516

As-syaikh wahbi ghowiji hafadzhahullahu juga tak tinggal diam dalam membongkar kebohongan pemalsuan ini: beliau berkata dalam sebuah risalahnya yang di beri judul ” nadzharatun ilmiyah fi nisbati kitabil ibanah jami”ihi ila al-imam abil hasan ” ( pandangan ilmiyah dalam menisbatkan kitab ibanah kepada imam abi hasan ) menyebutkan : ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa beberapa bagian besar dalam kitab ibanah yang telah menyebar di kalangan orang-orang sekarang tidak sah nisbatnya kepada imam al-asy’ari .

Bahkan al-hafidz ibnu asakir rahimahullahu mengutip dalam kitab ” tabyinul muftara ” ( membongkar kebohongan si pendusta ) dua fashal dari a-ibanah menjelaskan dengan jelas bahwa ada pemalsuan penambahan dan pengurangan dalam tex asli kitab tersebut .

Maka seharusnya tokoh-tokoh wahabi harus malu dan berkaca..!! tuduhan ahlu bathil ahlu syubhat ahlu bid’ah dan bahkan musyrik serta mengkafirkan ulama’-ulama’ islam adahal hal yang melampaui batas . ciri-ciri seperti ini tak ubahnya cara kelompok khawarij yang mengkafirkan sayyidna ali dan sayyidina mu’awiyah .karena keduanya mereka anggap tidak berhukum selain hukum ALLAH. Subhanaka hadza buhtanun adzim .

Ada lagi seorang tokoh wahabi ” sholeh bin fauzan al-fauzan dia juga turut mensesatkan imam abu hasan al-asy’ari dan para pengikutnya , tokoh dedemit ini berkata ” aqidah asy’ari adalah aqidah sesat dan bukan aqidah ahlu sunnah wal jama’ah , lihat dalam kitabnya ( min masyiril mujaddid fil islam hal 32 cetakan lil itfa’ Riyadh .

Ketahuilah wahai kaum wahabi !!! dan takutlah kepada ALLAH …!!

1. IMAM ALBAQILANI
2. IMAM AL-QUSYAIRY
3. IMAM ABI ISHAQ AZ-ZAIROZI
4. IMAM ABIL WAFA BIN AQIL AL-HANBALI
5. IMAM ABI MUHAMMAD AL-JUWAINY
6. IMAM ABIL MA’ALI IMAMUL HARAMAIN
7. HUJJAT ISLAM AL-GHOZALI.

ulama-ulama besar umat di atas adalah pengikut abu hasan al-asy’ari dalam hal aqidah
8. IMAM FAHRUR AR-RAZI
9. IMAM IBNU ASAKIR
10. IMAM TAJUDDIN ASSUBKI
11. IMAM IZZUDDIN BIN ABDISSALAM
12. IMAM NAWAWI
13. IMAM ASSUYUTI
14. IMAM ABNU HAJAR AL-HAITAMI
15. ALHAFIDZ IMAM IBNU HAJAR ALTSQOLANI .

tokoh-tokoh ulama’ besar dan para mujtahid di atas juga para tokoh umat yang mengikuti asy’ari , kalau mereka bukan ahlu sunnah wal jama’ah dan di anggap sebagai aqidah sesat sebagaimana yang telah di lontarkan oleh sholeh bin fauzan al-fauzan ,lalu siapakah ahlu sunnah wal jama’ah sepanjang sejarah ?? maka ketahuilah kalian kaum wahabi dan pengikut2nya telah berada dalam manhaj khawarij kontemporer… !! takutlah pada ALLAH wahai kaum wahabi serta pengikut2nya dan bertobatlah…!

Alfirqatunnajiah adalah assawadul a’dhzom dalam umat ini yaitu ahlussunnah wal jama'ah dg aqidah Asy'ariyah - Maturidiyah

hati2 dg artikel2 dan link2 wahabi yg isnya:
1. menyesatkan aqidah Asy'ariyah (aqidah ahlussunnah wal jama'ah)
2. menyesatkan tasawuf.
3. menyesatkan bid'ah hasanah.

siapapun yg menulis artikel dg cara menyesatkan salah satu dari 3 hal yg aku sebutkan (aqidah asy'ariyah, tasawuf dan bid'ah hasanah) dialah wahabi atau pengikut wahabi atau pendukung wahabi, krn bagaimanapun artikel2 tentang penyesatan mereka copas dari link2 wahabi

DAKWAH SYUBHAT KAUM WAHABI
Merupakan virus yang perlu kita bendung apabila terjadi pengkafiran besar-besaran hanya perbeda’an pendapat dalam hal furu’iyah yang tidak ada sangkut pautnya dalam hal aqidah, hal ini tak jarang kita jumpai dalam komunitas muslim, tanpa mereka sadari meninggalkan bekas luka yang sangat dalam pada tubuh umat yang sudah tercabik-cabik oleh perpecahan ini, serta menabur api dalam sekam, fitnah perpecahan ini di hembuskan oleh faham-faham wahabi yang meng-adopsi faham hasyawiah mujassimah, memahami ayat-ayat al-qur’an secara textual serta menafikan takwil dalam ayat-ayat mutasyabihat, dengan mudah dan fasih mulut mereka mengeluarkan kalimat kafir, musyrik, sesat, ahli syubhat, penyembah kubur, dan lain sebagainya tanpa melihat dan memahami dalil yang ada, mereka berkedok meluruskan kemurnian tauhid, padahal kalau mereka mau membuka mata lebar-lebar dan melihat realita yang ada, tidak ada umat muslim manapun yang tidak beraqidah tauhid, ini sudah jelas dan terang, seterang matahari di siang bolong , ulama’ salaf maupun khalaf tegas mengatakan : setiap umat Muhammad yang berada di bawah kalimat “LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMDURRASULULLAH” adalah umat yang beraqidah tauhid apabila mereka mati dalam ke’ada’an seperti ini ( imani kalimat tauhid ) maka akan masuk syurga walau mereka sebagai pelaku dosa besar, tauhid mana yang perlu di luruskan?? ketahuilah … jika kalian gembar-gemborkan kemurnian tauhid, sama saja halnya kalian menganggap tauhid umat ini tidak murni dan bengkok. Jika tauhid sudah tidak murni dan bengkok maka artinya adalah kafir keluar dari agama,

Faham wahabi sangat keterlaluan, mereka mengatakan ahlu takwil adalah ahlu bid’ah dan ahlu syubhat, jelaskan kepada mereka ulama’ mana yang mereka ikuti? apakah mereka juga menvonis imam bukhari muhaddist terpercaya ahlu sunnah sebagai ahlu bid’ah dan ahlu syubhat??

Tanyakan lagi pada mereka..! apa pendapat mereka terhadap al-hafidz imam ibnu hajar al-tsqolani sebagai pengarang kitab fathul bari syarah hadist bukhori? apa kedua imam besar hadist ahlu sunnah ini adalah ahlu bid’ah dan ahlu syubhat?? jelaskan lagi kepada mereka kedua tokoh tinta emas muhaddist umat ini adalah ahlu takwil dengan penakwilan yang lurus dan benar yang tidak menyalahi ketentuan sunnah, sungguh celaka dan buta hati mereka telah menutupi kebenaran yang terang di siang bolong,

Penakwilan imam bukhori terhadap firman ALLAH :

كل شيئ هالك إلا وجهه : قال البخاري بعد هذه الأية : اي ملكه

Setiap sesuatu pasti binasa kecuali ALLAH ( al-qashash 88 )

Berkata imam bukhori setelah menyebutkan ayat ini : ialah mulkuhu, jelas kalimat wajhu dalam ayat di atas tidak di artikan sebagai wajah Allah, akan tetapi sebagai dzatullah ,

Namun orang-orang wahabi atau salafy mengkritisi penakwilan imam besar albukhori di atas dengan kalimat mereka,

(( هذا لايقوله مسلم مؤمن ))

Penakwilan ini tidak pernah di katakan seorang muslim yang mu’min”

Itu artinya mereka telah mengingkari perkata’an imam albukhori dan menganggapnya bukan sebagai seorang muslim yang mu’min sungguh suatu pengkaburan karya ilmiyah agar dapat mengkelabuhi masyarakat awam dengan slogan-slogan “bermanhaj salaf”

Tentang penakwilan imam bukhori ini sudah sangat jelas dan di kenal oleh kalangan ahli-ahli ilmu, karena jika kita melihat pada nashkah yang ada sekarang tidak ada kecuali termaktub penakwilan imam bukhori terhadap ayat mutasyabihat di atas, di samping itu. ini adalah konsep dalil penakwilan nushush yang sudah ada pada zaman salaf (zaman sahabat dan tabi’in) pendetailan pada pengertian makna,

Bagaimana mungkin mereka melontarkan tuduhan ahlu bid’ah dan ahlu syubhat terhadap imam besar hadist ini?? sudah jelas beliau adalah salah satu imam yang berada dalam penakwilan terhadap ayat mutasyabihat? ulama manapun mengakui tiada imam di masanya yang menandingi keilmuan hadis imam bukhori, sungguh orang-orang wahabi/salafy sangat memalukan, doktrin mereka ( “AHLU TAKWIL “adalah ahlu bid’ah dan ahlu syubhat) adalah doktrin fitnah yang di hembuskan untuk membuat umat ini menjadi marah,

Mereka tidak berhenti di situ saja, akan tetapi mereka telah berani mengeluarkan fatwa-fatwa sesat termasuk pengharaman dan pemusyrikan orang-orang bertawasul terhadap nabi Muhammad alaihis-sholatu wassalam, dan menjadikan istigotsah terhadap baginda nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam sebagai perbuatan musyrik yang mengeluarkan dari agama islam, mereka menganggap orang bertawasul sebagai penyembah kubur, subhanaka hadza buhtanun adzim, (maha suci engkau ini adalah kebohongan yang besar) dari sini kita dapat mengukur kedangkalan dan kepicikan akal mereka , menyamakan bertawasul dengan penyembah kubur adalah pemikiran orang-orang bodoh dan tolol,

Dalam konteks tawasul silahkan baca dalil-dalil ahlu sunnah waljama’ah tentang hakekat tawassul dalam posting kami yang lain yang telah kami jabarkan panjang lebar,

Habislah ulama’-ulama kita, tokoh-tokoh ulama’ yang di akui dan muktabarah tidak luput dari sasaran pensesatan dan di bid’ahkan oleh kelompok extrim ini, bahkan aqidah ahlu sunnah wal jama’ah sekaliber imam nawawi, imam izzuddin bin abdissalam, imam tajuddin assubki, al-hafidz imam ibnu hajar al-atsqolani, dan pada ujungnya imam syafi’i rodiallahu anhum. tidak lepas dari pensesatan dan di anggap ahlu bid’ah oleh mereka, lantaran ulama’ulama’ di atas itulah yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah dholalah,

Siapakah ulama’-ulama’ islam yang tidak di hukumi ahlu bid’ah ( sesat ) oleh wahabi ????

PESANKU TUNJUKKAN KESESATAN2 WAHABI INI, SEBARKAN AGAR TIDAK BANYAK ORANG MENJADI IKUT2AN SESAT DAN MUDAH MENYESATKAN, KAUM WAHABI KAUM DZOLIM, DAN INI SALAH SATU USAHAKU UNTUK MELAWAN KEDZOLIMAN DAN KEMUNGKARAN KAUM WAHABI

MEMBONGKAR SYUBHAT WAHABISME TERHADAP NUSHUS TAKWIL
Generasi terbaik umat ini adalah generasi pertama yaitu generasi para sahabat dan tabi’in mereka generasi yang adil generasi yang selamat semua umat muslimin yang berada dalam kesatuan ahlu sunnah wal-jama’ah tentu mereka berada dalam pemahaman ini . yang di timur maupun di barat di utara maupun di selatan . intinya dari ujung ke ujung dari tepi ke tepi sampai dari kutup ke kutup pun pasti mereka berada dalam manhaj dan pemahaman para sahabat dan tabi’in. hal ini sudah sangat jelas dan terang di sabdakan oleh baginda nabi yang tak dapat di ragukan dari depan maupun dari belakang , rasul al-amin bersabda:

(( خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم )) اخرجه البخاري

(sebaik-baiknya generasi adalah generasi di masaku setelah itu adalah generasi sesudahku ( genersi sahabat ) lalu generasi susudahnya ( tabi’in ) H.R. bukhori

Namun apa boleh di kata , belakangan ini muncul kelompok yang melebelkan dirinya sebagai salafy dan derivat-derivatnya kelompok yang mengaku berada dalam pemahaman sahabat dan tabi’in ini menganggap ahlu syubhat dan ahlu bida’h yang tersesat terhadap orang-orang yang berada di luar kelompok mereka

Katakan kepada mereka di luar sana … juta’an dan bahkan milyaran umat muslimin berada dalam pemahaman para sahabat dan tabi’in tapi mereka tidak melebelkan diri sebagai salafy dan tidak pula masuk pada kelompok salafy apakah mereka di anggap sebagai ahlu bid’ah dan tersesat … ??? ma’adzallah khasya wa kalla

Di syiria mesir sudan maroko dan yaman bahkan di Negara-negara besar islam manapun tidak mengenal istilah islam salafy katakan lagi pada mereka penama’an islam salafy tidak pernah ada dan tidak pernah di kenal di masa para sahabat dan tabi’in , kalau boleh di kata penama’an islam salafy adalah perbuatan bid’ah , salafy bukan manhaj akan tetapi nisbat yang manhaj itu adalah salafussoleh bukan salafy yang kita kenal di komunitas masyarakat sekarang .

Apa jadinya kalau kelompok yang melebelkan dirinya sebagai salafy dan mengaku mengikuti ulama salaf ini pada kenyata’anya tidak sesuai dan jauh berbeda dari manhaj salafussoleh yang di gembar gemborkan terutama masalah penetapan ta’wil dalam nushush mutasyabihat dalam al-qur’an

Dalam tulisan ini Saya membongkar doktrin mereka yang mengatakan AHLU TA’WIL adalah ahlu syubhat dan ahlu bid’ah , islam itu bukan berdasarkan Qola ustadz atau Qola syaikh… akan tetapi berdasarkan Qolallahu wa Qolar-rasul
Ajukan dalil pada mereka bahwa Alqur’an menetapkan takwil majaz dan isti’arah . Alquran adalah wahyu yang penuh dengan sastera , tidak lepas dari ilmu balaghah sebagai ilmu retorika kesusastera’an bahasa arab
ALLAH berfirman :

إنا نسيناكم ) السجدة

( sesungguhnya kami ( ALLAH ) telah melupakan kamu )

نسوا الله فنسيهم الله )) التوبة :

( mereka telah lupa kepada ALLAH maka ALLAH melupakan mereka )

Perhatikan dua kalimat “LUPA” yang di nisbatkan kepada ALLAH SWT dalam ayat di atas apakah mereka menetapkan sifat LUPA terhadap ALLAH ?? lalu mereka mengatakan lupanya ALLAH tidak sama dengan sifat lupa kita .. ??? dhzohir teks ayat di atas jika mereka menafikan TAKWIL yang sesuai dan yang pantas terhadap ALLAH serta yang sesuai dengan apa yang di maksud oleh Al-qur’an maka mereka telah menetapkan sifat “LUPA” terhadap ALLAH swt (subhanaka wata’ala amma tasyifuun hadza amrun bathil ) ” maha suci engkau dan maha tinggi dari apa yang mereka sifatkan ini adalah perkara bathil ” sungguh penetapan sifat lupa terhadap ALLAH adalah perkara yang mungkar dan bathil tidak dapat di terima olah akal sehat maupun nash dan penuh dengan perkara syubhat . ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA dengan jelas berfirman :

( وما كان ربك نسيا )

( dan tidaklah rabbmu lupa ) maryam :64

Dalam sebuah hadist qudtsi yang di keluar oleh imam bukhori dan muslim rodiallahu anhu Rosulullah bersabda :

عن سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الله تعالى قال : ياابن اّدم مرضت فلم تعدني, قال يا رب كيف اّعودك وأنت رب العالمين , قال : أما علمت أن عبدي فلانا مرض فلم تعده , أما علمت أنك لو عدته لوجدتني عنده …. إلى اّخر الحديث

( dari sayyidina rosulillah saw sesungguhnya ALLAH berfirman : wahai anak cucu adam saya sakit kenapa engkau tidak mengunjungiku ? ia berkata : wahai rabb bagaimana hamba mengunjungimu sementara engkau adalah rabb semesta alam ALLAH berfirman : apakah engkau tidak tau bahwa hambaku fulan sedang sakit ? akan tetapi engkau tidak mengunjunginya tahukah engkau apabila engkau mengunjungi nya niscaya engkau menjumpaiku di sisinya )
( HR. bukhori fil adab 517 . HR . muslim 2596 . HR. ibnu hibban 269 )

Jelas dan terang dalam teks hadist qudsi di atas menyatakan ALLAH sakit , lalu apakah orang-orang wahabi/salafy menetapkan sifat SAKIT terhadap ALLAH … ? tanpa adanya takwil …? Jika benar demikian maka aqidah anda adalah aqidah bathil penuh dengan kerancuan yang tidak jelas …! lalu atas dasar inikah mereka membangun sebuah aqidah ?? lantas dengan se enaknya memvonis ahlu syubhat dan ahlu sesat terhadap orang-orang yang tidak sependapat dengan keyakinan mereka..?? dan memvonis ahlu bid’ah dan sesat terhadap ulama-ulama dan para sahabat yang menakwilkanya …. ? sunguh dunia sudah terbalik aqidah ahlul haq mereka anggap sebagai aqidah ahlu syubhat dan sesat , sedang aqidah mereka ..? yang menetapkan sifat lupa dan sakit terhadap ALLAH mereka anggap sebagai aqidah yang benar …!!! NA’UDZUBILLAH TSUMMA NA’UDZUBILLAH ..

Jelaskan kepada mereka…!! ” terlalu mengandalkan dalil tekstual tanpa di fahami secara akal sehat adalah ciri khas dari faham ahlu bid’ah khasyawiah mujassimah , dan terlalu mengandalkan akal dengan metode hermeneutika tanpa di dasari dalil adalah ciri khas dari faham mu’tazilah yang jauh dari kebenaran dan yang memadukan antara keduanya yaitu dalil dengan di pahami secara akal sehat adalah cara yang di anjurkan oleh rasul alaihis-sholatu wassalam, dan jalan yang benar ” dan jalan inilah yang di tempuh oleh para ulama’ yang beraqidah ahlus sunnah wal jama’ah mereka di antara nya adalah imam abu hasan al-asy’ari , imam al-maturidi dan murid-muridnya , imam al-qhodhi abi bakar al-baqilani , imam abi ali addaqqaq , imam abi tha’ib bin abi sahal assa’luki , imam al-hakim annaisaburi , imam abu bakar bin faurak , imam al-hafidz abi nu’iem al-ashbihani , imam nawawi , imam al-hafidz ibnu hajar al-astqolani , syeikhul islam imam zakaria al-anshory imam ibnu hajar al-haitami dan masih banyak ratusan ulama-ulama ahlu sunnah tak terbilang yang berada dalam manhaj ini.. dan pada ujungnya adalah salafussoleh mufassir Al-qur’an sahabat ibnu abbas rodiyallahu anhu . apakah pakar ulama’ nashirussnnah di atas yang kalian anggap sebagai ahlul syubhat dan sesat…. ??
Sungguh tak ada kalimat yang pantas kami ucapkan kepada mereka selain sebuah kalimat :

قوم أصابته الفتنة فعموا وصموا

( kaum yang tertimpa fitnah lalu mereka buta dan tuli )
Dan kami akhiri dengan sebuah firman ALLAH :

إنما يفتري الكذب الذين لا يؤمنون بأيت الله وأولئك هم الكاذبون

( sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan , hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat allah dan mereka itulah orang-orang pendusta . ( an-nahl : 105 )

PESANKU UNTUK SEMUA "JAGA AQIDAH KITA JANGAN SAMPAI TERKENA AQIDAH SESAT WAHHABIYAH"

(Tentang Ijtihad)

Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata "ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan.
Pengertian ijtihad menurut bahasa ini ada keterkaitannya dengan pengertian ijtihad menurut istilah, dimana untuk melakukannya diperlukan beberapa persyaratan yang karenanya tidak mungkin pekerjaan itu (ijtihad) dilakukan sembarangan orang.
Dan di sisi lain ada pengertian ijthad yang telah digunakan para sahabat Nabi. Mereka memberikan batasan bahwa ijtihad adalah "penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan
qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah- yang terkenal dengan "mashlahat."
Dalam kaitan pengertan ijtihad menurut istilah, ada dua kelompok ahli ushul flqh (ushuliyyin) -kelompok mayoritas dan kelompok minoritas- yang mengemukakan rumusan definisi. Yaitu Ushul ala Syfi,iyyah yg mana pengikut Madlhab lain juga mengikuti kaidah ushulnya dalam batas tertentu. Dan yg minoritas adalah Kaidah Ushul yg tidak terbukukan oleh ‘Ulama sebelum munculnya Ushul Syafi,iyyah.

Menurut mereka, ijtihad adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap suatu hukum syara' (hukum Islam).
Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaku ijtihad adalah seorang ahli fiqih/hukum Islam (faqih), bukan yang lain.
2. Yang ingin dicapai oleh ijtihad adalah hukum syar'i, yaitu hukum Islam yang berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan orang-orang dewasa, bukan hukum i'tiqadi atau hukum khuluqi (Kebudayaan / Tashowwuf).
3. Status hukum syar'i yang dihasilkan oleh ijtihad adalah dhanni.
Jadi apabila kita konsisten dengan definisi ijtihad diatas maka dapat kita tegaskan bahwa ijtihad sepanjang pengertian istilah hanyalah monopoli dunia hukum dan Hukama. Dalam hubungan ini komentator Jam'u 'l-Jawami' (Jalaluddin al-Mahally) menegaskan, "yang dimaksud ijtihad adalah bila dimutlakkan
maka ijtihad itu bidang hukum fiqih/hukum furu'. (Jam'u 'l-Jawami', Juz II, hal. 379).
Atas dasar itu ada kekeliruan pendapat sementara pihak yang mengatakan bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat yang nyeleneh atau syadz ini dipelopori al-Jahidh, salah seorang tokoh mu'tazilah. Dia mengatakan bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat ini bukan saja
menunjukkan pelecehan terhadap suatu disiplin ilmu (ushul fiqh), tetapi juga akan membawa akibat pembenaran terhadap aqidah non Islam yang dlalal. Maka tidak sedikit kita jumpai ucapan2 yg kemudian menyerupakan Allah menurut apa yg di tangkap oleh pemikirannya. Seperti duduk, bertangan, berkaki, bermuka, berbobot dll. Lantaran itulah Jumhur 'ulama' telah bersepakat bahwa ijtihad hanya berlaku di bidang hukum (hukum Islam) dengan ketentuan-ketentuan tertentu.

JANGAN PUJI AKU (ROSULULLAH) BERLEBIHAN

Sering kita mendengar propaganda yang melarang umat Islam memuji Nabi Muhammad saw. Di antara ucapan mereka yang tidak suka dengan amalan kita adalah, “Kita umat Islam tidak boleh mengkultuskan Rasulullah, tidak boleh memuji dan menyanjungnya secara berlebihan. Karena perbuatan itu merupakan bentuk kemusyrikan.

Mereka berpendapat seperti itu karena melihat hadist hanya sekilas teks sehingga terjadi pemahaman yang salah tentang itu. Rasulullah bersabda:
“Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Dari ucapan itu kita memahami, kalau memuji Rasul itu menurut mereka adalah mengkultuskan atau mendewakan Rasulullah saw. Sehingga mereka menganggap memuji-muji beliau (yang menurut mereka berlebihan) adalah termasuk musyrik.
Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad saw. Orang-orang itu tidak mengetahui makna dan tujuan hadist, sehingga pemahamannya salah.

Para ulama di dalam berbagai kitabnya telah menjelaskan makna hadist itu dengan gamblang. Dalam hadist tersebut Rasulullah saw tidak pernah melarang umatnya untuk memujinya dalam bentuk apapun.
Yang dilarang adalah pujian yg seperti dilakukan oleh Umat Nasrani kepada Nabi Isa bin Maryam, yaitu menjadikan beliau sebagai anak Tuhan.
Inilah yang dimaksud dengan pujian berlebihan yang menjadikan musyrik, bukan pujian-pujian yang seperti biasa kita dengarkan dalam acara maulid Nabi Muhammad saw.

Dan hadist di atas, juga tidak boleh dipotong seenaknya sehingga membuat maksud dan tujuan hadist itu salah. Karena jika kita memotong hadist itu dengan hanya berkata “Nabi bersabda: “Jangan puji aku secara berlebihan”, maka makna dan tujuan dari hadist itu menjadi kacau.
Karena dari hadist itu sebenarnya yang dilarang oleh Rasulullah saw itu bukan pujiannya terhadap beliau, tetapi adalah menjadikan beliau sebagai “anak Tuhan”, seperti yang dilakukan oleh orang nasrani terhadap Nabi Isa as.

Dan sejak larangan Nabi itu disampaikan hingga saat ini, tidak pernah ada seorangpun dari kalangan umat Islam yang memuji Rasulullah saw melebihi batasannya sebagai manusia.

Sehingga benarlah apa yang disampaikan Imam Bushiri di dalam syair Burdahnya:

“Tinggalkan pengakuan orang Nasrani atas Nabi mereka… Pujilah beliau (saw) sesukamu dengan sempurna… Sandarkanlah segala kemuliaan untuk dirinya… Dan nisbahkanlah sesukamu segala keagungan untuk kemuliaannya…

Karena sesungguhnya kemuliaan Rasulullah tidak ada batasnya… Sehingga takkan ada lisan yang mampu mengungkapkan kemuliaannya itu…

maka berfikirlah , fahamilah, jangan menelan sebuah faham yang datang dari ustadz-ustaz jahil

semoga yg fitnah bahwa perayaan Maulid tasyabbuh dg ummat Nasrani dlm perayaan Natal bisa segera bertobat, bila kalian yg pernah fitnah tidak mau bertobat, maka sungguh besar dosa kalian, karena telah mengetahui kebenaran, tapi tetap saja dalam "kesombongan"

KEPUASAN vs NAFSU

siang-malam kau habiskan waktu
mencari harta dan tahta
kau sebut tuk ibadah
nyatanya,jidatmu jarang menyentuh sajadah

kau berlari mencari mentari
tapi hatimu tertabiri
dengan seribu godaan duniawi

malam kau jadikan siang
nonton sambil merokok
tak pernah tahu malam
karena hanya tuk melampiaskan dendam
siang pun kau jadikan malam
tuk tidur,dan pasar pun ditelan

demi kepuasan
semuanya menjadi pahlawan
pahlawan untuk mendapatkan harapan
dari bapak yang ber uang
ia tak apalah,karena kau lebih tahu
arti dari sebuah pejuang
pejuang nafsu
pejuang hakekat

tapi,memang kepuasan dan nafsu
tak jauh berbeda,setipis bawang

kembali tuk sadar
menemukan ketenangan
di bawah jalan terang
lampu AL-QURAN

BERSANDAR HANYA PADA ALLAH

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.

Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, na'udzubillah.

Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.

Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun 'alaihim walahum yahzanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.

Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.

Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat apa bagi ana jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.

Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.

Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.

Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.

Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kantor, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.

"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh."

Insya Allah suami pergi bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. "Wamayatawakka 'lalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in Qadir".

Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.

demikianlah diantara sikap Nabi saw., para sahabat, juga ulama'2 sufi yg dlm hidup mereka mampu menyandarkan dirinya "total" hanya kepada Allah SWT. semoga kita semua bisa meneladaninya, sehingga hidup kita terasa indah dan bahagia...Aamiin Allaahumma Aamiin

Walhamdulillaahirobbil'aalamiin

NABI IDRIS AS. DAN PEDOMAN HIDUP

Nabi Idris a.s adalah keturunan keenam Nabi Adam, putera dari Yazid bin Mihla'iel bin Qoinan bin Anusy bin Syits bin Adam a.s dan dia adalah keturunan pertama yang dikaruniakan kenabian setelah Adam dan Syits.
Nabi Idris a.s berdasarkan riwayat beliau bermukim di Mesir, di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pedoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamatkan diri dari siksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai berusia 82 tahun.

Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.

2. Orang yang bahagia adalah orang yang merendah diri dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.

3. Bila kamu memohon sesuatu daripada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula puasa dan sembahnyangmu.

4. Janganlah bersumpah dengan keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntut sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.

5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.

6. Janganlah mengiri orang yang mujur nasibnya kerana mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kemujuran nasibnya.

7. Barangsiapa melampaui kesederhanaan, tidak suatupun akan memuaskannya.

8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperoleh, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.

Apa Yang Sudah Kamu Lakukan !!!

Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.” Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,jawab ibu itu.” Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”” Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.””

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “

Apakah mau tahu jawabannya??????…



….Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”

Note :

Pelajaran Hari Ini : Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara
“Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi
" APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN ”

(Penting) Banyak yang salah kaprah mengatakan "Terserah Yang di Atas"... [Allah ada tanpa tempat]

Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat adalah aqidah Nabi Muhammad, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama'ah; kelompok mayoritas ummat yang merupakan al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat). Dalil atas keyakinan tersebut selain ayat di atas adalah firman Allah:

( لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ) (سورة الشورى: 11)

“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)

Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagai atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al-Jawhar al-Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang terakhir ini (jism) terbagi menjadi dua macam;
1. Benda Lathif; benda yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. Benda Katsif; benda yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta'ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al-Jawhar al-Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: "كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَىءٌ غَيْـرُهُ" (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)

Rasulullah bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, 'arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah. Sebagaimana ditegaskan juga oleh sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya-:

"كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ"

"Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" (Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333).

Al-Imam al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata:

"Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah:

قالَ رَسُوْلُ الله: "أنْتَ الظّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىءٌ وَأنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَىءٌ" (رَوَاهُ مُسلم وَغيـرُه)

"Engkau Ya Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat".

Al-Imam as-Sajjad Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:

"أنْتَ اللهُ الّذِيْ لاَ يَحْوِيْكَ مَكَانٌ" (رواه الحافظ الزبيدي)

"Engkaulah ya Allah yang tidak diliputi oleh tempat". (Diriwayatkan oleh al-Hafizh az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin dengan rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al-Bayt; keturunan Rasulullah).

Adapun ketika seseorang menghadapkan kedua telapak tangan ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka'bah. Hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka'bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti al-Imam al-Mutawalli (w 478 H) dalam kitabnya al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali (w 505 H) dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al-Imam Taqiyyuddin as-Subki (w 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil, dan masih banyak lagi.
Al-Imam Abu Ja'far ath-Thahawi -Semoga Allah meridlainya- (w 321 H) berkata:

"تَعَالَـى (يَعْنِي اللهَ) عَنِ الْحُدُوْدِ وَاْلغَايَاتِ وَاْلأرْكَانِ وَالأعْضَاءِ وَالأدَوَاتِ لاَ تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ"

"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang); tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut".

Perkataan al-Imam Abu Ja'far ath-Thahawi ini merupakan Ijma’ (konsensus) para sahabat dan ulama Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasannya bukanlah maksud dari Mi'raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad naik ke arah sana untuk bertemu dengan-Nya. Melainkan maksud Mi'raj adalah untuk memuliakan Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an surat al-Isra ayat 1.
Dengan demikian tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu tempat, atau disemua tempat, atau ada di mana-mana. Juga tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (w 324 H) -Semoga Allah meridlainya- berkata:

"إنَّ اللهَ لاَ مَكَانَ لَهُ " (رواه البيهقي في الأسماء والصفات)
"Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat" (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-Asma Wa ash-Shifat).

Al-Imam al-Asy’ari juga berkata: "Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di semua tempat". Perkataan al-Imam al-Asy'ari ini dinukil oleh al-Imam Ibn Furak (w 406 H) dalam kitab al-Mujarrad. Syekh Abd al-Wahhab asy-Sya'rani (w 973 H) dalam kitab al-Yawaqit Wa al-Jawahir menukil perkataan Syekh Ali al-Khawwash: "Tidak boleh dikatakan Allah ada di mana-mana". Maka aqidah yang wajib diyakini adalah bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.
Perkataan al-Imam ath-Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham Wahdah al-Wujud; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya, juga sebagai bantahan atas pengikut paham Hulul; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dua keyakinan ini adalah kekufuran berdasarkan Ijma' (konsensus) seluruh orang Islam sebagaimana dikatakan oleh al-Imam as-Suyuthi (w 911 H) dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawi, dan Imam lainnya. Para Imam panutan kita dari ahli tasawuf sejati seperti al-Imam al-Junaid al-Baghdadi (w 297 H), al-Imam Ahmad ar-Rifa'i (w 578 H), Syekh Abd al-Qadir al-Jailani (w 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati; mereka semua selalu mengingatkan orang-orang Islam dari para pendusta yang menjadikan tarekat dan tasawuf sebagai sebagai wadah untuk meraih dunia, padahal mereka berkeyakinan Wahdah al-Wujud dan Hulul.
Dengan demikian keyakinan ummat Islam dari kalangan Salaf dan Khalaf telah sepakat bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Sementara keyakinan sebagian orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy, adalah keyakinan sesat. Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Para ulama Salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat di antara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir, sebagaimana hal ini ditulis oleh al-Imam al-Muhaddits as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (w 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama “al-‘Aqidah ath-Thahwiyyah”. Beliau berkata:

" وَمَنْ وَصَفَ اللهَ بِمَعْنًى مِنْ مَعَانِي اْلبَشَرِ فَقَدْ كَفَر "
"Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.

Perhatian....!
Waspadai.. Keyakinan Tasybih [Keyakinan Allah serupa dengan makhluk-Nya] yang kian hari semakin merebak... Jangan sampaai merusak genarasi kita!!!

Kebudayaan vs Peradaban

_Pada makalah terdahulu mengetengahkan akan korelasi yang kuat antara Ilmu-Alam-Kalam (bahasa) dimana ketiga definisi ini masing-masing memiliki jejak apabila dikorelasikan dengan Ruang-Gerak-Waktu dan dikerangkakan menurut Surah Al-Iklas yang menempati 4 dimensi pengajaran dengan melihat 3 tahap yaitu etika-estetika-logika.

_Demikian rumit permasalahan yang ada sehingga tidak mudah jika hanya di mengandalkan beberapa faktor saja untu suatu pengajaran yang menyeluruh, adapun yg bisa saya sajikan adalah dengan satu setting awal (ruang tertentu), dari satu sesi ke sesi berikutnya sedangkan kerangka diatas adalah backgroun (latar belakang) pemikiran saya. Sebagaimana fadilah surah Al-Ikhlas ini dikatakan sepertiga isi Qur'an dan menurut suatu riwayat apabila dibaca tiga kali sama saja telah khatam Qur'an. Kemudian bilangan-bilangan yang Rosululloh tinggalkan tersebut sebagaimana bilangan lain yang beliau wariskan memiliki makna yang mengarah pada hitungan pasti yang sempurna apabila dipertemukan dengan Al-Qur'an. Sebagaimana firmanNYA :

[72.26] (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu.
[72.27] Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
[72.28] Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.

Ke-budaya-an vs Per-adab-an
==================
_Adalah dari 2 kata baku yang sebenarnya secara etimologis memiliki makna yang sama akan tetapi pada benggunaan dan maknanya berbeda sebagaimana kita menggunakannya kalimat itu sekarang, namun jika kita telusuri dari 2 kata ini akan banyak sekali pelajaran yang kita peroleh apabila distrukturkan dengan definisi2 yang saya sampaikan diatas.

_Pembahasan kali ini berangkat dari sisi kalam (bahasa). Jika ditinjau dari segi Ruang-Gerak-Waktu yaitu secara geologis Indonesia dengan pergerakan/pertumbuhan berikut sejarah bahasanya (Bhs Ind - melayu) merupakan pertemuan/muara antara bahasa sanskrit dan bahasa arab dan menyusul dari barat (kolonial) yang pengaruhnya belakangan. Dan jika ditelusuri jauh kemasa lampau banyak kemiripan bunyi namun menurut ahli geologis bahwa bumi ini pernah mengalami kehancuran 81 kali tentunya pelacakan akan menjadi semakin susah, namun kesemuanya itu tercatat pada kitab induk (lohmafus) dimana Al-Qur'an merupakan bagian darinya, dan bagi saya adalah gerbang (benang merah) untuk mengakses apa yang tercatat didalam kitab induk tersebut dengan seizinNYA. Karena nilai (khasanah) yang terkandung didalamnya hanya ditujukan kepada pihak yang di exlusivekan oleh Alloh yaitu orang yang mencapai keridhoanNYA (sesuai yang dikehendakiNYA). Khasanah itu tidak mungkin diturunkan kepada orang yang tamak karena pastilah akan disalah gunakan. Terbukti pada kaum brahma (haman) lebih banyak menjadi legalitas kaum ksatria (firaun) dan hanya memakmurkan qorun (hartawan). Sedangkan rakyat dibiarkan menderita, bahkan menjadi alat perang demi melanggengkan kerajaan tiga macam orang tersebut.

> KE-BUDAYA-AN
_Kebudayaan adalah dari asal kata budhi dan daya jika ditelusuri erat kaitannya dengan masa Iskandar Zulkarnain yang pernah memimpin kerejaan terbesar yang pernah ada di Bumi. Namun sumbernya semakin kabur hanya sedikit saja tersisa pada kisah Melayu. Sebagaimana kita tahu bahwa kisah orang hebat akan senantiasa menjadi inspirasi jika dilihat dari pihak yang merasa dirugikan mendustakan sedangkan yang merasa dimenangkan akan mengelukannya. Contoh terdekat seperti halnya Hitler atau GusDur. Saya pribadi tidak mau terkecoh oleh hal-hal semacam itu... karena nama bagi saya bisa diakui siapapun, sedangkan karakteristik sejarah itu yang saya cari sebagai benang merah yang tidak mungkin dapat dikaburkan.

_Sebagaimana kisah Iskandar Zulkarnain sering dinisbatkan kepada Alexander the Great, padahal dari segi karakteristik sejarahnya berbeda jauh. Demikianlah sejarah akan senantiasa dikaburkan demi kepentingan satu pihak yang selalu mengekor. Seperti keberhasilan Islam menaklukan jazirah Arab menuju eropa (Roma & Turki) dipraktekan oleh penjajah kapitalis dengan membawa agama dibungkus misi dagang namun mendirikan benteng untuk mencengkramkan kekuasaan.

_Kemudian pada pekerkembangannya seperti halnya pada perang Padri (Imam Bonjol - Sumbar) antara budaya (adat) setempat yang masih mengakar yang sebenarnya degradasi nilai luhur agama tercampur animisme yang diwarisi secara turun temurun (agama nenek moyang). Apabila melihat jauh lagi munculnya kerajaan Majapahit sampai diambang kehancuran oleh perebutan kekuasaan, kemudian munculah Islam, lalu muncul Belanda dan pecah juga perang Diponegoro dan Padri. Karena musuh senantiasa mengejar seperti halnya Firaun mengejar Musa as.

_Inilah karakter sejarah dimana terbukanya khazanah (keilmuan) senantiasa diiringi dengan penyalahgunaan. Seperti kita tahu akan teknologi nuklir dan teknologi lainnya. Begitu juga kenapa Al-Qur'an tidak secara gamblang menghamburkan sains modern yang sekarang diagung-agungkan. Sehingga apabila dikatakan 'bumi terhampar' ditafsir sebagai datar/rata (karena hanya mengartikan dari segi literasi/etimologis) namun sesungguhnya bulat. Padahal jika kita artikan dalam pengertian hakikat pengertian 'terhampar' dari segi kronologis (Ruang-Gerak-Waktu) memiliki makna yang jauh dari literasinya. Pada dasarnya Al-Qur'an diperuntukan dengan ukuran terntentu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Silahkan dikaitkan dengan pengertian 'menggulung' pada hari kiamat. Bagaimana dengan analogi karpet atau tisu toilet? Manakah kitab induk yang nyata itu?

_Dalam pengertian ini kita akan lebih arif dalam membicarakan Islam bukan sekedar agama. Dan saya cukup kecewa dengan hasil pemikiran selama ini, apalagi membaca 'ilusi negara Islam' jelas penelusuran semacam itu hanya tidak lebih hanya senda-gurau karena hanya melihat Islam sebagai agama pengikat manusia sebagai mahluk sosial, tidak melihat dimensi surah Al-Ikhlas sebagai satu kesatuan.

_Sungguh disayangkan apabila ulama tidak ubahnya seperti penjaja cinta, senantiasa menawarkan kedamaian tapi mengingkari keselamatan atau berkata baik namun mengingkar kebenaran. Selain daripada itu hanya maklum karena masing-masing mempunyai wilayah (ruang pemahaman) yang tidak lebih dibangungnya sendiri. Maksud hati merangkul orang banyak (kuantitas) namun tidak menitik beratkan kualitas.

_Sedangkan sejarah sudah membuktikan bahwa quantitas tidak berarti apa-apa dihadapan Alloh. Berkacalah pada kaum terdahulu yang dibinasakan/diadzab karena keengganannya mengikat diri pada hukum Alloh. Jika kita lihat sekarang kesemuanya sedang mengarah pada kehancuran karena keegoan masing-masing atas nama kebebasan tidak menyadari sedang menuju kehancuran.

[7 Al A'raaf 56] "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."

_Belum lagi dengan adanya tatantan dunia baru 'the new world order' yang digagas zionis, dengan salah satu agendanya melenyapkan 95% penduduk bumi tidak peduli makanan sebagai senjata disamping senjata lainnya seperti virus dimana mantan menkes kita sudah mencium gelagat itu. Dan berapa banyak orang dibungkam (dibunuh) karena membeberkan rahasia ini. Senjata dengan mengarahkan fanatisme agama sudah sedari dulu dengan berbagai cara baik antara kaum adat, kekuasaan, apapun dengan itu satu sama lain saling menghancurkan. Namun ada saja orang tolol yang sok menjadi pahlawan seakan mampu berdiri diatas semua agama yang tidak lebih termakan propaganda (doktrin) zionis atau hasil pencampuran lainnya. Manakah penduduk goa yang terbangun? Aku merindukannya... masihkah belum puas dengan mimpi indahmu?

> PER-ADAB-AN
Silahkan telusuri kalimat ini sebagai warisan Islam membenahi agama sebelumnya. Dari segi etimologis dan kronologisnya dalam koridor bahasa diatas.

Penelitian Islam tentang Mukjizatnya Sabda Rasulullah tentang Wanita

Oleh : Aziz Muhammad Abu Kholaf , Peneliti Islami.
Begitu banyak tuduhan-tuduhan negatif yang ditujukan kepada Islam, bahwa Islam tidak menghormati hak asasi perempuan (HAP), sehingga akhirnya pun banyak diadakan seminar-seminar, diskusi-diskusi, program-program "pemberdayaan" di berbagai tempat untuk mengusung tema ini. Dan tema yang diusung adalah seputar "Akal perempuan dan pandangan Islam tentang kurangnya akal perempuan".
Dan ini bisa dibuktikan dengan adanya hadits sah dari Rasulullah -yang termaktub di dalam shahihain, Bukhari dan Muslim- bahwasannya perempuan akalnya kurang. Maka, apakah yang akan mereka katakan bahwa itu adalah benar memang adanya? Dan apakah para perempuan memang memiliki akal yang kurang ? Dan apakah Rasulullah mensifati perempuan dengan sidat itu memang demikian maksudnya, ataukah justeru maksudnya kebalikan dari itu?
Hadits Kurangnya Akal Perempuan
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya:
Wahai wanita yang beriman seluruhnya, bershadaqahlah kalian semua, dan perbanyaklah kalian beristighfar, karena aku telah melihat bahwa mayoritas penghuni neraka adalah dari kalangan kalian". Maka seorang wanita pun menyela dan bertanya, "Kenapa kami menjadi penghuni neraka yang terbanyak?" Rasulullah bersabda, "Kalian banyak melaknat, dan kufur nikmat kepada suami-suami kalian, dan aku tidak melihat kelompok manusia yang kurangnya akal dan kurangnya agama kecuali dari kalian". Bertanya seorang wanita tadi, "Wahai Rasulullah, Apa kurang akalnya dankurang agamanya perempuan ?" Maka bersabdalah Rasulullah, "Adapun kurang akalnya perempuan adalah karena kesaksian dua orang perempuan sama dengan kesaksian seorang laki-laki, dan ini namanya kurang akalnya perempuan, dan kalian tidak shalat dan tidak puasa Ramadhan ketika datang haidh, dan ini pun kurangnya agama kalian, dan kalian mengingkari hak-hak suami kalian".
Hadits ini tidaklah mungkin kita fahami tanpa kita korelasikan dengan ayat Al-Qur'an yang mulia tentang perempuan menjadi saksi. Allah berfirman:
Maka ambilah dua orang laki-laki menjadi saksi, maka jika tidak tidak ada dua orang, maka seorang laki-laki dan dua orang perempuan yang kalian ridhai agamanya untuk menjadi saksi. Yang demikian itu agar kalau salah seorangnya lupa, maka yang lain mengingatkannya (Q.S. Al-Baqarah: 282)
Pemahaman yang salah dari hadits ini:
Terbersit di dalam perpepsi sebagian orang yang eror dengan senang dan girang menjelekkan Islam. Mekeka menyimpulkan bahwa kurangnya akal perempuan adalah kurangnya kemampuan otak, daya fikir perempuan lemah di bandingkan laki-laki, Andai mereka mau memperhatikan hadits tersebut, tentu mereka akan menemukan jawabannya, yaitu bahwa salahnya kesimpulan mereka bahkan bertentangan dengan hadits itu sendiri. Rinciannya adalah sbb.:
1. Disebutkan di dalam hadits tersebut tentang adanya seorang perempuan yang menyela Rasulullah dengan bertanya. Dan orang yang menyela tersebut sebagaimana penjelasan ulama adalah memiliki akal, fikiran, dan dewasa. Maka bagaimana mungkin perempuan ia memiliki kurang akal sedangkan pada saat yang sama ia dewasa dan punya fikiran?
2. Rasulullah takjub dengan kemampuan perempuan dan bahwasannya seorang dari mereka bisa mengungguli seorang laki-laki yang cerdas sekalipun. Maka bagaimana mungkin ia dikatakan kurang akal padahal mengalahkan kecerdasan seorang laki-laki?
3. Dialog tersebut adalah antara Rasulullah dengan wanita muslimah yang terkait dengan hukum-hukum Islam: kadar kesaksian wanita dan shalat, serta puasa. Lalu, andai ada seorang wanita kafir lagi cerdas lalu ia pun masuk Islam, apakah ia tiba-tiba menjadi kurang akalnya ?
Pemahaman-pemahaman yang demikian adalah karena mengambil sepotong-sepotong nash hadits dan tidak melihat kepada keseluruhan nash, ia tidak mengkorelasikan antar sebagian nash dengan sebagian nash lainnya, atau ayat Al-Qur'an. Padahal hadits tersebut hanya membicarakan tentang alasan kurangnya akal wanita, yaitu bahwa kesaksian dua orang wanita adalah sama dengan kesakisian seorang laki-laki. Dan ayat Al-Qur'an pun demikian, yang jika ada seorang perempuan saksi lupa, maka diingatkan oleh yang lainnya. Dan Al-Qur'an tidak menyatakan bahwa perempuan lemah akalnya, dan juga tidak menyatakan bahwa dibutuhkannya dua orang saksi perempuan karena daya fikir wanita lebih lemah daripada daya fikir laki-laki.
Apa yang dimaksud dengan Daya Fikir dan Akal ?
Daya fikir adalah aktivitas otak dengan bantuan data empirik sesuai dengan eksperien dan kecerdasan untuk mendapatkan tujuan, atau mendapatkan hujjah atau menghilangkan kendala.
Data empirik adalah sesuatu yang bisa dilihat atau disaksikan dan dibuktikan. Dan Eksperien adalah pengetahuan yang diperoleh manusia sesuai dengan fakta empirik dan melalui metodologi ilmiah.
Adapun kecerdasan adalah gambaran tentang kemampuan dasar otak yang ada pada manusia yang berbeda-beda tingkatannya. Daya pikir membutuhkan hujah/dalil untuk membantunya. Dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali dengan menghilangkan kendala-kendala dan menghindarkan dari terjerumus dalam kesalahan dengan skill dan semangat untuk melakukannya.
Penjelasan tentang batasan daya fikir ini tidak berbeda antara laki-laki atau pun perempuan. Pun penjelasan ini tidak menunjukkan adanya perbedaan perolehan ilmu yang terkait dengan penelaahan otak, berfikir, dan belajar antara laki-laki dan perempuan dari aspek daya pikir dan belajar. Juga, tidak menunjukkan adanya perbedaan kemampuan otak dan kecerdasan, syaraf otak, cara memperoleh informasi, serta tidak ada keunggulan pada masing-masingnya kecuali hanya dalam hal-hal yang mempribadi.
Oleh karena itu, daya fikir bukanlah kemampuan akal atau kecerdasan semata, bahkan daya fikir lebih luas dari hal itu, termasuk di dalamnya hal-hal lain yang berjalan dalam tahapan berfikir ilmiah. Yaitu aktivitas yang terstruktur dan bukan sederhana. Sebagaimana demikian juga akal dalam perspektif Al-Qur'an dan Al-Sunnah adalah lebih luas daripada sekedar berfikir. Akan tetapi aktivitas berfikir yang ditujukan untuk beramal/beraktivitas. Oleh karena itu, kami akan memberikan catatan tambahan terhadap hadits di atas dengan penjelasan yang detail. yaitu bahwa kurangnya akal wanita adalah kurang dalam hal metode/tahapan berfikir ilmiah yang berpengaruh kepada fikiran, dan bukan pada kemampuan alami fikir itu sendiri atau kemampuan otak sebagaimana anggapan sebagian besar manusia.
Dimanakah Mukjizat Rasulullah tentang hadits ini?
Nash-nash Al-Qur'an dan Al-Sunnah tidak membedakan antara kemampuan akal laki-laki dengan kemampuan akal perempuan. Hal ini terlihat jelas dalam konteks pembicaraan iman secara umum, baik perempuan atau pun laki-laki. Ini bila kita kaitkan antara nash-nash yang membicarakan kecerdasan, kemampuan, pendapat-pendapat yang benar dari perempuan dalam sejumlah permasalahan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Oleh karena itu, tidak pernah ada secara ilmiah, adanya perbedaan kemampuan akal wanita dengan laki-laki. Dan nash Al-Qur'an dan Sunnah tidak bertentangan dengan hal ini. Maka, yang dimaksud dengan kurang akalnya perempuan sebagaimana yang disebutkan di dalam nash adalah bukan pada kemampuan akal. Sebab aktivitas berfikir adalah aktivitas yang terpaut dengan hal-hal lain dari kerja syarat, dan terkandung di dalamnya kemampuan akal, dan hal-hallain semisal data empirik dan eksperien/pengalaman.
Jika kita tilik pada ayat di atas, kita kan mendapatkan bahwa alasan dari hal itu adalah kadar kesaksian: bila lupa diingatkan. Dan lupa atau ingat adalah hal yang terkait dengan data empirik dan pengalaman. Dan ini sama antara laki-laki atau perempuan. Akan tetapi perempuan memiliki kekhususan-kekhususan, dimana ia banyak mengalami keadaan yang berbeda-beda "banyak mengalami siklus hidup", seperti siklus yang berkaitan dengan tubuhnya, perasaannya, dimana keduanya sangat berpengaruh kepada proses berfikirnya. Ini, bila kita kaitkan pada hadits tersebut yang berbicara tentang hukum-hukum Islam dalam masyarakat Muslim, dan wanita dihukumi sesuai tabiat dan kehidupan kesehariannya dalam masyarakat islami secara lebih khusus dimana pengalamannya lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki secara umum, apalagi pada moment yang memang wanita jarang berkecimpung di dalamnya.
Jadi, kurang akal di sini terkait dengan hal-hal lain, bukan kemampuan akal itu sendiri, sebagaimana yang difahami kebanyakan orang sehingga ia menghukumi sesuatu tanpa di landasi dengan analisis atau pemahaman yang benar.
Dan sudah datang masanya bagi mereka untuk kembali kepada pemahaman yang benar ini, dan adil di dalam mensikapi Islam dengan seadil-adilnya. Dan bagi wanita, maka berjalanlah mengikuti nash-nash tersebut dan yakinlah kepada Rabb kalian, yakinlah kepada agama kalian (Islam), dan berbanggalah dengan Islam ini.
Catatan:
Makalah ini adalah salah satu hasil penelitian yang panjang. Bagi yang mau melihat secara lebih lengkap, kami sudah ajukan ke "Muktamar Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Qur'an", dan bisa diakses pada situs-situs di bawah ini:

1. http://www.islamway.com/bindex.php?section=articles&article_id=269 تنمية مهارات التفكير
2. http://www.islamway.com/bindex?section=articles&article_id=340 مواجهة المشاكل والتغلب عليها
3. http://www.lahaonline.com/Daawa/DaawaObsta/a2-30-02-1424.doc_cvt.htm كيف واجهت أم المؤمنين عائشة حادثة الإفك؟
Wajib, Mukhal dan Jaiz itu dapat di ketahui dg dua pendekatan :
1. ضروري (Dloruri) : perkara yg dapat segera di ketahui tanpa harus berpikir panjang. Contoh : setiap ada zat pasti bershifat, merah, hijau kuning, putih, keras, padat, cair, tinggi, rendah, kasar, halus dll. Dan itu semua dapat kita ketahui tanpa harus tanya kenapa. Inilah yg di sebut modal pertama Ma’rifat.
2. نظري (Nadlori) : perkara yg dapat di ketahui dg di fikir terlebih dahulu. Adanya shifat2 yg menempati pada suatu zat itu berpermulaan, berproses dan berpenghabisan, karena zat itu sendiri juga berpermulaan dari tiada kemudian ada, dan dari ada kemudian tiada. Inilah yg di sebut Ma’rifat ke dua.

Kemudian, Wajib dan Mukhal itu terbagi menjadi 3 bagian :
1. مطلق (Muthlaq) : sesuatu yg adanya dan ketiadaanya tidak ada hubungannya baik secara langsung maupun tidak langsung dg yg lain. Contoh : bergeraknya alam ini baik itu di selidiki maupun tidak, di yaqini maupun tidak, toh tetap juga bergerak. Adanya sekutu bagi Allah, baik itu di yakini maupun tidak Allah tetaplah Tuhan sekalian alam.
2. مقيد (Muqoyyad) : sesutu yg adanya dan tiadanya berhubungan dg yg lain. Contoh : Adanya hidup bagi Manusia di tentukan adanya ruh/nyawa. Jika tidak bernyawa tentulah tidak hidup.
3. عارضي (‘Aridli) : sesuatu yg adanya dan tiadanya karena sebab yg datang sebelumnya atau kemudian. Contoh : wujudnya seorang anak pasti di dahului oleh seorang Ibu. Tidak mungkin akan ada anak tanpa kehadiran seorang Ibu. Anak dan Ibu adalah sesuatu yg datang kemudian setelah datangya sesuatu terlebih dahulu.
Wajib secara Syar,i bagi mukallaf untuk Ma’rifatu al Ilahi bi istiqonin (Mengetahui Shifat keTuhanan dg yaqin). Dalam arti mengetahui Shifat2 wajib, mustakhil dan jaiz hak Allah. Sebuah keyaqinan yg tidak tergoyahkan ketika menghadapi persoalan dn pertanyaan seputar Shifat2 Allah yg di sertai argumen2 yg kuat.

Ma’rifat adalah : ألجزم المطابق عن دليل (Al Jazmu Al Muthobiqu ‘an dlilin) Kemantapan hati yg sesuai dg dalil (‘Aqli dan Naqli). Sehinnga dg itu hati dapat memperoleh sebuah kepastian yg tidak tergoyahkan. Maka barang siapa yg Imannya berdasarkan prasangka (dlon) atau bercampur dg keraguan, atau berdasarkan persepsi hasil penggembaraan akal yg tidak sistematis dn Ilmiyyah, maka Iman itu batal ( tidak Shohih).

Keharusan untuk mampu berargumentasi (berdalil) adalah syarat bagi seseorang yg ingin meraih kategori Mukminun Shokhikhun (orang beriman dg keimanan yg benar). Adapun Dalil itu terklasifikasi menjadi 2 kategori :
1. Ijmali (إجمالي) : dalil secara garis besar dn sederhana. Contoh : Allah itu Wujud, buktinya ada Alam dan alam tidak mungkin wujud jika tidak ada yg menciptakan, dan yg menciptakan itu tentu Sang Maha Kuasa, dn itu Allah. Dan ada dalil Alhamdu lillahi Robbil’alamin.
2. Tafshili (تفصيلي) : dalil secara terperinci. Contoh : di samping mampu berdalil dg dalil ijmali seperti contoh di atas, dia juga mampu menjawab pertanyaan2 lanjutannya. Kenapa alam menunjukkan adanya Sang Pencipta? Bukankah Alam itu adalah sesuatu yg kebetulan adanya? Dll. Dia mampu menjawab dg kaidah yg pernah kami sebutkan kemarin, yaitu mengenahi Wajib Al ;aqli, Mukhal Al ‘aqli, dn Jaiz Al ‘aqli.

Bagi seorang ‘Awam cukup lah dapat menggugurkan kuwajibannya sebagai seorang mukallaf hanya dg berdalil Ijmali saja. Berbeda dg Para Asatidl, Kiyai, dan ‘Ulama. Mereka wajib mengetahui dalil2 tafshili. Kenapa berbeda? Ya, tanggung jawab yg besar terhadap Ummat, mengharuskan mereka mampu menjawab segala tantangan dan rongrongan Aqidah dari para Kuffar dan AhlulBid’ah.

سبحان الذي أسرى بعبده ليا من المسج الحرام إلى المسجد الأقصى ,,,,,,,,,,,,,,,, ألآيه
Maha Suci Dzat yg telah menjalankan Hambanya dari masjidil Harom ke Msjidl Aqsho..........................
Perdebatan tentang Isro’ Mi,roj sudah di mulai sejak ketika pada siang harinya Rosulullah SAW menyampaikannya. Hal itu di sebabkan karena kisah itu sangat sulit di terima oleh Akal dan Nalar Manusia.
Sebagai seorang Muslim, mengimani Isro, adalah hal yg wajib karena kejelasan Alquran dalam penyebutannya. Namun demikian, perbedaan penalaran dalam hal Kayfiyyah Isro, itu masih belum menemukan titik temu. Bermacam pendekatan dalam penalarannya membuahkan berbagai perdebatan yg berkepanjangan. Timbullah pertanyaan2 Apakah Rosulullah SAW melakukan Isro, dg Sukma dan Raga sekaligus? Atau hanya menggunakan Sukma saja? Ataukah hanya sebuah mimpi?. Sampailah pada sebuah persepsi yg terahir kalinya dg mengatakan bhw ketika Isro, Tubuh Rosulullah SAW di ubah menjadi cahaya. (lihat buku Terpesona di Sidrotul Muntaha oleh Agus Mushthofa). Padahal, tak satupun keterangan dari Rosulullah SAW yg menyatakan hal itu, baik itu tersurat maupun tersirat, Shohih maupun Dlo,if. Bahkan hadist munkar sekalipun.
Allah SWT tidak menegaskan secara detail bagaimana Isro’ itu terjadi. Hanya saja pada awwal ayat di atas tersirat bhw Allah mengIsro,kan Rosulullah adalah dg jiwa , Raga dn Ruhnya sekaligus. Yaitu yg terdapat dalam kalimat "bi ‘abdihi", yg mana kalimat tersebut menunjukkan utuhnya sabagaimana seorang Hamba di sebut.
والعبد عبارة عن مجموع الروح والجسد
Imam Fakhruddin Al Rozy juga menyatakan dalam kitabnya Al Tafsiru Al Kbir, bhwa penggunaan kalimat ‘Abdihi dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Rosulullah SAW Isro’ dg Raga dan Sukmanya sekaligus. Selanjutnya Al Rozy menyatakan Kalimat ‘Abdihi adalah ungkapan lain dari Manusia yg tidak lain adalah Muhammad SAW.
Adanya dua kalimat yg sama2 menunjukkan arti Malam pada ayat tersebut (LAILAN dan ASRO) mengesankan keluarbiasaan perjalanan Isro’ itu sendiri. Asro artinya menjakankan di malam hari, sedangkan Lailan juga berarti malam hari. Dan Lailan dg bentuk nakiroh yg dalam konteks bahasa Arab menunjukkan arti sedikit/sebentar. Kemudian Asro dg bentuk Fi,il madli, yg mana ini mengesankan arti bahwa perjalanan itu adalah murni di jalankan Oleh Allah sendiri. Dalam maksud tanpa ada ikut campurnya sebuah proses sebagaimana kebiasaan atau Sunnatullah yg berlaku. Wal hasil, Isro’ adalah perjalanan luar biasa Rosulullah SAW yg tidak bisa di nalar oleh otak siapapun maupun teknologi apapun, dg kata lain semua itu dalah MU’JIZAT.
Yg lebih istemewa dari itu adalah awwal Ayat yg sekaligus menjadi awwal Surat, yg di awwali dg kalimat ‘SUBHANA’. Kalimat ini terkenal dalam dialog Arab di gunakan atau menunjukkan hal2 yg luar biasa. Dan kalimat tersebut mempunyai dasar arti yg di tafsirkan para ulama tafsir
يمجد تعالى نفسه، ويعظم شأنه، لقدرته على ما لا يقدر عليه أحد سواه
Allah menyanjung DiriNya (bukan jasad) sendiri serta mengagungkan urusanNya terhadap keMaha KuasaNya atas apa yg tidak bisa di lakukan melainkan Dia Sendiri. Pendekatan sebuah peristiwa luar biasa dg sains teknologi memang terkadang membuat keasyikan tersendiri, tapi jiika ada kesan premise yg di paksakan dg meninggalkan Dalil2 dn Nash, tentu itu sangatlah membahayakan dasar ‘Aqidah bahwa Kekuasaan Allah tidak terbatas oleh dinding teori sains dan teknologi manapun. Allah melakukan apa saja yg di kehendakiNya, tidak ada teori ataupun kekuatan yg menghalangi.
Sengaja tulisan ini kami susun agar dasar Ilmu tauhid kita pada ahirny bemuara pada YUKMINUUNA BIL GHOIBI. Dan untuk selanjutnya semoga tidak ada lagi salah persepsi mengenahi ke absahan Teologi yg akan kita pelajari bersama. Yaitu kita memilih konsep yg lebih SALAF dr yg di katakan SALAF. Tanpa harus merebutkan dan menyebutkan kesalafan kita, kita sudah bermanhaj SALAF, dan itu tidak diragukan lagi dg alasan yg ilmiyyah!!! Dan otomatis Ahlussunnah wa al jama'ah pun tersemat di dada kita.

Ahاlussunnah adalah golongan yg mengimani bahwa Ma’rifat kepada Allah hanya bisa di capai dg mengethui Shifat2Nya sebagai tahap awwal perjalanan seseorang dalam menemukan Tuhannya. Dan itu hanya bisa di lalui dg selamat jika dia di bimbing oleh wahyu.
Dalam hal ini kami tidak perlu mengulang2 lagi penjelasan tentang kedudukan Akal dan Wahyu dalam berma’rifatillah dan pencapaian dg keduanya. Silahkan Anda menela’ah kembali tulisan2 yg lalu, agar tidak terjadi salah duga dalam penjelasan berikutnya.
Walaupun kemungkinan otak kita bisa membayangkan apa itu Shifat, yg mana dalam setiap aktifitas kita terjadi berbagai interksi dg kenyataan2 yg mengakibatkan munculnya aksi. Namun untuk menghindari kesalahan presepsi pada wilayah yg sensitif seperti dalam Aqidah ini, kita harus benar2 berhati2 dalam memahaminya.
Kita sering mendengar ungkapan " Kami hanya menshifati Allah dg apa yg Allah menshifati Dzatnya sendiri" tanpa merubah, mentakwil, mentahrif dan bertanya apa dan bagaimana. Seakan kalimat ini begitu indah, sebagai pernyataan seorang hamba yg lugu, penurut, konsisten dg wahyu dan mempertahankan Sunnah. Tetapi apa yg terjadi dalam karya tulis selanjutnya adalah kekacauan deskripsi akibat kerancuan dari segi definisi. Akan kita lihat yg sebenarnya Dzat atau perbuatan (af’al) di masukkan juga dalam shifat, tanpa ada kejelasan klasifikasi dr Shifat shifat itu sendiri. Seperti wajah, tangan, duduk, turun, mata dll. Yg lebih parah lagi, setiap kalimat kata kerja yg di sambung dg Allah, dg serta merta di dudukkan juga dalam shifat. Seperti ketika menyikapai sebuah Hadits Nuzul (ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر) Allah turun ke langit dunia ketika masih dalam sepertiga malam terahir. Maka dg serta merta di shifatkannyalah shifat Nuzul pada Allah. Seperti halnya ketika memakmanai ayat (بل يداه مبسوطتان) Sebaliknya, kedua Tangan Allah terbuka lebar. Dg serta merta pula Allah di shifati dg yg mempunyai dua tangan. Na,udlu billah min hadlihi.................. Jika kalimat YANZILU itu di artikan sebagaimana dlohirnya, maka itu berarti TURUN. dan turun itu bukan Shifat, tapi perbuatan. Dan turun itu tidak lepas dari gerak dan diam!!!, nah gerak dan diam itu shifatnya Mahluq, Allah Maha suci dari segala yg menyerupai MahluqNya. Antara Dzat dan perbuatan itu sama sekali berbeda kawan!!!. Jika kalimat YAD itu di artiakan sebagaimana dlohirnya, maka itu berarti TANGAN. Dan tangan itu bagian dari Dzat, padahal Dlat Allah itu tunggal, tidak tersusun dari beberapa bagian. Karena tersusun itu adalah shifatnya mahluq, dan Allah berbeda dg mahluqNya.
Shifat adalah sebuah ungkapan yg menyatakan keadaan, kondisi, bentuk, karakter yg wujud dn berdiri sendiri dari maushufnya. Artinya, shifat itu mengartikan ciri tertentu pada zat yg memunculkan istilah baru dari atsar yg di pengaruhi olehnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, shifat kuat pada seekor kuda, dg shifat itu memunculkan reaksi kecepatan dia dalam berlari. Berlarinya itu muncul akibat dari shifat kuat yg melekat pada zat kuda tersebut. Tetapi bukan berarti si kuda itu berlari dg shifatnya, melainkan larinya adalah dg zatnya, Dan kecepatan berlarinya itu menunjukkan shifat kuatnya. Jadi, kuat itu shifat kuda, berlari itu af’al (perbuatan)nya. Kemudian dari shifat dan perbuatannya itulah Sang kuda berhak mendapatkan nama/julukan/ asma {PELARI}. Walhasil, zat, shifat, af’al dan Asmak itu lain!!!! Hehehehehe gimana??? Mbulet kan??? Gak kok, baca aja pelan2, pahami juga dg pelan2. Lalu apa hubungannya ini semua dg pelajaran Aqidah??? Sebaiknya pertanyaan ini sesudah kita paham kaidah di atas, kenapa? Karena dari kesalahan pemahaman kaidah di atas mengakibatkan kontra dialog dari dua belah pihak yg berujung pada saling menyalahkan, menyesatkan, mengkafirkan dn pokoknya repot deh................ dan contoh di atas hanyalah untuk mendekatkan kefahaman tentang shifat saja. Dan bukan berarti bahwa Shifat Allah itu bisa di serupakan dg Hawadist.
Untuk itu, jangan teruskan dulu pada bacaan selanjutnya, sebelum faham yg di atas. Sebaiknya berhenti dulu, ambil air wudlu, menangislah, beristighfarlah, akuilah bhw dosa2 yg berkarat dalam hati telah menempel begitu kuat pada dinding2nya, sehingga sulit kiranya cahaya kefahaman menembus pada sanubari.

Kemudian shifat itu terklasifikasikan menjadi 4 kriteria :
1. Nafsiyyah : yaitu shifat yg menunjukkan sebenarnya Dzat dan tidak melebihi atau keluar dari hakikatnya Dzat itu sendiri. Artinya selama Dzat itu masih dalam keberadaannya, maka sudah pasti bershifat wujud. Dan jika Dzat itu telah berubah dari ada menjadi tiada, maka maka dzat itupun sudah tidak lagi memiliki shifat wujud.

Maka shifat Allah yg pertama, yg wajib kita ketahui adalah :
1. wujud :
Wujud Allah tidak seperti wujudnya mahluq, Dia ada sebelum adanya mahluq. Adanya tidak di pengaruhi atau akibat reaksi apapun, baik itu zaman dan tempat atau yg lain. Tetapi juga tidak bisa di fahami bahwa Allah mewujudkan diriNya sendiri. Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera.

1. Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya.
Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.

“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang meyahudikan, mengkristenkan, atau yang memajusikannya.” (HR. Al Bukhari)

2. Bukti akal tentang wujud Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri.

Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta. Adanya makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang indah, tersusun rapi, dan saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara alam semesta satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak keberadaan seluruh makhluk secara kebetulan, karena sesuatu yang ada secara kebetulan, pada awalnya pasti tidak teratur.

Kalau makhluk tidak dapat menciptakan diri sendiri, dan tidak tercipta secara kebetulan, maka jelaslah, makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.

Allah menyebutkan dalil aqli (akal) dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur:

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath Thuur 35)

Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah.

Ketika Jubair bin Muth’im mendengar dari Rasulullah n yang tengah membaca surat Ath Thuur dan sampai kepada ayat-ayat ini:

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath Thuur 35-37)

“Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata, “Hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan menetapnya keimanan dalam hatiku.” (HR. Al Bukhari)

Dalam hal ini kami ingin memberikan satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan penyempurna, lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan segala kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah perkataan dusta dan dungu. Kini kami bertanya pada Anda, masih mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!

3. Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.

4. Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:

a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah.


b. Tanda-tanda para nabi yang disebut mukjizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengutus para nabi tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul.


Bersambung................................ إن شاءالله

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template