Kamis, 03 November 2011

MEMAHAMI SYARI'AT DAN FIQH

Dalam beberapa diskusi sering terjadi kerancauan memahamai antara syareat dan fiqih, seringkali para Salafi ketika membahas hal-hal ibadah ghoir mahdhoh yang tentunya dari maslah dzonny dalalah yang berarti bersifat ijtihadiyah dengan segera mengatakan “ini sesuatu yang tidak di syareatkan”, bahkan seringkali merancukan mana ranah ibadah mahdhoh dan mana ranah ibadah ghoir mahdhoh, untuk supaya lebih jelasnya kita akan memahami dua pengertian yaitu syareat dan fiqih.

Syareat adalah bagian eternal yang tetap dari hukum islam, yang berpijak dari dalili-dalil yang qoth’I secara riwayat dan pengertiannya (qothi’I al wurud dan qoth’I al dalalah), dalam hal ini syareat di gunakan bagi segala perintah, segala larangan dan segala petunjuk yang Allah hadapkan kepada hamba-hambanya agar mereka menjadi orang mu’min yang beramal lagi sholeh, baik berpautan dengan Aqidah, akhlaq ataupun perbuatan. Hukum-hukum yang berpautan dengan aqidah dinamakan Ahkam I’tiqodiyah, hukum–hukum yang berpautan dengan perbuatan dinamakan Ahkam ‘Amaliyah, sedangkan hukum-hukum yang berpautan dengan akhlaq dinamakan Ahkam Khuluqiyah.

Fiqih sering didefinisikan “suatu ilmu yang dengan ilmu itu kita mengetahui hukum-hukum syara’ yang amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang bersifat tafshil, dengan pengertian lain juga merupakan interpretasi para ulama terhadap bagian yang tetap ini “baca Syareat”. Dalil yang diambil adalah dari dalil yang dzonny dalalahnya, Karena bersifat ijtihadiyyah, kadang-kadang manusia bersepakat tetapi juga kadang-kadang berselisih, kesalahan dan kebenaran mereka bukan merupakan tasyri’ tetapi hanya merupakan proyeksi dari pengetahuan mereka tentang peristiwa-peristiwa, sumber-sumber hukum, kaidah-kaidah tafsir, dasar-dasar tarjih
yang dikaitkan
dengan kondisi dan
situasi tertentu, lebih dari itu ia merupakan proyeksi dari pandangan individual mereka tentang nilai-nilai normative, kemashlahatan serta pertimbangan-pertimbangan yang lain.

Menghukumi sesuatu yang merupakan ranah fiqih dengan sesat dan tidak sesuai syareat seperti yang sering kita dengar dari para SALAFI, seperti masalah yasinan, tahlilan, Selametan, serta masalah-masalah ijtihadiyyah lainnya adalah suatu kesalahan besar dan merupakan bagian kedholiman dari suatu pemahaman tertentu terhadap pemahaman yang lain.

Semoga bermanfaat untuk semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ash shiddiqi, T.M Hasbi, Prof, DR, Pengantar hukum Islam, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1980

2. Abu Zahroh, Mohammad, Ilmu Ushul al-Fiqh, Dar-el ilm, al–Arabi, Mesir, 1412 H

3. Khallaf, Abdul Wahab, Ushul al-Fiqh, Dar el-fikr, Mesir, 1413 H

Rabu, 02 November 2011

Cermin diri

Dikisahkan, ada seorang pria yang sedang mengalami masalah bertubi-tubi. Rumah tangganya tidak harmonis. Bersamaan dengan itu, dia pun terkena perampingan karyawan di perusahaannya sehingga dia harus berhenti bekerja.

Pada waktu yang senggang, dia berpikir dan mengevaluasi diri. Apa yang salah dengan hidupku? Mengapa aku gagal terus? Bagaimana caranya untuk merubah kegagalan dengan kesuksesan?

Dimulailah pencarian jawaban atas pertanyaannya dengan pergi ke toko buku dan membeli buku-buku yang dianggapnya mampu memberi jawaban. Setelah beberapa buku habis di baca, dia merasa tidak puas dan tidak pula menemukan jawabannya. Tiba-tiba timbul inspirasi di pikirannya, kenapa aku tidak menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku itu? Pasti akan lebih berhasil bila aku bisa mendapatkan petunjuk langsung dari si penulis. Maka ditemuilah si penulis buku.

Setelah menceritakan semua kegagalan yang dialaminya, dia berkata, “Tuan penulis, tolong ajarkan kepada saya, rumus dan cara yang bisa membuat saya sukses”.

Si penulis pun menjawab, “Kalau anda membaca buku saya dengan teliti, dan menjalankan dengan nyata , tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses”

”Saya sudah membaca habis, bahkan hafal isi buku anda, tetapi tetap saja belum menemukan rumus sukses. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bertanya langsung”.

Si penulis berpikir sejenak dan berkata, “Baiklah, saya akan ketemukan kamu dengan seseorang. Biar dia yang memberitahu kamu bagaimana cara sukses dalam hidup ini”.

Dengan gembira si pria bertanya, “Dimana orang itu bisa saya temui?” Si penulis mengajak pria itu ke sebuah kamar, “Dia ada di dalam kamar ini”.

Maka Pria itu pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. Namun dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar tsb, yang ada hanya sebuah cermin besar.

Lalu si Penulis berkata, “Lihatlah ke cermin itu. Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang kamu cari untuk menunjukkan bagaimana caranya meraih sukses. Sesungguhnya hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri, tanpa kamu berani memulai dari dirimu sendiri untuk berusaha dan berjuang maka kamu tidak akan meraih sukses!”

Seketika itu juga si pemuda tersadar, “Terima kasih pak penulis. Saya akan berusaha lebih tekun dan mengandalkan diri sendiri untuk mempraktekkan teori yang telah saya dapat dan pelajari!

(Sumber : kaskus.us)

~~~~~~~~~~~~

Sahabatku semua, Hidup adalah rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari, kalau perasaan malas, tidak disiplin, bimbang, ragu2 dan lain sebagainya menguasai diri kita, tentu nasib buruklah yang kita dapat.

Sukses bukanlah teori, sebagai manusia yang telah di karuniai segenap kelebihan-kelebihan oleh Tuhan, kita harus berani mengembangkan diri dan mengandalkan diri sendiri untuk berpikir, bergerak dan berjuang. Kalau mental kemandirian telah kita miliki, dan tidak cengeng dalam menghadapi kesulitan hidup, berani belajar dalam setiap tindakan yang kita ambil. maka pasti nasib kita akan berubah dan meraih sukses yang membanggakan!


Terimakasih telah membaca, dan...
SALAM MOTIVASI....!

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template