Kamis, 22 Maret 2012

Lima Pintu Menuju Kebahagiaan Diri

Anda pernah mendengar atau membaca tentang tokoh asal Timur Tengah, yaitu Nasruddin??? Saat suatu hari ia sedang mencari jarum di halaman rumahnya. Tetangganya yang merasa kasihan, ikut membantu mencari jarum tersebut.

Tetapi sudah satu jam lebih mereka mencarinya, jarum itu tak ditemukan juga.
“Jarumnya jatuh di mana?” si tetangga bertanya.
“Jarumnya jatuh di dalam rumah,” jawab Nasruddin.
“Kalau jarumnya jatuh di dalam mengapa mencarinya di luar?” tanya tetangganya heran.

Dengan ekspresi tanpa dosa, Nasruddin menjawab, “Karena di dalam gelap, sementara di luar terang.”

Itulah gambaran sebagian besar manusia dalam mencari kebahagiaan dan keindahan. Seringkali kita mencarinya di luar diri kita dan tidak mendapat apa-apa. Justru letak “sumur” kebahagiaan yang tak pernah kering berada didalam. Dan tak perlu mencarinya jauh-jauh, karena sumur itu ada pada semua orang.

Sayangnya, banyak sekali orang yang mencari sumur itu di luar. Ada yang mencari bentuk kebahagiaannya dalam jabatan, kecantikan wajah, baju mahal, mobil bagus atau rumah yang indah. Tetapi pada kenyataannya, setiap pencarian di luar tersebut selalu berujung pada bukan apa-apa, karena semuanya tidak akan berlangsung lama.

Wajah yang cantik akan keriput, mobil bagus akan berganti dengan model terbaru, jabatan akan berakhir dengan pensiun dan seterusnya. Setiap kekecewaan dan keputusasaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan berawal dari mencarinya di luar.

Untuk mencapai tingkat keindahan dan kebahagiaan yang sempurna, setiap orang setidaknya harus melalui 5 buah pintu untuk menuju kesana.

Pintu pertama, stop comparing and start flowing.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, dimulai dari membandingkan. Karena itu, marilah kita menuju ke sebuah titik, mengalir menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Kita akan menemukan yang terbaik dalam diri kita, jika kita mulai belajar menerimanya. Dari sinilah kepercayaan diri akan muncul, kepercayaan yang muncul dari keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam.
“Tidak ada kehidupan yang paling indah selain menjadi diri sendiri. Itulah kebahagiaan yang sebenar-benarnya!”

Pintu kedua, memberi.
Memberi tidak harus dalam bentuk materi. Senyuman, perhatian, pelukan adalah juga bentuk pemberian yang tak ternilai. Membuat orang lain bahagia, berarti membuat diri sendiri berbahagia. Memberi tidak berarti harta kita menjadi berkurang. Tidak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada yang mencatatnya. Jika atasan kita di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada “Atasan Tertinggi” yang mencatatnya. Seperti halnya seorang petani, orang-orang yang suka memberi akan memanen hasilnya.

Pintu ketiga, cahaya.
Keindahan dan kebahagiaan berawal dari semakin gelap hidup kita, semakin terang cahaya yang ada di dalam. Perhatikan bintang di malam hari, ia akan bercahaya jika langitnya gelap. Sedangkan lilin akan bercahaya dengan bagus jika ruangannya gelap. Artinya semakin kita berhadapan dengan masalah dan cobaan hidup, semakin bercahaya kita dari dalam. Memiliki suami yang pemarah membuat kita melatih kesabaran, memiliki atasan yang diktator melatih kita untuk belajar kebijaksanaan.

Pintu keempat adalah surga, yang bukanlah sebuah tempat melainkan adalah rangkaian sikap.
Jika kita melihat hidup adalah kesusahan dan penderitaan, maka neraka tidak akan ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang. Sedangkan kita akan bertemu dengan surga, jika hasil dari rangkaian sikap kita adalah benar. Berhentilah mengkhawatirkan segala sesuatu, dan yakinkan diri sendiri bahwa segalanya akan berjalan dengan baik dan sempurna.

Pintu terakhir adalah tahu diri.
Manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah menemukan keindahan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

{Sumur kehidupan yang tak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri sendiri. Jika sumur kehidupan telah ditemukan, maka kemudian kita akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. I intend good, I do good, and I am good}

Semoga bermanfaat.

Minggu, 18 Maret 2012

Isti'adzah (bag 2)

Melanjutkan posting sebelumnya. Isti’adzah berarti permohonan perlindungan kepada Allah dari setiap kejahatan. Jadi {
ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ
ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ }‏
berarti aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk agar tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang telah Dia perintahkan. Atau agar ia tidak menyuruhku mengerjakan apa yang Dia larang, karena tidak ada yang mampu mencegah godaaan syaitan itu kecuali Allah.

Oleh karena itu Allah memerintahkan manusia agar menarik dan membujuk hati syaithan jenis manusia dengan cara memberikan sesuatu yang baik kepadanya hingga dapat berubah tabiat dari kebiasaannya yang mengganggu orang lain. Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari syaitan jenis jin, karena dia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi oleh kebaikan. Tabiat mereka jahat dan tidak dapat yang mencegahnya dari dirimu kecuali Rabb yang menciptakan. Inilah makna yang terkandung dalam tiga ayat al-Qur’an, yaitu
{ ﺧُﺬِ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻭَﺃْﻣُﺮْ ﺑِﺎﻟْﻌُﺮْﻑِ ﻭَﺃَﻋْﺮِﺽْ ﻋَﻦِ
ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴﻦَ },‏
artinya Jadilah engku pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan dan berpaling dari orang-orang bodoh. (QS: al-A’raaf: 199).

Makna ayat ini berkenaan dengan muamalah terhadap musuh dari kalangan manusia.

Kemudian Allah berfirman {
ﻭَﺇِﻣَّﺎ ﻳَﻨْﺰَﻏَﻨَّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﻧَﺰْﻍٌ ﻓَﺎﺳْﺘَﻌِﺬْ
ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﺳَﻤِﻴﻊٌ ﻋَﻠِﻴﻢٌ }‏
artinya: Dan jika kamu ditimpa suatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: al-A’raaf: 200).

Sedangkan dalam suraat Al-Mukminun, Allah berfirman:
ﺍﺩْﻓَﻊْ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﻫِﻲَ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺔَ ﻧَﺤْﻦُ
ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﺼِﻔُﻮﻥَ , ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ
ﻣِﻦْ ﻫَﻤَﺰَﺍﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦِ , ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺭَﺏِّ
ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻀُﺮُﻭﻥِ‏
Artinya: Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS al-Mukminun: 96-97).

Dalam bahasa arab, kata syaithan berasal dari kata Syathon, yang berarti jauh. Jadi tabiat syaithan itu sangat jauh dari tabi’at manusia, dan karena kefasikannya dia sangat jauh dari segala macam kebaikan. Ada juga yang mengatakan bahwa syaitan itu berasal dari kata “Syatha” artinya terbakar, karena ia diciptakan dari api. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut adalah benar, tetapi makna pertama lebih benar.

Menurut Sibawaih, bangsa Arab biasa mengatakan “Tasyaithona Fulan”, jika sifulan berbuat seperti perbuatan syaitan. Jika kata syaithan itu berasal dari kata “Syatha” tentu mereka mengatakan “tasyaitha”. Jadi menurut pendapat yang benar, kata syaithan itu berasal dari kata “Syathana” yang berarti jauh. Oleh karena itu mereka menyebut syaithan untuk setiap pendurhaka, baik jin, manusia, maupun hewan.

Berkenaan dengan hal ini, Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﻧَﺒِﻲٍّ ﻋَﺪُﻭًّﺍ ﺷَﻴَﺎﻃِﻴﻦَ
ﺍﻹﻧْﺲِ ﻭَﺍﻟْﺠِﻦِّ ﻳُﻮﺣِﻲ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺇِﻟَﻰ
ﺑَﻌْﺾٍ ﺯُﺧْﺮُﻑَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝِ ﻏُﺮُﻭﺭًﺍ
Artinya: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS al-An’am: 112).

Dalam Musnad Ahmad, disebutkan hadist dari Abu Dzarr, Rasulullah saw bersabda :”Wahai Abu Dzarr, mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaithan-syaithan jenis manusia dan jin.” Lalu aku bertanya, Apakah ada syaithan dari jenis manusia? Rasulullah menjawab “ya”. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Dzarr, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “yang dapat membatalkan shalat adalah wanita, keledai dan anjing hitam.” Kemudian kutanyakan: “Ya, Rasulullah, mengapa anjing hitam dan bukan anjing kemerahan atau kekuningan? Beliau menjawab: “Anjing hitam itu adalah syaithan”.

Kata “ar-rajiim” berwazan fa’il (subjek), tapi bermakna maf’ul (objek) berarti bahwa syathan itu terkutuk dan terusir dari semua kebaikan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: {
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺯَﻳَّﻨَّﺎ
ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺑِﻤَﺼَﺎﺑِﻴﺢَ ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻫَﺎ ﺭُﺟُﻮﻣًﺎ
ﻟِﻠﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦِ}
artinya : Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (QS al-Mulk: 5).

Wallahua'lam.

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template