Sabtu, 03 September 2011

Maudhu’ Ushul Fiqih

Maudhu’, secara denotatif, telah mengalami pergeseran makna. Di era sekarang maudhu’ adalah terjemahan kata untuk ‘judul’, ‘tema’, bahkan ‘subyek’. Di era ulama terdahulu maudhu’ dimaksudkan sebagai mabhats, obyek bahasan. Atau lebih lengkapnya:

ما يبحث فيه من أعراضه الذاتية
“Sifat pembawaan yang dijadikan pembahasan .”


Yang dikehendaki a’radh dzatiyah (karakteristik) adalah sifat dari obyek bahasan yang timbul karena memang menjadi karakternya. Bukan karena faktor lain. Misalnya saja mengatakan obyek ushul fiqih berupa kebahagiaan dunia-akherat. Hal itu tidak tepat sebab kebahagiaan tadi timbul lantaran faktor lain. Antara lain karena mengerti perbedaan rizqi yang halal dan haram, dimana itu berkaitan dengan pengetahuan ushul fiqih.

Penjelasan yang bagus disampaikan oleh asy-Syaukanie (1) dengan mengatakan bahwa semua pembahasan ushul fiqih kembali pada dua hal:
- Penetapan (itsbat) karakteristik dari dalil-dalil terhadap hukum.
- Ketetapan (tsubut) karakteristik hukum-hukum oleh dalil.

Maksud dari penetapan karakteristik dalil terhadap hukum bisa dipandang dari:
1. Karakteristik dalil atas suatu hukum. Misalnya: dalil kitabullah legal untuk menetapkan hukum.
2. Karakteristik dalil atas jenis dari suatu hukum. Misalnya: dalil amar menunjukkan hukum wajib. Wajib adalah jenis dari berbagai macam hukum.
3. Karakteristik dalil atas karakteristik suatu hukum. Misalnya: dalil nash menunjukkan sifat madlul yang qath’i. Madlul qath’i adalah karakteristik dari suatu hukum.
4. Karakteristik dalil atas jenis dari karakteristik suatu hukum. Misalnya: dalil ‘am yang telah ditakhsis menunjukkan sifat dzanni pada wilayah belum ditakhsis. Dzanni adalah jenis (far’u) dari qath’i.

Sedangkan maksud dari ketetapan hukum oleh dalil yakni semua pembahasan tentang hukum itu sendiri, definisinya, klasifikasinya, maupun pembahasan yang berkaitan dengan hukum seperti hakim (mujtahid), mahkum ‘alaih (mukallaf dan ghairu mukallaf), dan mahkum fih (nisyan, jahl, sakr, ahliyah, safih, dll).

Sebagian ulama ushul berpendapat bahwa obyek ushul fiqih hanya pada dalil-dalil syariat saja. Sedangkan pembahasan tentang hukum bukan obyek ushul fiqih. Pencantumannya dalam kitab-kitab ushuliyyin hanya untuk keterangan tambahan saja (lawahiq/tawabi’) (2).

Pendapat kedua ini sebenarnya hanya berbeda redaksi saja. Sebab mereka pun mengakui adanya pembahasan tentang hukum dalam ushul fiqih. Hanya saja bila pendapat pertama ikut memasukkannya dalam obyek fiqih maka pendapat kedua menjadikannya sub-bahasan saja dari dalil syariat.

===========================
1. Bandingkan keterangannya di Irsyad al-Fuhul 1/23.
2. Sedangkan at-Taftazani memberikan tambahan kajian semantik (logika) yang menarik tentang maudhu’. Pelajari selengkapnya di Syarh at-Talwih ‘ala at-Taudhih 1/42-45.

Dalil-dalil hukum syar'i

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Kata dalil secara etimologis diartikan petunjuk kepada yuang kita kehendaki, sementara sebagaian para ulama’ ushul fiqih sebagaimana disampaikan oleh Syekh Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan secara terminologis adalah sesuatu yang dapat menyampaikan hukum syareat (‘Amaliyah) kepada kita dengan pemikiran yang sejahtera atau dasar keyakinan atau sangkaan kuat.

Dalil dapat dibagi atas dasar asalnya, daya cakup dan daya kekuatannya.

1. Pembagian dari segi asalnya, yaitu dalil nash berupa Alqur’an dan Hadits secara langsung, dan dalil ra’yu, yaitu ketentuan umum yang sanggup dikembangkan dari nash alQuran dan hadits dengan cara tempuh ijtihad.

2. Pembagian dari segi daya cakupnya, berupa dalil kulli(universal), yaitu dalil nash yang isinya mencakup satuan hukum, bahkan sebagain besar hukum sejenis, serta dalil juz’I (parsial) atau dalil tafshili adalah dalil yang menunjuk satuan hukum saja.

3. Pembagian dari segi daya kekuatannya, yaitu dalil qoth’I, dalil qoth’I ialah dalil yang mendatangkan datangnya dari syara’, yang termasuk dalam kategori ini adalah al-Quran dan Hadits yang mutawattir, selanjutnya adalah dalil dzonny, dalil dzonny adalah dalil yang mendatangkan sangkaan yang kuat berasal dari syara’.

Pembagian qoth’I dan dzonny didasarkan dari sisi dalalah (petunjuk) yang diperoleh berupa:
1. Qothtiyyu ad-Dalalah, ialah dalil yang sudah pasti benar petunjuknya kepada hukum karena nashnya cukup jelas untuk difahami dan langsung menunjuk maksud.
2. Dzonniyyu ad-Dalalah, ialah dalil yang diduga keras benar petunjuknya kepada hukum, hal itu karena nashnya mengandung beberapa interpretasi.

Pada dasarnya masalah-masalah yang sering diributkan oleh sebagain kalangan Salafi adalah masalah yang masuk dalam ranah ra’yu dalam masalah yang parsial serta dzonny dalalah anehnya para salafi sering menjugde ini dalam ranah dalil kulli seperti anggapan mereka dalam menghukumi bid’ah suatu amaliyah sebagain yang lain dengan menggunakan dalil kulli padahal masalah hukumnya adalah masalah parsial

DAFTAR PUSTAKA

-Beik, Muhammad Hudhori, Asysyekh, Ushul Fiqih,Dar el-Fikr, Beirut, 1409/1988
-Beik, Ahmad Ibrahim, Asysyekh, Ilm Ushul Fiqih, Dar al-Anshor, Kairo, 1379/1949
-Khallaf, Abdul Wahhab, Assyekh, Ilm Ushul Fiqih, Dar el-Qalam, Kairo, 1398/1987

semoga bermanfaat

Jumat, 02 September 2011

Do'a sangat ampuh ^_*

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Brader & Sista tentu mengenal -atau setidaknya mendengar nama Nabi Yunus -alaih wa ala Rasulillah asshalah wassalam-, salah seorang Nabi yg wajib kita -sbagai Muslim- imani.

Salah satu kisahnya, adalah ketika beliau tak menahan emosi beliau pada kaumnya, dan beliau pergi. Singkat kisah, akhirnya Allah menahan beliau dalam perut sebuah ikan besar. Allah memerintah, agar ikan tsb tak menghancurkan Nabi Yunus, dan hanya menelannya.

Nabi Yunus pun terkungkung didalamnya, mendengar suara deburan laut, ditengah kegelapan perut si ikan, ditambah lagi ditengah laut dimalam hari! Beliau pun merasakan ketakutan yg luar biasa, dan tak bisa mengharapkan siapapun, kecuali Allah.

Beliau pun merintihkan doa yg begitu agung, yg termaktub dalam Alquran, 'Laa Ilaha Illa Anta, Subhanaka, Inni kuntu minadz dzalimin...' 'Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk golongan orang dzalim...'

Ya, beliau tahu, yg bisa menyelamatkan beliau dari ketakutan, dari kegelapan dan dari luasnya lautan, hanya Allah..

'Wahai Tuhan kami,' kata para malaikat, 'Kami mendengar suara rintihan, dari lokasi yg tak biasanya!'
'Itu suara hambaKu, Yunus. Dia melanggar perintahKu, dan Aku menahannya dalam perut ikan dilautan.'
'Hamba Shalih, yg amal baiknya setiap hari dilaporkan pada Engkau?'
'Ya.'
Para Malaikat pun menolongnya dg memintakan rahmat pada Allah, 'Wahai Robb, apakah Engkau tak mengasihaninya, karena amalan2 baiknya, dan Engkau selamatkan dia dari kesusahan?'
'Ya.'
Dan Allah pun memerintahkan ikan tsb untuk melepaskan Nabi Yunus dipinggiran pantai, karena doa beliau, Laa Ilaha Illa Anta, Subhanaka, Inni kuntu minad dzalimin..' *1

Brader & Sista, setelah kita tahu cerita Nabi Yunus, tahu tidak, oleh Sang Kekasih Hati kita, Rasulullah -shallallah alaih wasallam- kita sungguh dianjurkan untuk membaca doa ini! Kata beliau setelah menganjurkan membaca doa ini, artinya, 'Sesungguhnya, tak ada seorang muslim pun yg berdoa dg doa ini, kecuali dikabulkan baginya.' wow! Mau?

Ya, bandingkan munajat tsb pada diri kita. Kita berada pada keadaan yg lebih menakutkan drpd keadaan Nabi Yunus.
Malam gelap yg menaungi kita, adalah masa depan. Jika kita menatap masa depan dg melupakan Allah, maka masa depan kita begitu gelap dan menakutkan; seratus kali lebih gelap dri malam Nabi Yunus!

Lautan yg kita tempati, adalah lautan bola dunia, yg diatasnya ada beribu-ribu bangkai dan jenazah!

Ikan yg menelan kita, adalah hawa nafsu yg selalu mengajak kepada keburukan. Itu adl ikan yg ingin menelan dan mencabik kehidupan abadi surga yg akan kita tempati. Ya, ikan ini lebih ganas dr ikan yg menelan Nabi Yunus!

Setelah tahu keadaan kita yg sebenarnya, yg begitu menakutkan, bagaimana cara mantap untuk mengucap doa 'Laa Ilaaha Illa Anta, Subhanaka, Inni kuntu minadz dzalimin' ini, dg sepenuh hati, dg khusyu?

Laa Ilaha Illa Anta.. Tiada tuhan selain Engkau, Ya Allah..
Subhanaka, Maha Suci Engkau..
Inni Kuntu minadz dzalimin.. Sungguh aku termasuk golongan yg dzalim..

Ya, dari doa itu, ingatlah buruknya keadaan kita, dan pasrahkan dirimu pada Allah, akui rendahnya kedudukanmu dihadapanNya.

Hadapkan pikiranmu pada Keagungan dan Kebesaran Tuhanmu, dan akui... 'Laa ilaaha illa Anta..'
Ya Allah.. Dg segala keyakinan, aku akui, tak ada Tuhan yg patut disembah, kecuali Engkau..!
Lalu pandanglah keadaan kita, dan sadari.. 'Subhanaka..'
Maha Suci Engkau, ya Rabb..!
Lalu pandanglah diri kita dg segala kerendahan, pengakuan segala dosa dan salah, dan meratapinya, 'Inni.. Kuntu.. Minadz dzaalimin...'
Sungguh, Ya Allah.. Diriku ini termasuk org yg dzalim.. Dzalim pada diriku sendiri dg dosa2 dan salah yg aku perbuat!'

Dg begitu, insyaAllah, semua keadaan kita pun berbalik, penuh dg cahaya, ketenangan, dan keselamatan didunia dan akhirat. Sebagaimana Nabi Yunus, pun terbebas dari perut ikan, dan merasa tenang dan mendapatkan RahmatNya.

insyaAllah!

Memahami Makna Jihad ( 2 )

Pengklaiman Jihad namun tidak sesuai dan tak memenuhi syarat-syarat di atas, adalah sama sekali bukan jihad dan salah dari sudut pandang syariat. So, usahanya pun bisa-bisa tak berarti apa-apa, karena tidak memenuhi persyaratan. Wallahu a'lam.

Dan perlu kita ketahui dengan baik. Bahwa jihad perang yang tersebutkan dalam al-Qur'an, selalu digandengkan dengan kata "Fi Sabilillah". Sebagai petunjuk akan sucinya tujuan perang itu, dan ia sama sekali bukan untuk penjajahan atas sebuah wilayah, kekuasaan, ataupun bahkan meraih tawanan dan harta rampasan perang.

Dan sekali lagi, jihad perang adalah untuk membela diri, bukan untuk memaksa seseorang memeluk Islam. Karena Islam tidak menginginkan hanya fisik saja yang tunduk, tetapi juga hati yang takut namun dilingkupi oleh cinta dan kasih sayang.

DI ANTARA TARGET JIHAD

Sebenarnya target agung daripada jihad, dengan semua jenisnya, tingkatanya, dan media jihad itu, adalah mendirikan komunitas masyarakat yang Islami, yang berdiri atas Ma'rifat (pengetahuan) akan Allah dengan pengetahuan yang kuat dan benar. Serta atas penggambaran sempurna terhadap alam, kemanusiaan dan kehidupan, juga atas ibadah hati, fisik, dan harta yang menghantar pada Ridho Allah Ta'ala.

Dan perang tidak lain kecuali hanya media yang digunakan saat darurat, buka setiap waktu. Seperti halnya obat. Jika memang media lain tidak bisa digunakan lagi. Dan ini tertulis dalam sejarah Nabi dan para sahabat setelahnya.

Jadi, pertumpahan darah bukanlah target tetap dalam Islam, sama sekali. Dan cukuplah bukti, bahwa seluruh pertempuran di era Nabi yang terjadi sebanyak 77 kali, korban jiwa tak sampai melewati angka 1018 nyawa saja. Korban jiwa paling sedikit dalam seluruh sejarah pertempuran umat manusia sepanjang masa.

Sebagai bukti, bahwa target jihad adalah justru untuk menghidupkan jiwa dan pelaksanaan syariat, bukan justru untuk melenyapkan nyawa (sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian saudara kita karena salah memahami makna Jihad yang benar).

HADITS "ROJA'NA MIN JIHADIL ASGHOR..."

Di antara Hadits Jihad yang sering kita dengar, adalah hadist yang berbunyi (Roja'na min jihadil asghor ilal jihadil akbar. Qolu : wa maa hiya ya Rosulallah? Qola : Jihadun Nafs). Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar. Para sahabat bertanya: jihad apakah itu ya Rasul? Dijawab oleh beliau : "Jihad melawan hawa nafsu".

Dalam kitab "Kasyful Khofa' " dijelaskan, bahwa status hadist ini adalah Dho'if, lemah. Dengan beberapa riwayat yang serupa.

Namun yang disayangkan adalah klaim sebagian orang, bahwa hadits ini sengaja digembor-gemborkan untuk melemahkan jihad perang yang katanya adalah jihad yang paling besar. Yang menggunakan hadits lemah ini untuk tujuan memblok jihad perang pun juga sama-sama salah.

Telah kami uraikan di atas, bahwa jihad perang bukanlah jihad yang paling besar. Berdasar atas hadits hasan riwayat Imam Tirmidzi, tetapi jihad perang adalah jihad yang paling berat secara fisik, ini yang harus kita garis bawahi, karena mempertaruhkan raga dan nyawa.

Akhir catatan, semoga pemahaman kita tentang jihad sedikit bertambah. Juga tahu dan bisa menempatkan posisi bagaimana menanggapi jihad perang yang sebenarnya. Dan bisa berdiri di tengah-tengah. Tidak masuk golongan orang yang begitu apriori dan antipati juga alergi terhadap jihad. Dan tak masuk pada golongan yang sedikit-sedikit selalu berteriak jihad tanpa tahu situasi dan kondisi kapan jihad perang itu dilakukan..

Wallahul Musta'an (*)

*) referensi : Fiqhus Siroh (Dr. Sa'id Ramadhan al-Buthi), Aunul Murid Syarh Jauharotut Tauhid (Abdul Karim Tattan), Kasyful Khofa' wa Muzilul ilbas (al-ajaluni)

Memahami Makna Jihad (1)

Jihad, adalah kata yang sangat familiar dan sangat sering kita dengar dalam keseharian kita beberapa tahun terakhir ini.

Jihad identik sekali dengan segala hal yang berbau pertempuran, perjuangan sampai titik darah penghabisan, pengorbanan, martir, yang semuanya dalam rangka membela agama dan Fi Sabilillah.

Memang benar jika jihad seperti itu adanya, namun apakah jihad hanya untuk kata perang di jalan Allah saja? Atau kah Jihad mencakup banyak hal?

Sebelum kita masuk bahasan lebih jauh, kita harus memahami dengan baik apa itu Jihad sesuai dengan konteks syariat. Sehingga kita tidak salah mengartikannya atau memahaminya yang dengan tanpa sadar membuat kita keluar dari jihad yang dimaksudkan oleh syariat, dan dalam waktu sama, kita mendzalimi syariat itu sendiri.

PENGERTIAN JIHAD

@ Jihad, dalam arti bahasa adalah mengerahkan segenap kemampuan dan tenaga, serta bersungguh-sungguh dalam suatu usaha.

@ Dan dalam arti pemakaian umum yang kita kenal, adalah berperang melawan orang kafir dan membela diri dari serangan mereka baik dengan jiwa, harta, dan lisan. Dengan syarat-syarat tertentu.

@ Adapun secara syariat, jihad adalah usaha pencurahan segala upaya dalam rangka menegakkan kalimah Allah dan meninggikannya serta usaha membentuk komunitas Islami.

Dari definisi ini, maka semua usaha yang bertujuan menyemarakkan syi'ar islam adalah masuk kategori jihad fi sabilillah, seperti mencari ilmu, mengajar, menulis dan mengarang kitab, mendermakan harta, dan lain sebagainya. Serta tentu saja perang melawan orang kafir adalah bagian dari jihad di atas.

Pengertian ini tentu saja diambil dari teks-teks syariat baik dari Qur'an ataupun Sunnah yang berbicara soal jihad secara keseluruhan.

Dari sini, maka bisa difahami, bahwa Perang adalah hanya bagian kecil dari jihad. Tidak bisa kita lantas menyatakan bahwa setiap jihad adalah perang, dan benar jika kita mengatakan bahwa perang fi sabilillah itu jihad. Tidak sebaliknya.

Maka tentu saja jika mengartikan jihad hanyalah perang, itu sama saja dengan menyempitkan makna jihad sendiri yang sebenarnya luas.

TINGKATAN JIHAD

Kita tahu, bahwa islam tidak hanya mengatur ibadah fisik saja, tetapi ibadah hati yang harus selalu berhubung dengan ibadah fisik, di antaranya adalah niat dan keikhlasan.

Dari sini, Ulama' mengambil kesimpulan bahwa Jihad terbagi dalam beberapa tingkatan, tentu saja dengan berdasar atas dalil, tidak asal membuat peringkat.

@ Pertama, adalah jihad melawan nafsu, ini adalah jihad terbesar dan berlangsung seumur hidup sampai orang itu wafat. Berdasar atas hadits Nabi, (al-Mujahid man Jaahada nafsahu fi Dzatillah -- HR. Tirmidzy), mujahid adalah orang yang berjuang melawan nafsunya di jalan Allah.

@ Kedua, Jihad melawan setan, dan itu dengan menyingkirkan bisikan serta keraguan yang ditiupkan olehnya, dan hal-hal yang tak jelas halal haramnya, dan mengenyahkan serta melawan ajakan nafsu dan syahwat.

@ ketiga, Jihad melawan orang kafir dan munafik, membendung berbagai serangan mereka, baik fisik ataupun pemikiran.

@ keempat, jihad melawan orang-orang dzalim, orang-orang ahli bid'ah baik dengan tangan, lisan/tulisan, ataupun hati.

Nah, dikarenakan jihad melawan musuh islam itu adalah bagian dari pada jihad seseorang terhadap nafsunya di jalan Allah, maka jihad melawan nafsu didahulukan daripada jihad melawan musuh dan bahkan menjadi asal atau pokok daripada segala jihad.

Bukankah sebelum melawan musuh kita sendiri dituntut terlebih dahulu untuk menata hati dan meluruskan niat? Dan bukankah usaha ini sendiri membutuhkan perjuangan? Jihad? Hal yang tak satupun muslim mengingkarinya.

JIHAD PERANG, KAPAN DIBUTUHKAN?

Jihad perang fi sabilillah sendiri, sebenarnya tidak langsung dengan serta merta mengangkat senjata melawan orang kafir begitu saja. Pemahaman ini yang harus kita luruskan pada sebagian saudara muslim kita yang terlalu semangat.

Jihad perang, adalah hanya dibutuhkan saat kondisi dan situasi menuntut itu. Semisal ada serangan dari orang kafir, serangan itu lebih menyerang pada agama (bukan penjajahan atau perampasan wilayah, meski juga menuntut bela diri dan wajib).

Juga atas perintah daripada pemimpin tertinggi dari pemerintahan Islam (jika jihad itu berupa ekspansi, bukan bela diri). Jihad perang, tidak bisa dilaksanakan secara individual dan tanpa perintah.

Begitu pula target sasaran jihad perang, tidak semua orang kafir. Karena Islam secara jelas mengelompokkan mana orang kafir yang harus diserang, berhak diserang, dan mana yang tak boleh diserang. Pemukul rataan bahwa semua kafir harus diperangi adalah sebuah kesalahan dan justru keluar dari jihad tempur itu sendiri.

Pun sebenarnya, jihad perang bisa dilaksanakan setelah 2 opsi penawaran, pertama, opsi masuk islam. Kedua, opsi membayar jizyah, sebagai jaminan perlindungan dan keamanan bagi mereka jika menolak masuk islam. Dan ketiga, jika mereka menolak dua opsi ini, barulah jihad perang bisa dilaksanakan.

Kamis, 01 September 2011

Kelebihan dan kekurangan antarmuka blog yang baru

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

entah ini sudah mulai sejak kapan, tapi saya baru melihatnya hari ini :D sahabat blogger juga mungkin sudah tahu, tapi saya lagi pengen posting ini sekarang :)

cara mengganti antara muka bloger sangat mudah
1. Log-in ke blogspot
2. Dasbor paling atas kanan ada tulisan "coba antarmuka blogger yang diperbaruhi" klik aja langsung maka akan berubah deh tampilan dasbor kita.

KELEBIHAN

yang saya rasakan jika pake tampilan yg baru ini adalah : waktu muat lebih cepat, sudah tercantumkan total tayang, jumlah post, info profile, postingan juga cepat.

KEKURANGAN

Peramban yang kita gunakan, apalagi pengguna hp seperti saya tidak lagi didukung oleh Blogger. Beberapa bagian Blogger tidak akan berfungsi dan kita mungkin mengalami masalah. Jika kita mengalami masalah, kita disarankan untuk mencoba Google Chrome. Dan juga kita tidak dikasih opsi editting, baik setelan blogger maupun tata letak.

INDAH PADA WAKTUNYA

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Taukah Apa Yang Kau Alami..
Dimasa yang telah berlalu dalam fase hidup mu...
Janganlah kamu sesali... janganlah kamu tangisi..
Tiada guna kamu berdiam diri.. sakit..

Terhadap dirimu banyak rintangan..
Ketika kamu terbentur pada dinding yang menghalangi mimpi-mimpi indah mu..

Banyak Persoalan dan masalah..
Berjalan lah..
melangkahlah kembali..
ikuti putaran sang
waktu yg terus berlari..

Hadapilah Kenyataan yang ada..
Dengan Penuh
Keberanian.. dengan penuh keyakinan..
Berjalan mengikuti sang waktu..

Kamu pasti temukan yang kamu inginkan..
Janganlah pernah
berhenti..
Ada aku yang selalu menanti untuk mu dan
untuk ku..
di sebuah perjalanan nanti..

Selama kamu masih bersandar..
Kepada Kekuatan
Cinta..
Aku tetap percaya dan yakin..
Kita bersatu atas
segala kehendak kita..
Semua Akan Berakhir Indah..

pasti indah..
hanya aku dan kamu..
tepat pada waktunya..
yang terindah..
Mungkin memang hidup bukanlah sebuah kepastian..

Karena yang pasti
hanyalah Tuhan..
Dengan segala
kebesarannya...
Dengan segala
misterinya..
Dengan segala
kuasanya..

Tapi selama kamu
masih ada cinta..
Kepada Kekuatan hati..
Aku tetap percaya
kepada Nya..
Kita bertemu dan
bersatu kembali..
seperti apa yang kamu inginkan.. dan seperti apa yang ku inginkan..
Kamu yang ku mau..
dan aku yang kau
mau..

Semua Akan Berakhir Indah.. pasti indah..
hanya aku dan kamu..
tepat pada waktunya..
yang terindah..

" Ketika rindu mu sama dengan rindu ku..
Ketika cinta mu sama dengan cinta ku,,
ketika rasa mu sama dengan rasa ku..
biarkan aku yang
meminta kamu..
menjemput dirimu..
Dan nanti kita bersama kembali menyatu dengan sang Maha Cahaya..
Yakinlah..
Semua akan berakhir indah.. Indah pada waktunya.. " ^_^

Rabu, 31 Agustus 2011

Tobat Sebelum Tertutup Pintunya

Kalau anda pernah menghadiri pemakaman, entah itu pemakaman keluarga, sahabat kawan tetangga atau siapa saja, coba perhatikan perbuatan si mayit tersebut sewaktu masih hidup. Bila ternyata dulunya ia adalah orang yang tidak lurus-lurus amat hidupnya dalam arti kalau pun beragama, ia beragama sambil lalu, sekali-kali melanggar larangan dan meninggalkan perintah, sholat ya sholat, bohong jalan terus, dosa-dosa dikumpulkan, atau kalau pun berbuat kebaikan ia lakukan setengah-setengah, maka coba tanya diri sendiri, apa yang kira-kira si mayit tersebut akan lakukan apabila diberikan kesempatan untuk hidup kembali oleh Allah SWT. Apakah menurut anda ia akan berbuat baik terus-menerus? Insya Allah, jawabannya ya.

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Mukminun ayat 99 "Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. Al-Mukminun [23]: 99).
(Lihat juga QS 7:53; 14:44; 23:107; 32:12)

Atau coba bayangkan kematian itu menggunakan prosedur yang memperbolehkan calon mayit mengetahui hari kematiannya.

Umpamanya prosedur kematian menyatakan bahwa setiap satu pekan sebelum hari kematian, dikeluarkan pengumuman mengenai siapa yang akan meninggal pekan depan. Menurut anda apa yang akan dilakukan oleh manusia dalam menyikapi prosedur permakluman kematian seperti ini?

Tobat. Ya, Insya Allah masjid-masjid akan selalu dipenuhi oleh orang-orang yang bertobat.

Ikhwan fillah, Sayangnya kedua perumpamaan di atas tidak berlaku. Dan sayangnya juga, seperti jodoh dan rezeki, ajal juga termasuk sesuatu yang misterius yang tidak ada seorang pun mengetahui kapan dan di mana ia akan meninggal. Oleh karena itu, sepatutnyalah kita yang sekarang ini masih diberikan kesempatan hidup melakukan perbuatan-perbuatan baik, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Sepatutnya kita yang masih hidup ini memanfaatkan usia kita dengan tobat sebelum tertutup pintu tobat itu.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah "Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al-Baqarah [2]: 132).

Saya ingin menggarisbawahi potongan kalimat terakhir, janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Karena mati adalah sesuatu yang misterius dan tidak dapat kita ketahui, tidak dapat kita atur sesuai keinginan kita, tidak dapat ditunda-tunda kalau memang sudah saatnya tiba, yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri.

Kita harus mengkondisikan diri tetap dalam keadaan Muslim. Dalam semua momen kehidupan kita, kita harus siap dalam keadaan Islam, berserah diri. Sehingga kalaupun kematian itu datang menjemput kita, kita sudah siap dengan jawaban, fasyhad bianna muslimun maka saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Muslim.

Wallahua’alam bishshowab.

Ternyata, Hidup Ini Sederhana

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah,dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut. Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

—- 000 —–

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya. Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

—- 000 —–

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.”
Ibu menjawab: “Mengapa?”
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”

Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

—- 000 —–

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”

Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

—- 000 —–

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?” Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”
Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.”
Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”

Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”

Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

—- 000 —–
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.” Katak dipinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.” Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

—- 000 —–

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

"You are what you think about. Beware of your mind"

—- 000 —–

Sunah-sunah hari raya (iedul fitri)

Untuk melihat secara full (web version) dari tulisan ini silahkan lihat disini

Sebelumnya, saya ucapkan kepada segenap kaum muslim dimanapun berada SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA IEDUL FITRI 1432 H, TAQOBALALLAHU MINNA WA MINKUM, MOHON MAAF LAHIR BATIN MINAL 'AIDZIN WAL FAIZIN.

Diantara kesunahan hari raya adalah
1. Makan sebelum berangkat sholat, ini untuk menandakan bahwa hari itu tidak puasa dan diantara manfaatnya agar setelah sholat trus menerima tamu kita tdk kelaparan :)

2. Mandi sunah sebelum sholat ied. Adapun caranya sama seperti mandi sunah hari jum'at maupun mandi junub, sedangkan niatnya adalah
نويت الغسل من يوم عيد الفطر سنة لله تعالى‎

3. Pakai yang bagus-bagus, walau tidak harus membeli yang baru asal yang paling bagus dari yang kita punya.

4. Pakai wewangian
5. Sholat sunah berjama'ah, seyogyanya jangan sholat sunah hari rayanya saja yang jama'ah tapi sholat subuh juga jama'ah.
Untuk niat sholat sunah hari raya nanti adalah
أصلى سنة عيد الفطر ركعتين أداء مؤموما لله تعالى ألله أكبر ‎

Dalam sholat ini disunahkan bertakbir 7x pada rok'at pertama dan hitungan 7x tersebut dengan tanpa menghitung takbirotul ihrom begitupun pada roka'at kedua 5x dengan tanpa menghitung takbir naik dari sujud. Diantara takbir-takbir tersebut disunahkan membaca tasbih
سبحان الله والحمد لله وﻻ إله إﻻ الله والله أكبر وﻻ حولا وﻻ قوة إﻻ بالله العلي العظيم‎

6. Disunahkan mengambil jalan yang jauh saat berangkat sholat, dan pulangnya disunatkan mengambil jalan terdekat menuju rumah, artinya antara berangkat dan pulang sholat mengambil jalan yang berbeda.

7. Saling maaf memaafkan

Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan ramadhon yang penuh berkah tahun depan, amien :-)

Selasa, 30 Agustus 2011

Tempat-tempat yang disyariatkan membaca basmalah

Kita di syariatkan untuk membaca basmalah pada tempat-tempat dan waktu-waktu tertentu, diantaranya adalah:

Hendak makan.
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﻔﺺ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ
ﺃﺑﻲ ﺳﻠﻤﺔ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ
ﻋﺒﺪ ﺍﻷﺳﺪ ﻗﺎﻝ : ﻛﻨﺖ
ﻏﻼﻣﺎ ﻓﻲ ﺣﺠﺮ ﺭﺳﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻳﺪﻱ
ﺗﻄﻴﺶ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ,
ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻳﺎ
ﻏﻼﻡ ﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﻞ
ﺑﻴﻤﻴﻨﻚ ﻭﻛﻞ ﻣﻤﺎ
ﻳﻠﻴﻚ ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ).
Dari Abu Hafsh Umar bin Abi Salamah Abdullah bin Abdil Asad ia berkata :
Aku seorang anak yang ada dalam asuhan Rosulullah sallalahu ‘alaihi wasallam, dan adalah tanganku berputar kesana kemari dalam nampan, maka Rosulullah sallallahu ‘alahi wasallam bersabda :” Wahai anak. Bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu “. (Muttafaq ‘alaih)[1].

Hendak berjima’.
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻥ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﻟﻮ ﺃﻥ
ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺇﺫﺍ ﺃﺗﻰ ﺃﻫﻠﻪ
ﻗﺎﻝ : ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻠﻬﻢ
ﺟﻨﺒﻨﺎ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻭﺟﻨﺐ
ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻣﺎ ﺭﺯﻗﺘﻨﺎ ,
ﻓﻘﻀﻲ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻭﻟﺪ ﻟﻢ
ﻳﻀﺮﻩ
Dari ibnu Abbas "sesungguhnya Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :”seandainya salah seorang dari kalian apabila hendak mendatangi istrinya berkata :” Ya Allah, jauhkanlah kami dari Setan, dan jauhkan Setan dari rizki yang Engkau berikan kepada kami “. Lalu ditakdirkan untuk keduanya anak, niscaya (setan) tidak akan memberinya mudlarat “. (Muttafaq ‘alaih)[2].

Meletakkan mayat.
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﻗﺎﻝ ﺇﺫﺍ ﻭﺿﻌﺘﻢ
ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺒﺮ
ﻓﻘﻮﻟﻮﺍ ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ
ﻣﻠﺔ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
Dari ibnu Umar, Rosulullah sallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Apabila kalian meletakkan mayat kalian dalam qubur, ucapkanlah : ”bismillah wa ‘ala millati Rosulillah “.
(Bismillah dan di atas millati Rosulillah). (HR.Ahmad, ibnu Majah dan lainnya) [3].

Menyembelih. Allah Ta’ala berfirman :
ﻭَﻻَ ﺗَﺄْﻛُﻠُﻮﺍْ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﻢْ
ﻳُﺬْﻛَﺮِ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻔِﺴْﻖٌ
“ Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, sesungguhnya perbuatan semacam itu adalah suatu kefasikan…”. (QS. Al An’am 6 : 121).
Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﻣﺎ ﺃﻧﻬﺮ
ﺍﻟﺪﻡ ﻭﺫﻛﺮ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ
ﻓﻜﻞ
“ (Binatang) yang dialirkan darahnya dan disebutkan nama Allah maka makanlah…”. (HR.Bukhari dan Muslim) [4].

Hendak buang air.
Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﺳﺘﺮ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠﻦ ﻭ
ﻋﻮﺭﺍﺕ ﺑﻨﻲ ﺁﺩﻡ ﺇﺫﺍ
ﺩﺧﻞ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﺍﻟﺨﻼﺀ ﺃﻥ
ﻳﻘﻮﻝ : ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ .
“ penutup antara Jinn dan aurat anak Adam apabila salah seorang dari mereka masuk wc, yaitu mengucapkan : bismillah “. (HR ibnu Majah dan lainnya)[5].

selebihnya klik ini http://artikelassunnah.blogspot.com/2010/06/tempat-tempat-yang-disyariatkan-membaca.html

Sederhana dalam Nasihat

Sederhana dalam Nasihat

Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125)

Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah berkata, "Ibnu Mas’ud r.a. mengingatkan (berceramah) kami setiap hari Kamis. Seseorang berkata, “Hai Abu Abdurrahman, aku ingin Anda mengingatkan kami setiap hari.” Ia menjawab, “Yang menghalangi aku untuk hal itu adalah karena aku tidak suka membuat kalian bosan. Aku memperjarang nasihat untuk kalian sebagaimana Rasulullah juga memperjarang nasihatnya untuk kami karena khawatir membosankan kami.” (Muttafaq Alaihi)

Abu Yaqdzan Ammar bin Yasir meriwayatkan, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Lamanya shalat seseorang dan pendeknya khutbahnya adalah pertanda ilmunya. Maka, perlamalah shalat dan perpendeklah khutbah.” (Muslim)

Muawiyah bin Hakam As-Sulami r.a. berkata, “Ketika kami shalat bersama Rasulullah saw. tiba-tiba ada seseorang bersin. Aku katakan, ‘Yarhamukallah.’ Tiba-tiba orang-orang memandangiku. Aku pun berkata, ‘Brengsek, mengapa kalian memandangiku seperti ini?’ Tiba-tiba mereka semua menepuk paha mereka. Ketika mereka mendiamkanku, aku pun diam. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat, demi (Allah) atas ayah dan ibuku, tidak pernah aku melihat seorang pendidik sebelum dan sesudah ini yang lebih baik dari beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan tidak mencaciku. Beliau hanya berkata, ‘Shalat ini tidak boleh dicampur dengan ucapan manusia sedikitpun. Ia berisi tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur’an.’ Atau seperti apa yang disabdakan Rasulullah. Aku katakan, ‘Ya Rasullullah, baru saja aku berada pada kejahiliyahan lalu Allah menunjukkan Islam. Di antara kami terdapat banyak orang yang masih mendatangi dukun-dukun.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu kamu jangan ikutan datang.’ Aku juga katakan, ‘Diantara kami masih ada juga orang-orang yang melakukan tathayyur.’ Beliau bersabda, ‘Hal itu mereka dapatkan di dalam dada mereka. Jangan sampai hal itu menghalangi mereka." (Muslim)

‘Irbadh bin Sariyah r.a. meriwayatkan, Rasulullah menasihati kami sebuah nasihat yang membuat hati bergetar dan mata menangis. Hadits ini telah disebutkan di bab Perintah Menjaga Sunnah. Lihat hadits 157.
Tirmidzi berkata, hadits ini hasan shahih.

Semoga bermanfaat

Bersyukur atas ujian.

'Bersyukur atas ujian'. kenyataan ini mungkin terlalu sulit untuk kita terima, bahwasanya kita harus bersyukur atas segala sesuatu yang Alloh tentukan untuk kita, walaupun kenyataan itu seringkali terasa pahit.

Adanya fenomena bunuh diri dan kesempitan hidup manakala menghadapi ujian yang begitu menyesakan dada, senantiasa mengingatkan kepada kita untuk kembali menanyakan apa yang Alloh kehendaki atas hidup kita dan apa yang DIA tetapkan atas diri kita hingga kita harus menerima suatu kensekuensi, atas kelalaian kitakah atau hanya sebatas ujian saja atau mungkin hukuman, berbagai perspektif kita keluarkan untuk mengartikannya.

Bahkan pada suatu titik tertentu diri kita senantiasa berontak menggugat, namun apabila ia mampu menelusuri dengan betul ia tidak dapat menyalahkan siapa-siapa. Saat itu ia benar-benar sendiri kemudian pandanganya mulai diarahkan kepada yang menciptakan (menakdirkan)-nya. Saat itu pula berbagai persangkaan mulai timbul. Saat diri dihadapkan kepada Dzat yang Maha Sempurna, mampukah ia tetap berprasangka baik atau mungkin sebaliknya, ia mengingkari/menjauh/membangkang.

Jika seseorang mampu menelusuri hidupnya dimasa ia belum mengenal apa-apa, hanya kesenangan dan kedamian yang ia peroleh kapanpun ia mampu mengenalinya, pastilah ia sadar namun tidak akan menjadi sadar manakala ia tidak mampu mengenali sistem yang mengendalikan dirinya menjadi baik.

Bagi orang yang mengenal Islam dan menjalankannya dengan baik Insya Alloh tidak sulit, kemana ia harus kembali membenahi diri. Sebagaimana kisah Nabi Musa as dengan muridnya mencari sorang Guru (Khidir as). Untuk menelusuri pertemuan dua lautan yang terjaga dengan baik. Jangan terikat oleh dimensi ceritanya namun fokuslah pada pengajaran (hikmah). Orang yang terfokus pada cerita senantiasa menuntut bukti.

Dua lautan yang terpisah adalah pengetahuan yang murni namun seringkali terkontaminasi tatkala mencuat. Ibarat kata susu sapi yang diperas dengan tangan kotor, maka kotorlah susu tersebut. Begitu juga wadah-wadah lainnya, turut mengkontaminasinya. Namun bukan salah susu atau sumbernya. Persepektif yang menilai/memandangnyalah yang salah, karena si penerima sibuk memilah.

Sebagai contoh mudah adalah ketika saya menulis apa yang saya pahami namun disisi lain saya tidak mampu menguraikan dengan detil bagaimana sekiranya dapat memberi gambaran yang jelas kepada pembaca sehingga pembaca dapat mencapai kesimpulan yang serupa dengan apa yang saya maksudkan. Jika dunia ini iabarat sebuah perjalanan yang jauh sebagaimana Malaikat yang melapor menempuh 50.000 tahun tentulah teramat panjang, dan tidak cukup umur kita untuk mengenaliNYA apapun ilmu yang kita dapatkan.

Tulisan saya tidak lebih hanya keringat yang terasa asin dilidah anda, jika dapat memandang suatu upaya. Jika pembaca ingin merasakan manisnya harus menggalinya sendiri dari sumbernya, atau mengeluarkan keringat juga. Itulah dimensi rohani, yang tidak dapat terwakili apapun kecauali anda menjalaninya.

Dalam mengenalNYA yang ada hanya 'menurutku' atau 'yang aku tahu' sebagai wakil seseorang dalam memahami hidup. Ketika dibagi kepada orang lain orang hanya menerjemahkan sebatas apa yang dialami dari bahasa yang disampaikan. Namun dari bahasa itu tidak pula orang lain dapat mewakili kepedihan yang dialami si pencerita. Begitu juga hal-hal lainnya sebagaimana halnya pengetahuan dan proses belajar-mengajar atau interaksi antar sesama. Boleh jadi kita merasa bahwa kita senasib dan sepenanggungan di dunia ini, sebagai sesama mahluk adalah betul, namun jika kita tengok jauh berdasarkan perjalanan rohani seseorang akan mendapati sesuatu yang berbeda. Jika kita mampu menyelami lebih mendalam, sebagaimana hati yang damai tidak dari suatu perjalanan yang terus ditempa dengan berbagai cobaan. Ibarat mengkredit kita lalui dengan berangsur-angsur, sehingga tidak terlalu memberatkan kita. Dan apa yang ditentukan atas diri kita tentulah sesuai dengan kemampuan kita. Ketika tidak mampu menghadapi atau bahkan sampai nekat bunuh diri disitulah bukan kehendakNYA, melainkan apa yang selama ini DIA larang tidak diabaikan. Pada saat memahami arahkan pada diri selaku pribadi, jangan buru-buru diarahkan kepada objek lain. Dari wilayah terkecil yaitu diri kita niscaya orang mampu memahami arti dari perjalanan hidupnya.

Seringkali kita tidak merasa ingin dilahirkan didunia. Entah bagaimanapun bentuknya terwakili oleh keluhan-keluhan, baik yang sampai terdengar orang lain atau sebatas merenung.

Kenyataan sudah banyak membuktikan bahwa kecerdasan emosi (EQ), lebih menentukan keberhasilan seseorang dibanding kecerdasan intelektual (IQ). Apa sebab? Takala orang merasa pintar, saat itulah ia menutupi diri dari menerima. Pernah bukan ketika kita menerima suatu pengajaran timbul pikiran 'ach bahasanya gak level'. Disitulah orang dengan sendirinya telah memisahkan diri dari pemahaman yang seharusnya masuk, ia tolak karena merasa tidak sepaham. Namun bila seseorang sudah memasuki Islam dengan benar sesuai urutannya dan menjalaninya dengan baik, niscaya ia akan tahu ia akan menghirup udara bebas, tanpa harus terkontaminasi. Dengan ketentuan ia mampu memahami Islam secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.

Kenapa hanya Islam? Kembali saya menegaskan bahwa saya hanya dapat menyampaikan sebatas apa yang dapat saya tumpahkan dalam tulisan ini. Jika umurku yang tersisa hanya duduk untuk menulis niscaya tidak akan habis untuk menuliskannya. Namun jika seseorang cukup yakin dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangannya melalui Rosululloh saw contohkan niscaya seseorang dapat menemukan sumbernya dan merasakan hal yang sama, tanpa harus terbentur pada wilayah yang dapat ia kenali saja.

Rosululloh saw sebagai pribadi yang telah selamat sampai tujuan (RidhoNYA), mewakili manusia lainnya bahwa untuk membuat suatu penilaian yang objektif seseorang tidak terbebas dengan sendirinya. Ia memerlukan guru, objek penuntun. Dan sesama manusialah orang saling menilai dan objek utama sebagai penuntun. Sedangkan Nabi Ibrahim orang yang mampu belajar dari alam. Namun kearah itu tidak semudah apa yang saya tulis ini. Yang dapat dicapai kesimpulannya dalam sehari atau saat selesai membaca saja. Adanya interasksi yang sangat kuat antara hamba dengan Tuhannya. Ketika seseorang salah dalam menuhkankan sesuatu, iapun telah kehilangan arah dan tujuan.

Ujian tidak lain adalah benturan agar manusia menyadari keterbatasan, sehingga ia tetap pada jalur yang lurus. Senantiasa tunduk dan patuh. Mungkin seringkali kita menilai orang yang shalatnya rajin terlihat bodoh. Padahal disisi lain apa yang dirasakan si ahli ibadah hanya suatu rasa yang tidak dapat dikomunikasikan (dibagi), karena memang bagaimanapun hati (rohani) tidak bisa dibagi seperti sepotong roti. Masing-masing diri menjalani hidupnya dengan proses yang adil masing-masing punya track yang harus dilaluinya.

Begitu juga saya dalam menuangkan suatu makalah jika tidak harus memberikan gambaran awal niscaya akan sulit dipahami. Dalam novel atau berita yang dikedepankan pastilah awal kejadian, walaupun hanya sebatas tanggal atau tempat saja. Begitu juga kita dalam mencerna berita pastilah ada latar belakang seseorang yang menjadikanya konek (nyambung). Jika semua orang tidak perlu semua itu tentunya mudah untuk berbagi pengetahuan dan tiadalah pembatas antara seseorang dengan lainnya.

Pahamilah arti keterbatasan agar kita tahu wilayah. Islam dengan kitabnya terlalu luas untuk diuraikan. Tiadalah seseorang dapat mencuri dengar tanpa ia memasuki RumahNYA dengan benar. Jika kita mampu melihat Islam sebagai Istana (bangunan/kerajaan yang Hak) dan tiada kerajaan lain selain itu.

Tiadalah seorangpun dapat lolos dari ujian hidup sekalipun hanya merasakan ketika sakaratul maut. Walaupun bius dapat melenyapkannya, tidaklah dapat lolos pada pengadilan sesudahnya dan sesudahnya lagi.

Senin, 29 Agustus 2011

Awas Musuh Mengintai!

26 Asy Syuara 56. dan sesungguhnya kita (Firaun) benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga".

Belakangan ini kita dapati pesan yang mengingatkan kita untuk waspada tatkala mencantumkan kata-kata yang berbau Israel bahwa kata tersebut akan menjadi kata kunci 'key words' yang mudah di index (terdeteksi/tercantum) pada mesin pencari mereka.

Sebenernya mudah saja apabila mengingat kecanggihan teknologi sekarang. Prinsipnya seperti alat pencarian "searching' yg ada pada sistem operasi komputer pada umumnya untuk mencari kata kunci saat kita lupa menyimpan file.

Apabila kita mengenal bagaimana komputer bekerja terutama dalam mengindeks data base, tentunya tidak akan terkejut dengan hal2 seperti itu bahkan sudah memprediksikannya apalagi mengingat facebook adalah buatan mereka. Mudah saja bagi mereka untuk membuat mesin pencari yang lebih mutakhir dan dikembangkan secara otomatis dengan kemampuan yang semakin cepat dalam mengindex sebagaimana google bekerja.

Kita tahu dalam menyusun suatu kata sampai kalimat kita hanya tergantung dari 26 abjad A-Z dan 10 angka (0-9) dan selebihnya karakter unik lainnya termasuk tanda baca. Begitu juga suatu kalimat sampai makalah akan tersusun dari berbagai kata yang mudah didefinisikan atau dicari kata tertentu yang akan berkaitan dengan keseluruhan makalah. Ibarat puzzle kata adalah salah satu serpihan puzzle.

_Lalu bagaimana sikap kita untuk menanggapi hal-hal semacam ini?

Kembali lagi pada tekad dan keberanian kita untuk menyuarakan kebenaran. Akankah takut dengan ancaman semacam itu? Itulah cermin dari seberapa kuat tekad kita. Dahulu para pejuang tidak takut ancaman senjata walau nyawa diujung peluru taruhannya, bagaimana dengan perang informasi? Yang mampu mengaruhi/mengontrol setiap kepala? (perang pengaruh, perang pemikiran, goswul fikr).

Sebagai seorang muslim manakah kalimat hidup dan matiku hanya untukNYA? Mana baiat/sumpahnya yang terkandung dalam doa yang selalu ia panjatkan? Ataukah kehidupan ini begitu memperdaya sehingga ia lebih mencitainya daripada memperhatikan seruan dan takut ancamanNYA?

[9 At-Tubah 111] Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Dengan demikian bagaimana menyikapinya saya kembalikan kepada anda untuk menentukan jawabannya. Dalam hal ini saya hanya mengingatkan agar menjadi bahan pertimbangan sehingga dapat menentukannya sendiri dan dapat ia pertanggung jawabkan kelak dihadapanNYA.

_Buat apa mereka (Israel) mengindex/mengintai ?

Tiada lain menurut saya hanya memonitor setiap reaksi dari kebijakan yang diterapkannya terutama pada gaza. Memonitor pandangan dunia akan aksi-aksinya, sehingga mereka akan lebih hati-hati dalam setiap kebijakan yang diterapkannya. Saya yakin mereka takut dan saya yakin mereka juga tahu laknatNYA terhadap bangsanya yang selalu durhaka. Sudah tampak pula ketamakannya disandarkan pada mitos akan kejayaan yang mereka impikan akan kuil sulaiman dimana mereka meyakini sebagai bangsa pilihan (umat kesayangan) dan harus mereka penuhi sebelum masa tertentu seperti ritual penumpahan darah pada kasus-kasus besar dunia lainnya. (see zeitgeist the movie).

Dengan kegiatan mereka untuk memonitor setiap reaksi kita, saya melihat inilah kesempatan untuk menyuarakan aspirasi kita pada mereka sehingga mereka tidak seenaknya saja mengambil tanah orang dengan jalan yang bertentangan dengan HAM, sebagaimana paman Sam kumandangkan belum lagi suara lantang mereka akan 'teroris'.

Dan mengingat begitu pandainya mereka dalam hal propanganda haruslah kita waspadai setiap berita yang sampai pada kita. Bila ada suatu kejadian maka kita tengok latar belakangnya secara seksama dan hati-hati, jangan sampai kita jadi fasilator propaganda mereka, karena minimnya kita dalam mengenali mereka.

Begitu juga pecundangnya penegak hukum dan media dinegara ini ketika jelas tindakan amoral yang dilakukan artis terkenal mencoreng nama bangsa dan mengancam generasi penerus, setelah sekian banyak orang menyaksikan masih ditutupi dengan kata mirip + diduga. Coba kalau kita cermat dengan kasus 'Teroris' media begitu agresif bahkan tidak sedikit yang kena fitnah tanpa klarifikasi, sedangkan korban salah tuduh sangat mengalami trauma akibat intimidasi publik, bahkan mereka sampai menolak jenazah untuk dikebumikan. Kalau kita mau memandang jauh kapan kalimat 'teroris' dikumandangkan, yaitu saat WTC ambruk nyata sekali rekayasanya. Dimana penduduk AS kini banyak sadar telah dibohongi penguasa mereka. Aneh saja kalau gaung WTC masih membayangi kita disini, dengan ulah sekelompok kecil yang tidak jelas siapa dibalik semua tindakan mereka itu. Padahal pada kasus Irak saja kita tahu tuduhan mereka bahwa irak menyimpan reaktor nuklir tidak terbukti.

Paling kita akan berasumsi 'ach lagi-lagi pengalihan untuk menutupi kasus sebelumnya'....

Sebagai himbuan saya mengajak untuk lebih giat lagi menyuarakan ketidak adilan global terutama yang berlaku di Gaza, betapa banyak anak-anak gaza menutup mata dengan menggenaskan untuk membuka mata dunia khususnya yang mengaku muslim yang punya pedoman jelas. Selebihnya dimanakan sisi kemanusiaan kita untuk sekedar angkat bicara mengutuk mereka (Israel).

Mari rapatkan barisan dan bergabung pada pages ini untuk mengetahui lebih dekat apa yg sesungguhnya terjadi disana (gaza) >http://www.facebook.com/pages/PEDULI-KITA-UNTUK-GAZA/128931733802675?ref=ts

***

[5 Al-Maidah 18] Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).

[2 Al-Baqarah 143] Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

[4 An-Nisa 125] Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

[3 Al-Imron 67] Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik."

Qana`ah, Pilihan Hidup Mulia

Barangsiapa tidak pandai mensyukuri harta yang sedikit, ia tak akan mampu mensyukuri harta yang banyak. Barangsiapa tidak bisa memanfaatkan ilmu yang sedikit, ia akan lebih tidak mampu memanfaatkan ilmu yang banyak

(Imam Abdullah Al Haddad)

Seseorang yang pandai bersyukur dengan sedikitnya harta, di kemudian hari ia akan lebih “cerdas” bersyukur dengan limpahan harta yang banyak. Rezeqi yang diterima dengan senang hati dan lapang dada, bermuara pada kenikmatan yang tiada terkira. Meski rezeqi tersebut minim, namun karena diterima dengan suka-cita, bakal menjadi nikmat dan kebahagian.Sebaliknya, jika seseorang tiada mempunyai rasa syukur dan terima kasih atas karunia Allah kepada dirinya, sampai kapan pun dirinya tidak pernah merasa puas. Hawa nafsunya terasuki sifat tamak dan rakus. Walaupun gajinya sekian juta tiap bulannya, tapi sikap tamak pada dirinya itulah yang menjadikannya merasa bak orang melarat, miskin yang selalu mengemis. ( bahasa gaulnya hasrat ingin korupsi )

Tentu berbeda halnya dengan seseorang yang Syâkir (bersyukur) dan Qanû` (orang yang menerima apa-adanya), berapapun kuantitas rizqi yang diperoleh, selalu ia sikapi dengan menghargai serta memanfaatkan dengan sebaik-baikya. Orang yang bersyukur, dengan beberapa lembar uang ribuan, ia memberi nafkah keluarganya mulai : sandang, papan, pangan. Dengan rezeqi yang cukup itu, ia ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan-Nya. Dengan begitu, ia telah menjadi orang “kaya” seketika itu pula.

Itu sebabnya, Nabi Muhammad saw bersabda :

لَيْسَ الغِنىَ بِكَثْرَةِ العَرَضِ إِنَّمَا الغِنىَ غِنىَ النَّفْسِ

“Kekayaan itu tidak terletak pada banyaknya harta, tapi ada pada kekayaan hati.”

Dalam haditsnya lainnya, Nabi saw juga berkata: “Tamak adalah penyakit yang menyebar.” Pada prinsipnya, orang yang rakus, yang tidak memiliki rasa syukur, selalu berada dalam kemiskinan dan kekurangan. Kefakiran yang ia rasakan itu tidak perlu menunggu lenyapnya harta yang dimiliki. Cukup dengan ketamakan serta kerakusannya itulah yang akhirnya membawa dirinya dalam lembah kehinaan, kenistaan, dan kehilangan harga diri sebagai makhluk yang sempurna.

Renungkanlah ungkapan indah Nabi saw berikut ini :

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى الثَّالِثَ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ رواه احمد

“Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah (terisi) dari emas, pasti ia mengingkinkan lembah ketiga; tidak ada yang mengisi perut anak Adam kecuali tanah, serta Allah meneriman taubatnya orang yang mau kembali kepada-Nya.”

Demikian peringatan Nabi Muhammad guna membuat diri kita memiliki sikap Qanâ`ah. Sikap Qanâ`ah-lah yang membuat hati kita kaya akan rasa syukur. Dengan Qana`ah , maqam kita akan jauh melesat menuju maqam ridha, ridha dengan rezeki yang Allah bagikan kepadanya. Dalam kaitan ini, perlu kita tahu bahwa segala sesuatu sudah ada ukuran dan porsinya, tak terkecuali dalam persoalan pembagian rezeqi. Setiap orang tak akan luput dari rezeqinya; tidak akan tertukar dengan lainnya. Karena itulah, qana`ah bisa menjadi tameng dari sikap rakus harta. Syarat utama seorang yang qanâ`ah rela dengan takdir Allah, rela dengan rezeki-Nya.

Habib Abdullah Al Haddad bersyair :

إِنَّ القَناَعَةَ كَنْزٌ لَيْسَ بِالفاَنِيْ * فَاغْنَمْ هُدِيْتَ أُخَيَّ عَيْشَهَا الهَانِيْ

وَعِشْ قَنُوْعاً بِلاَ حِرْصٍ وَلاَ طَمَعٍ * تَعِشْ حَمِيْدًا رَفِيْعَ القَدْرِ وَالشَّأْنِ

Sikap Qana`ah adalah lumbung yang tak pernah ada habisnya Hai saudaraku,
manfaatkan hidup di dunia dengan sikap Qana`ah,

niscaya kau terbimbing Hiduplah sebagai seorang yang bersahaja tanpa rasa tamak dan rakus
Pasti engaku akan hidup dalam keadaam mulia

Di sisi lain, harta adalah kotoran. Anda membeli roti dan memakannya selang beberapa jam akan menjadi kotoran. Baju yang Anda kenakan saat ini mungkin tampak begitu indah, tapi siapa menyangka bahwa sepuluh tahun baju itu telah menjadi barang usang dan gombal. Tubuh yang Anda rawat dengan baik, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun ketika Anda mati menjadi bangkai yang dinikmati oleh cacing-cacing kuburan. Dunia adalah kotoran, seperti dikatakan bahwa “Barangsiapa tujuan hidupnya untuk dunia maka nilai orang tersebut sama dengan kotoran yang keluar dari perutnya.”

Dikisahkan, suatu kali imam Ali dan sahabat-sahabatnya berjalan dan melihat tumpukan sampah di salah satu sudut jalan. Di situ imam Ali berhenti dan berkata, “Inilah sampah bekas barang yang kemarin dibangga-banggakan oleh orang-orang.”

Masih dalam kaitan ini, pernah Rasulullah melihat bangkai kambing diseret oleh penduduk setempat untuk dibuang. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabatnya,

“Bagaimana pendapatmu tentang kambing ini?”
“Iya, wahai Rasul, begitu hinanya kambing ini sampai dibuang begitu saja.”
“Allah lebih jijik dengan dunia ini yang kehinaannya melebihi kambing bangkai tersebut,” kata Rasul.

Orang yang melarat adalah orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Kala Anda menyantap tempe jangan berpikir makan sate tapi santaplah makanan sekelas tempe itu dengan memikirkan keadaan saudara-saudara Anda di kolong jembatan yang kadang kala tidak makan seharian penuh.

Qana`ah dan Ilmu

Penting pula untuk diketahui, bahwa sikap Qanâ`ah akan lahir bila kita membekali diri dengan ilmu. Ilmu yang manfaat adalah ilmu yang diamalkan. Ilmu dicari untuk diamalkan, sebagaimana pena yang dibeli digunakan untuk mencatat atau cangkul yang digunakan untuk menggarap sawah, seperti itulah ilmu, ia berfungsi sebagai alat untuk beramal kebajikan. Tidak perlu banyak ilmu yang terpenting bisa termafaatkan.

Kata Nabi saw : “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, Allah akan berikan ilmu yang tidak ia ketahui.”

Misal ilmu yang bermanfaat, bahwa Anda tahu keutamaan shalat berjamaah, maka setiap waktu Anda melaksanakan shalat secara berjamaah. Anda tahu dosa berbohong, maka jangan sampai Anda berbohong. Indikasi ketidakmanfaatan ilmu adalah bahwa tindak-tanduk Anda bertentangan dan berlawanan dengan ilmu yang Anda pelajari. Anda tahu bahwa berbohong adalah dosa, tapi lisan Anda “basah” dengan dusta dan kebohongan.

Ilmu tidak sama dengan harta. Allah memberi kita ilmu guna dikerjakan, diajarkan, di situlah Allah akan memberi bonus. Namun berbeda halnya dengan harta. Anda punya uang lima ribu lalu anda sedekahkan dua ribu sisanya tiga ribu. Ilmu semakin bertambah jika disedekahkan sedang harta justru menyusut jika diinfakkan.

Seorang Alim yang tidak mengamalkan ilmunya justru menjadi perusak bak pengembala kambing ditugaskan untuk menjaga domba piaraan agar tidak tersesat atau terjatuh ke jurang. Tentunya beda dengan pengembala yang jahat, ia justru menjadi sumber kecelakaan bagi domba-domba itu sendiri seperti ilustrasi kata bijak

وَرَاعِي الشَّاةِ يَحْميِ الذِّئْبَ عَنْهَا ، فَكَيْفَ إِذاَ الرُّعاَةُ لَهَا ذِئاَبُ

“Seorang pengembala kambing (bertugas) menjaga kambing dari sergapan serigala namun bagaimana halnya bila ternyata pengembala itu sendiri adalah serigala? .”

Ulama yang hidup di masyarakat, tugasnya melindungi masyarakat dari kemunkaran dan kerusakan akhlaq. Ironisnya, tidak sedikit di antara para ulama yang akhlaqnya seperti Yahudi dan Nashrani. Dengan kata lain, mereka bercirikhaskan

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Al Baqarah 02:44)

الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri dan sesungguhnya sebagaian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (Qs. Al Baqarah 02: 146)
_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Ayat di atas menceritakan sikap orang-orang Yahudi dan ternyata banyak dari kalangan orang-orang berilmu yang bersikap demikian pula. Akibat dari sikapnya itu, kaum Yahudi dan kaum Nashrani bertengger dalam kehinaan dan keburukan. Sebab mereka mengingkari kebenaran setelah mereka mengetahui. Kebenaran yang diperoleh bukan diamalkan malah diingkari. Jadilah mereka kaum yang hina.Semoga bermanfaat,amin :):)

Siapkan Apa Yang Akan Anda Petik

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (Al-Isra’:7)

Maha Suci Allah Yang telah menurunkan Islam melalui Rasul-Nya yang mulia. Islam menjadi bukan sekadar indah. Tapi, mudah dan penuh berkah. Seperti halnya hujan, siraman Islam mampu menumbuhkan bibit-bibit kebaikan yang pernah dianggap mati.

Setiap orang akan menuai apa yang ditanam
Tidak semua orang mampu berpikir panjang. Apalagi dengan perhitungan yang teliti. Itulah kenapa tidak sedikit yang melakukan sesuatu cuma buat keuntungan sesaat. “Yang penting saya untung, peduli amat orang lain!”
Padahal, alam mengajarkan bahwa aksi sama dengan reaksi. Apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Ada banjir karena keseimbangan alam terganggu: penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain.
Begitu pun dalam pergaulan sesama manusia. Kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya pun tak jauh dari kebaikan. Bahkan, mungkin lebih.

Para pedagang, baik barang dan jasa, paham sekali rumus ini. Kalau mereka ingin mendapat kebaikan dari konsumen, pancingannya pun dengan sesuatu yang baik. Ada pedagang yang menyediakan air minum kemasan gratis, keramahan para pelayan, bahkan ruangan khusus untuk menunggu. Mereka menganggap: konsumen adalah raja.
Dalam dakwah pun seperti itu. Dakwah akan diterima mudah jika seluruh kemasannya selalu baik: penyampaian yang santun, isi yang tidak meresahkan, perhatian yang tidak pernah putus, dan tentu saja, bukti kongkrit si penyampai yang selalu baik. Kalau ini yang terus bergulir, para pelaksana dakwah tidak perlu repot-repot mengarahkan ke mana suara umat saat partisipasi mereka dibutuhkan.

Jika kita tidak ingin keburukan, begitu pun orang lain
Semua orang ingin mendapatkan yang baik. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang ingin dapat yang buruk. Cuma masalahnya, sikap itu tidak diiringi dengan aksi yang positif. Ketika dapat ingin yang baik, tapi saat memberi selalu yang buruk.

Sebenarnya, ketika seorang melakukan sesuatu yang buruk, saat itu juga ia sedang berharap ada keburukan yang akan ia terima. Disadari atau tidak. Sayangnya, jarang yang mau bercermin diri: apa yang telah saya lakukan. Lebih banyak mana: baik atau buruk. Baru kemudian, kenapa orang lain berbuat buruk pada saya?
Al-Qur’an bahkan mengajarkan untuk membalas keburukan dengan cara yang terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah Fushilat ayat 34. “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
Ini memang berat. Ajaran ini lebih tinggi dari sekadar kebaikan berbalas kebaikan, dan keburukan berbalas hal serupa. Lebih dari itu, memberikan reaksi dari sebuah keburukan dengan sudut pandang positif. Dan hasilnya sangat luar biasa. Keburukan bukan hanya hilang, tapi berganti dengan kebaikan.

Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. saat penaklukan Mekah. Tak seorang pun yang ditakut-takuti, disiksa, atau hukum mati tanpa sebab. Justru, yang keluar dari mulut Rasulullah saw. adalah pengampunan dan perdamaian. Inilah yang menjadikan Mekah berubah seratus delapan puluh derajat. Drastis! Orang yang dulu memusuhi Islam menjadi pembela Islam.

Berpikirlah apa yang bisa diberikan, bukan yang diterima
Semangat berbuat baik memang tidak akan tumbuh dari mereka yang punya sikap pasif. Ketika yang dipikirkan seseorang cuma bagaimana menerima, darimana datangnya penerimaan; seluruh otot aktivitasnya menjadi mandul. Semangat berbuat baiknya sudah mati sebelum fisiknya benar-benar mati.

Tentunya, sulit mendapatkan sesuatu yang positif dari orang tipe ini. Jangankan membalas keburukan dengan kebaikan, mengawali kebaikan pun terasa berat. Semua aktivitasnya terkungkung dalam kalkulator sempit. Hitungannya selalu pada keuntungan materi sesaat. Bukan sesuatu yang lebih mahal dari sekadar materi. Antara lain, ketenangan, keharmonisan, cinta dan persaudaraan.

Tokoh Anwar Ibrahim mungkin salah satu contoh baik. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ini pernah difitnah secara keji. Tidak tanggung-tanggung, ia dituduh pelaku korupsi dan kejahatan homoseksual. Namun, seluruh warga tempat tinggalnya siap menjadi saksi: bahwa Anwar mustahil seperti yang dituduhkan. Itulah buah baik yang selama ini telah ditanam Anwar. Masyarakat sekitarnya, tanpa diminta pun, siap menjadi pembela.

Siapkan awal buat akhir, bukan sebaliknya
Seorang mukmin punya visi tersendiri tentang amal kebaikan. Kebaikan bukan sekadar tuntutan pergaulan universal, tapi sebagai bekal di hari kemudian. Itulah investasi atau tabungan yang tidak pernah rugi.
Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr:18)

Masalahnya, kesadaran itu kadang larut dengan gemerlap dunia materialistis. Kebaikan bergeser dari tabungan buat akhirat menjadi hitung-hitungan untung rugi. Berapa yang telah dikeluarkan, dan berapa yang akan diterima. Inilah akhirnya, orang menjadi miskin bekal. Jika itu yang terjadi, kesudahan selalu berujung pada penyesalan.
Maha Benar Allah swt. dalam firman-Nya, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah:7-8)

Minggu, 28 Agustus 2011

Syukur bersama Allah

Syeikh Ahmad ar-Rifa'y
Riwayat dari Abdullah bin Amr ra:
"Tuhanku mendidikku, dan "Rasulullah saw, masuk ke dalam rumahku, lalu
bersabda, "Wahai

Abdullah bin Amr, bukankan aku diberi informasi bahwa sebenarnya dirimu
sangat ketat (memaksa diri) dalam sholat malam dan puasa di siang hari?" Aku
menjawab, "Saya memang melakukannya…". Lalu Rasulullah saw, bersabda,
"Cukuplah bagimu sebulan itu puasa tiga hari. Satu kebaikan itu sebanding
dengan dengan sepuluh kebaikan, maka (jika anda melakukan puasa tiga hari
setiap bulan) sama dengan puasa setahun penuh…." (Hr. Bukhari, Muslim,
Ahmad, Tirmidzy, Nasa'I, Ibnu Majah, Daramy dan Ibnu Sa'd) Dia mendidik
adabku dengan baik."

Dalam hadits ini ada rahasia-rahasia:

1. Adanya berita gembira atas kesinambungan cahaya amal dengan cahaya amal
yang lain tanpa terhenti, walau pun ada jarak waktu yang jauh.
2. Berlipatgandanya pahala amal pada ummat ini, satu kebaikan sebanding
dengan sepuluh kebaikan, agar hatinya bangkit untuk amal kebajikan.
3. Tidak adanya keterpaksaan yang membuat si hamba jadi bosan.
4. Terus menerus berdzikir hingga hati tak tertimpa kealpaan.
5. Kepastian iman terhadap janji dan kebajikan kemuliaan Allah swt.

Semua perilaku tersebut merupakan tingkah kaum 'arifin yang melepaskan diri
dari hasrat duniawi dan ukhrowi, dimana hasrat citanya hanyalah Tuhan
mereka. Maka siapa pun yang himmahnya hanyalah Rabb, tiadalagi hasrat lain
baginya.

Yahya bin Mu'adz ra, dalam munajatnya mengatakan:
"Ilahi, bila aku mengenalMu, sesungguhnya Engkau telah memberi petunjuk
padaku. Jika aku mencariMu, sesungguhnya karena Engkau menghendakiKu. Jika
aku datang kepadaMu, sesungguhnya Engkau memilihku. Jika aku taat padaMu,
sesungguhnya karena Engkau memberi taufiq kepadaku. Dan jika aku kembali
kepadaMu, itu karena Engkau menghampiriku."

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as telah bermunajat:
"Oh Tuhan, bagaimana caraku bersyukur atas nikmat-nikmatMu, sedangkan setiap
rambut yang tumbuh saja ada dua nikmat?"

Allah swt menjawab:
"Wahai Musa! Bila engkau tahu bahwa dirimu sangat tak berdaya bersyukur
kepadaKu, sesungguhnya engkau benar-benar telah bersyukur kepadaKu…."

Allah swt, mewahyukan kepada Nabi Dawud as:
"Bersyukurlah atas nikmatKu kepadamu…"

Nabi Dawud as, menjawab:
"Ya Allah bagaimana aku bisa bersyukur kepadaMu, sedangkan syukurku kepadaMu
itu adalah nikmat teragung bagiku?"
"Bila engkau tahu itu, sebenarnya engkau hambaku paling bersyukur padaKu…"
firmanNya dalam wahyu kepadanya.

Muhammad bin as-Sammak ra mengatakan, "Ingatlah kepada Dzat yang mendahului
ingatNya sebelum dzikirmu, dan cintaNya sebelum cintamu. Apa pun yang kau
dzikirkan tak lain jkecuali karena dzikirNya kepadamu, dan tak ada cintamu
kepadaNya kecuali karena cintaNya kepadamu."
Abu Bakr al-Wasithy ra, menegaskan, "Siapa yang lupa mengiat Allah Ta'ala
berarti ia telah terkena Istidroj.."

Perlu diketahui bahwa sifat terendah dari seorang arif Billah adalah bila
seseorang hatinya hidup bersama Allah tanpa ikatan apa pun, yaitu mengingat
Allah, hanya kepada Allah. Hal demikian jelas, seperti dalam firmanNya,
"Sesungguhnya dzikir Allah itu paling besar…".
Dikatakan mengenai firman Allah Ta'ala:
"Sangat sedikit hamba-hambaKu yang sangat bersyukur", artinya adalah sangat
sedikit orang yang melihat anugerahKu ketika ia bersyukur kepadaKu...,
Bersama Allah, kita bersyukur pada Allah.

Nabi Musa as, berkata:
"Ilahi, bagaimana Adam mampu bersyukur kepadaMu? Karena Adam Engkau cipta
dari TanganMu, dan Engkau hembuskan RuhMu, dan Engkau posisikan di syurgaMu,
serta Engkau perintah para malikat bersujud kepadanya, lalu mereka pun
sujud?"
Allah swt, menjawab:
"Hai Musa! Adam tahu bahwa semua itu dariKu, lalu dia memuji karenanya."
Siapa yang taat kepada Allah swt, sesungguhnya ia taat karena
pertolonganNya, maka ia dapatkan anugerah. Siapa yang maksiat kepada Allah
swt, maka karena bagian takdirNya yang ia maksiat kepadaNya. Bagi Allah ada
hujjah baginya. AnugerahNya mendahului ketaatan hambaNya sebelum ia taat,
dan keadilanNya mendahului maksiatnya sebelum ia berbuat maksiat. Karena
Allah adalah Maha memberlakukan apa yang dikehendakiNya.

Dalam suatu riwayat Nabi Ibrahim as bermunajat :
"Oh Tuhanku, kalau bukan karena Engkau bagaimana aku mengenal siapa Engkau?"
Abu Abdullah ra, ditanya, "Bagaimana kami tidak senang dengan pujian dan
sanjungan?"
"Semata karena lupa mengingat anugerah Allah pada kalian, lupa mengingat
kebaikan pertolonganNya yang mendahuluimu. Siapa yang lupa anugerah dan
ingkar nikmat, nikmat pun akan diterima sebagai derita…" jawabnya.

Anak-anakku…
Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memberimu ma'rifat, dan menolongmu untuk
taat kepadaNya tanpa minta balas kebaikan darimu dan tanpa minta pertolongan
dari arahmu, karena itu sudah seyogyanya anda berdzikir kepadaNya dan
berbakti kepadaNya tanpa minta ganti rugi dan kecukupan dariNya."

Banyak sekali ragam kelompok ahli dzikir, diantaranya:

* Ada yang berdzikir karena tujuan meraih anugerah Islam,
* Ada yang berdzikir karena demi ashlus-Sunnah wal-Jamaah,
* Ada yang berdzikir karena adanya anugerah dibalik dzikirnya, hingga hati
dan lisannya kelu, akalnya melayang, ia lebur dalam keagunganNya, bergerak
dalam kemuliaanNya, hangus dalam mencintaiNya, disaat ia tahu bahwa seluruh
amal itu tidak akan pernah bisa tegak kecuali bersamaNya.

Dzikir ada dua arah:
- Dzikir yang menimbulkan rasa takut dan rasa takut penuh cinta.
- Dzikir yang melahirkan rindu dan cinta.

Rasa takut dan cinta adalah dzikir bagi orang yang berdzikir bersama diri
sendiri, kemudian ia melihat itu semua karena Dzikrnya Allah padanya yang
menyebabkan dzikirnya kepada Allah Ta'ala, kemudian ia tahu bahwa dengan
dzikrullah membuat sambung pada Dzikrinya Allah pada dirinya.
Sedangkan rindu dan cinta dibalik dzikir adalah dzikirnya orang yang
mengingat Dzikrnya Allah di zaman Azali, hingga tiada maujud dan sirna diri
di dunia, kemudian sampai abadi. Lalu dijumpai bahwa Ingatan Allah padanya
telah ada sejak Azali, abadi selamanya. Sedangkan dzikirnya sendiri, malah
tercampuri kotoran syahwat, teraduk oleh kealpaan demi kealpaan.

Maka sangat berbeda jauh antara orang yang masuk pada Allah Ta'ala dengan
melihat dzikirnya sendiri, dan antara orang yang masuk kepada Allah Ta'ala
dengan melihat anugerah dan kemuliaanNya. Perlu diketahui bahwa dzikirnya
hamba kepada Allah Ta'ala, jika dibandingkan dengan penyandaran dzikirnya
Allah Ta'ala pada si hamba, ibarat debu di bawah derasnya hujan.

Dengan dzikir kepadaMu hiduplah ejekanku hai pengkhayal
Dan dengan DzikirMu kepadaku mendahului dzikirku sungguh teragung!
Engkau beri anugerah besar, hingga aku tak mampu mensyukurinya
Manalagi anugerah elokMu yang mampu kusyukuri?

Melukis Keindahan Hidup

Menapaki jalan hidup kadang seperti menggoreskan koas pada sebuah bahan lukisan. Mulus tidaknya goresan sangat bergantung pada jiwa sang pelukis. Jangan biarkan jiwa kering dan gersang. Karena lukisan hanya akan berbentuk benang kusut.

Bayangkan saat diri tertimpa musibah. Ada reaksi yang bergulir dalam tubuh. Tiba-tiba, batin diselimuti khawatir akibat rasa takut, tidak aman, cemas dan ledakan perasaan yang berlebihan. Tubuh menjadi tidak seimbang. Muncullah berbagai reaksi biokimia tubuh: kadar adrenalin dalam darah meningkat, penggunaan energi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol, dan asam-asam lemak ikut tersalur dalam aliran darah. Tekanan darah pun meningkat. Denyutnya mengalami percepatan. Saat glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik. Setelah itu, otak pun meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh. Dan, kekebalan tubuh pun melemah.

Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama memunculkan gangguan-gangguan tubuh. Ada diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada dinding saluran pencernaan, gangguan pernafasan, dan terbunuhnya sel-sel otak.

Nalar pun menjadi tidak sehat. Tidak heran jika orang bisa melakukan sesuatu yang tidak wajar. Di antaranya, bunuh diri, marah yang tak terkendali, tertawa dan menangis yang berlebihan, serta berbagai pelarian lain: penggunaan narkoba dan frustasi yang berlarut-larut.

Kenapa hal tak enak itu bisa mulus bergulir pada diri manusia. Mungkin itu bisa dibilang normal, sebagai respon spontan dari kecenderungan kuat ingin merasakan hidup tanpa gangguan. Tanpa halangan. Tak boleh ada angin yang bertiup kencang. Tak boleh ada duri yang menusuk tubuh. Bahkan kalau bisa, tak boleh ada sakit dan kematian buat selamanya.

Ada beberapa hal kenapa kecenderungan itu mengungkung manusia. Pertama, salah paham soal makna hidup. Kalau hati tak lagi mampu melihat secara jernih arti hidup, orang akan punya penafsiran sendiri. Misalnya, hidup adalah upaya mencapai kepuasan. Lahir dan batin. Padahal kepuasan tidak akan cocok dengan ketidaknyamanan, gangguan, dan kesulitan.

Hal itulah yang bisa menghalangi seorang mukmin untuk berjihad. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah: 38)

Kedua, kurang paham kalau keimanan selalu disegarkan dengan cobaan. Inilah yang sulit terpahami. Secara teori mungkin orang akan tahu dan mungkin hafal. Tapi ketika cobaan sebagai sebuah kenyataan, reaksi akan lain. Iman menjadi cuma sekadar tempelan.

Firman Allah swt., “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3)

Saad bin Abi Waqqash pernah bertanya pada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, siapa yang paling berat ujian dan cobaannya?” Beliau saw. menjawab, “Para nabi kemudian yang menyerupai mereka dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya lemah dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (Al-Bukhari)

Kalau ada anggapan, dengan keimanan hidup bisa mulus tanpa mengalami kesusahan dan bencana. Itu salah besar. Justru, semakin tinggi nilai keimanan seseorang, akan semakin berat cobaan yang Allah berikan. Persis seperti emas yang diolah pengrajin hiasan. Kian tinggi nilai hiasan, kian keras emas dibakar, ditempa, dan dibentuk.

Memang, hakikat hidup jauh dari yang diinginkan umumnya manusia. Hidup adalah sisi lain dari sebuah pendakian gunung yang tinggi, terjal, dan dikelilingi jurang. Selalu saja, hidup akan menawarkan pilihan-pilihan sulit. Di depan mata ada hujan dan badai, sementara di belakang terhampar jurang yang dalam.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya. “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” (Al-Balad: 10-11)

Kesiapan diri tentang jalan hidup yang tak mulus itu mesti ada. Harus terus segar dalam jiwa seorang hamba Allah. Perhatikanlah senyum-senyum para generasi terbaik yang pernah dilukis umat ini. Di antara mereka ada Bilal bin Rabah. Ada Amar bin Yasir.

Masih banyak mereka yang terus tersenyum dalam menapaki pilihan hidup yang teramat sulit. Tanpa sedikit pun ada cemas, gelisah, dan penyesalan. Mereka telah melukis hiasan termahal dalam hidup dengan tinta darah dan air mata.

SYEKH IHSAN DAHLAN JAMPES KEDIRI AL GHOZALINYA INDONESIA

Salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah nusantara pada abad ke-19 (awal abad ke-20) adalah Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi. Namun, namanya lebih dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Jampes (kini Al Ihsan Jampes) di Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Namanya makin terkenal setelah kitab karangannya Siraj Al-Thalibin menjadi bidang ilmu yang dipelajari hingga perguruan tinggi, seperti Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dan, dari karyanya ini pula, ia dikenal sebagai seorang ulama sufi yang sangat hebat.

Semasa hidupnya, Kiai dari Dusun Jampes ini tidak hanya dikenal sebagai ulama sufi. Tetapi, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu falak, fikih, hadis, dan beberapa bidang ilmu agama lainnya. Karena itu, karya-karya tulisannya tak sebatas pada bidang ilmu tasawuf dan akhlak semata, tetapi hingga pada persoalan fikih.
Dilahirkan sekitar tahun 1901, Syekh Ihsan al-Jampesi adalah putra dari seorang ulama yang sejak kecil tinggal di lingkungan pesantren. Ayahnya KH Dahlan bin Saleh dan ibunya Istianah adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Jampes. Kakeknya adalah Kiai Saleh, seorang ulama asal Bogor, Jawa Barat, yang masa muda hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk menimba ilmu dan memimpin pesantren di Jatim.

Kiai Saleh sendiri, dalam catatan sejarahnya, masih keturunan dari seorang sultan di daerah Kuningan (Jabar) yang berjalur keturunan dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon, salah seorang dari sembilan wali penyebar agama Islam di Tanah Air.

Sedangkan, ibunya adalah anak dari seorang kiai Mesir, tokoh ulama di Pacitan yang masih keturunan Panembahan Senapati yang berjuluk Sultan Agung, pendiri Kerajaan Mataram pada akhir abad ke-16.

Keturunan Syekh Ihsan al-Jampesi mengenal sosok ulama yang suka menggeluti dunia tasawuf itu sebagai orang pendiam. Meski memiliki karya kitab yang berbobot, namun ia tak suka publikasi. Hal tersebut diungkap KH Abdul Latief, pengasuh Ponpes Jampes sekaligus cucu dari Syekh Ihsan al-Jampesi.

Membaca dan menulisSemenjak muda, Syekh Ihsan al-Jampesi terkenal suka membaca. Ia memiliki motto (semboyan hidup), 'Tiada Hari tanpa Membaca'. Buku-buku yang dibaca beraneka ragam, mulai dari ilmu agama hingga yang lainnya, dari yang berbahasa Arab hingga bahasa Indonesia.

Seiring kesukaannya menyantap aneka bacaan, tumbuh pula hobi menulis dalam dirinya. Di waktu senggang, jika tidak dimanfaatkan untuk membaca, diisi dengan menulis atau mengarang. Naskah yang ia tulis adalah naskah-naskah yang berisi ilmu-ilmu agama atau yang bersangkutan dengan kedudukannya sebagai pengasuh pondok pesantren.

Pada tahun 1930, Syekh Ihsan al-Jampesi menulis sebuah kitab di bidang ilmu falak (astronomi) yang berjudul Tashrih Al-Ibarat , penjabaran dari kitab Natijat Al-Miqat karangan KH Ahmad Dahlan, Semarang. Selanjutnya, pada 1932, ulama yang di kala masih remaja menyukai pula ilmu pedalangan ini juga berhasil mengarang sebuah kitab tasawuf berjudul Siraj Al-Thalibin . Kitab Siraj Al-Thalibin ini di kemudian hari mengharumkan nama Ponpes Jampes dan juga bangsa Indonesia.

Tahun 1944, beliau mengarang sebuah kitab yang diberi judul Manahij Al-Amdad , penjabaran dari kitab Irsyad Al-Ibad Ilaa Sabili al-Rasyad karya Syekh Zainuddin Al-Malibari (982 H), ulama asal Malabar, India. Kitab setebal 1036 halaman itu sayangnya hingga sekarang belum sempat diterbitkan secara resmi.

Selain Manahij Al-Amdad , masih ada lagi karya-karya pengasuh Ponpes Jampes ini. Di antaranya adalah kitab Irsyad Al-Ikhwan Fi Syurbati Al-Qahwati wa Al-Dukhan , sebuah kitab yang khusus membicarakan minum kopi dan merokok dari segi hukum Islam.

Kitab yang berjudul Irsyad al-Ikhwan fi Syurbati al-Qahwati wa al-Dukhan (kitab yang membahas kopi dan rokok) ini tampaknya ada kaitannya dengan pengalaman hidupnya saat masih remaja.
Kitab Irsyad al-Ikhwan fi Syurbati al-Qahwati wa al-Dukhan (kitab yang membahas kopi dan rokok)
Di kisahkan, sewaktu muda, Syekh Ihsan terkenal bandel. Orang memanggilnya 'Bakri'. Kegemarannya waktu itu adalah menonton wayang sambil ditemani segelas kopi dan rokok. Kebiasannya ini membuat khawatir pihak keluarga karena Bakri akan terlibat permainan judi. Kekhawatiran ini ternyata terbukti. Bakri sangat gemar bermain judi, bahkan terkenal sangat hebat. Sudah dinasihati berkali-kali, Bakri tak juga mau menghentikan kebiasan buruknya itu.

Hingga suatu hari, ayahnya mengajak dia berziarah ke makam seorang ulama bernama KH Yahuda yang juga masih ada hubungan kerabat dengan ayahnya. Di makam tersebut, ayahnya berdoa dan memohon kepada Allah agar putranya diberikan hidayah dan insaf. Jika dirinya masih saja melakukan perbuatan judi tersebut, lebih baik ia diberi umur pendek agar tidak membawa mudharat bagi umat dan masyarakat.

Selepas berziarah itu, suatu malam Syekh Ihsan (Bakri) bermimpi didatangi seseorang yang berwujud seperti kakeknya sedang membawa sebuah batu besar dan siap dilemparkan ke kepalanya.''Hai cucuku, kalau engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan batu besar ini ke kepalamu," kata kakek tersebut.

Ia bertanya dalam hati, ''Apa hubungannya kakek denganku? Mau berhenti atau terus, itu bukan urusan kakek,'' timpal Syekh Ihsan.Tiba tiba, sang kakek tersebut melempar batu besar tersebut ke kepala Syekh Ihsan hingga kepalanya pecah. Ia langsung terbangun dan mengucapkan istighfar. ''Ya Allah, apa yang sedang terjadi. Ya Allah, ampunilah dosaku.''

Sejak saat itu, Syekh Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Pulau Jawa. Mengambil berkah dan restu dari para ulama di Jawa, seperti KH Saleh Darat (Semarang), KH Hasyim Asyari (Jombang), dan KH Muhammad Kholil (Bangkalan, Madura).

Tawaran Raja MesirDi antara kitab-kitab karyanya, yang paling populer dan mampu mengangkat nama hingga ke mancanegara adalah Siraj Al-Thalibin . Bahkan, Raja Faruk yang sedang berkuasa di Mesir pada 1934 silam pernah mengirim utusan ke Dusun Jampes hanya untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan al-Jampesi bersedia diperbantukan mengajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Namun, beliau menolak dengan halus permintaan Raja Faruk lewat utusannya tadi dengan alasan ingin mengabdikan hidupnya kepada warga pedesaan di Tanah Air melalui pendidikan Islam.Dan, keinginan Syekh Ihsan al-Jampesi tersebut terwujud dengan berdirinya sebuah madrasah dalam lingkungan Ponpes Jampes di tahun 1942. Madrasah yang didirikan pada zaman pendudukan Jepang itu diberi nama Mufatihul Huda yang lebih dikenal dengan sebutan 'MMH' (Madrasah Mufatihul Huda).

Di bawah kepemimpinannya, Ponpes Jampes terus didatangi para santri dari berbagai penjuru Tanah Air untuk menimba ilmu. Kemudian, dalam perkembangannya, pesantren ini pun berkembang dengan didirikannya bangunan-bangunan sekolah setingkat tsanawiyah dan aliyah. Dedikasinya terhadap pendidikan Islam di Tanah Air terus ia lakukan hingga akhir hayatnya pada 15 September 1952.

BOOKING-IN SAYA NERAKA

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan.

Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk
disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya. Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan
kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang! “Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka
Tuhan Anda!” Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget,
lalu terdiam.

Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa
orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu. Lalu sampailah
perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus . Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar. “Bangunkan saja!” kata seorang penumpang. “Iya, bangunkan saja!” teriak yang lainnya. Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.
Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris
meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan. Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya….
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap
saat…
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk…
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah…
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbingNya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.
Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar… mumpung kesempatan itu masih ada!

Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a’lam.

Hikmah Meninggalkan Berkata Bohong

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. karena hendak memeluk agama Islam.

Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata : "Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu berbuat dosa dan payah hendak
meninggalkannya". Maka Rasulullah
menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahwa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?" "Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke
rumahnya.

Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.

Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :
"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu." Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus
mengejek. "Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawaban kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata :
"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah berarti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan.... sesungguhnya di dalam pesan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berhasil di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang
digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

review http://mahesakujenar.blogspot.com on alexa.com
free counters

Followers

 
heramkempek © . Template by: SkinCorner. SEO By: Islamic Blogger Template