Sepulang acara dzikir bersama mingguan, Seno mampir di sebuah warung didekat rumahnya. Disana telah berkumpul sahabat sahabatnya. Ada si Asep, Dadang dan Zainal. Mereka sedang asyik ngobrol sambil nikmati kopi dan singkong goreng.
“Assalamualaikum..” sapa Seno kepada sahabat2nya.
“Wa’alaikumsalam “ serempak mereka menjawab.
“Dari mana mas Seno ? “ tanya Dadang yg terkenal dengan dalil-dalil AlQuran dan Hadist yg banyak dikuasainya.
Sambil berbinar-binar matanya, Seno men jawab : “ ini loh mas, aku habis dzikir minggu pagi bersama di Masjid “Jama’ah” ..
“ Oooo.. yang jamaahnya ratusan itu ya mas Seno ?, Enak banget ya mas “ tanya si Asep polos. Sementara Zainal tersenyum saja.. sambil mata nya seperti “menerawang” seolah melihat “sesuatu”..
“ wow enak banget .. saya saja sampai NANGIS loh mendengar lantunan dzikir para jamaah..” jawab Seno, lanjutnya “ makanya kalau kalian mau MENCARI kententraman hati , yok minggu besok ikut saya untuk dzikir bersama .. disamping itu usaha saya makin lancar setelah ikut berdzikir tersebut “
“Memang mas, dengan berdzikir maka hati akan tentram.. begitu Allah berfirman dalam Al-Qur’an..” sahut Dadang yg mulai dengan dalil yg dikuasainya..
“ Aku nggak mau ah ..!! ” sahut Asep spontan
“LOH, gimana sih kamu kang Dadang, diajak kebaikan malah nolak ..” kata Dadang dengan kaget.
“Tahu nih kang Dadang, orang orang aja pengen banget loh mendapatkan HATI yang TENTRAM dan Rejeki yang banyak dengan berdzikir..” kata Seno agak emosi melihat temannya nggak mau diajak kebaikan.
“Kata Guruku, Dzikir itu bukan supaya Hati tentram apalagi rejeki yang banyak..tapi hanya untuk Allah semata..” kata Asep dengan lugu meniru pesan gurunya.
“Iya bener itu, tapi dalam dzikir itu khan kita mohon juga sama Allah supaya hati kita jadi TENTRAM dan Rejeki yang banyak.. memangnya nggak boleh ?? “ kejar Seno yang diamini oleh Dadang dng anggukan kepala.
“Weleh.. gimana ya ?? “ Asep kebigungan ditanya seperti itu, karena si Asep bukanlah ahli merangkai kata-kata untuk menjelaskannya.
“Gimana kang Zaenal ?? kok sampeyan malah senyum senyum aja, mbok ya ikutan urunan rembuk “ pinta Asep kpd Zaenal yg dikenal sebagai orang yang ‘adem-adem’ saja menyikapi segala sesuatu yang terjadi.
“ Oh iya kang Zaenal tolong dijelaskan sama kami , gimana solusinya “ pinta Seno yang agak segan sama temannya yang satu itu.
“ Ah nggak usah.. dalil-dalilnya sudah jelas kok dalam Al Quran dan Hadist mengenai itu “ sahut Dadang karena dia merasa cukup dng ilmunya.
Zaenal hanya tersenyum saja melihat kelakuan teman-temannya.. malahan dia nyruput kopinya dan menyalakan kreteknya....
“Ayo dong kang Zaenal...” kejar Asep dan Seno...
“Apanya yang ayo ? “ malah Zaenal bertanya kepada mereka
“ Ya itu.. tolong jelaskan sama kami mengenai dzikir bersama ..” kata Seno
Karena didesak terus akhirnya dia berkata “ Begini.. “
“ Kalian sama – sama benar kok “
“Loh gimana sama benarnya kang “ sahut Dadang penasaran..
Zaenal meneruskan dengan intonasi kalimat yang “datar” saja : “ Kondisi ruhani kalianlah yang ”menyebabkan” pemahaman-pemahaman mengenai dzikir itu menjadi berbeda..”
“ Coba lebih jelas kang Zaenal, baiknya bagaimana..” pinta Seno
Dengan bijak Zaenal menyambung penjelasannya “ Baiknya, kita ini sambil melakukan dzikir atau sebelumnya, kita lebih mengenal siapa yang kita DZIKIRI itu.. sifat-NYA, Asma-NYA, dan Af’al-NYA..”
“Dilihat dari kacamata Hakikat, tidak ada perbuatan makhluk sekecil apapun yang menyebabkan ALLAH meng-anugerah-kan sesuatu kepada makhluk-NYA..”
“ Dalilnya apa kang Zaenal ??” potong Dadang
Sambil tersenyum Zaenal menjawab “ Coba kita ingat dalam surat Al-Ikhlas ayat 2, ALLAHU SHOMAD.. Allah adalah tempat bergantung seluruuuuuuh ciptaannya. Yang namanya tempat bergantung , ya diam dan geraknya makhluk baik lahir maupun batin (niat yg terlintas contohnya) adalah semata karena didiamkan dan digerakkan oleh ALLAH, karena DIA lah yang ESA, TUNGGAL dalam mengatur ciptaan-ciptaan-NYA... ALLOHU AHAD ...”
“Kalau begitu .. saya nunggu digerakkan oleh Allah untuk berdzikir aja , baru saya mau berdzikir..” potong Dadang dengan nada menolak sekaligus menguji ..
Lanjut Zaenal dengan lembut “ Begini kang Dadang... kebanyakan manusia seperti kita ini masih TERHIJAB dengan ALLAH, terhijab dengan diri kita sendiri, sehingga kita tidak dapat “melihat” dan “mendengar” Af’al (perbuatan) Allah karena “pantulan” dari Asma dan Sifat-NYA yang “ADA” bersama DZAT-NYA...”
“Tapi Allah sayang sama kita dan menginginkan kita berserah diri kepada-NYA kepada hamba-hamba-NYA yang dikehendaki, maka “diturunkanlah” ajaran SYARIAT lewat Rasul-NYA, baik berupa Al-Qur’an maupun As-Sunah..sebagai bentuk TARBIYAH ILLAHIYAH ( pengajaran Allah ) kepada makhluknya terutama manusia ”
“ Kita yang masih terhijab haruslah menjalankan Syariat-NYA.. beribadah, berdzikir, sholat, puasa, haji, zakat, bermuamalah dengan sesama dengan baik dan sebagainya..”
Sementara Seno, Asep bahkan Dadang yang biasanya “rewel” terdiam mendengarkan penjelasan temannya yang satu ini.. seolah mereka melihat secercah CAHAYA dalam hatinya masing masing..
Lanjut Zaenal “ CUMAAAAA.. Jangan lupa.. seluruuuuuuh aktifitas Syar’i kita tersebut harus dilandasi dengan ALLOHU AHAD dan ALLOHU SHOMAD.... bahwa itu semua terjadi semata atas karunia ALLAH dan hanya untuk ALLAH dalam merealisasikan Kehendak-NYA yang masih berupa “PERBENDAHARAAN TERSEMBUNYI” dalam Diri-NYA... seperti dalam firman-NYA “Barang siapa yang hendak berjumpa dengan-KU, maka beribadahlah kamu dan JANGAN MENYEKUTUKAN-KU..”
“Yap !!.. JANGAN MENYEKUTUKAN-NYA dengan diri kita... kalau ada muncul di hati kita bahwa aktifitas ibadah kita termasuk dzikir didalam hati sekalipun akibat ikhtiar kita.. maka kita termasuk orang-orang yang SYIRIK.. Naudzubillah mindzalik....”
“Astaghfirullah al adzim....” seru mereka berbarengan, sambil mengusap wajah mereka..
“ Lalu kang, bagaimana dengan keinginan kita supaya hati kita biar tentram dan rejeki supaya lancar..? “ tanya Seno
Zaenal menjawab “ Begini mas Seno, silahkan saja mas Seno memohon Hati yang tentram dan Rejeki yang Lancar.. hanya tempatnya di DOA... dan sewaktu berdoa kita jangan seolah “ MEMAKSA ALLAH” dalam doa kita.”
“Berdoa-lah... dengan hati yang ber-TAUHID.. karena dikhawatirkan kalau tidak terpenuhi keinginan kita yaitu hati yang tentram dan rejeki yang lancar maka kita malah jadi TIDAK MAU berdzikir dan berdoa lagi.. lalu dilanjutkan dengan SU’UDZHON (buruk sangka) kepada ALLAH yang akhirnya kita “TERLEMPAR” Jauh dari ALLAH....Wah itu malah berabe...”
Tidak terasa mereka bertiga mengingat-ngingat kelakukan mereka dalam beribadah yg selama ini mereka jalankan...... Hati mereka menangis.. Astagfirullaaah.... saya mohon ampun kepada-MU ya Rabb..
Lanjut Zaenal..” Yang sudah ya sudah... hidup ini kedepan.. jangan sampai perasaan dosa kita malah menjadi beban untuk melangkah menuju kepada ALLAH, untuk berserah diri bersama ALLAH.. dan yang harus diingat JANGAN LAH seluruh aktifitas ibadah kita sering sering kita “lihat” dan “nikmati” bentuk dan bacaannya , karena biasanya HATI kita kehilangan moment akan “KEHADIRAN” Allah itu sendiri yang menyebabkan kita bisa beribadah...”
Dadang dengan mata berkaca-kaca, langsung menubruk Zaenal. Dipeluknya sahabatnya yang satu ini dengan erat-erat sambing berbisik...” Tolong bimbing saya kang......”
Kamis, 21 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar