Secara historis pencetus pertama pikiran ini adalah Jamaluddin Al-Afghani, seorang filsuf dan budayawan Islam. Semua konsep yang dibicarakan oleh Al-Afghani dan seterusnya diajarkan kepada para muridnya tentang pan-Islamisme adalah rangkuman lawatannya ke benua Eropa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh L. Stoddard, dasar pergerakan yang diusung oleh Afghani lebih kepada usaha pembendungan dominasi barat yang mulai menjelajahi dunia Islam.
Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama munculnya pemikiran pan-Islamisme, yaitu:
1. Dunia Kristen, walaupun terpisah secara geografis, budaya, dan nasab namun akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan untuk menghadapi dunia Islam.
2. Meskipun secara gamblang peran salib telah tuntas, namun semangat dan idiologi untuk selalu mengobarkan lagi tetap hidup di kalangan umat Kristen. Hal ini bisa dibuktikan melalui perlakuan diskriminatif umat Kristen kepada umat Islam di beberapa tempat.
3. Perbedaan pemahaman tentang agama yang sangat berbeda antara agama Islam dan agama lainnya.
4. Al-Afghani menyimpulkan bahwa kebencian umat Kristen terhadap Umat Islam bukan hanya dating dari sebagian umat Kristen namun berasal dari semua lapisan masyarakat.
5. Kurangnya aspresiasi dunia kepada umat Islam, khususnya umat Kristen pada beberapa ideologi fital agama Islam.
Dengan berbagai pertimbangan yang diantaranya telah disebutkan di atas, maka Al-Afghani menggulirkan pemikiran tentang perlunya pemersatuan umat Islam yang selanjutnya dikenal dengan nama pan-Islamisme. Tujuan pasti al-Afghani adalah melakukan filter dini kepada gejala perpecahan yang telah kelihatan pada zaman itu.
Di beberapa keadaan, pan-Islamisme sering dikaitkan dengan usaha modernisasi Islam yang juga diusung oleh al-Afghani dan murid-muridnya seperti Muhammad Abduh, dkk. Pada dasarnya dua paham ini bukanlah sinonim, lebih tepatnya modernisasi adalah gejala atau sarana dari pan-Islamisme. Munculnya kegiatan pembaharuan dalam agama Islam adalah aplikasi nyata dari program pan-Islamisme yang ditawarkan oleh al-Afghani.
Secara individu Afghani adalah penolak keras adanya paham kolonial yang menghantui hampir di semua dunia Islam di kala itu. Sebagai seorang filsuf dan agamis sikap dan pemikiran Afghani selalu berbenturan dengan paham fatalisme (berhubungan dengan takdir). Untuk mengetengahi masalah fatalism dalam agama Islam, Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan usaha perebutan peradaban, kebudayaan dan pengetahuan dari barat. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari semua itu dari barat. Diharapkan dari semua sikap ini maka umat Islam lebih bersifat dinamis dan mampu melakukan kritik sosial dalam menghadapi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan.
Melalui propaganda yang rapi apalagi didukung oleh Sultan Abdul Hamid dari Turki Utsmani yang mendirikan organisasi seruan pan-Islamisme dan pengiriman delegasi ke Negara-negara Islam selama 30 tahun.
Hubungan paling kongkrit antara pan-Islamisme dengan modernisasi Islam terlihat pada pandangan kenegaraan yang diusulkan oleh Afghani dan murid-muridnya. Memang harus diakui, pemerintahan Negara atau kerajaan Islam yang dimulai dari masa Kekhalifaan Utsmani memiliki konsen yang sangat besar kepada bentuk negara atau kerajaan dengan system monarki absolut. Sehingga Afghani menawarkan system demokrasi sebagai jalan keluar yang tepat sebagai bentuk ideal negara Islam. Lebih kongkritnya Afghani bahkan memberikan pertimbangan untuk memakai sistem pemerintahan republik. Bahkan lebih jauh Afghani menyatakan bahawa sebenarnya Islam menghendaki penggunaan sistem pemerintahan republik bagi umat Muslim.
Dasar pendapat yang dikeluarkan oleh Afghani ini terbentuk oleh berbagai stigma yang terkumpul dari lawatan panjang Afghani ke beberapa negara Eropa sebelumnya. Menurut Afghani keunggulan sistem republik adalah kebebasan dalam mengedepankan pendapat dan kesamaan status dalam hukum dan pemerintahan. Ditambah lagi republik sangat menjaga hubungan kepala negara dengan Undang-undang negara. Lebih jelasnya, sistem republik sangat memperhatikan kepatuhan antara kepala pemerintahan dengan undang-undang yang dibuat oleh sebuah Negara. Pendapat yang diusulkan oleh Afghani ini tentu merupakan hal baru dalam perkembangan agama Islam. Sebelum munculnya gagasan Afghani ini Islam dan lingkungan hanya mengenal sistem pemerintahan kerajaan atau kesultanan.
Secara mudah bisa dijelaskan hubungan antara pan-Islamisme dan modernisasi Islam ini dengan wacana bahwa Pan-Islamisme Al-Afghani adalah sebuah gerakan pemersatu antar Negara-negara Islam termasuk umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman para pengusa (penjajah ekstern atau intern) yang lalim, termasuk menentang kolonialisme dan imperialisme Barat sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan keadilan.
SEJARAH HINGGA 1949
* Deklarasi Balfour 1917
2 November 1917. Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.
* Revolusi Arab 1936-1939.
Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.
* Teks 1922: Mandat Palestina Liga Bangsa-bangsa
* Mandat Britania atas Palestina
* Rencana Pembagian Wilayah oleh PBB 1947
* Deklarasi Pembentukan Negara Israel, 14 Mei 1948.
Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.
* Perang Arab-Israel 1948
* Persetujuan Gencatan Senjata 1949
3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.
* Exodus bangsa Palestina
1949-1967
* Perang Suez 1956
* Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri pada Mei 1964Tujuannya menghancurkan Israel.
* Perang Enam Hari 1967
* Resolusi Khartoum
* Pendudukan Jalur Gaza oleh Mesir
* Pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Yordan
1967-1993
* Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
* 1970 War of Attrition
* Perang Yom Kippur 1973
* Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978
* Perang Lebanon 1982
* Perang Teluk 1990/1
* Kesepakatan Damai Oslo antara Palestina dan Israel 1993
13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa “memerintah” di kedua wilayah itu. Arafat “mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai”.
28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.
* Intifada pertama
1993-sekarang
* Kerusuhan terowongan Al-Aqsa
September 1996. Kerusuhan terowongan Al-Aqsa. Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.
* 18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
* Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
* 19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.
* Intifada al-Aqsa
Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
* KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
* Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
* Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
* 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
* Peta menuju perdamaian.
* Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
* Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
* Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
* Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
* November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
* Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.
Minggu, 15 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ PAN ISLAMISME JAMALUDIN AL AFGHANI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar