Helai demi helai huruf kalam-Mu kutelisik,
Alif pun muncul tak berbisik
Alif-Mu ku eja A..A..A.AA dalam ruh jiwaku
Hati pun meraba menebar cahaya
Alif-Mu tegak bak cagak
Ombak kemunafikan pun tak lagi berlagak
Aha……… Alif-Mu berdendang
Mengantarkanku bertandang dalam ba’-Mu
Alif-Mu muara dari titik hitam
Yang terus menyusun kata,
Menjadi kata, kata bertahta,
Kata terurai menjadi kamat-kalimat,
Indah indah sekali tak bermuiara,
paragraf pun tertata manis menuansa surgawi.
Alif-Mu
Kini dibaca namun kemunafikan tetap merajalela
Alif-Mu
Kini bersenandung ria
namun banyak orang masih bertahta tak punya rasa
Alif-Mu
Kini bertandang diseantero dunia,
namun kerusakan merajalela.
Dulu………
Kuffar-kuffar itu tunduk tak berkutik kerena I’jaz kalamu
yang indah merona.
Macan-macan garang pun lesuh terbingkai alifmu
Umar contohnya.
Sastrawan lintas zaman itu
tak akan pernah mampu melawan alf- alif-alif alif-alif-alif Mu
yang penuh mutiara
yang tidak akan pernah terungkap dengan tuntas
Lontar lontar bertuliskan tinta
Emas pun tak mampu mertanding,
ia tenggelam dalam kegamangan.
Wahai pemilik Alif
Wahai pemilih Alif
Akanku rayu engkau dengan takbirku
Akanku rayu engkau dengan tahmidku
Akanku rayu engkau dengan Alif-alif-alif dunia ronaku.
Ta’ajubku akan kubalut rindu
Menuai kasih cinta yang tak berkata
Diamabang firdausmu kutunggu belaian kasih dan rindu
Tuhan…
Alifmu tak akan pernah rapuh oleh masa
Tak akan pernah terbakar oleh bara
Tak akan pernah hancur dengan gempa
Alif-mu abadi selamanya
Biarlah wanita-wanit genit berselingkuh
dengan syaitan,
tuk menabuh gendrang kegelapan
Alifmu akan selalu terang menawan
Biarlah pelacur-pelacur kemunafikan
berangsung menuai laknat,
alifmu tak akan pernah penat, penat berkalam dan bersua.
Biarlah cecukong-cecukong kegelapan bersatu padu menebar keangkungan,
merobek-robek lontar-lontar
Alifmu kan tetap bermusafir dalam suaka
keindaan, ketenangan dan kesejahteraan
Alif---alif---alif—kan kueeja engkau selalu,
lewat malamku, siangku dan tafakkurku….alif.alif
ALIF DALAM SAMUDARA KALAM
Label:
halimi zuhdy,
sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar