Dalam Dunia Tasawwuf, perjalanan spiritual manusia menuju Allah SWT. itu akan menapaki jenjang tahapan tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan 'abid yaitu orang yang beribadah kepada Allah SWT. dengan tujuan ingin masuk surga dan selamat dari siksa neraka.
2. Tahapan mukhlis yaitu orang yang beribadah hanya semata mata karena Allah SWT. bukan karena ingin masuk surga, ataupun selamat dari neraka.
3. Tahapan muhib yaitu orang yang cinta kepad Allah SWT.
4. Tahapan 'Arif yaitu orang yang ma'rifat kepada Allah SWT.
Dalam perjalanan tahap muhib menuju ke tahapan 'Arif seseorang akan mengalami empat tahapan tajally (kesadaran terdalam setiap individu untuk merasakan keberadaan kekuasaan Allah swt. yang ada didalam hati):
1.Tajalli 'Af'al
2. Tajalli Sifat
3. Tajalli Asma'
4. Tajalli Dzat
Apabila ia telah sampai pada tahapan tajalli dzat. maka berarti ia tengah berada pada maqom'Arifin (ahli ma'rifat).
Perjalanan menuju Allah SWT. itu memang membutuhkan waktu yang sangat lama sekali lebih lebih bagi hati yang kurang bersih, tergantung kadar serta usaha seseorang dalam penyucian hatinya. Karena beragamnya kondisi atau watak hati manusia, Imam Ibnu 'Athoillah menggambarkan hati itu seperti "Tanah" :
1. Adakalanya tanah yang digali sedikit saja, sudah bisa keluar mata airnya. Ini adalah gambaran bagi hati seorang yang bersih. Misalnya, mereka yang membiasakan membaca Sholawat Syadziliyyah saja sudah nampak (keluar) ilmu laduniyyah nya (ilmu yang langsung dari Allah SWT. secara spontanitas, tanpa belajar)
2. Adakalanya tanah yang digali sampai dalam, tapi tetap saja tidak keluar mata aimya, karena kondisi tanahnya yang tandus, gersang dan berbatu. Hal ini adalah gambaran hati yang kurang bersih. Misalnya walaupun sudah sering Sholawat Syadziliyyah, bahkan telah di bai'at mengamalkan Thoriqoh Syadziliyyah dan Thoriqat Qodiriyyah selama 10 tahun atau lebih, akan tetapi belum juga keluar mata airnya (Hikmah), karena kurang memperhatikan masalah "hati".
Tanah yang tandus., sebagaimana hati kita umumnya membutuhkan siraman dan harus diisi dengan air yang berasal dari sumber mata air yang lain, agar tetap terawat dan subur. Sebab apabila tidak diisi, maka tanah tersebut akan gersang selamanya. Begitu pula hati orang yang kurang bersih, harus diisi dengan cara mengikuti pengajian, majlis ta'lim dan siraman rohani lainnya. Apabila tidak demikian, maka perjalannya menuju Allah SWT. akan sulit, bahkan dapat tersesat.
Disinilah pentingnya peranan seorang Guru Mursyid yang awas mata bathin nya, untuk membimbing dalam perjalanan spiritual thoriqoh agar kita tidak tersesat. Dan berhati hatilah apabila akan mengisi. Carilah sumber air yang bersih, jangan sampai diisi dengan air kotor dan keruh. Begitu pula dalam mengisi hati, lihatlah dulu siapa yang mengaji dan apa alirannya, jauhilah aliran bid’ah (ahli bid'ah), sebab itu akan menambah rusaknya hati. Pilihlah aliran yang mengikuti Ahlis Sunnah Wal Jama'ah, aliran thoriqoh mu'tabaroh. Juga lihat dulu kitab apa yang dikajinya, kitab Mujarrobat kah? atau kitab kitab kema'rifatan yang tidak mu'tabar (kitab kitab yang kebenaran ajarannya tidak akui oleh para 'Ulama), yang menyebabkan perjalanan kita nanti akan tersesat bahkan bisa membuat gila atau stres.
Ketahuilah, bahwa proses suluk dan wushul kepada Allah swt. itu ada ilmunya dan harus dibimbing oleh seorang Guru (mursyid kamil). Seperti yang telah di ungkapkan oleh syekh Abdul wahab Asy Sya'roni didalam kitab "Al 'Uhud Al Muhammadiyyah: "Barang siapa yang tidak berguru, maka gurunya adalah syaitan". Dan syekh Abu Yazid Al Busthomi berkata: "Barang siapa yang tidak mempuyai guru, maka gurunya adalah Syaitan." Kebanyakan orang yang stres dalam mencari kema'rifatan, disebabkan oleh tidak adanya guru yang membimbing (Mursyid Kamil) atau terkadang punya guru akan tetapi salah niat.
Dalam Kitab Ummul al Barohain karangan Imam Muhammad bin Yusuf as-Sanusi menyebutkan syarat seorang yang patut sebagai Guru kamil yaitu:
Pertama, Orang yang dikokohkan dengan cahaya mata hati oleh Allah,
Kedua, Hatinya yang zuhud dari "dunia,
Ketiga, Belas kasih kepada orang miskin,
Keempat, Belas kasih kepada sesama mukmin yang lemah.
Lima ajaran dasar dalam Thoriqot Syadziliyah, yang menjadi tujuan utama dan diperhatikan oleh para pengikut thoriqoh ini antara lain:
Pertama, Taqwa kepada Allah secara hakikat maupun syari'at
Kedua, Mengikuti Sunnah Nabi SAW baik dalam ucapan maupun tindakan,
Ketiga, Jiwa yang berpaling dari Makhluk, baik berkenan dengan makhluk maupun tidak,
Keempat, Ridlo kepada Allah, baik diberi anugerah maupun banyak,
Kelima, kembali kepada Allah, baik dalam suka maupun duka.
Orang yang menempuh perjalanan menuju Allah SWT akan menghadapi tahapan tahapan nafsu dan tahapan tahapan maqom. Dalam dunia tasawwuf ada tujuh macam nafsu dengan berbagai ciri masing masing, tahapan nafsu yang paling bawah adalah Nafsu Ammarah. Tanda atau perangai (watak kepribadian orang yang bernafsu ini banyak sekali diantaranya adalah sifat riya', pemarah, dsb. Kesemua sifat yang tercela (al Akhlaq Madzmumah) itu harus diperangi dan diriyadlohi (dilatih). Dalam istilah ilmu tasawwuf proses ini dinamakan "Takholli", yaitu merubah sifat sifat tercela menjadi sifat yang terpuji atau al Akhlaq al Mahmudah. Sehingga yang asalnya kikir bisa rnenjadi dermawan, yang riya' menjadi ikhlas, yang asal pemarah menjadi penyabar, yang asalnya sombong menjadi tawadlu'.
Kesemuanya itu dilatih dengan sungguh sungguh untuk dapat meningkat ke tahapan nafsu selanjutnya yang lebih tinggi yaitu Nafsu Lawwamah.Begitupula halnya sifat sifat nafsu lawwamah yang buruk itu harus dilatih agar menjadi sifat yang terpuji sehingga meningkat lagi menuju Nafsu Muthma'innah dan begitu seterusnya sampai ketingkat Nafsu Rodliyah atau Mardliyah.Masa masa yang sangat berat dan berbahaya, adalah ketika seseorang tengah mecapai Nafsu Mulhimah, sebab ia diberi "ketersingkapan" (Mukasyafah) oleh Alloh swt., sehingga ia diberi kemampuan untuk mengetahui hal hal yang bersifat ghoib, mengetahui kehendak hati orang lain, serta dapat menyibak sesuatu yang akan terjadi.
berdasar keterangan KH. Mohammad Jamaluddin Ahmad
Pengasuh Pesantren Al-Muhibbib Tambak Beras,Jombang
Rabu, 07 Oktober 2009
heramkempek
→
religare
→ TASAWUF
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar