Halimi Zuhdy
Erangan kepedihan itu
Selalu terngiang dalam gendang telinga
Muncrat darah,
Begitu membekas di kelopak mata
Teriakan histeris begitu keras
Yang muncul dari mulut sang pahlawan bangsa
Badan hancur, entah kemana
Tangan, kepala, kaki betebaran tuk membela bangsa
Tak ada kata yang terus berhembus kecuali MERDEKA
Subhanallah
Teriakan Merdeka
yang dulu kebanggaan
kini berubah permainan
Merdeka
Yang dulu hadiah keistimewaan
Kini sebuah goyangan
Merdeka yang dulu, darah pertaruhan
Merdeka kini jadi proyek uang saku para pejabat
Merdeka...merdeka....merdeka
Yang dulu, teriak histeris demi anak bangsa
Kini sebagai pengembira untuk para penguasa
Merdeka..merdeka
Mereka berteriak, demi sebuah kehormatan
Kini…… tak lagi ada suara
Yang ada adalah penghianatan
Kita tak lagi merdeka
Karena penjajah tetap bersua
Sorga Indonesia, digali menjadi parit
Lahan-lahan subur, ditumbangkan menjadi lahan neraka
Pohon-pohon tumbuh dari tangan kemerdekaan
Kini didera tangan penghianatan
Indonesia subur,
penghasil bubur,
Asing menjadi terhibur
Karena Bapak-bapak kini tak lagi menganggur
Meskipun kehormatan kini tak lagi beranggur
Tapi penuh dengan kasur
Agar penguasa senang, melihat yang syur-syur
Ya..itulah...mudah-mudahan kita tak suka akan kebu
Ya..Rabb
Demi Bangsa
Kutengadahkan hati dan tanganku kehadirat-Mu
Berilah setetes kemerdekaan yang sebenarnya
Untuk menuju kemerdekaan yang abadi
Abadi dalam peluk dan rindu-Mu
17 Agustus 2009
MERDEKA ATAWA PETAKA ‘64
Label:
halimi zuhdy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar