Sudah cukup jauh rasanya saya membawa pembaca untuk berpikir lebih luas, semata untuk mengajak memahami bahaya yang terselubung yang mungkin masih jauh dari pandangan, namun saya melihatnya dekat. Adapun karakteristik yang khas yang telah menjadi tabiat manusia kebanyakan, bahwa jika bahaya belum ada di depan mata atau merasakan langsung bagaimana di tengah gempa, peperangan atau malapetaka lainnya, tidaklah cukup untuk menggugah kesadarannya untuk sama-sama berjuang.
Kemarin ketika saya pulang kampung, saya dapati disana kejahatan mulai menggejala, modus-modus yang sudah dikenal di lain tempat mewabah disana. Mungkin sebentar lagi masing-masing wilayah punya portal dan sulit bagi kita untuk leluasa memasuki wilayah tersebut. Kecurigaan-kecurigaan karena beberapa peristiwa yang tidak dipahami dengan benar mengarah kesana, belum lagi dukungan media yang sekedar menyampaikan saja (atas nama kebebasan pers) tanpa dibarengi dengan perspektif keimanan, tentunya akan melahirkan kehancuran demi kehancuran tanpa disadari. Jika seseorang tidak siap maka ia akan memilih untuk cuek saja.
Inilah yang saya sebut tabiat, jika belum ada kehancuran total dimana-mana susah rasanya bagi kita untuk bergerak bersama-sama memerangi ketidakadilan dan kembali kepada agama yang benar dengan menjalankan dengan sungguh-sungguh.
Kenyataan membuktikan kemakmuran dan kedamaian bukanlah faktor utama untuk menunjang masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Alloh. Namun sebaliknya justru kemakmuran dan kedamaian menjadi tuhan lain disisi Alloh. Tidak adanya motifasi untuk memperjuangkan diri bahwa hidup dari segi keimanan adalah mengenal Alloh dan pelaksanaannya adalah beribadah sampai datangnya ajal.
[10.11] Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.
[10.12] Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
[10.13] Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kelaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.
[10.14] Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.
Betapa banyak ayat-ayat yang serupa dengan ini, namun tidak sedikitpun kita tergugah. Agama bukan lagi sebagai dasar untuk memandang kesemuanya. Namun sebaliknya malah mencari penolong-penolong praktis dan instan, seperti pergi ke dukun atau mencari superhero yang penuh keajaiban sesuai apa yang diidamkannya.
Wahai saudara... adakah kita mengingat Alloh saat terjepit saja?
Adakah kegelisahan yang mendorongmu untuk mencari kedamaian?
Jika apa yang saya lihat ini benar, tidak ada yang sama-sama kita tunggu datangnya superhero Isa Al Masih.
Namun pertanyaannya jika ia datang dari langit, langit manakah sekiranya ia turun dan semua orang menyaksikan dan membenarkan, bahwa benarlah ia oranganya?
Jika ia datang sebagai orang yang tak dikenal akan ia diterima di masyarakat sedangkan mungkin portal ada dimana-mana, mungkin ia lebih dulu berhadapan dengan hansip atau petugas keamanan lainnnya?
Jika betul lolos dari kemungkinan diatas maka tidak ada datangnya kiamat dengan tiba-tiba seperti apa yang diisyaratkan Al-Qur'an. Saya bukan mengajak untuk mengingkari namun mengajak untuk mengoreksi suatu pemahaman.
Banyak kita jumpai akan suatu prediksi masa depan, seperti halnya kitab Jayabaya dan kitab-kitab lain bahkan semua kaum terdahulu mempunyai, yaitu berkenaan dengan datangnya superhero dimana huru-hara akan dialami suatu masa.
Jika kita pahami tentang fitrah dan sunatulloh insya Alloh kita bisa membenarkan atau malah membuat prediksi serupa namun bukan berdasarkan dugaan akan tetapi analisa.
Hal lain yang saya tangkap bahwa ketika seseorang tidak lagi menemukan kedamaian dalam menjalankan syariat ia akan cenderung mencari makrifat atau hakikat. Ada satu hal yang saya kecam pada dunia makfrifat adalah memisahkan diri dari syariat, seolah menjadi disiplin ilmu lain dan tidak ada hubunganya sama sekali, bahkan lebih serupa dengan pengamalan keagamaan lain bahkan condong kepada animisme. Saya tidak memungkiri bahwa banyak inspirasi dari para pendiri tarekat, namun pada perkembangannya tidak sedikit yang justru terjerumus pada pengkultuskan individu ataupun golongan.
Seperti yang sudah saya kemukakan sebelumnya bahwa ada tahapan dalam keimanan apapun itu namanya seseorang akan merasakan nantinya, namun yang perlu di koreksi pada diri kita "apakah termasuk pencari sorga, atau pencari pencipta sorga?" Kalau mencari pencipta sorga ketemulah sorga, kalau mencari sorga saja di dunia inipun banyak. Adalah suatu kebiasaan masa lalu yang harus disadari seseorang yang menghendaki pahala namun tidak memperhatikan apa yang menggugurkan pahala, pada perkembangannya bisa diterlusuri pemahaman selanjutnya seperti apa. Tidak ada jalan lain untuk menjawab kesemua ini adalah menghadapkan diri kepada JalanNYA dengan selurus-lurusnya. Tengoklah niat, ketakutan, kecintaan, dan sifat-sifat kita yang lain diberikan kepada siapa?
Ketahuilah bahwa jika kita terbiasa menunggu keajaiban tidak mustahil bahwa pada titiknya nanti hanya ada perbedaan tipis antara Al Masih Dajjal dengan Isa al Masih. Dimana dari segi pengetahuan bahwa propaganda mengatakan "kebenaran yang dirubah sedikit", begitu juga dengan ilmu kita boleh menemui orang yang berkata benar namun tidak sesuai dengan hatinya.
Disinilah saya sarankan untuk tidak fanatik kepada orang ataupun golongan namun lebih dulu membedakan dan pandai-pandai menempatkan diri pada pihak yang benar, karena yang ditakutkan justru seseorang tidak lebih meneruskan mimpinya atau masa lalunya saja, dimana objek mimpinya senantiasa menuntunnya. Jika benar-benar ingin mendekatkan diri kepada Alloh apapun bisa menjadi tangga dan Allohlah yang akan membimbing dan menjadi penolongnya, dengan terlebih dahulu kita mengenali sifat-sifatNYA. Dalam surah Al-Ikhlas sudah cukup menjadi kerangka untuk kita berangkat mengenal Alloh.
[10.104] Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman",
[10.105] dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
[10.106] Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim".
[10.107] Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[10.108] Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu".
TABIAT MANUSIA
Label:
artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar