1.
Termasuk hal-hal yang dapat mendatangkan kesenangan dan menghilangkan kesedihan adalah "Berusaha menghilangkan faktor yang menyebabkan kesedihan tersebut serta berusaha mencari faktor yang dapat mendatangkan kesenangan yang diinginkan." Caranya yaitu melupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin bisa diatasi. Juga harus memahami, menyibukkan pikiran dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan sia-sia, tidak berguna, dan gila. Dengan demikian dia berusaha agar hatinya tidak lagi memikirkan hal-hal tersebut, berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya kekurangan, perasaan takut atau lainnya dari kekhawatiran yang dia bayangkan pada masa depan. Maka dia memahami bahwa masa depan tidak bisa diketahui, termasuk di dalamnya masalah kebaikan, kejelekan, harapan-harapan dan musibah. Semuanya berada di Tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia tidak kuasa apa-apa kecuali berusaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudharatan.
Dengan demikian seorang hamba mengetahui, bila dia tidak gelisah memikirkan nasibnya yang akan datang, ber-tawakkal kepada Allah untuk memperbaiki nasibnya serta merasa tentram dengannya, maka hatinya akan tenang, kondisinya akan membaik dan akan hilang kesedihan dan kegelisahannya.
2.
Termasuk hal yang paling berguna untuk menyambut masa depan yang baik adalah: "Menggunakan do'a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu keterlepasan bagiku dari setiap keburukan." (HR. Muslim)
Begitu pula do'a beliau:
"Ya Allah, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau." (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)
Bila seorang hamba memanjatkan do'a ini -untuk kebaikan agama dan dunianya pada masa yang akan datang- disertai hati yang hadir, niat yang benar dan memang berusaha untuk itu, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabulkan do'a, harapan dan apa yang dia usahakan. Berubahlah kesedihannya menjadi kebahagiaan dan kesenangan.
Dzikir, Ingat Nikmat, dan Melihat ke Bawah
1.
Termasuk faktor utama yang mendatangkan sikap lapang dada dan ketenangan adalah "Banyak dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." Dzikir kepada Allah Subha-nahu wa Ta'ala itu memberikan pengaruh ajaib untuk mendapatkan sikap lapang dada dan ketenangan serta menghilangkan kesedihan dan musibah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang." (Ar-Ra'du: 28)
Dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala itu akan memberikan pengaruh yang besar dalam menggapai bahagia. Karena dia mempunyai keistimewaan dan karena adanya harapan hamba untuk mendapatkan pahala dan balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2.
Di antaranya pula adalah: "Ingat dan membicara-kan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tampak maupun yang tidak tampak." Dengan mengetahui dan membicarakannya niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menolak kesedihan yang ada dan mendorong hamba untuk selalu bersyukur. Syukur adalah sikap yang sangat mulia dan berkedudukan terpuji, bahkan walaupun dia berada dalam kondisi fakir, sakit dan berbagai macam ujian lainnya. Bila seorang hamba ingin membandingkan antara nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang banyaknya tidak dapat dihitung dengan jumlah musibah yang menimpa, tentu musibah itu tiada artinya.
Bahkan, bila ada musibah yang menimpa hamba lalu dia hadapi dengan kesabaran, rela dan sikap menerima, maka akan ringanlah bebannya. Sementara, harapannya mendapatkan pahala Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ibadahnya kepada Allah dengan menjalankan perintah bersabar dan rela, akan mengubah sesuatu yang pahit menjadi manis. Manisnya pahala membuatnya lupa akan pahitnya sikap sabar.
3.
Termasuk faktor yang sangat mendukung dalam hal ini adalah "Mengikuti petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits shahih." Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Lihatlah orang yang ada di bawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian. Sesungguhnya hal ini (lebih baik bagi kalian sehingga kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila seorang hamba meletakkan di depan matanya cara pandang yang mulia ini, dia akan melihat bahwa dirinya mengungguli sebagian besar orang dalam masalah kese-hatan dan rezkinya, bagaimana pun kondisi dia sebenar-nya. Dengan demikian akan hilanglah kegelisahan, kese-dihan dan musibahnya, dan bertambahlah perasaan se-nangnya serta harapannya untuk mendapatkan juga nik-mat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada orang-orang yang ada di atasnya.
Setiap kali seorang hamba merenungi nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala baik yang tampak maupun tidak tampak, urusan agama maupun duniawi, dia akan mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan kepadanya banyak kebaikan dan mencegah berbagai bencana. Dan pasti, hal ini dapat menghilangkan kesedihan dan mendatangkan kebahagiaan serta kesenangan.
JANGAN TERGESA-TERGESA DALAM MENGHARAP TERKABULNYA DOA
Salah satu kesalahan yang dapat menghalangi terkabulnya do'a adalah ketergesa-gesaan seorang hamba. Ia menganggap do'anya lambat dikabulkan, lantas ia merasa jenuh dan letih, sehingga akhirnya meninggalkan do'a. Ini ibarat orang yang menabur benih atau menanam tanaman, kemudian ia menjjaga dan menyiraminya. Namun, karena merasa terlalu lama menunggu hasilnya, orang itu pun membiarkan dan mengabaikan tanaman tersebut.
Dalam Shahih al-Bukhari terdapat sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لمَ يَعْجَلْ ، يَقْوْلُ : دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ
“Do'a masing-masing kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa; yaitu dengan berkata: ‘Saya sudah berdo'a, tetapi belum juga dikabulkan.’”
Di dalam Shahih Muslim masih dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda bersabda:
لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ . قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! وَمَا اْلاِسْتِعْجَالُ ؟ قَالَ : يَقْوْلُ : قَدْ دَعَْوتُ وَقَدْ دَعَوْتُ ، فَلَمْ أَرَ يُسْتَجَابُ لِيْ ، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
“Doa seorang hamba akan senantiasa terkabul selama ia tidak berdo'a untuk kemaksiatan atau untuk memutuskan silaturrahim, dan tidak tergesa-gesa.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah bentuk ketergesa-gesaan yang dimaksud?” Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab: “Hamba tadi berkata: ‘Aku telah berdoa, sungguh aku telah berdoa, namun Allah belum juga mengabulkan doaku. Ia merasa jenuh dan letih, lalu akhirnya meninggalkan doa.”
Penghalang Terkabulnya Do'a Kita
Berkata Ibnul Qayyim:
Sesungguhnya, do'a termasuk sebab yang paling kuat untuk mendapatkan keinginan dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. Meskipun demikian, terkadang do'a tidak memberikan efek apa pun. Hal ini bisa terjadi dikarenakan do'a tersebut pada dasarnya memang lemah, misalnya doa yang tidak disukai Allah karena mengandung permusuhan, atau bisa jadi karena kelemahan hati orang yang berdo'a serta tidak adanya ketundukan kepada Allah. Mungkin juga hal itu disebabkan oleh sesuatu yang menghalangi terkabulnya do'a tersebut, seperti mengkonsumsi barang haram, berbuat kezhaliman, tertutupnya hati dengan kemaksiatan, serta kondisi jiwa yang terkuasai dan terkalahkan oleh kelalaian dan nafsu.
ADAB DAN SEBAB TERKABULNYA DO'A SEORANG HAMBA :
1. Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Bayyinah: 5).
2. Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah Ta'ala lalu diikuti dengan bacaan shalawat atas Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan diakhiri dengannya.
3. Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a, serta yakin akan dikabulkan.
4. Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a, dan tidak terburu-buru.
5. Menghadirkan hati dalam do’a.
6. Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.
7. Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah Ta'ala semata.
8. Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-A’raaf: 55, 205).
9. Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu memohon ampunan atasnya, serta mengakui nikmat yang telah di-terima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
10. Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.
11. Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap
untuk dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabul-kan). (QS. Al-Anbiyaa’: 90).
12. Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.
13. Memanjatkan do’a tiga kali.
14. Menghadap kiblat.
15. Mengangkat kedua tangan dalam do’a.
16. Jika mungkin, berwudhu’ terlebih dahulu.
17. Tidak berlebih-lebihan dalam do’a.
18. Bertawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifat-Nya yang Mahatinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di hadapannya.
19. Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus berasal dari usaha yang halal.
20. Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturahmi.
21. Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
22. Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran).
23. Jika dia hendak mendo’akan orang lain, hendaklah dia memulai dengan mendo’akan dirinya sendiri.
Sumber:
Buku DO’A & WIRID karya Yazid Abdul Qadir Jawas
hal. 89 - 98 cetakan IX/Oktober 2008
Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.
Minggu, 20 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar