Suatu hari, seorang pemuda kampung di arab bertemu dengan Abul 'ala Al
Ma'arri, seorang penyair yang berbakat. Pemuda itu berkata, "Siapakah
engkau ?" Abul 'Ala berkata, "Akulah Abul 'Ala Ma'arri seorang ahli syair
yang terkenal di kalanganmu." Pemuda itu kembali berkata : "jika begitu aku
bersyukur dapat bertemu dengan penyair yang berbakat sepertimu, tapi....
bukankah engkau yang mendendangkan gubahan syair berikut ini ?
"*Meskipun aku adalah generasi yang datang belakangan, tetapi aku mampu
melakukan terobosan yang tidak dapat dicapai oleh generasi terdahulu*."
Abul 'Ala mengiyakan, "*Betul, syair itu kuungkapkan tanpa ada tendensi
kesombongan*." Pemuda itu kembali berkata, "Gubahan syair yang bagus
sekali. Semuanya menunjukkan pada rasa percaya diri yang berlebihan. Perlu
engkau ketahui, generasi pendahulu kita itu telah berhasil membuat abjad /
huruf arab sebanyak 28 huruf, apakah engkau akan menambahkannya lagi ?
Mendengar kritikan itu Abul 'Ala diam seribu bahasa seraya berujar, "*Demi
Allah, aku belum pernah mendapatkan kritikan yang membungkam mulutku untuk
menjawabnya seperti sekarang ini*.
Syarh dari pentahkik.
Anakku, kesombongan adalah *mengagungkan dan memuliakan diri serta
menganggap rendah orang lain. Perasaan ini timbul dari beberapa faktor,
terutama ujub. Sombong kadang disebut ujub karena memang disebabkan olehnya*.
Orang merasa sombong karena tidak menyadari tingginya kekuasaan Allah.
Allah swt mengecam keras orang–orang yang sombong (QS 40:35 dan QS 16:23),
sebab, hanya Dia-lah yang layak menyandang kesombongan.
Adapun kesombongan ada tiga macam :
1. Sombong dengan ketaatan kepada Allah swt
2. Sombong dengan perilaku mengikuti sunah Rasulullah saw
3. Sombong kepada sesama manusia
Kesombongan yang terakhir adalah *merasa lebih baik dari pada orang lain
sehingga meremehkan mereka dan tidak mau menerima kebenaran dari
mereka.*Hal ini terjadi karena
*menganggap dirinyalah yang benar. Bahkan mereka tetap akan menolaknya
meskipun mereka secara sadar tahu dan mengakui dalam hatinya bahwa itu
adalah sebuah kebenaran.* Dengan kesombongan, ia menyepelekan kebenaran
dengan mengusung kepongahannya.
Anakku, kesombongan terhadap makhluk sering kali membuahkan kesombongan
kepada sang Khalik. Seperti kesombongan Iblis terhadap makhluk (yaitu Nabi
Adam as)., *walaupun ia tahu benar bahwa Allah memuliakannya. Pada akhirnya
kesombongan itu telah membuat Iblis sombong kepada Allah dengan menolak
perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam as.*, Kesombongan kepada Allah
itulah yang pada akhirnya membuatnya dilaknat seluruh makhluk, dan
ketentuan masuk neraka baginya.
Sedemikian bahayanya sikap sombong,* karena siapa pun yang merasa lebih
baik dari pada orang lain akan cenderung untuk menolak kebenaran dari orang
yang dianggapnya lebih rendah. Padahal takaran ketinggian dan kerendahan
itu belum tentu sesuai dengan angan-angannya. *
Anakku,* jika engkau menyadari bahwa kelebihan-kelebihan yang engkau miliki
adalah pemberian dari Allah, masihkah engkau berani menyombongkannya di
hadapan Allah yang memberikannya ?* Apa jadinya jika ditanggalkan-Nya
mahkota dan singgasana yang telah dikaruniakannya kepadamu. Masihkah
orang-orang mendatangimu? Bukankah engkau seyogianya bersyukur, karena
nikmat Allah berupa kelebihan itu jatuh padamu, bukan kepada yang lain.
Allah berkenan memuliakanmu dengannya. *Maka menyombongkan nikmat berupa
kelebihan itu hanya mencoreng kemuliaan yang telah ada padamu.*
Ingatlah anakku,* ketika seorang tinggi menemukan kelebihan maka ia akan
rendah hati, sedangkan jika orang rendah menemukan kelebihan maka ia akan
tinggi hati.*
Demikianlah, inti kesombongan adalah* memandang diri agung, dan buahnya
adalah merendahkan orang lain seperti menolak kebaikan, kendati pun
kebaikan itu diakui dan di sadarinya,* dan pada akhirnya kesombongan kepada
Allah ta'ala.
Semoga Allah melindungi kita dari sifat sombong. Aamin Allaahumma
Aamiin......
Kamis, 31 Januari 2013
heramkempek
→ KESOMBONGAN MENCIPTAKAN HURUF ARAB YANG KE 29
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar