Perbuatan dosa
mengakibatkan sial terhadap orang yang
bukan pelakunya.
Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. (HR. Ad-Dailami)
Untuk lebih memahami ini kita hadirkan sebuah kasus dari yang paling mudah misalnya kemalingan.
Satu daerah yang tadinya aman orang merasa untuk keluar rumah sebentar tidak perlu mengunci rumah dan tidak perlu merasa khawatir barang-barang dirumahnya raib. Tapi setelah kemalingan tidak hanya pada satu tempat akhirnya bukan saja rumah yang dikunci tapi gerbang jalan diportal, jendela diteralis, pagar dibuat tinggi dikasih paku atau pecahan beling.
Penyekat dimana-mana keluar masuk gak lupa kunci pintu, selebihnya bayar keamanan atau harus giliran begadang untuk ronda atau sekedar jaga-jaga. Itupun dengan catatan tidak lengah. Daerah yang dulunya aman dimana setiap berpapasan senyum sekarang cemberut, dalam pikiran setiap orang "Wah jangan-jangan ini malingnya, tampangnya tampang maling nih", "Wah ini orang mana kok baru ngelihat jangan-jangan lagi nyelidik", setiap orang asing yang ditemui yang diajukan/didahulukan adalah 'maling'.
Bayangkan kalau cap maling ini ada disetiap kepala. Bukan saja si maling telah mencuri harta namun mencuri perhatian, pikiran, dan mental.
Hal ini bukan berlaku bukan pada perkara maling saja, namun kasus-kasus lain sampai pada pembahasan agama.
Tatkala banyak muncul aliran sesat maka setiap paradigma baru yang mencoba meluruskan akhirnya pikir-pikir untuk muncul.
Kembali kepada contoh maling tadi, bahwa maling pada dasarnya watak atau mental. Yaitu mental yang tidak merasa diawai oleh Alloh swt.
Ketakutannya tidak diberikan kepadaNYA, begitu juga kepatuhannya. Kalau sudah menjadi watak dimanapun ia berada tinggal menunggu kesempatan, bukan saja si miskin tapi justru pejabatan (pemegang jabatan/ kepercayaan/ wewenang bukan pemerintahan saja) malingnya nggak nanggung-nanggung. Jika kita terus bertopang pada hukum positif saja sampai kapan orang akan saling mengawasi? Penegak hukum
diawasi penegak diatasnya, diatasnya seterusnya ada lagi.
Namanya pagar makan tanaman karena semua menjadi pagar. Begitu juga peradilan berlapis-lapis, orang berduit klo sekedar mikir lolos gampang tinggal naik banding dan terus naik banding, bila perlu ke mahkaman dunia, kalau masih blum lolos juga kemana? Ke liang
kubur?! Wah kelewatan kalau sampai kesitu gak bisa balik lagi buat
perbaiki diri.
Kalaupun kejerat masih bisa beli sorga di penjara, itu juga paling sebentar dan masih gampang keluar masuk walau cuma alasan flu.
Kapan orang akan adil jika tidak patuh padaNYA?
Sekarangpun kita sudah bosan menceritakan kebobrokan yang ada. Betulah kata Rosululloh saw diatas, siapa tahan untuk tidak
menggunjingnya,
bahkan pergunjingan sekarang jadi hiburan.
Kalau ada yang ngomong bener "halah sok alim", "omdo (ngomong doang)", dan masih banyak lagi title yang lain.
Demikian ulasan daripada memahami panjangnya dosa,
yang pada akarnya adalah dari kelalaian kepada Yang Maha Melihat.
Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. (HR.Aththusi)
***
2:81. (Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
2:82. Dan orang-orang yang beriman serta
beramal saleh, mereka itu penghuni surga;
mereka kekal di
dalamnya.
13:18. Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan
Tuhan, sekiranya
mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
Selasa, 05 Juli 2011
heramkempek
→
artikel
→ Akibat Dosa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar