Biarlah orang jawa menerima islam dg jawanya, orang sunda menerima islam dg sundanya, orang melayu menerima islam dg melayunya, orang timur tengah menerima islam dg timur tengahnya, orang barat menerima islam dg baratnya, semuanya it's Ok..asal tidak melanggar syari'at & aqidah islam.
Imam syafi'i ra, dalam berijtihad beliau menimbang2 dimana tempat beliau berada, kita juga mengenal qiroo'atus sab'ah dimana qiroo'atus sab'ah itu terbentuk karena lisan suatu kaum pada suatu daerah tidak bisa mengucapkan lafazh layaknya seperti orang arab, dan itu diperbolehkan oleh Rosulullah saw, saya teringat Alm. KH. Fuad Hasyim Buntet Cirebon mdh2an Allah SWT menerima amal sholehnya dan meridhoinya, amin, beliau sangat mengerti/alim mengenai qiroo'atus sab'ah ini, dalam ceramahnya saya gak mudeng apa yg beliau sampaikan, haha...
Kita juga teringat salah satu metode penyebaran islam oleh walisongo di tanah jawa yaitu dengan mendekati adat/budaya orang jawa, walisongo tidak melarang budaya orang jawa, tetapi walisongo mengisi adat/budaya jawa dg nilai-nilai islami, contohnya wayang kulit, musik2 jawa, syair2 jawa, mesjid sunan kudus yg gapuranya diambil dari salah satu kuil hindu/budha (saya lupa), majang jimat di cirebon, sedekah bumi ketika panen (yang asalnya mensia2kan makanan krn makanan2 tersebut d persembahkan pada roh nenek moyang atau mungkin lelembut dsb, shg di rombak/diganti menjadi acara syukuran sbg tanda rasa syukur kpd Allah SWT atas rahmatNYA yg telah diberikan pada warga desa, yaitu dg makan bersama dan memanjatkan do'a) begitu juga sedekah laut.
dengan melihat seperti itu tentunya adat/budaya di suatu daerah akan berbeda, tentunya islam turun sbg rahmat untuk seluruh alam & tidak menentang adat/budaya suatu kaum dg keras, tapi dg rahmat, kasih sayang, tergantikan dg nilai2 islam "ud'u sabiili robbika bilhikmati wa al maw'izhiti lhasanati, wa jaadilhum billatii hiya ahsan..", dan juga bukannya kita dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal "li ta'aarofu...", dan juga bukankah perbedaan adalah rahmat.
Itulah indahnya ajaran Rosulullah SAW. Maka dari itu kita sbg umat islam yang katanya satu badan, tidak usahlah saling menyakit, mendengki hanya karena perbedaan pendapat, madzhab, khilafiyyah masalah syar'iy yang merupakan furu'iyyah (percabangan), kalau ada perdebatan lebih baik kita menghindar. Daripada kita termakan godaan syetan yang selalu menyalakan api permusuhan diantara umat islam, lebih baik kita selalu menuntut ilmu dan beramal, karena dengan ilmu dan amal bisa mengikis penyakit hati yang bernama si "dengki". Kebodohan kita adalah berhenti belajar tapi sudah bisa menganggap yang lain kafir, syirik, murtad, bid'ah dsb.
Saya juga teringat Commentnya Gus Akib, klo gak salah dia menulis "Kita ini orang Indonesia yang Islam, atau Orang Islam Yang Indonesia...??", klo boleh saya tambahkan, kita ini orang sunda yang islam atau orang islam yang sunda, orang batak yang islam atau orang islam yang batak, orang jawa yang islam atau orang islam yang jawa, orang melayu yang islam atau orang islam yang melayu, orang barat yang islam atau orang islam yang barat, ...hahaha..keder juga gwe...hikhik...silahkan teman2 untuk menjawab pertanyaan tersebut, sorry gus tak mlebokna nang messege, hehe....
akhirulkalam Wallahu a'lam bishowab.
NB : ini berdasarkan ngawang-ngawang, ya asal nulis doank, sangat terbuka untuk saran dan kritik, dan sangat di anjurkan untuk menambah tulisan untuk dapat data yang lebih valid, ya dan sebagainya dah..
sebagai rasa gregetan aja haha ;-), dan saya juga bukan dari kalangan akademisi, sorry bahasanya berantakan....Thx.......
dan semoga tulisan ini selalu tersambung dan tersambung...tulisan berantailah... =D
Sabtu, 07 November 2009
heramkempek
→
artikel
→ Antara Adat Istiadat, Budaya & Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar