Syekh Ibnu Athoillah berfatwa:
*Janganlah terlambatnya pemberian karunia-karunia dari Allah. (Dimana
setelah) engkau bersungguh-sungguh di dalam **berdoa, menyebabkan engkau
berputus asa.*
*Karena, Dia telah menjamin akan memperkenankannya, pada apa yang telah Dia
pilihkan untukmu, bukan pada apa yang **engkau pilihkan untuk dirimu
sendiri. Dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau
kehendaki.*
Apabila kita ingin mendapatkan sesuatu hal baik perkara dunia ataupun
akhirat maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya.
Jika usaha kita tidak mampu untuk meraihnya, maka kita akan meminta
pertolongan pada orang yang kita anggap mampu membantu. Jika mereka juga
tidak mampu membantu kita untuk membantu memenuhi kebutuhan kita, maka kita
akan memohon pertolongan daripada Allah Ta'ala, menengadahkan tangan ke
langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan
hajat kepada-Nya. Selagi hajat kita belum tercapai selagi itulah
kita memohon dengan sepenuh hati.
Tidak ada kesulitan bagi Allah Ta'ala untuk memenuhi hajat kita. Sekiranya
Dia mengaruniakan kepada kita semua kekayaan yang ada di dalam bumi dan
langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya.
Andainya Allah Ta'ala menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak
sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya.
Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi pengaruh
atas ke-Tuhan-an Allah Ta'ala. *KeTuhanan-Nya adalah mutlak, tidak sedikit
pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya.*
Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya. ( QS. Ibrahim: 27 )
Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya. ( QS. al-Baqarah: 116 )
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan
ditanyai. ( QS. Surah al-Anbiyaa': 23 )
*Sebagian besar dari kita tidak sadar bahwa kita "mensyirikkan" Allah
Ta'ala dengan doa dan amalan kita. *Kita jadikan doa dan amalan sebagai
kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai
kuasa tawar menawar dengan Tuhan, *seolah-olah kita berkata, "Wahai Tuhan!
Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku sudah beramal
maka Engkau wajib membayar upahnya!*" dan pertanyaannya, *Siapakah yang
berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah Ta'ala? Sekiranya kita tahu
bahwa diri kita ini adalah hamba maka besikaplah sebagai hamba* dan jagalah
sopan santun terhadap Tuhan seluruh makhluk. *Kewajiban hamba ialah rela
dengan apa pun keputusan dan pemberian Tuhannya.*
*Doa adalah penyerahan bukan tuntutan*. Kita telah berusaha tetapi gagal.
Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. *Apa lagi
pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang
di Tangan-Nya terletak segala perkara*. Serahkan kepada Allah Ta'ala dan
tanyalah kepada diri sendiri "mengapa Tuhan menahan kita dari mendapatkan
apa yang kita hajatkan?" *Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu
bisa mendatangkan bahaya kepada diri kita sendiri*, hingga lantaran itu
Allah Ta'ala Yang Maha Penyayang menahannya sampai kepada kita? Bukankah
Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS. al-Mulk:14 )
Dialah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, (dan Dialah jua)
yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. ( QS. at-Taghaabun: 18 )
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu?( QS. al-Baqarah: 116 )
Allah Ta'ala Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengarti dan
Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah Ta'ala yang bersifat
demikian menentukan untuk diri-Nya yang apa saja yang Dia mansuhkan
digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia bisa berbuat
demikian karena Dia tidak bersekutu dengan siapa pun dan Dia Maha Berkuasa.
*Seorang hamba senantiasa berhajat kepada pertolongan Tuhan. Apa
yang dihajatinya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak hajatnya
semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan.* Kadang-kadang
terjadi satu permintaan berlawanan dengan permintaan yang lain. Manusia
hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah Ta'ala menerima kedatangan semua
doa dari satu orang manusia itu. Manusia yang dikuasai oleh kalbu jiwanya
berbalik-balik (perasaannya) dan keinginan serta hajatnya tidak menetap.
Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah
meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik
atau kurang baik. *Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya dan
tidak berubah kehendak-Nya*. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya:
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih
sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang
tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka
itu tidak beriman. ( QS. al-An‟aam: 12 )
Orang yang beriman selalu berdo'a:
*"Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan peliharalah kami dari azab neraka"*. ( QS. al-Baqarah: 201 )
*Hamba yang mendapat rahmat dari Allah Ta'ala diterima doa di atas dan doa
tersebut menjadi induk atas semua doa-doanya.* Doa yang telah diterima oleh
Allah Ta'ala itu menepis doa-doa yang lain. Jika di waktu kemudian si hamba
meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia
saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka
doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara dari
didatangi oleh sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh
doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia
dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.
Oleh sebab itu doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan
Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya
serta ucapkan, *"Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani,
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Saya adalah hamba yang bersifat tergopoh
gopoh, lemah dan jahil. Saya mempunyai hajat tetapi saya tidak mengetahui
akibatnya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini
baik akibatnya bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka
maka kurniakan ia kepada saya pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika
kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka
jauhkan ia dari saya dan cabutkanlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya
Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengerti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri"*.
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa
yang mereka persekutukan (dengan Dia). ( QS. Surah al-Qasas: 68 )
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Senin, 01 Oktober 2012
heramkempek
→ KAJIAN KITAB HIKAM (Karya Syekh Ibnu Athoillah) TENTANG DO'A
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar