lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, seseorang mencintai suatu kaum dan ia tak
pernah berjumpa dengan mereka…"
Rasulullah Saw, bersabda:
"Seseorang beserta orang yang dicintai."
Hadits mulia ini berniscaya bagi kita untuk mencintai kaum ahli ma'rifat
('arifin), sekaligus menjadi berita gembira bahwa
kita bersama mereka, manakala cinta kita benar. Bukankah agama itu tidak
lain adalah cinta dalam Allah dan benci karena Allah?
Maka diantara rahasia cinta sejati adalah sang 'arif diangkat ke wilayah
maqom Sirr dan Keagungan ketika berdialog pada selain Dia.
Anak-anak sekalian! Ketahuilah bahwa Allah Yang Maha mengenal terhadap
rahasia-rahasia para penempuh, Yang Melihat hasrat kaum 'arifin, memberikan
tugas kepada mereka agar selaras dalam 'ubudiyah, lalu mewujudkannya dengan
prasyarat-prasyaratnya, agar tidak melampaui batas kehambaannya, jangan
sampai memasuki batas Rububiyah. Jangan sampai melampaui batas kefakiran
melewati batas Kemaha cukupan Allah Ta'ala. Allah Swt berfirman:
"Wahai manusia, kalian semua adalah fakir (butuh) kepada Allah, dan Allah
adalah Maha Kaya dan Maha Terpuji."
Segala sesuatu ini ada sebab, dan sebab bagi jalan keluar adalah ubudiyah
yang benar. Allah Swt berfirman:
"Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar".
Jalan keluar dari penyembahan selain Allah Swt.
Dan Allah "Memberi rizki" berupa rasa senang bahagia dan cinta serta rindu
kepadaNya, "Tanpa bisa dihitung."
Makna ayat tersebut dalam versi lain juga, "Siapa yang bertaqwa kepada
Allah" dengan menjaga rahasia-rahasia diri dari bencana berpaling kepada
selain Allah, "Maka Allah akan memberikan jalan keluar padanya," dari hijab
penjauhan dari Allah, "dan Allah memberikan rizki" berupa Musyahadah dan
Wushul, "dari arah yang tak terduga."
Begitu juga Allah menjadikan sebab kema'rifatan hamba kepada Tuhannya,
melalui pengenalan hamba pada dirinya, "Siapa yang mengenal dirinya maka ia
mengenal Tuhannya."
Maknanya:
• Siapa yang mengenal dirinya dengan wujud kehambaannya, maka ia mengenal
Tuhannya dengan RububiyahNya.
• Siapa mengenal dirinya dengan fananya, maka dia mengenal Tuhannya dengan
Baqa'Nya.
• Siapa yang mengenal dirinya dengan kehampaan dan serba salahnya, maka ia
mengenal Tuhannya dengan keselarasan dan anugerahNya.
• Siapa mengenal dirinya dengan rasa butuhnya, maka dia mengenal Tuhannya
dengan menegakkan rasa sangat terdesak untuk menuju hanya kepada dan bagi
Allah.
• Siapa mengenal dirinya hanya bagi Tuhannya, maka sedikit sekali kebutuhan
kepada selain Allah.
Nabi Saw Bersabda:
"Siapa yang mengenal (ma'rifat) Allah, maka ia teguh dengan haknya."
Maksudnya:
• Siapa mengenal Allah melalui hidayah, maka ia pasti menyerahkan sepenuhnya
kepadaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui RububiyahNya, ia tegak dengan prasyarat
Ubudiyah kepadaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui balasanNya, maka terjadilah rasa mohon
pertolongan padaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui kecukupan dariNya, maka ia tidak butuh kepada
selain DiriNya.
Nabi Saw Bersabda:
"Siapa yang mengenal (ma'rifat) Allah, maka ia teguh dengan haknya."
Maksudnya:
• Siapa mengenal Allah melalui hidayah, maka ia pasti menyerahkan sepenuhnya
kepadaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui RububiyahNya, ia tegak dengan prasyarat
Ubudiyah kepadaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui balasanNya, maka terjadilah rasa mohon
pertolongan padaNya.
• Siapa mengenal Allah melalui kecukupan dariNya, maka ia tidak butuh kepada
selain DiriNya.
Dalam riwayat, Allah Swt memberi wahyu kepada Nabi Dawud as: "Ingatlah,
siapa yang mengenalKu, berarti menghendakiKu
dan mencariKu. Siapa yang mencariKu akan bertemu denganKu. Siapa yang
bertemu denganKu, pasti tidak akan pernah memilih kekasih selain DiriKu".
Syeikh Abu Bakr al-Wasithy ra, mengatakan, "Siapa mengenal Allah ia
mencintai Allah. Siapa mencintai Allah
ia taat kepada Allah. Siapa yang taat kepada Allah segala sesuatu selain
Allah akan terputus darinya".
Siapa yang terhalang ma'rifat, akan terhalang manisnya taat. Siapa yang
terhalang manisnya taat, terhalang bermesraan dalam khalwat (sunyi).
Maka ia tak akan menemukan pandangan terhadap anugerah dalam beribadah, dan
tidak mengenal kekuasaan Allah secara hakiki, hingga dalam berbagai situasi
ia terkalahkan, lalu gugurlah dalam menjaga istiqomahnya Rahasia bersama
Allah Ta'ala.
Syeikh Husuf al-Asbath ra, mengatakan:
• Siapa yang mengenal Allah, sedang dalam qalbunya ada hasrat selain Allah,
berarti tak pernah sujud yang sejati kepada Allah.
• Siapa yang mengenal Allah, sedang ia tidak merasa cukup bersama Allah,
maka Allah tidak pernah mencukupinya.
• Siapa yang berkata, "Allah" namun dalam hatinya masih tersisa selain
Allah, sesungguhnya ia tidak pernah berkata "Allah".
• Memang, siapa yang takut kepada Allah dalam segala hal, maka Allah
memberikan rasa aman dari ancaman segala hal.
• Siapa yang bahagia dengan Tuhannya, maka segala hal selain diriNya tak
membuatnya gentar.
• Siapa yang mencari kemuliaan kepada Yang Empunya Sifat Mulia, maka ia pun
jadi mulia.
• Siapa yang mencari kemuliaan selain DiriNya, maka tak ada kebanggaan dan
tak ada kemuliaan yang didapatinya.
• Siapa yang putus dari sebab akibat dunia yang bisa menyibukkan dari Allah
Swt, maka ia akan bertemu dengan segala kesibukan yang menyambungkan dirinya
pada Allah Swt.
• Siapa yang meninggalkan ikatan ketergantungan pada makhluk, ia akan
bahagia dalam seluruh waktunya.
• Siapa yang merasakan manisnya dzikir pada Tuhannya, ia akan bosan
mengingat selain Allah.
• Siapa yang menyembunyikan rahasia hatinya, akan muncul
rahasia-rahasia tersembunyi padanya.
• Siapa yang menjadikan hasratnya adalah Satu hasrat kepadaNya, maka Allah
mencukupi seluruh hasratnya.
• Siapa yang mencari ridho Tuhannya, ia tak akan pernah peduli dengan
kebencian selain Allah.
• Siapa yang merasa cukup puas dengan maqom (posisi ruhani)nya, ia malah
terhijab dari apa yang di depannya (maqom lebih tinggi).
• Siapa yang dekat kepada Allah, maka segala hal selain Allah terasa asing.
• Siapa yang menghendaki kemuliaan dunia akhirat, hendaknya
ia memutuskan diri hanya kepada Sang Pemilik dunia akhirat.
• Siapa yang meninggalkan kebaikan menjaga diri, ia akan terpeleset dari
jalan hidayah.
• Siapa yang hendak minum dari Cinta Allah satu tegukan, hendaknya ia juga
minum dengan memuntahkan segala hal
selain Allah.
• Siapa yang mesra bahagia dengan selain Allah, segalanya membuatnya jadi
gentar.
• Siapa yang hatinya tentram pada selain Allah, maka ia tak dapat apa pun
dari Allah Swt.
Rasulullah Saw, bersabda:
"Siapa yang ketika dinihari hasratnya sudah tertuju pada selain Allah, maka
ia tak akan dapat apa-apa."
Dalam sebagian Kitab-kitab Allah Swt berfirman:
"Siapa yang menghendaki Kami, maka Kami menghendakinya.
Siapa yang menghendaki anugerah Kami maka Kami memberikannya.
Siapa yang mencintai Kami, maka Kami mencintainya. Siapa merasa cukup
pemberian dari Kami, maka Kami memberikan hanya padanya dan apa pun anugerah
Kami. Ingatlah siapa yang mencariKu pasti bertemu denganKu, dan siapa yang
mencari selain DiriKu, ia tak pernah menjumpaiKu."
Dikatakan dalam KitabNya pula:
• Siapa yang mencariKu dengan taubatnya, ia mendapatkanKu dengan
MaghfirahKu.
• Siapa yang mendapatkanKu dengan syukurnya atas nikmatKu,
ia mendapatkanKu dengan tambahnya nikmat.
• Siapa yang mencariKu melalui doa, ia dapatkan DiriKu
melalui Ijabah.
• Siapa yang mencariKu dengan rasa pasrah diri kepadaKu,
ia dapati DiriKu dengan Kecukupan dariKu.
• Siapa yang mencariku dengan Kedekatan padaKu, ia jumpai Aku dengan
kemesraan bahagia.
• Siapa yang mencariKu dengan Cinta, ia dapatkan DiriKu dengan WushulKu.
• Siapa yang mencariKu dengan penuh kerinduannya, ia dapatkan Aku dengan
Perjumpaan dan melihat kepadaKu.
Sebagian Sufi mengatakan:
• Siapa yang hanya bagi Allah Swt , maka Allah Swt. hanya baginya: Yakni
siapa yang berselaras dalam urusan Allah Swt, maka Allah Swt, mengurusinya.
• Siapa yang berada dalam Dzikrullah, maka Allah Swt senantiasa
mengingatnya.
• Siapa yang berada dalam Cinta kepada Allah Swt, maka Allah Swt, dalam
cintanya.
• Siapa yang berada dalam jalan meraih Ridho Allah Swt, maka Allah Swt,
berada dalam Ridho kepadanya.
"Siapa yang berpegang teguh pada Allah maka benar-benar
ia diberi hidayah jalan mustaqim (yang lurus menuju Allah)."
Rasulullah Saw, bersabda:
"Siapa yang cinta bertemu Allah Swt, maka Allah Cinta pula menemuinya. Siapa
yang benci bertemu Allah, Allah pun membenci bertemu dengannya."
Aturan hukum kaum 'arifin
Diantara aturan kaum 'arifin:
• Siapa yang diuji melalui amal ibadahnya sang hamba,
maka hendaknya ia menggunakan pakaian dari besi.
• Siapa yang rela pada sedikit dunia, ia akan istirahat dari kesibukan yang
menumpuk.
• Siapa yang ambisi pada dunia, pada saat yang sama ia sedang jauh dari
Allah Ta'ala.
• Siapa membuka tutup ketaqwaan, maka langit yang luhur tak akan
menutupinya.
• Siapa yang memandang akibat-akibat perkara yang dijalaninya, ia akan
selamat dari tahun-tahun yang berganti.
• Siapa yang tidak menerima sedikit, ia akan susah berkepanjangan.
• Siapa mencabut pedang taqwa dari sarungnya, ia akan memukul leher-leher
kontra Tuhannya.
• Siapa yang terus menerus memanjakan kesenangan,
selamanya akan terpedaya.
• Siapa yang tidak bisa menjaga ucapannya, maka akan rusak perilakunya.
• Siapa yang tidak mengenal tempat bahayanya, ia tidak mengenal tempat
manfaatnya.
• Siapa yang kontra dengan pergaulan kaum penyimpang agama, Allah Swt, akan
menggantikan dengan pergaulan orang-orang
yang baik.
• Siapa yang meraih kemuliaan tanpa kebenaran, Allah Swt. akan
menghinakannya dengan kebenaran.
• Siapa yang menelantarkan hari-hari tanamnya, ia akan menyesal
di hari-hari panennya.
• Siapa yang pasrah diri pada selain Allah Swt, maka pasrah diri itu
dijadikan siksa oleh Allah Swt, padanya.
• Siapa yang rela kepada Allah sebagai Tempat Berserah diri, maka setiap
kebaikan akan jadi bukti baginya, dan setiap kebaikan yang ditemuinya
menjadi jalan baginya.
• Siapa yang menemukan kemesraan akan keluhuran diri, ia tidak akan
menemukan kepahitan cobaan.
"Siapa yang di dunia ini buta hatinya, maka dia di akhirat lebih
buta lagi."
Diantara Wasiat 'arifin
Disebutkan, ada tiga kalimat, dimana kaum terpilih dahulu saling memberikan
wasiat satu sama lainnya:
1. Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah Swt, mencukupi urusan
dunianya.
2. Siapa yang memperbagus rahasia batinnya, Allah Swt, memperbagus
dzohirnya.
3. Siapa yang memperbagus apa yang ada antara dirinya dengan Allah Swt.
Allah pun memperbagus antara Dirinya dan makhluk manusia.
Sebuah syair dilantunkan:
Sungguh batin dan lahir manusia sama
Memandang dunia akhirat dan ingin puja
Bila lahir kontra batin maka sungguh tiada utama
Melainkan hanya kepayahan dan derita
Syair lain:
Siapa yang meraih kemuliaan pada Tuhannya
Itulah keagungan
Siapa yang melemparkan kemuliaan diri pada selain DiriNya
Itulah kehinaan
Jika saja ada seseorang yang dibagusi rajanya
Yang memenuhi kebutuhannya dalam satu sujud saja
Itu pun tak ada artinya
Sumber:
Buku Mejelang Marifat | Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y
Terjemahan : KHM Luqman Hakim MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar