Dalam kajian kali ini saya mencoba mengkaji surah Al-Kauthar dari sisi yang berbeda, yang sebenarnya ada latar belakang lain kenapa bahasan ini menjadi penting untuk saat ini, yaitu berhubungan dengan surah [33 AL AHZAB 40] :
"MUHAMMAD ITU SEKALI-KALI BUKANLAH BAPAK DARI SEORANG LAKI-LAKI DI ANTARA KAMU, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Yang saya tulis dengan huruf besar adalah salah satu penggalan ayat yang dijadikan hujjah pengikut Ahmadiyah yang mana kata Ahmad yang terdapat pada Injil sebagai berita akan datangnya Rosul penerus Nabi Isa as terdapat dalam surah [61 ASH SHAFF 6]. Kemudian dikorelasikan dengan pengertian 'Nur Muhammad', dalam artian Ahmad hanya fisik saja sedangkan rohaninya adalah Nur Muhammad. Secara langsung telah memisahkan manusia dengan ruhnya. Atas nama ruh tersebut orang boleh membaiat dirinya sebagai nabi dan tidak perlu mengikuti syariat Nabi Muhammad bin Abudulloh. Ia boleh membuat aturan sendiri. Lalu berapa nabi yang akan lahir kemudian dari baiat/paham semacam ini? Maka tidak heran banyak orang membicarakan ke'aku'an. Kalau sekiranya ngomong untuk diri sendiri kenapa harus dikeluarkan ditujukan kepada orang lain sebagai hujah? Dan pada kenyataanya Ahmadiyah mendapat sambutan hangat dari banyak kalangan yang ternyata dari benih yang sama yaitu mengenai Nur Muhammad ini.
Sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Ahmadiyah hanya salah satu wadah saja yang muncul kepermukaan, namun wajah agama yang sesungguhnya ikut bermunculan yang lahir dari mitologi orang dahulu. Hasil pencampur-adukan mitologi yang pernah ada. Inipula salah satu indikasi dibalik praktek tasawuf yang keliru. Dimana pengertian hakikat menjadi bertolak belakang dengan syariat. Pantaslah agama menjadi terpilah/terkotak. Sejauh penelusuran saya tidak ada yang bertolak belakang melainkan sebuah tahapan dalam memahami dimana hakikat adalah gerbang memahami hikmah. Yaitu dapat diperoleh hikmah jika orang sudah menjalankan agama dengan benar dengan menerimanya secara keseluruhan.
Mengenai 'Nur Muhammad', jujur saya masih melacaknya dari mana definisi ini, yang mana banyak diakui ditengah masyarakat. Entah suatu ketakutan jika tidak turut mengakui jadi sekedar ikut membenarkan saja. Sedangkan berbohong atas nama Rosululloh jelas hukumanya lebih berat. Hal ini perlu dikoreksi ulang karena hakikat penciptaan Adam sudah gamblang diterangkan dalam Al-Qur'an, sebagai manusia pertama (adam ; dahulu).
Adapula yang mengatakan bahwa ketika Nabi Adam dan Hawa dikawinkan disurga maharnya kalimat syahadat. Pertanyaanya apakah ketika tidak ada manusia lain (pilihan lain) harus melalui prosesi pernikahan? Apakah kehidupan sorga sama seperti dibumi? Kalau memang sudah menikah kenapa harus diturunkan kebumi karena menampakan auratnya?
Yang menurut saya tidak masuk akal adalah sehubungan dengan salah satu topik mengenai Nur Muhammad, yaitu ketika Nur Muhammad belum diciptakan Alloh belum menjadi Tuhan karena belum ada penyembahnya. Apakah tujuan Alloh menciptakan hanya untuk disembah? Setahu saya untuk mengenalNYA, mengenalNYA tentunya dengan ilmu. Mengenali jejak yang ditinggalkanya dari sifat yang disifati NYA didalam Al-Qur'an. Sedangkan peribadatan adalah bentuk rasa syukur, ketaatan, tunduk dan patuh, sebagai jawaban atas kebutuhan manusia itu sendiri. Dan pertanyaan lain apakah Alloh membutuhkan sebab lain untuk menjadikaNYA sebagai Tuhan?
Baiklah mengenai Nur Muhammad diberi tanda kutip dahulu, pembahasan ini akan semakin panjang, kajian ini menjadi pembuka saja. Tapi tidak akan berarti berhenti sampai disini, Insya Alloh akan dikupas tuntas. Kesimpulan saya terlalu keji jika akhirnya harus memisahkan perjuangan seseorang yang menjadi teladan antara jasad dengan ruhnya. Inilah bagian dari pluralisme yang menelanjangi agama Islam, yang mungkin tadinya untuk mengharumkan nama Rosululloh namun kenyataanya menjadi terbalik ketika menempelkan image pada bidang yang sempurna (Ilmu Islam). Bukan menggali pengertiannya agar mudah dipahami malah semakin mempersulit untuk dimengerti. Begitu juga agama akhirnya lahir kedunia hanya menjadi dongeng (mitos), karena manusia yang lahir pada dunia nyata lebih condong kepada alam gaib dan mengingkari yang nyata. Sholat tidak dilaksanakan tapi ritual-ritual aneh sampai puasa 40hari penuh (siang malam) dilakukan. Berbagai penyiksaan diri atas nama pengorbanan tidak membuahkan apa-apa. Padahal Alloh menghendaki kemudahan.
Jika gaib hanya dilihat dari alam sebagaimana keberadaan jin, sedangkan jin sendiri tidak mengetahui Nabi Sulaiman telah wafat jika bukan karena rayap yang memakan tongkatnya. Walaupun malaikat dalam kategori ghoib apakah mampu memberikan syafaat tanpa seizin Alloh yang mengetahui semua yang Ghoib. Buat saya tidak ada yang lebih ghoib daripada apa yang nampak namun tidak terartikan, jika ghoib dinisbatkan kepada kerahasiaan (ilmu yang belum diketahui). Yang mana orang lebih memilih intuisinya sebagai sumber kebenaran.
***
[2.136] Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[3.84] Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
[4 An-Nisaa 150-151] Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sepert semula saya maksudkan adalah keterkaitan erat antara Surah Al-Kauthar dengan beberapa ayat yang belakang menimbulkan kontroversi dan semakin menggelisahkan. Mohon sekiranya tidak terpaku kepada judul saya sengaja membuatnya berseri agar keterkaitannya jelas, sedangkan secara garis besar orientasi dari tulisan saya kesemuanya adalah menyikapi 'pluralisme' secara luas. Karena betapapun tidak ibarat permainan dunia (world champion), muslim haruslah siap dan tampil sebagai pemenang.
Era keterbukaan kita sedang berada di dalamnya! Kita keluar untuk memasuki arena besar dan selayaknya keluar sebagai pemenang. Islam lahir untuk menang!
Sebelumnya membahas surah 33 Al-Ahzab 40.
Sedikit memberi gambaran bahwa awal surah Al-Ahzab berjumlah 73 ayat yang diawali :
[33.1-4] Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang DUA BUAH HATI DALAM RONGGANYA; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
...... dan diakhiri ........
[33.72-73] Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kesimpulan saya :
- Dituntut ketegasan sikap untuk menyuarakan kebenaran, betapapun kita menginginkan lemah lembut dari seseorang, namun lihatlah kenyataan yang ada sekarang jika lemah lembut hanya kulit kepalsuan sedangkan hati keras tiadalah dapat mengubah keadaan. Obral kasih sayang kesana kemari, namun musuh yang dengki menggap sebagai kelemahan. Dunia diciptakan bukanlah untuk menghibur, namun dijadikan pelajaran. Jika ada peringatan keras, sekeras apapun itu tiadalah lebih keras adzab dari Tuhan karena kelaliman. Tentu bagi orang yang takut akan hizab yang buruk, bagi orang kafir tidak ada yang lebih ditakutkan selain manusia yang teguh imannya dalam menyuarakan kebenaran. Karena mereka bukanlah orang yang mengerti, sedangkan orang beriman telah menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya untukNYA.
- Sudah menjadi tabiat Nabi memiliki hati yang lembut dan besar keinginannya untuk untuk mengajak orang untuk beriman. Karena manfaatnya akan orang peroleh jika menjalankan agama dengan benar dan menerimanya secara keseluruhan, namun disayangkan mereka selalu mengikuti gambaran pikirannya saja. Melihat Islam dari segi penganut sedangkan dimata mereka muslim adalah orang yang bodoh yang mau mengikuti mitos (dongeng). Islam dengan kitabnya (Al-Qur'an) adalah cahaya kebenaran dan dari sumber kebenaran siapapun yang mampu berpikir jernih tiadalah pantas mengingkarinya.
Seberapalah kekuatan akal manusia untuk melihat sejarah? Apakah ia mampu melihat penggerak dibawah lahirnya suatu peristiwa, sebagai sebab awal kehancuran suatu peradaban. Ambilah contoh peristiwa kerusuhan Mei 2008, apakah kita tahu apa dibalik semua itu? Bukankah banyak fakta yang tidak terungkap sampai sekarang? Itu yang kita saksikan walaupun berbagai perspektif dikeluarkan dari para ahli. Apakah cukup bagi kita yang mengalami untuk mengambil pelajaran dari peristiwa yang ada didepan mata? Apa pula yang menghalangi kita untuk mengerti?
Manusia butuh penglihatanNYA untuk mengenali semua persoalan hidup menuju kembali. Dalam melihat kita butuh cahaya (penerang), Al-Qur'an-lah cahaya itu, karena didalamnya terdapat pelajaran yang memuat dasar-dasar fitrah manusia, pertanyaan dan jawaban, dan apa yang sekiranya menjadi pertanyaan manusia yang mana walau tidak punya sayap tidak cukup dikerangkeng dalam tempurung kepala (keingintahuannya). Sayang manusia tidak menyadari keterbatasannya, namun bersikap kelewat batas. Walau tidak sebesar dan sekuat gajah tak cukuplah hanya dipagar.
Boleh jadi setiap kita baca Al-Qur'an selalu menuntut bukti, namun jika kita arif dalam menangkap maknanya cukuplah bagi kita mengambil pelajaran. Kecuali engkau dapat tidur berabad-abad lamanya, mengungkap misteri waktu dan perjalanan didalam tidur orang Sholeh.
Islam tidak menghendaki kita berangan jauh pahamilah suatu keterbatasan, betapa rentan otak kita hingga kecelakaan kecil saja dapat menciderainya, lupa ingatan, gila, dsb. Dan betapa banyak kita saksikan orang menjadi gila manakala berusaha mengungkap rahasiaNYA. Betapa banyak teknologi diciptakan untuk mengetahui rahasia otak, dari brain magnetic (glombang otak), mesin pencuci otak, suplemen otak, dsb. Orang barat sangat gigih dalam menggali potensi otak seperti membangunkan mitos Naga atau ular Nabi Musa as. Sebagaimana bukti ilmiah bahwa manusia rata-rata baru mencapai 1-2% dalam menggunakan fungsi otaknya. Manusia pintar sekalipun tidak cukup mampu mengartikan kenapa ia pintar, sebagaimana dokter tidak mampu mengungkap misteri kesembuhan pasiennya. Manusia sangatlah terbatas. Kita hanya mampu berusaha dan mengucap "Insya Alloh".
[18 Al-Kahfi 24] kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini".
Ada kaidah-kaidah yang harus kita taati yaitu dengan menaati perintahNYA, terlihat sekali betapa besar kasih sayangNYA sehingga DIA mengutamakan kita untuk menjadi jiwa yang tenang. Dengan menyuruh kita mengabaikan orang yang menjadikan Islam sebagai bahan olok-olokan. Karena mata pandangan mata tidaklah cukup menjadi acuan bukti untuk mengenali fakta, ia seringkali mendorong manusia untuk menilai dengan kesimpulan yang sempit. Menilai kebaikan orang dengan ukuran diri sendiri, ketika jelas pada pandangan matanya orang berbuat baik ia lebih suka membela kelemahannya. Jangan begitu kelak kita akan menyesal, Allohpun tidak membeda-bedakan Rosul-NYA apalagi manusia yang sedang berusaha menujuNYA. Yang menjauh biarlah menjauh, jika mampu mengajak ajaklah dengan ajakan yang baik tanpa kita menjadi terdorong mengikuti langkah-langkah setan.
Saya cukupkan sekian dulu walaupun belum cukup untuk memberi gambaran surah Al-Ahzab ini namun dengan mengamalkan sedikit yang kita tahu, membuat pola gambaran yang jelas pada benak kita sebagai perbendaharaan berharga dalam pikiran kita dan mampu menenangkan hati dari kegundahan/kerinduan akan pertemuan dengan Rabbnya. Namun kita seringkali mengejar bayang-bayang sendiri. Padahal jika bersujud niscaya bayang-bayang itu tetap dibawahmu.
Semoga bermanfaat. Tiada yang patut dipuji selain Alloh azza wajala yang memiliki segala keagungan.
Senin, 22 November 2010
heramkempek
→
artikel
→ Dibalik kesaksian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar