Kaum muslimin yang semoga selalu dirahmati Allah, Allah yang Maha Bijaksana telah menjadikan bagi umat Islam dua hari raya besar. Kaum muslimin pada hari itu bersuka cita dan riang gembira, karena memang hari itu adalah hari kegembiraan. Dan perlu untuk diketahui, bahwa hari raya yang digariskan oleh syariat tidak lebih dari dua, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha, tidak ada yang lain. Maka satu pertanyaan terbesit dalam benak kita seperti termaktub dalam judul tulisan ini, yaitu "Adakah peringatan Tahun Baru Islam ?"
Tahun Baru Tandingan?
Para pembaca sekalian, pada zaman sekarang banyak orang-orang mulai menambah-nambah hari raya yang seharusnya bukan hari raya. Contoh mudahnya, bila bulan Muharrom tiba maka ada sebagian umat Islam yang merayakan tahun baru Islam. Alasan mereka, kalau dalam penanggalan masehi itu ada istilah tahun baru tempat orang-orang bersuka cita dan gembira, bahkan malah dipenuhi dengan banyak acara kemaksiatan, lalu mengapa kita tidak membuat tandingannya? Kita buat saja tahun baru Islam berdasarkan penganggalan hijriyah, kemudian diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan terkait dengan hari itu?
Para pembaca sekalian, nampaknya niat tersebut sekilas terlihat baik. Namun perlu untuk diketahui, tidak setiap niat baik itu akan mendatangkan kebaikan. Seluruh ibadah yang kita laksanakan harus ada contoh dan teladan dari Nabi kita shollallohu'alaihi wa sallam. Hal ini karena beliaulah yang Allah utus untuk menjelaskan tatacara ibadah yang benar dan diterima. Konsekuensinya, tidak ada kreatifitas dalam bentuk ibadah. Jika seseorang berinisiatif membuat cara sendiri maka dia akan terjatuh dalam kebid'ahan. Hukum perkara bid'ah adalah dosa. Maka kewajiban bagi setiap muslimn untuk beragama berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan shahih, hal ini sebagai dasar pelaksanaan ibadah dalam Islam.
Ikutlah Rasul Dalam Tatacara Ibadah
Para pembaca yang budiman, syarat diterima amalan ibadah apapun itu ada dua, yaitu ikhlas dan ittiba' (sesuai tuntunan Rasulullah shollallohu'alaihi wa sallam). Tahun baru -sekalipun dengan penanggalan hijriyah- adalah sesuatu yang tidak dikenal oleh Nabi dan para sahabat beliau. Jika perayaan tahun baru Islam adalah boleh mengapa tidak ada para sahabat yang melakukannya? Padahal tidak ada kebaikan yang ditinggalkan begitu saja dan tidak dilaksanakan oleh para sahabat. Andaikan ada satu kebaikan walaupun itu sebesar biji sawi, niscaya mereka akan mendahului kita melaksanakannya.
Sedangkan hukum perkara bid'ah adalah terlarang dan tertolak, kita tidak diperbolehkan melakukan perkara bid'ah dalam hal agama. Hal ini karena Islam adalah agama yang sempurna, tidak perlu penambahan dan pengurangan. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al Maidah ayat 3 yang artinya: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhai Islam sebagai agamamu."
Hati-Hati Dengan Tasyabbuh !
Perayaan tahun baru Islam termasuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir yang merayakan tahun baru Masehi (1 Januari). Sedangkan tasyabbuh terhadap orang kafir adalah haram sebagaimana hadits Rasulullah shollallohu'alaihi wa sallam yang artinya, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari kaum tersebut." (Shohih. HR. Abu Dawud, Ahmad)
Hati-Hati Dengan Maksiat !
Para pemabca sekalian, tidak jarang kita temui perayaan tahun baru yang dilabeli 'Tahun Baru Islam' justru malah diwarnai dengan kemaksiatan, seperti ikhtilat (campur baur laki-laki dan wanita), dzikir berjamaah, dan ritual-ritual bid'ah lainnya. Bahkan perayaan tahun baru Islam akan membuka pintu banyak bid'ah dan mematikan sunnah Nabi shollallohu'alaihi wa sallam. Jika hal ini terus berlanjut maka tidak akan menambah kejayaan umat, yang ada justru akan menyebabkan kerusakan Islam dan kehancuran Islam.
Kita berlindung dari hal-hal yang haram dan tidak dibenarkan dalam Islam, oleh karena itu kita berusaha belajar ilmu agama yang benar yang sesuai pemahaman Islam yang benar yaitu pemahaman Salafush Shalih agar kita mampu membedakan amalan-amalan yang dituntunkan dalam Islam. Semoga kemudahan dan kekuatan diberikan pada kita. Kita juga berdoa agar dijauhkan dari hal-hal yang membuat kita binasa baik itu maksiat, maupun perkara-perkara haram dan yang tidak dituntunkan.
Nah ini yang menyangkut bulan Muharram yang sebentar lagi tiba..
Suro, satu nama bulan yang tidak asing lagi di telinga masyarakat kita, khususnya masyarakat jawa. Bulan ini malah lebih masyhur ketimbang nama aslinya, yaitu Muharrom. Kata 'suro' ini diambil dari 'asyuro', yaitu hari kesepuluh pada bulan Muharrom dalam penanggalan tahun Hijriah. Namun permasalahan yang akan dibahas di sini bukanlah nama, akan tetapi ada apa di balik bulan suro ini.
Kaum muslimin sekalian, kalau kita mau buka mata, tentunya di depan kita sudah jelas terpampang adanya berbagai keyakinan terkait dengan bulan suro ini. Keyakinan-keyakinan tersebut yang jelas tidak didasari dalil dan hanya sekedar ikut-ikutan adat nenek moyang saja. Suro diyakini sebagai bulan yang keramat, gawat dan penuh bala. Gugon tuton atau tahayul ini begitu kental merasuk ke dalam nadi kehidupan masyarakat, hingga muncul beragam tradisi, sebagai cerminan kepercayaan mereka. Jika diteliti dengan seksama ternyata tradisi-tradisi yang berkaitan dengan bulan suro umumnya berbasis bid'ah, khurofat dan kesyirikan. WAllahul musta'an. Berikut ini beberapa contoh umum dari kepercayaan dan tradisi tersebut:
Melemparkan Sesajian Atau Tumbal ke Lautan
Tradisi ini kebanyakan dijumpai di daerah pesisir laut selatan. Mereka berkeyakinan bahwa dengan tradisi ini maka amarah penunggu laut dapat tercegah serta nantinya dapat mendatangkan keberkahan laut berupa ikan yang banyak. Para pembaca sekalian, jika dilihat, maka tradisi ini -tidak ragu lagi- merupakan bentuk kesyirikan. Dengan berbuat seperti itu seseorang telah mengakui adanya sekutu bagi Allah dalam hal pemberian rizki dan penangguhan bahaya. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi manfaat berupa rezeki maupun yang lainnya kecuali Allah. Tidak ada yang kuasa menimpakan bahaya, bencana dan kecelakaan selain Allah. Allah pula lah yang Mahakuasa untuk melepaskan bahaya dan bencana tersebut. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan nikmat apa saja yang engkau miliki, maka datangnya dari Allah. Bila kamu ditimpa oleh kemudhorotan, maka hamya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS. An Nahl: 53)
Namun, banyak orang yang percaya seyakin-yakinnya, bahwa Nyi Roro Kidul lah yang berkuasa atas itu semua. Apakah di benak mereka yang mengatur rizki dan menetapkan jumlah ikan ialah Nyi Roro Kidul? Apakah kekuasaan Allah dianggap di bawah kekuasaan Roro Kidul? Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan! Allah Ta'ala berfirman, yang artinya: "Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong." (QS. Al Baqoroh: 107). Maka adakah jalan lain bagi orang yang masih punya akal pikiran untuk menyekutukan Allah??
Tidak Mengadakan Pernikahan, Khitanan dan Membangun Rumah
Tradisi ini bersumber dari keyakinan masyarakat bahwa bulan suro adalah bulan yang keramat dan penuh bala. Ini membuat masyarakat tidak bernyali untuk mengadakan suatu acara terutama hajatan dan acara pernikahan. Mereka berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa kesialan dan malapetaka bagi diri mereka. Ini merupakan bentuk celaan terhadap waktu yang Allah ciptakan. Mencela ciptaan Allah sama saja dengan mencela Allah. Nabi shollAllahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Janganlah kamu mencela waktu (dahr), karena Allah itu yang mengatur silih bergantinya waktu." (HR. Muslim)
Melakukan Ibadah-Ibadah Tertentu di Malam Suro
Ritual yang umumnya dilakukan biasanya selamatan atau syukuran, Sholat Asyuro, membaca Do'a Asyuro (dengan keyakinan tidak akan mati pada tahun tersebut) dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah tersebut merupakan bid'ah (hal baru dalam agama) dan tidak pernah ada contohnya dari Rosululloh shollAllahu 'alaihi wasallam maupun para sahabatnya. Ibadah-ibadah ini tertolak dan mendapat ancaman keras berupa neraka. Rosululloh shollAllahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak ada contohnya dari kami maka dia tertolak." (HR. Muslim). Hadist-hadits yang menerangkan tentang Sholat Asyuro adalah palsu sebagaimana disebutkan oleh imam Suyuthi dalam kitab al-La'ali al-Masnu'ah.
Ngalap Berkah
Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi daerah keramat atau melakukan ritual-ritual, seperti mandi di grojogan (dengan harapan dapat membuat awet muda), melakukan kirab kerbau bule (kiyai slamet) di kraton Kasunan Solo, thowaf di tempat-tempat keramat, memandikan benda-benda pusaka, bergadang semalam suntuk dan lain-lainnya. Ini semuanya merupakan kesalahan, sebab suatu hal boleh dipercaya mempunyai berkah dan manfaat jika dilandasi oleh dalil syar'i (Al Qur'an dan hadits) atau ada bukti bukti ilmiah yang menunjukkannya. Semoga Allah Ta'ala menghindarkan kita dari kesyirikan dan kebid'ahan yang membinasakan.
Senin, 14 Desember 2009
heramkempek
→ Adakah perayaan tahun baru Islam ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar