Kalau mendengar kata ajaib pasti tertarik bukan? Bukan maksud mengaburkan suatu kata yang mewakili benda, namun saya sengaja membungkusnya pada pengertian yang mudah untuk melekatkan makna yang akan dijelaskan.
Kaidah penyampaian dengan menggunakan analogi sangat berguna bagi kita untuk menerjemahkan suatu kalimat agar kalimat bisa ditransformasikan kedalam otak berupa gambaran (kesimpulan) yang jelas tidak terpaku pada kalimatnya, melainkan kalimat hanya sarana untuk menyampaikan saja. Dimana Rosululloh SAW melarang gambar tidak lain adalah mukjizat terbesar adalah Al-Qur'an dalam bentuk kitab atau wahyu yang tertulis dan perintah pertama yang Beliau terima adalah perintah "baca". Namun pada kenyataanya kita seringkali tertipu oleh gambar yang tidak lain mudah saja direkayasa, baik berupa vidoe ataupun tayangan yang justru dihiperbolakan atau dilebih-lebihkan.
Bisakah kita merasakan antara gambar/realita yang mudah ditangkap mata menjadi berita, dengan sebaliknya berita yang berupa tulisan menjadi suatu gambar yang mudah ditransformasikan keotak? Dengan kata lain dari gambar ketulisan atau tulisan kegambar?
Bagaimana dengan Al-Qur'an dimana beritanya tidak dapat lagi didustakan dan penjabaran-penjabaran yang ada senantiasa tidak pernah usang. Dibanding dengan kenyataan yang ada sebentar hilang dan sirna termakan oleh berita yang lain. Dan efek kemudian adalah kecurigaan yang berlebihan.
Al-Qur'an sesuai fitrah yaitu kandungannya dilandaskan pada kebenaran baik bisa diterima akal ataupun tidak, tidak peduli seseorang mampu menggali ataupun tidak akan tetapi begitu adanya. Sedangkan berita yang ada seringkali dimanipulasi atau termanipulasi oleh pikiran. Secara sadar atau tidak dikarenakan jangkauan pikiranya hanya apa yang dilihatnya saja, tidak mampu menelusuri sebab (fakta) apalagi memprediksi kedepannya.
Disinilah kelemahan otak jika hanya disandarkan pada realita/kenyataan saja tanpa mengetahui sebab-akibatnya. Otak bisa menjadi tangga untuk menelusuri semua itu jika ditopang oleh pengetahuan yang benar. Otak sering kali keruh dan terhipnotis maka diperlukan kesadaran hati yang mendasar. Otak dan hati adalah kawan sejati, jika hati senantiasa dijaga dari niat jahat dan diarahkan kepada kebenaran hakiki, niscaya otakpun mampu menyelaraskan kesemua tindak-tanduknya ditujukan kepada Sang Pencipta dengan menempuh jalan yang diridhoiNYA. Otak sebagai penerangan dan hati sebagai landasan.
Dari mana seseorang harus berangkat untuk mengenali kebenaran? Pahami tahapannya dalam penulisan lain banyak telah dibahas baik melalui notes, topik diskusi ataupun pesan kepada seluruh member "Cahaya Akal".
Mengenal Thermometer
Thermometer manual didalamnya ada air raksa yang akan bereaksi ketika menerima panas pada tempo tertentu. Sedangkan pada thermometer digital akurasinya dialihkan dengan menggunakan element yang ada didalamnya kemudian ditransformasikan kedalam angka dengan skala yang diinginkan. Untuk lebih detail mengenal panas dan rumus yang menghitung dapat ditemui pada tulisan > http://id.wikipedia.org/wiki/Bahang
Thermometer Ajaib
Thermometer adalah alat pengukur panas tubuh. Namun dalam kaitan ini tubuhlah yang menjadi thermometernya. Lalu apa yang diukur?
Baiklah akan saya bawa anda untuk mencermati bagaimana hipnotis berlaku, yaitu seseorang ditidurkan namun disisilain khorin dibangkitkan, Imam Ghozali menamakannya sebagai roh hewani. Inikah syaitan yang mengalir dalam darah? Dan banyak penamaan lainnya, hendaknya tidak usah terbentur istilah terlebih dahulu kita kenali sesuai apa yang dapat kita rasakan.
Baik tidak usah terlalu jauh yang penting kita menyadari bahwa dalam diri kita ada 2 kepribadian yang satu mengajak kepada kebaikan dan yang satunya kepada kejahatan.
Sekali lagi saya tekankan untuk tidak beranalisa jauh tapi hendaknya setiap diri berhati-hati, dimana saya dapati pada paham kejawen justru memanggil khorin atau saudara kembar, bahkan memanggil arwah leluhur yang tidak lain adalah khorin-khorin orang yang telah meninggal dunia. Bagi siapa saja yang mendapatkan amalan dari orang tua hendaknya berhati-hati dan menelitinya lebih jauh sesuaikah dengan ajaran Islam? Unsur-unsur animisme yang tersisa wajib kita waspadai. Agar tidak terjebak memanggil jin yang justru akan menambah dosa, dan semakin malas beribadah. Jika ingin menelusuri lebih jauh tulisan ini dapat menjadi referensi dengan sedikit mengabaikan istilah> http://hanavie2.multiply.com/journal/item/11/Raga_Sukma_Time_Travel_dll
Satu pengalaman saya kemarin menemani orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, dimana sakitnya luar biasa, hingga ia mengatakan "kalau sekiranya mau mati cepatlah", subhanalloh saking sakitnya tiada dokter atau orang lain tidak dapat menolong ia benar-benar menghadapinya sendiri. Disinilah seseorang harus mendampingi untuk mengingatkannya kepada Alloh, karena gangguan yang ada berupa kemunculan sosok-sosok aneh menampakan diri disekelilingnya. Panca inderanya seakan berada pada alam yang berbeda sehingga berat buatnya untuk mengucapkan lafal "lailahalillalloh" saja.
Begitu jusa seseorang ketika dinasehati justru menjadi panas hatinya, bahkan mendengar ayat-ayat suci Al-Qur'an ataupun diajak memahami agama. Dari segi emosional mudah bukan mengukurnya?
Kembali kepada dunia nyata, bahwa tubuh ini mempunyai fungsi yang luar biasa untuk beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Ada kemampuan-kemampuan yang tidak tergali dengan baik. Adapun faktor yang paling menunjang untuk hal ini adalah otak, sebagai processor/pemroses dan mengontrol, penerjemah, pengingat, pembau, dsbnya. Para ahli menemukan bahwa pada umumnya otak hanya dimanfaatkan 1% saja sedangkan sisanya 99% terbengkelai. Dan kita tidak cukup mampu untuk mendefinsikan hanya dari IQ dan EQ saja. Namun dengan mempelajari Islam kesemuanya dapat terjawab, tanpa sedikitpun kita harus menjadi pusing atau terbebani; tentu ada prosesnya. Yuk jangan malas untuk beramal sholeh.
Sebagaimana Albert Ainstein adalah awal mulanya diketahui sebagai seorang yang lambat menerima pelajaran, namun menurut saya ia tidak mau begitu saja menerima apa yang orang lain ajarkan tanpa ia dapat menangkapnya menjadi suatu pola yang dapat ia tangkap. Dan kita tahu bahwa Rosululloh adalah seorang Nabi yang Ummi namun dengan kecerdasan emosinya (hati yang damai/jiwa yang tenang) dapat menerima kebenaran. Pada kenyataanya bertolak belakang dengan ukuran kecerdasan dimasyarakat dimana anak sering dibebani oleh target-target yang tidak mampu ia tampung bahkan sampai dewasa.
Kembali kepada tubuh sebagai thermometer, bahwa sebenarnya banyak sekali fungsi yang tidak dapat kita maknai dengan baik karena seseorang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain. Sifat-sifat yang buruk telah melekat pada dirinya, disisi lain akan sangat marah jika kejelekannya dikritisi orang lain. Ia menerjemahkan segala sesuatu hanya dari ukuran dirinya saja, atau mengatasnamakan orang banyak (umum). Namun ia akan menjadi senang ketika dipuji atau didukung gagasannya walaupun tidak benar.
Pembahasan ini bisa memakan banyak penjabaran jika diterangkan mendetail, baiklah saya cukupkan sekian, buat PR anda... apapun yang anda temukan seperti sifat-sifat yang kita benci justru akan jadi indah jika kita senantiasa tertuju kepada Alloh sebagai arah dan tujuan hidup. Apapun yang anda temukan pasti akan lebih melekat, karena pada dasarnya seseorang berjuang untuk dirinya sendiri, tidak mungkin orang lain dapat memikul beban hidupnya.
Tiada daya selain dengan pertolongan Alloh, Tuhan semesta alam; tempat bergantung segala sesuatu.
============
[7.3] Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.157] (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[46.9] Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
[6.50] Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?
[6.56] Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".
[22.3] Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat, [22.4] yang telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.
[49.6] Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
[49.7] Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
[49.8] sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[18.28] Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas
Thermometer Ajaib
Label:
artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar